Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

NILAI - NILAI PANCASILA

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :

Yenko Putra Tamba


1514290161

FAKULTAS EKONOMI
UPI YAI
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berbicara tentang pancasila, tentu berkaitan dengan nilai-nilai pancasila, butir-
butir pancasila serta pengamalan-pengamalannya dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, nilai-nilai pancasila memiliki makna yang mendalam baik dari segi
sejarah pembentukan dan pengamalan. Pancasila adalah dasar negara yang juga
Landasan untuk menuju cita-cita bangsa dan untuk memotivasi bangsa dalam
mencapai cita-cita tersebut.
Dewasa ini, dengan perkembangan teknologi, modernisasi, westernisasi yang
tak lain adalah Globalisasi telah mengikis nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
masyarakat. Sehingga mengakibatkan ketidak tahuan masyarakat Indonesia
terhadap nilai-nilai dan butir-butir Dasar negara mereka sendiri. Dan
menanamkan pemikiran bahwa nilai-nilai, butir-butir dan pengamalan-pengamala
Pancasila hanya untuk para pelajar dan Mahasiswa saja.
Indonesia hidup di dalam berbagai macam keberagaman, baik itu suku, bangsa,
budaya dan agama. Dari ke semuanya itu, Indonesia berdiri dalam suatu keutuhan.
Menjadi kesatuan dan bersatu di dalam persatuan yang kokoh di bawah naungan
Pancasila dan semboyannya, Bhinneka Tunggal Ika. Tidak jauh dari hal
tersebut, Pancasila membuat Indonesia tetap teguh dan bersatu di dalam
keberagaman budaya.
Dan menjadikan Pancasila sebagai dasar kebudayaan yang menyatukan budaya
satu dengan yang lain. Karena ikatan yang satu itulah, Pancasila menjadi inspirasi
berbagai macam kebudayaan yang ada di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat ditentukan rumusan
masalah dalam makalah ini seperti :
1. Apa saja Nilai-nilai pancasila dalam Sosial-Budaya Bangsa Indonesia ?
2. Apa saja Butir-butir pancasila ?

3. Bagaimana Pengamalan pancasila dalam kehidupan.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Nilai-nilai Pancasila dalam Sosio-Budaya Bangsa Indonesia

a. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa


Keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa bukanlah suatu kepercayaan yang
tidak dapat dibuktikan kebenarannya melalui penalaran, melainkan suatu
kepercayaan yang berpangkal dari kesadaran manusia sebagai makhluk Tuhan.
Keyakinan yang demikian maka negara Indonesia berdasarkan ketuhanan Yang
Maha Esa, dan negara memberi jaminan sesuai dengan keyakinannya, dan untuk
beribadat menurut agama dan kepercayaannya.
Sebagai sila pertama menjadi sumber pokok nilai-nilai kehidupan, yang
menjiwai dan mendasari serta membimbing perwujudan kemanusiaan yang adil
dan beradab, penggalangan persatuan Insonesia yang telah membentuk RI yang
berdaulat penuh, bersifat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Hakekat pengertian nilai-nilai diatas sesuai dengan
Pernyataan dalam Pembukaan Uud 1945 yaitu keyakinan atas berkat rahmat
Tuhan Yang Maha Esa. Dalam sial pertama ini tercakup nilai religi yang mengatur
hubungan negara dan agama, sehubungan dengan manusia dengan Sang
Pencipta, serta nilai yang menyangkut hak asasi yang paling asasi.

b. Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


Dalam sila ini merupakan norma untuk menilai apa pun yang menyangkut
kepentingan manusia sebagai makhluk Tuhan yang mulai dengan kesadaran
martabat dan derajatnya, nilai-nilai dalam sila ini adalah refleksi dari martabat
serta harkat manusia yang memiliki potensi kultural. Menurut sila ini setiap
manusia Insonesia adalah bagian dari warga dunia, yang meyakini adanya prinsip
persamaan hak dan martabatnya sebagai hamba Tuhan.

c. Nilai Persatuan Indonesia


Sila ketiga ini meliputi makna persatuan dan kesatuan dalam arti Ideologis,
ekonomi, politik, sosial budaya, dan keamanan. Nilai persatuan ini dikembangkan
dari pengalaman sejarah bangsa Indonesia, yang senasib dan didorong untuk
mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka
dan berdaulat. Dan bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta mewujudkan perdamaian dunia yang
abadi. Sila ini mengandung nilai-nilai kerohanian dan nilai etis yang mencakup
kedudukan dan martabat manusia Indonesia untuk menghargai keseimbangan
antara kepentingan pribadi dan masyarakat. Nilai yang menjunjung tinggi tradisi
kejuangan dan kerelaan untuk berkorban dan membela kehormatan bangsa dan
negara.

d. Nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan Perwakilan.
Dalam sila ini, diakui bahwa negara RI menganut asas demokrasi yang
bersumber kepada nilai-nilai kehidupan yang berakar dalam budaya bangsa
Indonesia. Perwujudan demokrasi itu dipersepsi sebagai paham kedaulatan
rakyat, yang bersumber nilai kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan.

e. Nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Nilai-nilai yang terkandung dalam sial ini meliputi nilai keselarasan,
keseimbangan, dan keserasian yang menyangkut hak dan kewajiban yang dimiliki
oleh rakyat Indonesia, tanpa membedakan asal suku, agama yang dianut,
keyakinan politik, serta tingkat ekonominya. Didalam sila ini pun terkandung nilai
kedermawaan kepada sesama, memberi tempat kepada sikap hidup hemat,
sederhana, dan kerja keras.
Sila kelima ini juga mengembangkan nilai untuk menghargai karya, dan
norma yang menolak adanya kesewenang-wenangan, serta pemerasan kepada
sesama. Juga mengandung nila vital yaitu keniscayaan secara bersama
mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial, dalam makna untuk
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Nilai-nilai yang tercakup dalam
sila ini memberi jaminan untuk mencapai taraf kehidupan yang layak dan
terhormat sesuai dengan kodratnya, dan menempatkan nilai demokrasi dalam
bidang ekonomi dan sosial.

2. 45 butir-butir Pancasila
Ketuhanan Yang Maha Esa
1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara
pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa kepada orang lain.

Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis
kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa
lain.

Persatuan Indonesia
1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air
Indonesia.
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan
1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai
hasil musyawarah.
6. Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan
hasil keputusan musyawarah.
7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur.
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia,
nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi
kepentingan bersama.
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.

Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan
gaya hidup mewah.
8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
9. Suka bekerja keras.
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata
dan berkeadilan sosial.
Apabila Bangsa Indonesia benar-benar mengamalkan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila, tentunya degradasi moral dan kebiadaban masyarakat kita dapat
diminimalisir. Kenyataannya setelah era reformasi, para reformator alergi dengan
semua produk yang berbau orde baru termasuk P4 ( Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila) sehingga terkesan meninggalkannya begitu saja. Belum
lagi saat ini jati diri Indonesia mulai goyah ketika sekelompok pihak mulai
mementingkan dirinya sendiri untuk kembali menjadikan negara ini sebagai
negara berideologi agama tertentu.

3. Pengamalan Pancasila dalam Kehidupan

1. KETUHANAN YANG MAHA ESA


Sila pertama merupakan sumber pokok nilai-nilai kehidupan, sila ini memiliki
makna yakni bangsa mengakui, yakin dan percaya dengan adanya tuhan pencipta
alam semesta. Keyakinan setiap umat manusia berbeda-beda termasuk
keyakinan memeluk agama atau keyakinan beragama, seperti yang tercantum
dalam butir pancasila sila ke- 1, yang berbunyi “Manusia Indonesia percaya dan
taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”. Hal inilah
yang diamalkan dalam kehidupan penulis yakni percaya dan taqwa kepada Allah
SWT, dengan pengaplikasian melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi
segala larangannya, dengan melaksanakan sholat, puasa, sedekah serta amalan-
amalan yang diajarkan dalam agama penulis, serta pilihan sekolah penulis yang
lebih berkosentrasi dalam mengembangkan pembentukan rohani secara islamiah
untuk membentuk pribadi penulis sesuai dengan agama yang dipilih, diakui,
diyakini serta di percaya oleh, agar tidak semata-mata menjadi agama turunan.
Pengamalan lain yang dilakukan yakni menjunjung tinggi rasa toleransi terhadap
agama lain, hal ini di aplikasikan dengan tidak menjauhi agama lain, tetap
berteman dan menjalin keakraban dengan agama lain, serta menjaga setiap
omongan dan tingkah laku yang dapat menyinggung agama lain, selain itu,
pengaplikasian terhadap sila ke-1 ini juga dengan tidak memaksakan teman dan
sahabat dalam memeluk agama yang diyakini dan mengembangkan sikap saling
menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing.

2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB


Sila kedua berkenaan dengan pengakuan persamaan derajad, persamaan hak
dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan,
agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dsb. Kasus
dalam pengamalan sila ke-2 ini dengan mampunya bersikap tenggang rasa,
melakukan berbagai aksi kepedulian, salah satunya dengan memberikan bantuan
kepada korban-korban bencana alam seperti bencana yang masih begitu lekat
dalam pikiran yaitu bencana banjir bandang di daerah Kulawi, penulis ikut
membantu dalam mengumpulkan bantuan-bantuan untuk korban bencana di
salah satu posko pengumpulan dan ikut menyalurkannya ke daerah kulawi
walaupun tidak terjun langsung ke daerah bencana.

3. PERSATUAN INDONESIA
Sila ini memiliki makna yakni setiap individu mampu menempatkan persatuan,
kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. Sama halnya di
Indonesia, Indonesia memiliki ber-aneka ragam suku dan budaya, tanpa rasa
persatuan yang dijunjung tinggi, Indonesia takkan mungkin dapat bersatu.
Pengamalan sila ke-3 ini yakni dengan ikhlas melaksanakan Upacara bendera
setiap hari senin, mendengarkan dengan baik pembacaan UUD 1945 dan ikut
pembacaan Pancasila sejak SD dan SMA, hal ini dikarenakan rasa cinta bangsa
dan tanah air, selain itu pengamalan lain yaitu dengan mencintai, dan menghargai
produk dalam negeri untuk mensukseskan bangsa dan tanah air, pengamalan
pancasila yang berkenaan dengan sila ke-3 yaitu dengan kemampuan
menyesuaikan diri dalam lingkungan dengan suku yang berbeda, memiliki bahasa,
kebiasaan yang juga berbeda, salah kasus yang dialami. Orang yang berasal dari
suku batak terbiasa dengan cara berbicara orang batak yang tegas, dan keras yang
meninggalkan kesan membentak bagi sebagian orang, namun, penulis mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan, terutama dengan suku Jawa yang sangat
bertolak belakang dengan cara bicara suku Batak, dimana suku Jawa lebih pelan
dan Halus, bisa menyesuaikan nada bicara ketika berbicara dengan suku Jawa
agar tidak meninggalkan kesan kesalahpahaman pada lawan bicara yang memiliki
cara berbicara yang bertolak belakang.

4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM


PERMUSYAWARATAN/ PERWAKILAN
Sila ke-4 ini memiliki makna selalu melakukan musyawarah mufakat dalam
pengambilan keputusan, pengamalan sila ini dalam kehidupan pribadi yaitu
dengan aktifnya penulis dalam ber-organisasi, dalam ber-organisasi terdapat
banyak ide-ide yang berbeda sebab berasal dari individu yang memiliki
pandangan yang berbeda-beda, dalam menyatukan pikiran anggota yang
tergabung dalam organisasi tersebut dilakukan musyawarah mufakat untuk
mengambil keputusan yang arif dan bijaksana yang dapat mewakili setiap
pemikiran individu, agar tak terjadi kecemburuan sosial, karena sebagai warga
negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan,
hak dan kewajiban yang sama, termasuk kebebasan/ hak dalam berpendapat, dan
mampu menerima serta menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai
hasil musyawarah, dan sebisa mungkin meng-aplikasikan hasil keputusan
musyawarah. Contoh kecil pengamalannya yaitu ketika ikut berpartisipasi dalam
acara rutin di bulan ramadhan, dimana penulis menjadi ketua panitia dalam acara
tersebut, yaitu buka bersama anak yatim piatu, ketika penulis ingin memutuskan
panti asuhan tempat pelaksaan, begitu banyak ide, usulan tempat yang diajukan,
namun penulis tidak langsung memutuskan tempat pelaksanaan mengikuti
kehendak pribadi penulis, tetapi penulis mengadakan rapat dan memutuskannya
berdasarkan musyawarah mufakat, dimana musyawarah dilakukan dengan akal
sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur agar terwujudnya hasil yang
biaksana.
5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
Sila ke-5 ini memiliki makna bahwa Keadilan sosial dalam kehidupan
bermasyarakat tercipta karena adanya kesamaan hak dan kewajiban. Pengamalan
Pancasila dalam kehidupan pribadi penulis yang terkait dengan sila ini sangat
terasa ketika Hari Natal tiba, dimana keluarga penulis sering mengadakan duduk
bersama di malam, dan gotong royong dalam membersihkan rumah untuk
menyambut hari kemenangan tersebut. Penulis juga diajarkan untuk selalu
menyeimbangkan hak dan kewajiban, dimana ketika penulis ingin mendapat hak
maka penulis harus menyelesaikan kewajibannya terlebih dahulu. Penulis juga
selalu menghormati orang lain yakni selalu bersikap sopan pada setiap orang.
Contoh sederhananya yaitu penulis selalu melakukan kewajiban penulis sebagai
anak dengan membersihkann rumah, belajar, membantu orang tua, agar
mendapatkan uang saku sebagai hak. Selain itu orangtua penulis juga selalu
menanamkan sifat adil pada anak-anaknya yaitu dengan tidak mebeda-bedakan
anaknya atau yang biasa disebut “pilih kasih” jadi, penulis terbiasa hidup dalam
suasana adil, dan berusaha menunaikan kewajiban untuk mendapatkan hak. Yang
membuat penulis dapat mengembangkan sikap adil terhadap sesama. Penulis
juga selalu menghargai karya orang lain, yaitu ketika penulis bersama 2 orang
teman bersaing dalam pembuatan puisi yang akan dibacakan dalam perpisahan
sekolah, dan puisi penulis yang terpilih sebagai puisi yang akan dibacakan, namun
penulis tidak pernah mengejek ataupun memandang rendah puisi teman penulis
tersebut, melainkan penulis menggabungkan ketiga puisi menjadi satu puisi yang
akan dibacakan dalam perpisahan sekolah, agar bermanfaat bagi kesejahteraan
bersama.

BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Pancasila adalah dasar negara Indonesia dan sudah sepatutnya
menjadi dasar kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh masyarakat
indonesia, nilai-nilai Pancasila merupakan cakupan dari nilai, norma, dan moral
yang harusnya mampu diamalkan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab
apabila Bangsa Indonesia mampu mengamalkan nilai-nilai tersebut maka
degradasi moral dan kebiadaban masyarakat dapat diminimalisir, secara tidak
langsung juga akan mengurangi kriminalitas di Indonesia, meningkatkan
keamanan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.

SARAN
Sudah sepatutnya seluruh masyarakat Indonesia mengubah pikiran yang
berpikir pancasila hanya untuk para pelajar dan mahasiswa, dan mula memahami
nilai-nilai serta butir-butir pancasila tersebut dan mengamalkannya untuk
mencapai satu tujuan bersama yakni, menjadi Bangsa yang Makmur aman
sejahtera , dengan seribu pulau, budaya, dan berbagai agama. BHINEKA TUNGGAL
IKA.

Daftar Pustaka

http://blog.kenz.or.id/2006/06/01/45-butir-pengamalan-pancasila.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila
http://anakciremai.blogspot.com/2008/09/makalah-ppkn-tentang-landasan.html
http://islamlib.com/id/artikel/dalam-hal-toleransi-eropa-jauh-terbelakang
http://www.perdaonline.org/?
act=download&id=f70079ce2ef301c21f5ae74e94e82be4&type=regulasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Bhinneka_Tunggal_Ika
http://indowarta.com/index.php?option=com_content&task=view&id=707&Itemid=39
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
http://id.wikipedia.org/wiki/Antropologi
http://www.fisip.ui.ac.id/antropologi/httpdocs/jurnal/2002/68/02ktpms68.pdf
http://tutorialkuliah,blogspot.com/2009/05artikel-nilai-nilai-pancasila.html

Anda mungkin juga menyukai