Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Latihan Post Operasi
Latihan post operasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat,
dan penting untuk kemandirian (Kozier, 2010).
Menurut Kozier (2010), mobilisasi post operasi merupakan suatu aspek yang
terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan
kemandirian. Dari definisi tersebut dapat di simpulkan bahwa mobilisasi post
operasi adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin
dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis.
Konsep mobilisasi mula-mula berasal dari post operasi yang merupakan
pengambilan secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk
mencegah komplikasi (Roper, 2005).

2.2 Tujuan Latihan Post Operasi


Tujuan latihan post operasi menurut Kozier (2010), antara lain:
1) Mempertahankan fungsi tubuh
2) Meperlancar peredaran darah sehinga mempercepat penyembuhan luka
3) Mempertahan tonus otot
4) Memperlancar eliminasi urine
5) Mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal
dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian
6) Membantu pernafasan menjadi lebih baik
7) Memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi atau
berkomunikasi

3
2.3 Manfaat Latihan Post Operasi
Menurut Black (2010), manfaat latihan post operasi adalah :
1) Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan miring. Dengan bergerak
otot-otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya
menjadi kuat kembali dan dapat menguragi rasa sakit dengan demikian
pasien merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan dan
mempercepat kesehatan
2) Faal usus dan kandung kencing lebih baik. Dengan bergerak akan
merangsang peristaltik usus kembali normal
3) Mempercepat pemulihan post operasi, dengan demikian juga pasien akan
cepat merasa sehat

2.4 Jenis – Jenis Latihan Post Operasi


2.4.1 Pengaturan Posisi
Setelah pembedahan, pasien mungkin dibaringkan dalam berbagai posisi
(tergantung pada sifat prosedur bedahnya) untuk meningkatkan rasa
nyaman dan menghilangkan nyeri.
a. Posisi Telentang
Pasien berbaring terlentang tanpa menaikkan kepala. Pada banyak
kasus, ini adalah posisi di mana pasien dibaringkan segera setelah
pembedahan. Bed cover jangan sampai membatasi gerakan ibujari kaki
dan telapak kaki pasien.

b. Turning ( posisi miring )


Black (2010), mengatakan bahwa turning dilakukan miring
kesamping kanan atau kiri setelah pasien post operasi 2-3 jam.
Dilakukan bertujuan untuk mencegah komplikasi. Langkah turning
yaitu :

4
No Langkah-langkah Keterangan
1 Posisi pasien Posisi supinasi, naikan lutut ke atas dan
kaki pada bed sehingga bokong
terangkat
2 Turning Letakan tangan kanan pada sekitar
daerah insisi untuk menahannya, kaki
kanan lurus dan fleksi lutut kiri,
anjurkan pasien untuk memegang
penahan tempat tidur dengan tangan kiri
dengan tekanan penuh, lakukan miring
ke kanan dan lakukan pada posisi
sebaliknya.
3 Mengulangi turning Instruksikan pasien untuk turning
berganti posisi selama 2 jam sekali
Sumber : potter & perry (2009)

c. Posisi Fowler
Dari semua posisi yang diuraikan untuk pasien, posisi Fowler
kemungkinan adalah posisi yang paling umum. Badan pasien
ditinggikan pada sudut 60 sampai 70 derajat. Ini merupakan posisi
duduk yang nyaman. Pasien dengan drainase abdomen biasanya
dibaringkan dalam segera setelah mereka pulih kesadarannya, tetapi
bagian kepala tempat tidur harus ditinggikan dengan lambat untuk
mengurangi perasaan kepala terasa ringan.
Umumnya pasien merasa pening setelah bagian kepala ternpat
tidur dinaikkan; karena itu, frekuensi nadi dan warna kulit harus dikaji
dengan sering. Jika pasien mengeluh pusing, tempat tidur harus
diturunkan dengan perlahan. Jika pusing telah hilang, bagian kepala
tempat tidur dapat dinaikkan lagi dalam I atau 2 jam. Perawat harus
menentukan apakah pasien dalam posisi yang tepat dan nyaman.

5
2.4.2 Latihan pernafasan (Breathing Exercise)
Merupakan latihan yang bertujuan untuk memberikan latihan
pernafasan, pada kasus ini untuk meningkatkan volume paru pada pasca
operasi, breathing exercise dapat memperlancar jalannya pernafasan
dan membantu mempercepat pengeluaran sisa secret yang tertimbun
dalam saluran pernafasan.
Topcu & Findik (2012), menyatakan bahwa metode ini juga termasuk
metode non farmakologi untuk mengontrol nyeri dan digunakan untuk
meningkatkan efek analgesik. Dilaksanakan pada hari pertama setelah
pasien sadar pasca operasi 15-30 menit. Dengan langkah sebagai berikut :

No Langkah-langkah Keterangan
1 Posisi pasien Posisi semi fowler
2 Menautkan dua telapak Posisi digaris batas anterior rib cage
tangan atau batas bawah tulang iga,
dilanjutkan posisi jari di atas
abdomen
3 Nafas dalam Mengambil nafas perlahan-lahan
melalui hidung dalam kondisi mulut
tertutup, kemudian tahan selama 3
detik lalu hembuskan melalui mulut
seperti meniup balon secara
perlahan, ambil nafas seperti
menekan abdomen dan regangkan
tangan yang berkaitan
4 Mengulangi nafas dalam 3-5 Setiap pasien melakukannya
kali instruksikan pasien untuk bernafas
dalam secara perlahan selama 10 kali
Sumber : potter & perry (2009)

6
2.4.3 Batuk efektif
Batuk efektif untuk mencegah terjadinya masalah komplikasi post operasi
seperti penumpukan lendir yang dapat mengakibatkan atelektasi dan
pneumonia, sehingga diperlukan pendidikan kesehatan batuk efektif agar
pasien post operasi mampu mengeluarkan lendir sehingga tidak terjadi
komplikasi post operasi.
Batuk efektif dilaksanakan pada hari pertama 1 jam setelah pasien sadar
pasca operasi. Bertujuan untuk menghilangkan sputum dari saluran
pernafasan yang juga berkaitan dengan nafas dalam (Taylor, 2011).
langkah-langkahnya yaitu :

No Langkah – langkah Keterangan


1 Posisi pasien Posisi lurus, jika insisi operasi berada
pada abdomen atau bagian dada, ajari
pasien untuk mengunakan bantal atau
penyangga pada daerah insisi, dimana
selama pernafasan dan latihan batuk tekan
secara lembut area insisi dengan
mengunakan tangan secara hati-hati.
2 Batuk efektif Ambil nafas dalam secara perlahan, ambil
lewat hidung keluarkan lewat mulut,
Tarik nafas dalam kembali selama 3 kali
dan tahan nafas pada hitungan ketiga,
kemudian batukan secara penuh 2-3 kali
tanpa mengambil nafas
3 Mengulangi batuk Batuk selama 2-3 kalli per jam ketika
dan cek sputum bangun. Memeriksa sputum bagaimana
konsistensinya , bau, jumlah dan
perubahanan warna

7
Sumber : potter & perry (2009)

2.4.4 Latihan kaki


Latihan kaki digunakan untuk mencegah foot drop dan deformitas dan
untuk membantu dalam mempertahankan sirkulasi yang baik. latihan kaki Di
ulangi 5 kali setiap latihan dimana sebagai pemulihan dalam memfasilitasi
gerakan dilakukan 3-4 jam setelah pasien post operasi (helton, 2004)
langkah-langkahnya :
1. Minta klien berada pada posisi terlentang di tempat tidur
Demonstrasikan latihan kaki dengan melakukan latihan rentang pergerakan
sendi pasif dan dilanjutkan dengan penjelasan tentang latihan tersebut
Rasional : memberi posisi anatomi normal pada ekstremitas bawah
2. Rotasikan kedua pergelangan kaki membentuk lingkaran penuh
Instruksikan klien untuk menggambarkan lingkaran dengan menggunakan
jempol kakinya. Ulangi sebanyak 5 kali
Rasional : latihan kaki mempertahankan mobilitas sendi dan meningkatkan
aliran balik vena yang akan mencegah terbentuknya thrombus
3. Lakukan dorsofleksi dan plantar fleksi secara bergantian pada kedua kaki
klien. Bimbing klien untuk merasakan kontraksi dan relaksasi otot betis
secara bergantian. Ulangi sebanyak 5 kali
Rasional : meregangkan dan mengontraksikan otot-otot gastrocnemius
4. Minta klien melanjutkan latihan kaki dengan melakukan fleksi dan ekstensi
lutut secara bergantian. Ulangi sebanyak 5 kali
Rasional : mengontraksikan otot kaki bagian atas danmempertahankan
mobilitas lutut
5. Minta klien mengangkat kedua kaki secara tegak lurus dan permukaan
tempat tidur secara bergantian. Ulangi sebanyak 5 kali
Rasional : meningkatkan kontraksi dan relaksasi otot-otot kuadriseps
6. Minta klien melakukan latihan ini minimal setiap 2 jam pada saat klien
terjaga. Instruksikan klien untuk menggabungkan perpindahan posisi dan

8
latihan kaki dengan latihan pernafasan diafragma, spirometri simulasi, dan
latihan batuk
Rasional : pengulangan akan meningkatkan proses pembelajaran. Latihan
yang rutin akan menimbulkan kebiasaan pada klien. Latihan yang harus
dilakukan secara terus menerus terdiri dari latihan kaki,perpindahan posisi,
pernafasan, spirometri stimulasi dan batuk.
7. Observasi kemampuan klien dalam melakukan kelima latihan tersebut
secara mandiri
Rasional : memastikan bahwa klien telah mempelajari teknik yang tepat
8. Catat latihan yang telah didemonstrasikan dan kemampuan klien
melakukan latihan tersebut secara mandiri
Rasional : mendokumentasikan penyuluhan untuk dan menyediakan data
untuk pemberian instruksi yang lebih lanjut.

Gambar : Gerakan latihan fleksi dan rotasi kaki

(Sumber : Smeltzer, 2010)

2.4.5 Ambulasi Dini


Metode ini berguna untuk pemulihan pembuluh vena, dan peristaltic usus,
dimana ambulasi dini ini dilakukan 48 jam setelah post operasi ( taylor,
2011).
Latihan ini bertujuan untuk mempersiapkan aktivitas kesehariannya
seperti duduk, berdiri, jalan sehingga penderita mampu secara mandiri
dapat melakukan perawatan diri sendiri.

9
a. Latihan duduk
Selama kurang lebih 2 hari post operasi pasien mulai pertama beri
latihan duduk tetapi pasien diposisikan half lying ± 30o atau setengah
duduk. Apabila pasien dalam posisi half lying mengalami gangguan yaitu
masih terasa pusing maka posisi half lying dikembalikan seperti semula
(diturunkan lagi). Duduk dengan menekan lengan pada tempat tidur secara
hati-hati dan menghindari tekanan yang terlalu kuat di daerah insisi. Latihan
dilanjutkan lagi dan dilakukan setiap hari.
Tahap berikutnya melihat pasien agar duduk ongkang-ongkang di tepi
bed. Posisi pertama pasien tidur terlentang (half ± 30o) kemudian lutut
yang sehat ditekuk ± 45o juga, kemudian tangan pasien yang heterolaterial
mengayun memegang pinggir bed, kemudian pasien menarik tubuhnya
dibantu terapis sampai tepi bed dalam posisi duduk (hal lying ± 30o)
ongkang-ongkang fiksasi fisioterapi pada tungkai yang sakit yaitu pada
ankle dengan posisi selalu ekstensi.

b. Latihan berdiri
Setelah pasien berada dalam posisi ongkang-ongkang kemudian
dilanjutkan dengan turun dari bed. Adapun pelaksanaannya pasien turun
dari bed dengan hati- hati. Lama berdiri pasien tergantung pada berat
tidaknya kondisi yang dialaminya. Pasien bisa berdiri di atas kakinya
selama 2 menit atau mungkin 10 menit pada hari pertama. Lama waktu
berdiri bisa ditingkatkan secara bertahap, karena hal ini sangat penting agar
memungkinkan pereadaran darahnya mampu beradaptasi dengan efek rasa
sakit yang diderita oleh pasien tersebut.

c. Latihan berjalan
Bangun secara perlahan dan berhenti sejenak sebelum berdiri, dilanjutkan
berjalan secara hati-hati dengan berpegangang atau mengunakan alat bantu.

10
2.4.6 Pencegahan Dekubitus
Pencegahan dari dekubitus adalah prioritas utama dalam merawat pasien
dan tidak terbatas pada pasien yang mengalami pembatasan mobilitas.
Pencegahan luka dekubitus banyak tinjauan literatur mengindikasikan bahwa
luka tekan dapat dicegah. Meskipun kewaspadaan perawat dalam memberikan
perawatan tidak dapat sepenuhnya mencegah terjadinya luka tekan dan
perburukannya pada beberapa individu yang sangat berisiko tinggi. Dalam
kasus seperti ini, tindakan intensif yang dilakukan harus ditujukan untuk
mengurangi faktor risiko, melaksanakan langkah-langkah pencegahan dan
mengatasi luka tekan (Handayani, 2010). Untuk tindakan pencegahan lain
disebutkan juga oleh National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP) (2016)
:

a. Perawatan kulit
1. Periksa semua kulit sesegera mungkin (tapi dalam 8 jam).
2. Periksa kulit minimal setiap hari untuk tanda-tanda luka tekan, eritema
terutama nonblanchable (sebuah lesi eritematosa yang tidak kehilangan
semua kemerahan saat ditekan).
3. Menilai titik-titik tekanan, seperti sacrum, tulang ekor, pantat, tumit,
iskium, trochanters, siku dan di bawah peralatan medis.

11
4. Ketika memeriksa kulit berpigmen gelap, mencari perubahan warna
kulit, suhu kulit dan konsistensi jaringan dibandingkan dengan kulit
yang berdekatan. Bantu membasahi kulit dalam mengidentifikasi
perubahan warna.
5. Bersihkan kulit segera setelah episode inkontinensia.
6. Gunakan pembersih kulit yang pH seimbang untuk kulit.
7. Gunakan pelembab kulit sehari-hari pada kulit yang kering.
8. Hindari posisi seorang individu di atas lahan seluas eritema atau luka
tekan.

b. Nutrisi
1. Pertimbangkan individu dirawat di rumah sakit menjadi kurang gizi dan
gizi buruk dari tidak sakit atau menjadi nil per os (tidak diberi makanan
dan cairan) untuk pengujian diagnostic
2. Gunakan alat skrining yang benar dan dapat dipercaya untuk
menentukan risiko kekurangan gizi, seperti dugaan kecil tentang gizi.
3. Periksakan semua individu yang beresiko untuk luka tekan dari
kekurangan gizi pada seorang ahli diet terdaftar / ahli gizi.
4. Membantu individu pada waktu makan untuk meningkatkan asupan
oral.
5. Menganjurkan semua individu yang berisiko luka tekan untuk
mengkonsumsi cairan yang cukup dan diet seimbang.
6. Menilai perubahan berat badan tiap waktu.
7. Menilai kecukupan asupan oral, enteral dan parenteral.
8. Memberikan suplemen gizi antara makanan dan dengan obat oral,
kecuali kontraindikasi.

c. Reposisi dan mobilisasi


1. Pindahkan dan reposisikan semua individu yang beresiko untuk luka
tekan, kecuali kontraindikasi karena kondisi medis atau perawatan

12
medis.
2. Pertimbangkan memperpanjang jadwal berputar pada malam hari untuk
memungkinkan agar tidur tidak terganggu.
3. Pindahkan individu ke sisi berbaring posisi 30 derajat, dan gunakan
tangan anda untuk menentukan apakah sacrum berada pada tempat
tidur.
4. Hindari posisi individu pada area tubuh dengan luka tekan.
5. Pastikan bahwa tumit bebas dari tempat tidur.
6. Pertimbangkan tingkat imobilitas, paparan geser, kelembaban kulit,
perfusi, ukuran badan dan berat individu ketika memilih bantalan
pendukung.
7. Lanjutkan untuk memposisikan seorang individu ketika ditempatkan
pada setiap bantalan pendukung.
8. Gunakan bantal kursi untuk individu duduk di kursi atau kursi roda.
9. Reposisi individu lemah atau tak bergerak di kursi per jam.
10. Jika individu tidak dapat dipindahkan atau diposisikan dengan kepala
tempat tidur ditinggikan lebih dari 30 °, menempatkan pakaian busa
dengan polyurethane pada sakrum.
11. Gunakan perangkat yang memuat lebih untuk tumit atau pakaian busa
polyurethane pada individu yang berisiko tinggi untuk luka pada tumit.
12. Tempatkan busa tipis atau pakaian yang longgar di bawah peralatan
medis

13

Anda mungkin juga menyukai