Anda di halaman 1dari 6

Pertemuan-14

Judul Materi: Teori-teori Perkembangan Klasik


CP MK: Mendeskripsikan teori-teori perkembangan individu
Sub CP MK:
Dapat mendiskripsikan teori-teori klasik dan teori-teori modern dalam membahas perkembangan
individu

Uraian materi:
Pada pertemuan 14 kita akan membahas teori-teori perkembangan klasik, adapun uraian materinya
adalah sebagai berikut
Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, yang memandang bahwa
pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya.
Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada prosesnya. Isi pendidikan
atau bahan pengajaran diambil dari sari ilmu pengetahuan yang telah ditemukan dan
dikembangkan oleh para ahli di bidangnya dan disusun secara logis dan sistematis. Misalnya teori
fisika, biologi, matematika, bahasa, sejarah dan sebagainya.
Perbedaan padangan tentang faktor dominan dalam perkembangan manusia tersebut
menjadi dasar perbedaan pendangan tentang peran pendidikan terhadap manusia, mulai dari yang
paling pesimis sampai yang paling optimis. Aliran-aliran itu pada umumnya mengemukakan satu
faktor dominan tertentu saja dan dengan demikian suatu aliran dalam pendidikan akan mengajukan
gagasan untuk mengoptimalkan faktor tersebut untuk mengembangkan manusia.
Teori-teori yang terdapat dalam ilmu pendidikan dilahirkan oleh 4 aliran yang berbeda, yaitu:
1. Aliran Empirisme
2. Aliran Nativisme
3. Aliran Naturalisme
4. Aliran Konvergensi

A. PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF EMPIRIS


Aliran Empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi ekternal
dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada
lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diperoleh anak dalam
kehidupan sehari-hari di dapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini
berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan.
Tokoh perintis pandangan ini adalah seorang filsuf Inggris bernama John Locke (1704-1932) yang
mengembangkan teori “Tabula Rasa”, yakni anak lahir kedua bagaikan kertas putih yang bersih.
Aliran empirisme dipandang berat sebelah, sebab hanya mementingkan peranan
pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak
sejak lahir dianggap tidak menentukan. Pada hal kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari
terdapat anak yang berhasil karena bakat, meskipun lingkungan disekitarnya tidak mendukung.
Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan yang berasal dari dalam diri berupa
kecerdasan atau kemauan keras, anak berusaha mendapatkan lingkungan yang dapat
mengembangkan bakat atau kemampuan yang ada dalam dirinya. Meskipun demikian, penganut
aliran ini masih tampak pada pendapat-pendapat yang memandang manusia sebagai mahluk yang
pasif dan dapat dimanipulasi, contohnya melalui modifikasi tingkah laku. Hal ini tercermin dari
pandangan scientific psychology dari BF. Skinner ataupun pandangan behavioralisme lainnya.

B. PENDIDIKAN DALAM ALIRAN NATIVISME


Aliran Nativisme bertolak dari Leibnitzian Tradition yang menekankan kemampuan
dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan kurang berpengaruh
terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang
sudah diperoleh sejak lahir.
Pada hakekatnya aliran nativisme bersumber dari leibnitzian tradition yang menekankan
pada kemampuan dalam diri seorang anak, oleh karena itu faktor lingkungan termasuk faktor
pendidikan kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan ditentukan
oleh pembawaan sejak lahir dan genetik dari kedua orang tua. Seorang filsuf Jerman
Schopenhauer (1788-1860) berpendapat bahwa bayi itu lahir sudah lengkap dengan pembawaan
baik ataupun buruk.
Berdasarkan pandangan ini, maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak itu
sendiri. Perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir. Faktor lingkungan
kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, hasil
pendidikan ditentukan oleh bakat yang dibawa sejak lahir. Dengan demikian, menurut aliran ini,
keberhasilan belajar ditentukan oleh individu itu sendiri. Ditekankan bahwa “yang jahat menjadi
jahat, dan yang baik menjadi baik”. Artinya bahwa, jika anak memiliki bakat jahat dari lahir, ia
akan menjadi jahat, dan sebaliknya jika anak memiliki bakat baik, ia akan menjadi baik.
Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna bagi
perkembangan anak itu sendiri. Istilah nativisme dari asal kata natie yang artinya adalah
terlahir. Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya
dalam mempengaruhi perkembangan anak. Pembawan tidak dapat dirubah dari kekuatan luar.
Pandangan itu tidak menyimpang dari kenyataan. Misalnya, anak mirip orangtuanya
secara fisik dan akan mewarisi sifat dan bakat orangtua. Prinsipnya, pandangan Nativisme adalah
pengakuan tentang adanya daya asli yang telah terbentuk sejak manusia lahir ke dunia, yaitu daya-
daya psikologis dan fisiologis yang bersifat herediter, serta kemampuan dasar lainnya yang
kapasitasnya berbeda dalam diri tiap manusia. Ada yang tumbuh dan berkembang sampai pada
titik maksimal kemampuannya, dan ada pula yang hanya sampai pada titik tertentu. Misalnya,
seorang anak yang berasal dari orangtua yang ahli seni musik, akan berkembang menjadi seniman
musik yang mungkin melebihi kemampuan orangtuanya, mungkin juga hanya sampai pada
setengah kemampuan orangtuanya.
Meskipun dalam kenyataan sehari-hari, sering ditemukan anak mirip orang tuanya (secara
fisik) dan juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orang tuanya. Tetapi pembawaan itu bukanlah
merupakan satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan dan perkembangan
anak. Terdapat suatu pendapat aliran nativisme yang berpengaruh luas yakni dalam diri individu
terdapat suatu “inti” pribadi (jati diri)- (G. Leibnitz: Monad) yang mendorong manusia untuk
mewujudkan diri, mendorong manusia dalam menentukan pilihan dan kemauan sendiri, dan yang
menempatkan manusia sebagai mahluk yang mempunyai kemauan bebas.
Meskipun pandangan ini mengakui pentingnya belajar, namun pengalaman dalam belajar
itu ataupun penerimaan dan persepsi seseorang banyak ditentukan oleh kemampuan memberi
makna kepada apa yang dialaminya itu. Dengan kata lain, pengalaman belajar ditentukan oleh
“internal frame of reference” yang dimilikinya.

Faktor Perkembangan Manusia Dalam Teori Nativisme


1.Faktor genetik
Adalah faktor gen dari kedua orangtua yang mendorong adanya suatu bakat yang muncul dari diri
manusia. Contohnya adalah Jika kedua orangtua anak itu adalah seorang penyanyi maka anaknya
memiliki bakat pembawaan sebagai seorang penyanyi yang prosentasenya besar.
2. Faktor Kemampuan Anak
Adalah faktor yang menjadikan seorang anak mengetahui potensi yang terdapat dalam dirinya.
Faktor ini lebih nyata karena anak dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.
Contohnya adalah adanya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang mendorong setiap anak untuk
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya sesuai dengan bakat dan minatnya.
3. Faktor Pertumbuhan Anak
Adalah faktor yang mendorong anak mengetahui bakat dan minatnya di setiap pertumbuhan dan
perkembangan secara alami sehingga jika pertumbuhan anak itu normal maka dia kan bersikap
enerjik, aktif, dan responsive terhadap kemampuan yang dimiliki. Sebaliknya, jika pertumbuhan
anak tidak normal maka anak tersebut tidak bisa mngenali bakat dan kemampuan yang dimiliki.
Tujuan Teori Nativisme
Didalam teori ini menurut G. Leibnitz: Monad “Didalam diri individu manusia terdapat suatu inti
pribadi”. Sedangakan dalam teori Teori Arthur Schopenhauer (1788-1860) dinyatakan bahwa
perkembangan manusia merupakan pembawaan sejak lahir atau bakat. Sehingga dengan teori ini
setiap manusia diharapkan:
1. Mampu memunculkan bakat yang dimiliki
2. Mendorong manusia mewujudkan diri yang berkompetensi
3. Mendorong manusia dalam menetukan pilihan
4. Mendorong manusia untuk mengembangkan potensi dari dalam diri seseorang
5. Mendorong manusia mengenali bakat minat yang dimiliki

C.PENDIDIKAN DALAM ALIRAN NATURALISME


Pandangan ini ada persamaannya dengan nativisme. Aliran naturalisme dipelopori oleh
filsuf Perancis (JJ. Rousseau 1712-1778). Berbeda dengan dengan Schpenhaouer, Rousseau
berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan buruk. Pembawaan
baik anak akan menjadi rusak karena dipengaruhi oleh lingkungan. Rousseau juga berpendapat
bahwa pendidikan yang diberikan orang dewasa malahan dapat merusak pembawaan anak yang
baik itu. Aliran ini juga disebut negativisme, karena berpendapat bahwa pendidik wajib
membiarkan pertumbuhan anak pada alam.
Jadi dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan. Karena yang perlu dilakukan adalah
menyerahkan anak didik ke alam, agar pembawaan yang baik itu tidak menjadi rusak oleh tangan
manusia melalui proses dan kegiatan pendidikan. Rousseau ingin menjauhkan anak dari segala
keburukan masyarakat yang serba dibuat-buat (artificial) sehingga anak-anak yang diperoleh
secara alamiah sejak saat kelahirannya itu dapat tampak secara spontan dan bebas. Ia mengusulkan
perlunya permainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan pembawaannya, kemampuan
– kemampuannya, dan kecenderungan-kecenderungannya.
Pendidikan harus dijauhkan dalam perkembangan anak karena hal itu berarti dapat menjauhkan
anak dari segala hal yang bersifat dibuat-buat dan dapat membawa anak kembali ke alam untuk
mempertahankan segala yang baik.

D. PENDIDIKAN DALAM ALIRAN KONVERGENSI


Perintis aliran ini adalah William Stern (1871-1939), seorang ahli pendidikan bangsa
Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan ke dunia ini sudah disertai pembawaan
baik maupun pembawaan buruk. Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses
perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai
peranan yang sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu anak dilahirkan tidak akan
berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang baik sesuai dengan
perkembangan bakat itu. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan
perkembangan anak yang optimal kalau memang pada diri anak tidak dapat bakat yang diperlukan
untuk mengembangkan itu.
Sebagai contoh, hakikat kemampuan anak berbahasa dengan kata-kata, adalah juga hasil
dari konvergensi. Pada manusia ada pembawaan untuk berbicara melalui situasi
lingkungannya, anak berbicara dalam bahasa tertentu. Lingkungan pun mempengaruhi anak didik
dalam mengembangkan pembawaan bahasanya. Karena itu setiap anak manusia mula-mula
menggunakan bahasa lingkungannya. Misalnya bahasa jawa, sunda, bahasa inggris, bahasa jerman
dan lain sebaginya.
Kemampuan dua orang anak (yang tinggal dalam lingkungan yang sama ) untuk
mempelajari bahasa mungkin tidak sama. Itu disebabkan oleh faktor kualitas pembawaan dan
perbedaan situasi lingkungan, biar pun lingkungan kedua anak tersebut menggunakan bahasa
yang sama. Willianm Stern berpendapat bahwa hasil pendidikan itu tergantung pada pembawan
dan lingkungan, seakan-akan dua garis yang menuju kesatu titik pertemuan.
Oleh karena itu teori W. Stern disebut teori konvergensi (konvergen artinya memusat kesatu
titik). Jadi menurut teori konvergensi :
 Pendidikan mungkin dilaksanakan.
 Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak didik
untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang
kurang baik.
 Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan.
Aliran konvergen pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam
memahami tumbuh kembang manusia. Meskipun demikian terdapat variasi mengenai faktor-
faktor mana yang paling penting dalam menentukan tumbuh kembang itu.

Bahan diskusi pertemuan 14 adalah:


Aliran perkembangan klasik diklasifikasikan menjadi 4 aliran, menurut saudara dari keempat
aliran tersebut yang manakah yang paling mempengaruhi perkembangan manusia terutama pada
bidang pendidikan? Jelaskan!

Anda mungkin juga menyukai