Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

NEPROLITIAS

Dudi Rianto
32722001D20025

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN NEPROLITIAS

A. Definisi

Menurut Sjamsuhidrajat R, IW (2004) neprolitiasis adalah batu di dalam saluran


kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang
saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih
atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam
kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut
urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis). Sedangkan menurut Purnomo BB (2003)
nefrolitiasis suatu penyakit yang salah satunya gejalanya adalah pembentukan batu
dalam ginjal.

B. Etiologi
Menurut Suyono, S., et.al (2001) menyebutkan beberapa penyebab
nefrolitiasis adalah
a. Terbentuknya batu bisa terjadi karena air kemih jenuh dengan garam-garam
yang dapat membentuk batu
b. Air kemih kekurangan penghambat pembentukan batu yang normal. Sekitar
80% batu terdiri dari kalsium, sisanya mengandung berbagai bahan,
termasuk asam urat, sistin dan mineral struvit.
c. Batu struvit (campuran dari magnesium, amonium dan fosfat) juga disebut
batu infeksi karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang
terinfeksi.
Smeltzer, S., et.al.ed (2000), ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak
dapat dilihat dengan mata telanjang sampai yang sebesar 2,5 sentimeter atau lebih.
Batu yang besar disebut kalkulus staghorn. Batu ini bisa mengisi hampir
keseluruhan pelvis renalis dan kalises renalis.
Darlan (1999) menyebutkan beberapa faktor yang mempermudah terbentuknya batu
pada saluran kemih pada seseorang. Faktor tersebut adalah faktor intrinsik yaitu
keadaan yang berasal dari tubuh orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik yaitu
pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya.

1. Faktor intrinsik antara lain :


a) Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.
b) Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
c) Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan
dengan pasien perempuan.
2. Faktor ekstrinsik antara lain :
a. Geografis : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran
kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah
stonebelt.
b. Iklim dan temperatur
c. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada
air yang dikonsumsi.
d. Diet : diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu
e. Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
banyak duduk atau kurang aktifitas atau sedentary life.
C. Patofisiologi
Batu ginjal selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFR stadium. Batu
ginjal didasarkan pada tingkat GFR (Glomarular Filtration Rate) yang tersisa dan
mencakup :
a. Penurunan fungsi ginjal dan cadangan ginjal yang terjadi bila GFR turun
50% dari normal (penurunan fungsi ginjal), tetapi tidak ada akumulasi sisa
metabolik. Nefron yang sehat mengkonpensasi nefron yang sudah rusak dan
penurunan kemampuan mengkonsentrasi urine, menyebkan nocturia dan
poliuri. Pemeriksaan CCT 24 jam diperlukan untuk mendeteksi penurunan
fungsi ginjal.
b. Trisufisiensi ginjal, Terjadi apabila GFR turun menjadi 20-35% dari normal.
Nefron-nefron yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan sendiri
karena beratnya beban yang diterima. Mulai terjadi akumulasi sisa metabolik
dalam darah karena nefron yang sehat tidak mampu lagi mengkompensasi.
Penurunan respon terhadap diuretic menyebabkan oligurasi edema. Derajat
insufisiensi dibagi menjadi ringan, sedang, dan berat, tergantung dari GFR,
sehingga perlu pengobatan medis. (Corwin, 2001)

D. Gambaran Klinis
Menurut Smeltzer (2000) menjelaskan beberapa gambaran klinis
nefrolitiasis:
1. Batu, terutama yang kecil (ureter), bisa tidak menimbulkan gejala.
2. Batu di dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah.
Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa
menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat).
Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di
daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut,
daerah kemaluan dan paha sebelah dalam.
3. Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut menggelembung, demam,
menggigil dan darah di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering
berkemih, terutama ketika batu melewati ureter. Batu bisa menyebabkan
infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih, bakteri akan
terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan,
sehingga terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air
kemih akan mengalir balik ke saluran di dalam ginjal, menyebabkan
penekanan yang akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada
akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal. (Corwin, 2001)
Menurut Purnomo BB (2003), batu ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala
sampai dengan gejala berat. Umumnya gejala berupa obstruksi aliran kemih dan
infeksi. Gejala dan tanda yang dapat ditemukan pada penderita batu ginjal antara
lain:
a. Tidak ada gejala atau tanda
b. Nyeri pinggang
c. Hematuria makroskopik atau mikroskopik
d. Pielonefritis dan/ atau sistitis
e. Pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing
f. Nyeri tekan kostovetebral
g. Batu tampak pada pemeriksaan pencitraan
h. Gangguan faal ginjal

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk penyakit nefrolitiasis terdiri dari :
1. Radiologi
Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini
berbeda untuk berbagai jenis batu ginjal sehingga dari sifat ini dapat diduga
batu dari jenis apa yang ditemukan.
2. Ultrasonografi (USG) dilakukan pada pasien tidak mungkin menjalani
pemeriksaan.
3. IVP, yaitu pada keadaan-keadaan alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal
yang menurun dan pada wanita yang sedang hamil.
4. Batu yang tidak menimbulkan gejala, mungkin akan diketahui secara tidak
sengaja pada pemeriksaan analisa air kemih rutin (urinalisis).
5. Analisa air kemih mikroskopik bisa menunjukkan adanya darah, nanah atau
kristal batu yang kecil. Biasanya tidak perlu dilakukan pemeriksaan lainnya,
kecuali jika nyeri menetap lebih dari beberapa jam atau diagnosisnya belum
pasti.
6. Pemeriksaan tambahan yang bisa membantu menegakkan diagnosis adalah
pengumpulan air kemih 24 jam
7. Pengambilan contoh darah untuk menilai kadar kalsium, sistin, asam urat dan
bahan lainnya yang bisa menyebabkan terjadinya batu.
8. Rontgen perut bisa menunjukkan adanya batu kalsium dan batu struvit.
Pemeriksaan lainnya yang mungkin perlu dilakukan adalah urografi intravena
dan urografi retrograd.

F. Penatalaksanaan
Sjamsuhidrajat (2004) menjelaskan penatalaksanaan pada nefrolitiasis terdiri
dari :
a. Obat diuretik thiazid(misalnya trichlormetazid) akan mengurangi pembentukan
batu yang baru.
b. Dianjurkan untuk minum banyak air putih (8-10 gelas/hari).
c. Diet rendah kalsium dan mengkonsumsi natrium selulosa fosfat.
d. Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat pembentukan batu kalsium)
di dalam air kemih, diberikan kalium sitrat.
e. Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong terbentuknya batu
kalsium, merupakan akibat dari mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat
(misalnya bayam, coklat, kacang-kacangan, merica dan teh). Oleh karena itu
sebaiknya asupan makanan tersebut dikurangi.
f. Kadang batu kalsium terbentuk akibat penyakit lain, seperti
hiperparatiroidisme, sarkoidosis, keracunan vitamin D, asidosis tubulus renalis
atau kanker. Pada kasus ini sebaiknya dilakukan pengobatan terhadap
penyakit-penyakit tersebut. Batu asam urat.
g. Dianjurkan untuk mengurangi asupan daging, ikan dan unggas, karena
makanan tersebut menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di dalam air
kemih.
h. Untuk mengurangi pembentukan asam urat bisa diberikan allopurinol.
i. Batu asam urat terbentuk jika keasaman air kemih bertambah, karena itu untuk
menciptakan suasana air kemih yang alkalis (basa), bisa diberikan kalium
sitrat.
j. Dianjurkan untuk banyak minum air putih.
Sedangkan menurut Purnomo BB (2003), penatalaksanaan nefrolitiasi adalah :
a. Terapi Medis dan Simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu. Tetapi
simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan
minum yang berlebihan/ banyak dan pemberian diuretik.
b. Litotripsi
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk
membawa tranduser melalui sonde ke batu yang ada di ginjal. Cara ini disebut
nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling sering dilakukan
adaah ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) yang adalah
tindakan memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan menggunakan
gelombang kejut.
c. Tindakan bedah
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor tindakan bedah
lain adalah niprolithomy adalah pengangkatan batu ginjal dengan adanya
sayatan di abdomen dan pemasangan alat, alat gelombang kejut, atau bila cara
non bedah tidak berhasil.

G. Nursing Care Plan


1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Niprolitrotomy
a. Nyeri akut yang berhubungan dengan jaringan terhadap tindakan pembedahan
b. Resiko infeksi yang berhubungan dengan tempat masuknya mikroorganisme
sekunder terhadap bedah.
c. Kurang perawatan diri mandi yang berhubungan dengan nyeri
d. Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik
3. Fokus intervensi
a. Nyeri akut yang berhubungan dengan trauma jaringan terhadap tindakan
pembedakan
1) Tujuan: Klien mampu melaporkan level nyeri berkurang secara bertahap
setelah dilakukan tindakan.
2) Kriteria hasil
Indikator 1 2 3 4 5
Melaporkan nyeri
Frekuensi nyeri
Mengatakan nyeri
Ekspresi wajah terhadap nyero
Otot tegang
Perubahan RR
Perubahan TD
Protective body position
Ket :
1. Hebat
2. Kuat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada

3) Intervensi
Manajemen nyeri
a) Laksanakan pemberian analgetik
b) Manajemen lingkungan nyaman
c) Manajemen nyeri
d) Berikan posisi nyaman
e) Monitor tanda-tanda vital
b. Resiko infeksi yang berhubungan dengan tempat masuknya mikroorganisme
sekunder terhadap tindakan pembedahan.
1) Tujuan : Klien mampu mendapatkan status imun adekuat selama
dilakukan tindakan keperawatan
2) Kriteria hasil
Indikator 1 2 3 4 5
Tidak tahu resiko
Monitor faktor resiko lingkungan
Monitor perilaku dan faktor resiko personal
Peningkatan strategi efektivitas untuk kontrol resiko
Monitor daerah jahitan dari tanda- tanda infeksi
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Penggunaan perawatan kesehatan sesuai kebutuhan
Mencegah pemajanan terhadap sesuatu yng mengancam kesehatan
Ket :

1. Tidak pernah dilakukan

2. Jarang dilakukan

3. Kadang-kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
3) Intervensi
a) Manajemen lingkungan
b) Kontrol infeksi
c) Lakukan medikasi
d) Perawatan kulit
e) Proteksi infeksi
1) Monitor tanda-tanda infeksi
2) Pertahankan teknik afektif
3) Ajarkan pasien untuk menghindari infeksi
f) Laksanakan pemberian antibiotik sesuai advice dokter
c. Kurang perawatan diri mandi yang berhubungan dengan nyeri
1) Tujuan : Klien mampu melakukan perawatan diri mandi secara mandiri
setelah dilakukan tindakan keperawatan p
2) Kriteria hasil
Indikator 1 2 3 4 5
Masuk dan pergi ke kamar
mandi
Membasahi tubuh
Menggosok tubuh
Mandi secara mandiri
Ket :
1. Tergantung

2. Memerlukan bantuan orang lain


3. Memerlukan pengawasan
4. Mandiri dengan menggunakan alat
5. Mandiri
3) Intervensi
a) Bantu klien saat mandi
b) Bantu klien membersihkan perineal
c) Monitor kondisi kulit saat mandi
d) Membasuh tangan setelah toeliting dan sebelum makan
e) Bantu klien menggunakan deodorant/ parvum
d. Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik.
1) Tujuan : Klien mampu merespon tubuh sesuai dengan kebutuhan energi
dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2) Kriteria hasil
Indikator 1 2 3 4 5
HR DBN saat dan setelah aktivitas
RR DBN saat dan setelah aktifitas
Diastolik DBN setelah aktivitas
Sistolik DBN setelah aktivitas
Kekuatan
Kemampuan melakukan ADL
Kemampuan berbicara selama latihan
Ket :
1. Sering tidak sesuai
2. Sering tidak sesuai
3. Keadaan tidak sesuai
4. Jarang tidak sesuai
5. Sesuai
3) Intervensi
Manajemen nyeri :
a) Identifikasi keterbasan fisik pasien
b) Identifikasi persepsi klien atau keluarga tentang penyebab kelelahan
c) Dorong klien untuk mampu mengungkapkan keterbatasan fisiknya
d) Identifikasi penyebab kelelahan misal karena program perawatan, nyeri atau
pengobatan.
e) Identifikasi apa dan berapa banyak aktivitas yang masih bisa
dilakukan oleh klien.

Anda mungkin juga menyukai