Anda di halaman 1dari 15

OBAT-OBATAN SISTEM PERKEMIHAN

KELAS RA
KELOMPOK 4

1. Afrelia Bintang Tri Wulandari (214201516048)


2. Erina Dewy Pramesti (214201516059)
3. Estu Diah Rahayu (214201516043)
4. Maahirah Irchamna Zein (214201516061)
5. Mutiara Afra Nabila Prumusda (214201516053)
6. Nadarita Putri Purwanta (214201516029)
7. Neneng Nurazizah (214201516005)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang
berjudul “Obat-Obatan Sistem Perkemihan” ini tepat waktu. Makalah ini kami
buat untuk pemenuhan tugas pada mata kuliah Farmakologi Keperawatan.
Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini. Terutama kepada Ibu Dr. dr.
Andi Julia Rifiana, M. Kes selaku dosen pengampu mata kuliah Farmakologi
Keperawatan atas segala bimbingan dan arahan yang telah diberikan
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini baik dari segi materi maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan dalam
penyusunan makalah ini.

Jakarta, 5 Desember 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Sistem Perkemihan

Sistem perkemihan suatu sistem ekskresi yang utama. Sitem perkemihan


merupakan suatu sistem dimana terjadi penyaringan darah sehingga darah bebas
dari kandungan zat-zat yang tidak digunakan oleh tubuh. Zat ini larut dalam air
dan dikeluarkan sebagai urine. Zat-zat yang dibutuhkan tubuh beredar melalui
pembuluh kapiler ginjal, masuk ke pembuluh darah, dan beredar ke seluruh tubuh.

Fungsi utamanya dalah untuk keseimbangan cairan dan elektrolit. Fungsi lainnya
untuk pengeluaran toksin hasil metabolisme, seperti komponen-komponen
nitrogen khusunya urea dan kreatinin. Organ-organ yang menyusun sistem
perkemihan terdiri atas ginjal, ureter, vesika urinaria dan uretra.

Gambar 2.1 Organ-organ Sistem Perkemihan

Berikut penjelasan terkait organ-organ sistem perkemihan, sebagai berikut:


a. Ginjal
Ginjal berperan dalam mempertahankan homoestasis cairan tubuh. Kedua
ginjal terletak di sekitar vertebra Torakal 12 hingga Lumbal 3. Ginjal
kanan terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi ruang untuk hati.
Di bagian atas ginjal terdapat kelenjar adrenal (suprarenal).
Gambar 2.2 Ginjal

1) Struktur Ginjal
Ginjal dibungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa.
Bagian paling luar ginjal disebut korteks, bagian tengah disebut
medulla dan bagian dalam disebut pelvis. Ginjal dibungkus oleh
jaringan ikat longgar (kapsula). Hilus adalah batas bagian dalam
ginjal yang cekung sebagai pintu masuk pembuluh darah limfatik,
ureter, dan saraf. Pelvis renalis berbentuk corong, menerima urine
yang diproduksi ginjal.
2) Pembungkus Ginjal
Ginjal dilapisi oleh kapsula adiposa yang merupakan massa
jaringan lemak yang tertutup oleh suatu lamia khusus dari fasia
subserosa (facia renalis) yang terdapat di antara lapisan dalam dari
fasia profunda dan stratum fasia subrerosa internus yang terpecah
menjadi dua bagian yaitu lamelia anterior dan posterior.
3) Struktur Mikroskopis Ginjal
Nefron merupakan satuan fungsional ginjal, berjumlah 1,3 juta
yang selama 24 jam menyaring 170 liter darah dari arteri renalis.
Lubang-lubang yang teradpat pada piramida ginjal masing-masing
membentuk simpul satu badan malphigi yang disebut glomerulus.
Setiap nefron berasal dari berkas kapiler yang teridiri dari:
a) Glomerulus, yaitu tempat terjadinya penyaringan sebagai
tahapan awal dalam proses pembentukan urine. Gulungan
kapiler yang dikelilingi kapsul epitel berdinding ganda
disebut kapsula bowman.
b) Tubulus Proximal Konvulta, memiliki panjang mencapai 15
mm dan sangat berliku. Pada permukaan yang menghadap
lumen tubulus ini terdapat sel-sel epitelium kuboid yang
kaya akan mikrovilus dan memperluas area permukaan
lumen.
c) Ansa Henle, berbentuk lurus dan tebal, diteruskan ke
segmen tipis lalu ke segmen tebal panjangnya 2-14 mm.
Klorida secara aktif diserap kembali kecabang asendens
ansa henle dan natrium bergerak secara pasif untuk
mempertahankan kenetralan listrik.
d) Tubulus Distal Konvulta, memiliki panjang 5 mm dan
membentuk segmen terkahir nefron, bersentuhan dengan
dinding arteriol aferen yang mengandung sel-sel yang
termodofikasi disebut makula densa yang berfungsi sebagai
suatu kemoreseptor dan distimulasi oleh penurunan ion
natrium.
e) Duktus Koligen Medulla, memiliki kemampuan
mereabsorbsi dan menyekresi kalium. Pengaturan secara
halus ekskresi natrium urine dengan aldosterone yang
paling berperan terhadap reabsorbsi natrium.
4) Peredaran Darah Ginjal
Arteri renalis adalah percabagan aorta abdomen yang mensuplai
masing-masing ginjal dan masuk ke hilus melalui cabang anterior
dan posterior yang membentuk arteri-arteti interlobaris yang
mengalir di antara piramida ginjal. Arteri Arkuata berasal dari
arteri interlobaris pada area pertemuan antara korteks dan medulla.
Arteri interlobularis merupakan percabangan arteri arkuata disudut
kanan dan melewati korteks. Arteriol aferen berasal dari arteri
interlobularis. Satu arteriol aferen membentuk sekitar 50 kapiler
yang membentuk glomerulus. Arteriol aferen meninggalkan setiap
glomerulus dan membentuk jarring-jaring kapiler lain. Kapiler
peritubular yang mengelilingi tubulus proksimal dan distal untuk
memberi nutrient pada tubulus tersebut dan mengeluarkan zat-zat
yang direabsorbsi. Arteriol eferen dari glomerulus pada nefron
jukstaglomerular memiliki perpanjangan pembuluh kapiler panjang
yang disebut vasa recta yang masuk ke dalam piramida medulla.
Kapiler peritubular mengalir ke dalam vena korteks yang kemudian
menyatu dan membentuk vena interlobularis. Vena arkuata
menerima darah dari vena interlobularis dan bermuara ke dalam
vena interlobaris yang bergabung untuk bermuara ke dalam vena
renalis.
5) Persarafan Ginjal
Saraf ginjal kurang lebih terdiri dari 15 ganglion. Ganglion ini
membentuk pleksus renalis yang berasal dari cabang yang
terbawah dan diluar ganglion pleksus seliaka, pleksus akustikus
dan bagian bawah splenikus. Plekus renalis bergabung dengan
pleksus spermatikus dengan cara memberikan beberapa serabut
yang dapat menimbulkan nyeri pada testis pada kelanan ginjal.
Gambar 2.3 Struktur Ginjal

b. Ureter
Ureter merupakan saluran yang berbentuk tabung dari ginjal ke vesika
urinaria, panjangnya 25-30 cm dengan diameter 6 mm mulai dari pelvis
renal setinggi lumbal ke-2. Posisi ureter miring dan menyempit di 3 titik,
yaitu di titik asal ureter pada pelvis ginjal, titik saat melewati pinggiran
pelvis dan titik pertemuan dengan kandung kemih. Ureter terdiri dari 3
lapisan yaitu epitel mukosa, bagian tengah lapisan otot polos dan lapisan
fibrosa. Berdasarkan tempatnya, ureter terbagi menjadi:
1) Pars abdominalis ureter: dalam cavum abdomen ureter terletak di
belakang peritoneum sebelah media anterior muskulus psoas
mayor dan ditutupi oleh fasia subserosa.
2) Pars pelvis ureter: pars pelvis ureter berjalan pada bagian dinding
lateral dari cavum pelvis sepanjang tepi anterior dari incisura
ischiadica mayor dan tertutup oleh peritoneum.
Ureter Pria dan Wanita
1) Ureter pada pria: terdapat dalam fisura seminalis bagian atasnya
disilang oleh ductus deferens dan dikelilingi olek pleksus vesikalis,
berjalan oblique sepanjang 2 cm di dalam dinding kandung kemih
pada sudut lateral dari trigonum vesika.
2) Ureter pada wanita: terdapat dibelakang fosa ovarika berjalan ke
bagian medial dan kedepan bagian lateralis serviks uterus, bagian
atas vagina untuk mencapai fundus vesika urinaria.
Pembuluh darah yang memperdarahi ureter adalah arteri renalis, arteri
spermatika interna, arteria hipogastrica, arteria vesicalis inferior.
Persarafan ureter merupakan cabang dari pleksus mesenterikus inferior,
pleksus pelvis. Sepertiga dari ureter terisi oleh sel-sel saraf yang bersatu
dengan rantai eferens dan nervus vagus.
c. Vesika Urinaria
Kandung kemih merupakan organ berongga dan berotot yang berfungsi
menampung urine sebelum dikeluarkan melalui uretra. Terletak pada
rongga pelvis, pada laki-laki kandung kemih berada di belakang simfisis
pubis dan di depan rectum, sedangkan pada wanita berada di bawah uterus
dan di depan vagina.
Dinding kandung kemih, terdiri dari 4 lapisan yaitu:
1) Serosa adalah lapisan terluar, merupakan perpanjangan lapisan
peritoneal rongga abdominopelvis dan hanya ada di bagian atas
pelvis.
2) Otot detrusor adalah lapisan tengah, tersusun dari berkas-berkas
otot polos yang satu sama lain saling membentuk sudut.
3) Submukosa adalah lapisan jaringan ikat yang terletak di bawah
mukosa dan menghubungkannya dengan muskularis.
4) Mukosa adalah lapisan terdalam, merupakan lapisan epitel yang
tersusun dari epitelium transisional.
d. Uretra

Gambar 2.4 Perbedaan Letak Ureter, Vesika Urinaria dan Uretra pada Pria dan Wanita

Uretra mengalirkan urine dari kandung kemih ke bagian eksterior tubuh.


1) Uretra pada Pria
Uretra pada pria membawa cairan semen dan urine, tetapi tidak
pada waktu yang bersamaan, panjangnya mencapai 17,5-20 cm dan
melalui kelenjar prostat dan penis yang terdiri dari 3 bagian, yaitu:
a) Uretra prostatik dikelilingi oleh kelenjar prostat, menerima
dua ductus ejakulator yang masing-maisng terbentuk dari
penyatuan ductus deferen dan ductus kelenjar vesikel
seminal, serta menjadi tempat bermuaranya sejumlah
ductus dari kelenjar prostat panjangnya 3 cm.
b) Uretra pars membranosa adalah bagian yang terpendek 1
cm sampai 2,5 cm. bagian ini berdinding tipis dan
dikelilingi otot rangka sfingter uretra eksternal.
c) Uretra pars kavernous merupakan bagian yang terpanjang
menerima ductus kelenjar bulbouretra dan merentang
sampai orifisium uretra eksternal pada ujung penis
panjangnya 15 cm.
d) Orificium uretra eksterna, bagian erektor yang paling
berkontraksi, berupa sebuah celah vertikal, panjangnya 6
mm.
2) Uretra pada Wanita
Uretra pada wanita berukuran pendek sekitar 4 cm. Saluran ini
membuka keluar tubuh melalui orifisium uretra eksternal yang
terletak dalam vestibulum antara klirotis dan mulut vagina.
Kelenjar uretra yang homolog dengan kelenjar prostat pada laki-
laki, bermuara ke dalam uretra. Lapisan uretra wanita terdiri dari
tunika muskularis, lapisan spongiosa, lapisan mukosa sebelah
dalam.

2.2 Fisiologi Sistem Perkemihan


Ginjal melakukan fungsinya yang paling penting dengan menyaring plasma dan
mengeluarkan zat dari filtrat pada tingkat yang bervariasi tergantung pada
kebutuhan tubuh. Ginjal memiliki berbagai fungsi, diantaranya:
a. Pengeluaran zat sisa organik. Ginjal mengeskresi urea, asam urat,
kreatinin dan produk penguraian hemoglobin dan hormon.
b. Pengaturan konsetrasi ion-ion penting. Ginjal mengeskresi ion natrium,
kalium, kalsium, magnesim, sulfat dan fosfat. Ekskresinya melalui rute
lain, seperti pada saluran gastrointestinal atau kulit.
c. Pengaturan keseimbangan asam-asam tubuh. Ginjal mengendalikan
ekskresi hidrogen, bikarbonat dan amonium, serta memproduksi urine
asam atau basa, bergantung pada kebutuhan tubuh.
d. Pengaturan produksi sel darah merah. Ginjal melepas eritropoetin, yang
mengatur produksi sel darah merah dalam sumsum tulang.
e. Pengaturan tekanan darah. Ginjal mengatur volume cairan yang esensial
bagi pengaturan tekanan darah, dan juga memproduksi enzim renin.
f. Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam amino
darah. Ginjal melalui ekskresi glukosa dan asam amino berlebih,
bertanggung jawab atas konsentrasi nutrien dalam darah.
g. Pengeluaran zat beracun. Ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan
makanan, obat-obatan, atau zat kimia asing lain dari tubuh.
Fungsi sitem homeostasis urinaria, yaitu:
a. Mengatur volume dan tekanan darah dengan mengatur banyaknya air
yang hilang dalam urine, melepaskan banyaknya air yang hilang dalam
urine, melepaskan eritropoietin dan melepaskan renin.
b. Mengatur konsentrasi plasma dengan mengontrol jumlah natrium, kalium,
klorida dan ion lain yang hilang dalam urine dan mengontrol kadar ion
kalsium.
c. Membantu menstabilkan pH darah, dengan mengontrol kehilangan ion
hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine.
d. Meniympan nutrien dengan mencegah pengeluaran dalam urine,
mengeluarkan produk sampah nitrogen seperti urea dan asam urat.
e. Membantu dalam mendeteksi racun-racun.
2.3 Mekanisme Kerja Obat Pada Ginjal

2.4 Penyakit pada Sistem Perkemihan

1. Infeksi Saluran Kemih


2. Batu Saluran Kemih
3. Uretritis
4. Sindrom Nefrotik
5. Sindrom Nefritik
6. Gagal Ginjal

2.5 Jenis-jenis Obat Penyakit Sistem Perkemihan

2.6 Konsep Obat Farmakologi dalam Sistem Perkemihan

1. Antiseptik Saluran Kemih


Antiseptic saluran kemih terbatas hanya untuk pengobatan infeksi saluran
kemih. Obat bekerja pada tubulus ginjal dan kandung kemih, sehingga
efektif dalam mengurangi pertumbuhan bakteri. Urinalis dan pembiakan
serta tes sensitifitas biasanya dilakukan sebelum dimulainya terapi obat.
Kelompok antiseptic saluran kemih adalah nitrofurantioin, metenamin,
quinolone, dan trimethoprim.
a. Nitrofurantoin
Nitrofurantoin pertama kali diresepkan untuk infeksi saluran kemih
pada tahun 1953. Nitrofurantoin merupakan bakteriostatik atau
bakterisidal, tergantung dari dosis obat, dan efektif untuk melawan
banyak organisme garam positif dan garam negatif, terutama terhadap
E. Coli. Obat ini dipakai untuk pengobatan infeksi saluran kemih akut
dan kronik. Pada fungsi ginjal yang normal, obat akan cepat
dieleminasi Karena waktu paruhnya yang singkat yaitu 20 menit, tetapi
obat ini dapat menumpuk pada serum jika terjadi gangguan saluran
kemih. Pseudomonas aeruginosa resisten terhadap nitrofurantoin
jarang ada. Resistensi klinis muncul secara lambat. Tidak ada resisten
silang di antara nitrofurantoin dan obat antimikroba lain.
1) Indikasi
Obat ini adalah salah satu alternative untu pengobatan infeksi
saluran kemih bawah tanpa komplikasi dan pencegahan rekurens
infeksi saluran kemih bawah.
2) Kontraindikasi
 Hipersensitivitas kandungan obat
 Porfiria akut
 Kelainan genetik
 G6PD
 Gangguan fungsi ginjal
 Anuria
 Oliguria
 Riwayat hepatitis
 Bayi di bawah 1 bulan
3) Dosis dan Sediaan Obat
Dosis diberikan oleh dokter berdasarkan kondisi medis. Dosis yang
diberikan mungkin bervariasi berdasarkan kondisi individu.
Selama pengobatan, dokter akan melihat respon terhadap
pengobatan dan melakukan penyesuaian dosis bila diperlukan.
Nitrofurantoin tersedia dalam bentuk tablet dan kapsul 50 mg, 100
mg, serta suspensi.
Infeksi saluran kemih akut tanpa komplikasi
 Dewasa: 50-100 mg 4 kali sehari selama 7 hari.
 Anak: umur lebih dari 3 bulan dan lebih: 3 mg / kg sehari
dalam 4 dosis terbagi.
Prophylaxis infeksi saluran kemih tanpa komplikas
 Dewasa: 50-100 mg sebelum tidur.
 Anak: umur lebih dari 3 bulan dan lebih: 1 mg / kg satu kali
sehari
4) Efek Samping
 Toksisitas Langsung: Anoreksia, mual dan muntah
merupakan efek samping utama (dan sering) nitrofurantoin.
Neuropati dan anemia hemolitik terjadi pada individu
dengan defisiensi glukosa-6-fosfat dehydrogenase
 Reaksi Alergi: Berbagai rash pada kulit, infiltrasi ke paru-
paru, dan reaksi hipersensitif lain.
5) Mekanisme Nitrofurantoin

b. Metamin
1) Indikasi
2) Kontraindikasi
3) Dosis dan Sediaan Obat
4) Efek Samping
5) Mekanisme

2. Analgesik Saluran Kemih

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Hapipah, dkk. 2022. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Sistem


Perkemihan Berbasis SDKI, SLKI dan SIKI. Bandung: Penerbit Media
Sains Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai