Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : Irwan Budyarsana


……………………………………..............

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 041950471


………………………………………..........

Kode/NamaMataKuliah : MKDU4111/Pendidikan Kewarganegaraan


………………………………………………

Kode / NamaUPBJJ : UPBJJ:86/Ambon


………………………………………………

Masa Ujian : 2020/21.1 (2020.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1 Otonomi Daerah adalah kebijakan di dalam penyelenggaraan pemerintahan yang memiliki beberapa
tujuan salah satunya adalah untuk meningkatkan pelayanan pemerintah daerah kepada masyarakat.
Dengan diberlakukannya otonomi daerah, birokrasi yang panjang dan berbelit harapannya bisa
dikurangi sehingga masyarakat bisa mendapatkan pelayanan yang lebih cepat dalam berbagai bidang.
Persoalannya, namun demikian belum semua daerah mampu mencapai tujuan otonomi daerah
tersebut, bahkan di daerah yang maju sekali pun. Tidak jarang justru dijumpai pelayanan yang
berbelit-belit dan birokrasi yang rumit, yang pada akhirnya justru merugikan masyarakat. Salah satu
contohnya adalah pelayanan dalam hal data kependudukan, perizinan, dan lain sebagainya.

Analisis pada kasus ini dan faktor yang menjadi penyebab mengapa tujuan penyelenggaraan otonomi
daerah ini belum tercapai adalah sebagai berikut:

Aparatur pemerintah daerah sangat dituntut bukan saja siap secara profesional tetapi juga siap secara a
kademik dan moral. Tanpa daya dukung ini, pembangunan apapun termasuk pelayanan publik dan sia
papun pelaksananya tetap tidak memiliki signifikasi jika dihadapkan dengan tuntutan masyarakat yan
g mendesak untuk dipenuhi. Otonomi daerah akan bermakna ketika akuntabilitas maupun akseptabilit
as pemerintah daerah terhadap masyarakatnya terjawab dalam pelaksanaan pembangunan dan pelayan
an publik yang berkualitas di daerahnya. Sebab itu, pertanggungjawaban baik moral responsibility ma
upun sosial responsibility, maka pelaksanaan otonomi daerah tetap harus ada pengendali baik dari pe
merintah pusat maupun oleh masyarakat di daerah yang bersangkutan. Pemerintah daerah juga dituntu
t untuk membenahi infrastrukturnya yang berkenaan dengan pelaksanaan teknis, prosedur, sistem dan
mekanisme kerja antara perangkat pemerintah daerah dengan pemerintah dibawahnya yakni kecamata
n, kelurahan atau desa.

Faktor yang menjadi penyebab mengapa tujuan penyelenggaraan otonomi daerah ini belum tercapai
adalah sebagai berikut:

1. Keterbatasan sumber daya dan kewenangan pemerintah daerah untuk memungut sumber-sumber
pendapatan yang memadai guna melaksanakan tugas-tugas yang diserahkan oleh pemerintah pusa
t.
2. Kemampuan keuangan yang terbatas, diperkirakan akan kesulitan dalam mendanai penyelenggara
an pemerintahan. Karenanya, diperlukan perencanaan anggaran bagi penyelenggaraan anggaran b
agi setiap tingkatan pemerintah daerah.
3. Kuatnya paradigma birokrasi. Sampai sekarang aparat pemerintah daerah belum berani melakuka
n terobosan yang dibutuhkan. Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan untuk memberikan
pelayanan yang terbaik bagi masyarakat karena masih kuatnya pengaruh paradigma birokrasi. Pen
entuan hierarki dan pembagian unit organisasi, standarisasi, prosedur dan aturan-aturan daerah sa
ngat ditentukan oleh pemerintah pusat, dan pemerintah daerah harus loyal terhadap aturan tersebu
t. Dalam bidang manajemen telah disiapkan oleh pemerintah pusat, berbagai pedoman, petunjuk d
alam menangani berbagai tugas pelayanan dan pembangunan di daerah. Dalam bidang kebijakan
publik, program dan proyek-proyek serta kegiatan-kegiatan yang diusulkan harus mendapat perset
ujuan pemerintah pusat. Implikasinya masih banyak pejabat di daerah harus menunggu perintah d
an petunjuk dari pusat.
4. Lemahnya kontrol wakil rakyat dan masyarakat. Birokrasi di daerah cenderung melayani kepentin
gan pemerintah pusat, dari pada melayani kepentingan masyarakat lokal. Wakil rakyat yang ada
masih kurang mampu melaksanakan tugasnya melakukan kontrol terhadap pemerintah. Ketidakm
ampuan ini memberikan peluang bagi eksekutif untuk bertindak leluasa dan sebaliknya legislatif b
ertindak ngawur mengorbankan kepentingan publik yang justru dipercaya mewakili kepentingann
ya.
5. Kesalahan strategi. Pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk melakukan sendiri apa yang
mereka butuhkan, tetapi dengan kemampuan yang sangat marjinal. Hal ini akibat dominasi pem
erintah pusat di daerah yang terlalu berlebihan, dan kurang memberikan peranan dan kesempata
n belajar bagi daerah. Model pembangunan yang dilakukan selama ini sangat sentralistik birokra
tis yang berakibat penumpulan kreativitas pemerintah daerah dan aparatnya. Lebih dari itu, ketid
aksiapan dan ketidakmampuan daerah yang dahulu dipakai sebagai alasan menunda otonomi kur
ang diperhatikan.

2 Makna dasar dari otonomi daerah adalah adanya suatu kewenangan bagi Pemerintah Daerah untuk
menentukan kebijakan-kebijakan sendiri yang ditujukan bagi pelaksanaan roda pemerintahan
daerahnya sesuai dengan aspirasi masyarakatnya. Dengan diberlakukannya otonomi daerah,
pemimpin di daerah memiliki kewenangan yang lebih besar di dalam mengelola sumber daya daerah
serta menentukan kebijakan-kebijakan di daerah. Kewenangan pemerintah daerah yang semakin
bertambah ini, namun demikian menimbulkan persoalan tersendiri, yaitu penyimpangan-
penyimpangan kekuasaan yang dilakukan oleh pemerintah daerah, misalnya dalam bentuk perilaku
korupsi. Sejak kebijakan otonomi daerah ini diberlakukan, perilaku korupsi tidak hanya terjadi di
kalangan pemerintah pusat, tetapi juga di kalangan pemerintah daerah. Maraknya perilaku korupsi
yang dilakukan para pejabat daerah ini tentu menjadi hambatan di dalam pencapaian tujuan otonomi
daerah. Apabila tidak segera diatasi, maka tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah
daerah juga semakin lama akan semakin berkurang.

Berdasarkan ilustrasi tersebut, faktor apakah yang menjadi penyebab maraknya perilaku korupsi yang
dilakukan oleh para pejabat daerah di era otonomi daerah ini adalah sebagai berikut:
1. Otonomi daerah yang selama ini berjalan cenderung hanya terfokus pada pelimpahan wewenang
dalam membuat kebijakan, pengelolaan keuangan serta administrasi birokrasi dari pusat ke daerah.
Sistem otonomi daerah yang selama ini berjalan luput menyertakan pembagian kekuasaan ke
masyarakat. Dari hal ini menimbulkan konsekuensi munculnya peluang untuk mengakses sumber-
sumber ekonomi dan politik daerah hanya terbuka bagi para elite lokal. Hal inilah yang kemudian
menyebabkan terjadinya perbuatan koruptif antara pengusaha nakal dan penguasa korup.
2. Otonomi daerah telah memutus struktur hirarkis pemerintahan, yang memungkinkan kepala daerah
menjalankan kekuasaannya tanpa kontrol pemerintah pusat. Hubungan pusat dan daerah dalam sistem
otonomi yang sekarang ini berjalan ialah hubungan yang bersifat normatif-fungsional. Situasi ini
menyebabkan tidak adanya institusi formal yang mampu melakukan pengawasan secara efektif
terhadap kinerja pemerintahan daerah.
3. Gagalnya dewan legislatif daerah dalam menjalankan fungsinya sebagai pengontrol kekuasaan.
Bahkan, dalam banyak kasus korupsi di daerah, legislatif sering kali menjadi aktor yang terlibat di
dalamnya. Di sisi lain, gerakan masyarakat sipil (civil society) yang diharapkan mampu menjadi
pengawal pejabat negara yang rentan melakukan tindak pidana korupsi.
3 Riswandha Imawan menyatakan bahwa keberhasilan penyelenggaraan Otonomi Daerah salah satunya
ditentukan oleh semakin rendahnya tingkat ketergantungan (degree of dependenscy) Pemerintah
daerah kepada pemerintahan pusat, tidak saja dalam perencanaan tetapi juga dalam penyediaan dana,
karena sesuatu rencana pembangunan hanya akan efektif kalau dibuat dan dilakukan sendiri oleh
pemerintah daerah. Persoalannya, namun demikian tidak setiap daerah mampu mencapai keberhasilan
ini. Penyebabnya ada bermacam-macam. Bisa jadi karena kualitas sumber daya manusia yang rendah,
minimnya potensi sumber daya alam, atau justru dua-duanya. Dalam kasus ketika daerah justru
mengalami ketergantungan kepada pemerintah pusat, maka dapat dikatakan bahwa kebijakan otonomi
daerah yang dilakukan telah gagal.

Solusi apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan otonomi daerah dalam bentuk
ketergantungan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat tersebut?
1. Peningkatakan kualitas sumber daya masyarakat daerah
2. Pemerataan kebijakan dan pengelolan potensi sumber daya alam maupun sumber daya
manusia keseluruh daerah di Indonesia
3. Meningkatkan pelayanan masyarakat baik dilakukan oleh pemerintah daerah maupun pemerint
ah pusat
4. Pemerataan ekonomi dan pelayanan bagi seluruh daerah di Indonesia
5. Memberikan kebijakan sebebasnya oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam me
ngelola dan melaksanakan otonomi daerah.
6. Mengoptimalkan pengelolaan kekayaan dan aset daerah, penataan ulang (restrukturisasi aset),
agar dapat dimanfaatkan untuk kegiatan produktif dan pada akhirnya akan mendatangkan Pend
apatan Daerah melalui Retribusi Daerah atau Pendapatan Sewa
7. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat yang didukung dengan sistem administra
si perpajakan/retribusi yang jelas, dalam rangka pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daer
ah, melalui pemanfaatan teknologi informasi serta peningkatan kompetensi Aparatur pemungu
t Pajak/Retribusi Daerah
8. Mengoptimalkan pengelolaan BUMD, sebagai kepanjangan Pemerintah Daerah dalam penyedi
aan layanan publik, motor perekonomian dan sumber Pendapatan Daerah.

Good governance atau tata kelola pemerintahan yang baik merupakan salah satu faktor yang
mendukung tercapainya tujuan otonomi daerah. Meskipun kondisi ideal good governance tersebut
belum ditunjukkan sepenuhnya oleh pemerintahan daerah di seluruh dunia, namun demikian beberapa
pimpinan di daerah sudah mampu melaksanakan prinsip-prinsip good governance tersebut sehingga
mendapatkan predikat kepala daerah terbaik nasional. Salah satu contohnya adalah prestasi Wali Kota
Batam, Rudi, yang meraih penghargaan Wali Kota Terbaik 2019. Sebagaimana dikutip dari
pemberitaan di laman Tribun Batam, beberapa perbaikan yang dilakukan Rudi selama memimpin
Batam, dan dimungkinkan masuk dalam penilaian, antara lain adalah melakukan terobosan dalam hal
inovasi Mal Pelayanan Publik, melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), dan perbaikan di
layanan KTP, yang dahulunya dilayani di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, kini bisa
dilayani di tingkat kecamatan.

Berdasarkan informasi tentang raihan prestasi Wali Kota terbaik 2019 tersebut, prinsip-prinsip good
governance apa sajakah yang ditunjukkan oleh Rudi sehingga bisa memperoleh predikat sebagai Wali
Kota Terbaik 2019 adalah sebagai berikut:
1. Responsif
Tata kelola pemerintah yang baik juga ditentukan oleh seberapa cepat pemerintah tersebut
merespon berbagai macam persoalan yang muncul di masyarakat. Pada informasi diatas, Wali
Kota Batam, merespon permasalahan pelayanan publik kepada masyarakat dengan membuat
beberapa terobosan terbaru.
2. Kesetaraan
Kesetaraan adalah satu konsep yang penting di dalam implementasi sistem politik demokrasi.
Di dalam sistem politik demokrasi ini setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama
dalam hukum dan pemerintahan sehingga pada praktiknya setiap warga negara diperlalukan
secara sama. Pada kasus diatas Wali Kota Batam memberikan kesetaran kepada masyarakat
terutama dalam hal pelayanan publik.
3. Efektif dan efisien
Tata kelola pemerintah yang baik juga dapat dinilai dri sejauh mana pemerintah menggunakan
sumber daya yang ada untuk menyelesaikan berbagai macam persoalan yang dihadapi. Baik
buruknya tata Kelola pemerintah yang dijalankan akan di tentukan oleh sejauh mana
pemerintah mampu memanfaatkan sumber daya tersebut untuk menyelesaikan persoalan
sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Pada informasi diatas Wali Kota Batam melakukan
terobosan dalam hal inovasi Mal Pelayanan Publik, melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP), dan perbaikan di layanan KTP, yang dahulunya dilayani di Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil, kini bisa dilayani di tingkat kecamatan.
4. Visi strategis
Pemerintah atau pemimpin harus memiliki pandangan jauh kedepan tentang strategi apa yang
akan dilakukan untuk mengatasi berbagai macam persoalan yang mungkin terjadi. Pada
informasi diatas Wali Kota Batam memiliki visi strategis mengenai sistem pelayanan publik
yang optimal dan mempermudah pelayanan terhadap masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai