Anda di halaman 1dari 12

TUGAS RESUME

PRAKTEK TEKNIK RADIOLOGI I (G1)

NAMA : I KOMANG ADHITYA BAGUS ASTEYA


NIM : 012215013
PRODI : DIII A / SEMESTER 1

AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN TERAPI BALI


TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI OSSA PEDIS PADA
KASUS OSTEOMYELITIS DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT
EFARINA ETAHAM BERASTAGI KABUPATEN KARO

JURNAL RADIOLOGI Vol 7 No 1 Tahun 2019

Penulis ;Saufa Taslima, Veryyon Harahap (Dosen Radiodiagnostik dan Radioterapi Universitas
Efarina)
Penerbit: MORENAL UNEFA
Tahun terbit: 2019
Volume: vol.7
Jumlah halaman: 11
E-journal: https://jurnal.unefa.ac.id/index.php/jmorenal/article/view/16
ABSTRAK
Ossa Pedis adalah tulang kaki yang terdiri dari 26 tulang dan 33 sendi serta otot,
tendon dan ligamen. Tulang yang menyusun pedis terdiri dari 7 tulang tarsal, 5 metatarsal
dan 14 phalanx. Pedia manusia dapat dibagi menjadi 3 bagian yakni hindfoot, midfoot,
forefoot. Hindfoot meliputi talus dan calcaneus yang menyusun bagian psterior pedis.
Midfoot meliputi cuboid, navicular serta tiga os cuneiform yang menyusun bagian medial
pedis. Terakhir forefoot meliputi jari kaki yang terdiri dari tiga phalanx atau ruas jari kaki
kecuali ibu jari atau hallux yang terdiri dari dua phalanx. Pemeriksaan Radiologi adalah
pemeriksaan yang sangat tepat digunakan untuk mengetahui Anatomi dan Fisiologi dari
suatu organ sehingga kelainan pada patologi maupun traumatis dapat membantu dalam
menegakkan diagnosa. Pemeriksaan yang digunakan pada pemotretan Ossa Pedis adalah
Proyeksi Axial (Dorso-Plantar), Lateral (Mediolateral) dan proyeksi Oblique.

Kata Kunci: Radiologi, Ossa pedis, Osteomyelitis


PENDAHULUAN
Menurut Evelin C. Pearce, Pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan yang
dapat digunakan untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari suatu orang sehingga pada
kelainan Patologis maupun Traumatis dapat membantu dalam menentukan diagnosa.
(Evelin C. Pearce)
Ossa Pedis adalah tulang kaki yang terdiri dari 26 tulang dan 33 sendi serta otot,
tendon dan ligamen. Tulang yang menyusun pedis terdiri dari 7 tulang tarsal, 5 metatarsal
dan 14 phalanx. Pedia manusia dapat dibagi menjadi 3 bagian yakni hindfoot, midfoot,
forefoot. Hindfoot meliputi talus dan calcaneus yang menyusun bagian psterior pedis.
Midfoot meliputi cuboid, navicular serta tiga os cuneiform yang menyusun bagian medial
pedis. Terakhir forefoot meliputi jari kaki yang terdiri dari tiga phalanx atau ruas jari kaki
kecuali ibu jari atau hallux yang terdiri dari dua phalanx. (Diaz et al, 2012)
Osteomyelitis adalah infeksi pada tulang. Berasal dari kata osteon (tulang) dan
myelo (sumsum tulang) dan dikombinasikan dengan itis (inflamasi) untuk menggambarkan
kondisi klinis dimana tulang terinfeksi oleh mikroorganisme. (Madder dkk, 1997, Lazzarini
dkk, 2004)
Osteomyelitis akut terutama ditemukan pada anak-anak. Umumnya terinfeksi pada
tulang panjang dimulai pada metafisis. Tulang yang sering terkena adalah Femur bagian
distal, Tibia bagian proksimal, Humerus, Radius dan Ulna bagian proksimal dan distal, serta
Vertebra. Penyebab paling sering terjadinya Osteomyelis yaitu Staphylococcus,
Streptococcus, Pneoumococcus, Salmonella, Jamur dan Virus. (Iwan ekayuda )
Pemeriksaan Radiologi adalah pemeriksaan yang sangat tepat digunakan untuk
mengetahui Anatomi dan Fisiologi dari suatu organ sehingga kelainan pada patologi
maupun traumatis dapat membantu dalam menegakkan diagnosa. Pemeriksaan yang
digunakan pada pemotretan Ossa Pedis adalah Proyeksi
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu
metode penelitian yang dilakukan dengantujuan utama untuk membuat gambaran tentang
suatu keadaan secara objektif. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah
pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan, membuat kesimpulan, dan laporan (Hidayat,
2007).
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di instalasi Radiologi Rumah Sakit Efarina
Berastagi Kabupaten Karo.
Teknik pemeriksaan data yaitu data sekunder. Metode yang digunakan dalam
penulisan makalah ilmiah ini mengunakan metode deskriptif, adapun pendekatan yang
digunakan adalah suatu kasus dengan teknik;
1. Observasi dan pemeriksaan fisik dengan pengamatan secara langsung kepada klien
tentang hal yang berkaitan dengan masalah klien.
2. Studi dokumentasi dilakukan dengan secara mencari sumber informasi yang didapat
dari status pasien dan hal yang berhubungan dengan masalah pasien. Studi literature
(kepustakaan) yaitu dengan mempelajari buku, makalah dan sumber – sumber lain
untuk mendapatkan dasar –dasar ilmiah yang berhubungan dengan Osteomyelitis
sehingga dapat membandingkan antara teori dengan pelaksanaan yang ada pada kasus
di Rumah Sakit. Pada penelitian ini penelitian mengamati pelaksanaan Radiografi Ossa
Pedis mulai dari awal dilakukan pemeriksaan Ossa Pedis dengan kasus Osteomyelitis
sampai selesai.

Tabel 1. Jadwal Penelitian

No Kegiatan Mei Jun Juli Ags Sept


Pembuatan
1 Proposal
Seminar
2 Proposal
Perbaikan
3 Proposal
Pengumpulan
4 Data
Penulisan
5 KTI
6 Ujian KTI
PEMBAHASAN
Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Efarina Etaham Berastagi Kabupaten
Karo.
Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. B.M
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 49thn
No.RM : 0-92855
Alamat : Kaban Jahe
Jenis Pemeriksaan : RO Pedis Dextra
Ket.Klinis : Post Trauma
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada bagian kaki khususnya pada daerah bagian
jari kaki, bagian jari kaki bengkak dan bernanah serta penderita tersebut memiliki riwayat
penyakit DM (Diabetes Mellitus). Sekitar jam 17:42 penderita dibawa keruang Radiologi
untuk melakukan foto rontgen pedis dextra dengan diagnosa DM dari pasien tersebut.

Pelaksanaan Pemeriksaan
Pasien membawa surat permintaan foto ossa pedis dengan klinis post
trauma,kemudian pasien dibawa ke ruangan pemeriksaan dan surat pengantar dibaca oleh
petugas (radiografer) serta melakukan pemeriksaan sesuai dengan prosedur pemeriksaan.
Pesawat rontgen yang dipakai Pesawat sinar-x.

Nama/Merk : EST 5000 S/F601 HF HIGE


No seri tabung : 640191713 kV
Maksimum : 500 kV
Jenis tabung : Doubel Focus
Adapun kelengkapan radiografi yang dibutuhkan pada pemeriksaan Os Pedis
adalah :
(a) Kaset dan film yang digunakan adalah ukuran 24 cm x 30 cm sebanyak 1 lembar
tanpa grid
(b) Film yang digunakan adalah Blue sensitive dengan kecepatanHigh speed.
(c) Marker digunakan sebagai tanda atau kode untuk identifikasi pasien, yaitu tanda
letak anatomi (R).
(d) Intesifying screen yang digunakan adalah Blue emiting dengan kecepatan
High Speed.
Adapun teknik radiografi yang dilakukan untuk memperlihatkan kelainan
Osteomyelitis pada Ossa Pedis adalah:
1. Proyeksi Axial / Dorsoplantar (Sinar dari punggung ke telapak)
Tujuan:Untuk memperlihatkan gambaran anatomi Ossa Pedis dari sisi Dorso-plantar
Posisi Pasien : Pasien prone diatas meja pemeriksaan
Posisi Objek: Kaki pasien diletakkan diatas tumpukan sandbag/ bantal sehingga daerah plantar Ossa
Pedis menempel pada kaset yang vertical
Central Point (CP) : Permukaan dorsal ankle
Cebtral Rey (CR): 40° Caudally (sinar dari kaki ke arah kepala
Focus Film Distance: 90 cm
Faktor Ekspose: 50 kV, 100 mAs
Kaset: 24 cm x 30 cm Tanpa Grid
Kriteria Radiograf: Tampak gambaran proyeksi Axial Os Pedis dan daerah subtalar joint
2. Proyeksi Oblique
Tujuan : Untuk memperlihatkan gambaran anatomi Ossa Pedis
dari sisi Oblique
Posisi Pasien : Pasien supine diatas meja pemeriksaan.Tungkai yang
tidak difoto lurus, dapat pula diatur dengan posisi
penderita duduk. Genu dari tungkai yang difoto fleksi,
telapak kaki diletakkan di pertengan kaset.
Posisi Objek : Tungkai diatur condong ke medial, sehingga tepi lateral
telapak kaki terangkat dan membentuk sudut 30°
terhadap kaset.
Central Point (CP) : di Metatarsal III
Cebtral Rey (CR) : Tegak Lurus
Vertikal
Fokus Film Distance : 90 cm
Kondisi Pemotretan : 50 kV, 100 mAs

Kaset : 24 cm x 30 cm Tanpa Grid


Kriteria Gambar : Tampak
gambaran Oblique Ossa Pedis
Setelah dilakukan pelaksanaan pemeriksaan secara radiografi dari Ossa Pedis pada
kasus Osteomyelitis, mulai dari pelaksanaan radiografi dan proses pencucian film secara
kimiawi, maka foto rontgen yang dihasilkan dapat dievaluasi sebagai berikut :
a. Evaluasi hasil pemeriksaan proyeksi Dorso-Plantar
1) Tampak gambaran anatomi Ossa Pedis dari posisi dorso-plantar dan subtalar
joint.
2) Ukuran film 24 cm x 30 cm.
3) Ketajaman gambar cukup.
4) Densitas gambar radiografi cukup
5) Detail gambar radiografi cukup
6) Kontras gambar radiografi cukup
b. Evaluasi hasil pemeriksaan proyeksi lateral
1) Tampak gambaran anatomi Ossa Pedis dari Oblique. Tampak gambaran
Osteomyelitis pada Ossa Pedis
2) Ukuran film 24 cm x 30 cm.
3) Ketajaman gambar cukup.
4) Densitas gambar radiografi cukup
5) Detail gambar radiografi cukup
6) Kontras gambar radiografi cukup
Pengolahan film yang dilakukan DiInstalasi Radiologi RS Efarina Berastagi
adalah automatic processing.
Dokter Spesialis Radiologi Rumah Sakit Efarina Etaham Berastagi menyebutkan
bacaan foto dalam proyeksi Dorso-Plntar dan Oblique yaitu:
- Tampak gambaran litik pada daerah tarsalia pedis kanan disertai bayangan lusen
jaringan lunak sekitarnya.
Kesan:
Osteomyelitis pada daerah tarsalia pedis kanan

Berdasarkan Radiograf yang telah diperoleh mengenai pemeriksaan Ossa Pedis


pada kasus Osteomyelitis Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Efarina Etaham Berastagi
Kabupaten Karo adalah secara umum pemeriksaan Ossa Pedis pada kasus Osteomyelitis
menggunakan proyeksi Oblique karena dengan proyeksi ini sudah dapat menampakkan
kelainan yang dicurigai pada Ossa Pedis salah satunya adalah Osteomyelitis.
Menurut saya jika dilihat dari teori, maka proyeksi yang memberikan radiograf yang
lebih jelas mengenai pemerikaan Ossa Pedis adalah proyeksi Oblique karena dengan
proyeksi ini dapat memberikan informasi mengenai kelainan yang dicurigai dan pada
gambaran radiografnya tampak gambaran litik pada daerah tarsalia pedis kanan disertai
bayangan lusen jaringan lunak sekitarnya.
Keuntungan dari pemeriksaan Radiologi pada Os Pedis dextra ini pasien dapat
mengetahui dengan jelas gambaran Osteomyelitis pada Os Pedis berdasarkan anatomi,serta
selain itu radiasi yang diterima pasien lebih kecil

karena luas lapangan penyinaran dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Kerugian dari
pemeriksaan ini adalah pasien menjadi merasakan sakit di akibatkan kaki yang di gerakkan
dengan tujuan untuk mendapatkan gambar yang bagus.
KESIMPULAN

Setelah melakukan pemeriksaan secara radiografi pada Ossa Pedis pada kasus
Osteomyelitis di Rumah Sakit Efarina Etaham Berastagi Kabupaten Karo maka
penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada radiografi Ossa Pedis pada kasus Osteomyelitis sangat dibutuhkan detail dan
ketajaman gambar .Dalam tulisan karya ilmiah saya ini untuk pemeriksaan radiografi
Ossa Pedis sebaiknya digunakan fokus kecil yang berguna untuk meningkatkan detail
dan ketajaman gambar radiografi.
2. Penggunaan luas lapangan penyinaran sangat penting di perhatikan, agar objek yang
akan dilihat berada di tengah-tengah film. Dalam tulisan karya ilmiah saya ini teliti
dalam menentukan batas atas objek dan batas bawah objek sehingga objek berada di
tengah-tengah film dan menentukan luas penyinaran yang sesuai dengan besarnya
objek yang akan di foto. Maka luas lapangan penyinaran yang digunakan adalah dari
Ankle joint sampai Phalang.
3. Kondisi penyinaran berpengaruh terhadap besar objek yang akan di foto. Dalam
tulisan karya ilmiah saya ini pada proyeksi Dorso-Plantar menggunakan kondisi
penyinaran Kv : 50, mAs : 100, dan FFD : 100 cm. Sedangkan pada proyeksi Oblique
dengan kondisi penyinaran Kv : 50, mAs : 100, dan FFD : 100 cm, ukuran kaset yang
di gunakan adalah 24x30 cm.
4. Dari segi proteksi, perlindungan terhadap radiasi sangat penting diperhatikan, agar
dosis yang di terima pasien, personil, dan masyarakat di sekitarnya sekecil mungkin.
Sehingga terhindar dari bahaya radiasi. Dalam tulisan karya ilmiah saya ini proteksi
yang digunakan yaitu dengan memberi apron kepada pasien yang berfungsi untuk
melindungi daerah organ reproduksi, pada personil (radiografer) memakai apron dan
film badge pada saat pemeriksaan berlangsung, serta memerintahkan keluarga pasien
untuk menunggu diluar ruang pemeriksaan agar tidak terkena radiasi hambur yang
berbahaya.
5. Proses pencucian film juga berpengaruh dengan tinggi atau rendahnya kondisi
pemotretan. Dalam tulisan karya ilmiah saya ini menggunakan automatic processing.
Dengan menggunakan automatic processing kita dapat menyesuaikan antara kondisi
penyinaran dengan suhu dan umur cairan, khususnya developer agar menghasilkan
gambaran radiografi yang memiliki ketajaman yang jelas. Jika cairan sudah melemah
maka perlu dilakukan mengganti cairan automatic dengan yang baru diaduk atau
dengan cara menaikkan kondisi penyinaran dengan tujuan dapat menghasilkan
gamabaran rediograf yang jelas.

DAFTAR PUSTAKA
Slone,Ethel(2003), Anatomi dan Fisiologi untuk pemula/ahli bahasa,James
Veldman; editor bahasa indonesia, Edisi 3 Palupi
Widyastuti___Jakarta:EGC,
Evelyn C.Pearce(2009), Anatomi dan Fisiologi Untuk Para Medis Edisi 2,
Jakarta:Penerbit Gramedia.
Price, Sylvia Andreson (2005), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Vol.I__Jakarta:EGC,
Diaz et al (2012), Syaifudin (1997), Anatomi Fisiologi 2, Penerbit Buku Kedokteran.
EGC
Price, Sylvia Andreson (2005), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Vol.II_Jakarta: EGC,
Madder dkk (1997), Lazzarini. L. MD., etc Osteomyelitis In Long Bones, 2004.
Available
Decoster dkk(2008), Patzakis dkk (2005), Salomon dkk, 2010 Konsep Dasar Dan
Asuhan Keperawatan Osteomyelitis
Salomon L. dkk. 2010. (eds). Aplyes System Of Orthopaedies and Fractures. Song
dkk(2001), Spiegel & Penny(2005) Chapter chronic Osteomyelitis in children. In:
Gosselin RA, Spiegel DA, Foitz M, editors. Globa

Orthopeadies: Caring for musculoskeletal conditions and injures in


austere setting. Newyork: Springer;2014.p.315-24
Cierny G. Chronic Osteomyelitis: result of treatment. Instr course lect 1990:
39: 495-508
Rasad, Syahriar (2005), Radiologi Diagnostik Edisi 2, Jakarta: FKUI.
Clark’s, K.C(2005), Positioning In Radiograpy Edisi 12,London :Infrord Limitied.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL

KELEBIHAN :

KEKURANGAN:

Anda mungkin juga menyukai