Anda di halaman 1dari 18

PAPER IPA TERAPAN

“BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PERTANIAN


DAN KEHUTANAN"

KELAS 5L
DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 :

Nama Anggota :

1. Fathiyah Nur Andini 2020143472


2. Serlie Septarini 2020143474
3. Rika Amalia Putri 2020143476
4. Nabila Shafna 2020143479
5. Dhea Mareta 2020143481
6. Ikka Adeliya Yusuf 2020143483

Dosen Pengampuh : Farhan Yadi, S.T., M.Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 2022

1. Bioteknologi Konvensional di Bidang Pertanian dan Kehutanan : (Hidroponik)


1.1 Sejarah Bioteknologi Konvensional di Bidang Pertanian dan Kehutanan

Hidroponik merupakan budidaya tanaman tanpa tanah. Hidroponik telah berkembang


sejak pertama kali dilakukan penelitian-penelitian yang berhubungan dengan penemuan unsur-
unsur hara essensial yang diperlakukan bagi pertumbuan tanaman. Penelitian tentang unsur-
unsur penyusun tanaman ini telah dimulai pada tahun 1600-an. Akan tetapi budidaya tanaman
tanpa tanah ini telah di praktekkan lebih awal dari tahun tersebut. Istilah Hidroponik yang
berasal dari bahasa Latin yang berarti Hydro (air) dan Ponos (kerja), istilah hidroponik pertama
kali dikemukakan oleh W.F. Gericke dari University of California pada awal tahun 1930-an,
yang melakukan percobaan hara tanaman dalam skala nutrikultur
atau Hydroponics (Hidroponik).

Taman gantung (Hanging Gardens) Babylon adalah salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Taman
ini merupakan pengaplikasikan yang pertama dari teknik hidroponik yg tercatat dalam sejarah.
Beberapa taman lainnya seperti “Taman Apung (Floating Gardens) Aztecs” atau dikenal juga
Chinampas adalah contoh lainnya penggunaan teknik pertanian hidroponik.

Chinampas menggunakan sistem budidaya perairan yang paling efisien saat ini. Chinampas
menggunakan rakit yang terbuat dari bambu seperti tanaman Liana yang mengambang di danau.
Rakit tersebut ditutupi dengan lumpur yang berasal dari danau dan mengandung bahan organik
yang tinggi sebagai penyedia nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Akar dapat tumbuh sampai
kebawah rakit dan dapat bersentuhan langsung dengan air.

Hidroponik mulai masuk ke Indonesia sekitar tahun 1970-an. Pada tahun 1980-an Indonesia
mulai mengembangkan hidroponik. Pengembangan tanaman sayuran dengan menggunakan
budidaya secara hidroponik pertama kali dilakukan oleh Bob Sadino pada tahun
1982 pada lahan seluas 2,5 hektar. Budidaya sayuran secara hidroponik ini
merupakan aplikasi dalam skala industri. Perkembangan sistem hidroponik di Indonesia
dilatarbelakangi persoalan masyarakat yang ingin mengembangkan pertanian khususnya tanaman
hortikultura meliputi tanaman sayuran, buah-buahan, hias dan biofarmaka.

Sistem Hidroponik yang pertama kali dikembangkan di Indonesia adalah Sistem Substrat,
kemudian mulai berkembang Sistem Nutrien Film Technique (NFT). Selanjutnya mulai
dikembangkan Sistem Aeroponik. Disamping itu, sistem yang banyak dikembangkan adalah
Hidroponik Wick (sumbu), Hidroponik Rakit Apung dan juga Ebb and Flow.

1.2 Teknik Penerapan Hidroponik

1. Hidroponik Water culture system

Water culture system artinya adalah metode menanam hidroponik sistem rakit apung . Teknik ini
merupakan teknik bertanam hidroponik yang cukup sederhana . Konsep dari sistem ini adalah
membiarkan akar tanaman mengapung di air nutrisi sehingga tanaman dapat asupan nutrisi
selama 24 jam sehari non stop.

Bahan - bahan yang dibutuhkan untuk membuat sistem rakit apung :

1. Bak atau tempat penampungan air nutrisi .

2. Media tanam / rockwoll .

3. Netpot

4. Sterofoam

5. Benih tanaman

6. Larutan nutrisi hidroponik


2. Hidroponik Drip system

Drip System atau Sistem tetes merupakan salah satu dari teknik menanam hidroponik yang
umum digunakan karena cara kerjanya yang cukup sederhana . Sistem ini menggunakan timer
untuk mengatur penetesan air nutrisi pada tanaman.

3. Hidroponik Aeroponic system

Aeroponic system atau sistem Aeroponik ini menggunakan udara sebagai media tanam .
Konsepnya adalah membiarkan akar tanaman menggantung , lalu pada akar yang menggantung
tersebut disemburkan air / larutan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman dengan menggunakan
irigasi sprinkler .

Bahan - bahan yang diperlukan untuk membuat Sistem Aeroponik :

1. Bibit Tanaman

2. Sterofoam

3. Media tanam / Rockwool


4. Sprinkler

5. Pompa air

6. Pipa Paralon dan Etilen

7. Larutan nutrisi hidroponik

4. Hidroponik Wick system

Cara bertanam hidroponik wick system / sistem sumbu dibandingkan dengan berbagai jenis
sistem hidroponik lainnya , termasuk metode yang paling sederhana . Paling umum dipakai
terutama oleh para hobiis yang menanam hidroponik sederhana di rumah . Konsep dari cara
bertanam hidroponik sistem sumbu adalah pemberian nutrisi tanaman di media tumbuh melalui
sumbu yang digunakan sebagai reservoir . Jadi akar tanaman tidak tercelup langsung di dalam air
, melainkan mereka tumbuh dalam beberapa bahan penahan air seperti rockwool atau sabut
kelapa . Sistem ini dapat menggunakan berbagai media tanam , seperti kerikil pasir , serat /
serbuk kulit buah kelapa , sekam bakar dan rockwoll untuk menahan / menyimpan air .
Sedangkan untuk sumbunya , bisa menggunakan sumbu kompor , kapas atau kain bekas .

Cara bertanam hidroponik sistem sumbu disebut paling sederhana dan tidak ribet dikarenakan
tidak memerlukan listrik / sumber energi untuk memberikan nutrisi hidroponik pada tanaman .

Larutan nutrisi sampai pada akar tanaman hanya memanfaatkan sifat kapilaritas air Ujung sumbu
ditempatkan dalam reservoir yang berisi larutan nutrisi , sedangkan ujung yang lain ditempatkan
dalam media tanam menuju akar tanaman . Selain membasahi akar , media tanam yang dilalui
oleh sumbu ikut menjadi lembab oleh larutan nutrisi .

Selain sederhana dan simpel , kelebihan lainnya dalam penggunaan sistem sumbu adalah akar
tanaman dapat bernafas menyedot udara bersamaan dengan larutan nutrisi . Seperti kita ketahui
bersama , selain nutrisi , asupan udara yang cukup juga merupakan hal esensial dalam
pertumbuhan tanaman.

Kelebihan / kemudahan berikutnya dari sistem hidroponik sumbu , ketika larutan nutrisi pada
penampungan / reservoir habis , dapat diisi lagi dengan mudah tanpa menggunakan pompa
seperti yang dilakukan dalam tem hidroponik lainnya.
5. Hidroponik NFT ( nutrient film technique )

Pada metode NFT , tanaman ditanam dengan akar yang langsung menyentuh lapisan air dan
nutrisi yang tipis sehingga pasokan nutrisinya selalu tersirkulasi dan terjaga . Sistem ini disebut
nutrient film technique karena pada sistem ini air dan nutrisi yang digunakan mengalir tipis
seperti lembaran film dengan ketebalan 2-3 mm . Di Indonesia Metode ini banyak ditemukan dan
diaplikasikan oleh para petani hidroponik karena metode ini adalah salah satu metode yang
paling mudah digunakan dan dimodifikasi dalam penanaman .

Berbagai jenis tanaman dapat digunakan dalam metode hidroponik NFT seperti selada ,
kangkung , sawi dan lainnya , selain itu metode ini juga dapat dilakukan pada tanaman yang
berbuah seperti tomat , cabai dan mentimun selama tanaman masih memiliki sistem perakaran
serabut , namun umumnya sistem NFT digunakan untuk menanam sayuran daun . Perlu diingat
bahwa tanaman yang menghasilkan umbi yang biasa tumbuh dalam tanah tidak dapat ditanam
dalam metode NFT karena pada metode ini akar tumbuh sangat terbatas . NFT.

Cara kerja metode ini adalah dengan mengalirkan air dan nutrisi secara terus menerus dan air
yang telah mengalir akan kembali dan melewati jalur yang sama . Hal ini membuat sistem
hidroponik NFT sangat hemat air dan ramah lingkungan . Secara ringkasnya metode ini
menggunakan suatu wadah atau penampung air yang dicampur nutrisi kemudian air dialirkan ke
Gully atau tempat tumbuhnya tanaman dengan menggunakan pompa tanaman . Air yang sudah
mengalir dan melewati tanaman akan kembali dialirkan ke wadah penampungan melalui pipa
atau selang dan selanjutnya proses tersebut terjadi berulang ulang . Sirkulasi adalah kata yang
paling tepat untuk menggambarkan sistem hidroponik NFT.
Beberapa peralatan yang biasa digunakan dalam metode NFT antara lain :

1. Pompa yang digunakan untuk mengalirkan air dan nutrisi

2. Wadah atau reservoir penampung air dan nutrisi

3. Selang untuk mengalirkan air dan nutrisi dari wadah melalui pompa dan mengalirkan air

4. Tempat tumbuh tanaman yang dapat dibuat dari paralon , pipa atau lainnya yang biasa disebut
dengan gully .

5. Dudukan gully atau meja yang digunakan untuk menyangga tanaman sehingga dapat dialiri air
dan nutrisi .

Adapun beberapa kelebihan yang ditawarkan oleh sistem atau metode hidroponik NFT antara
lain:

a). Sistem ini bersifat fleksibel dan dapat ditanam di area outdoor maupun indoor ( butuh
growlight ) . Instalasi peralatan dapat disesuaikan dengan ruang dan lingkungan penanaman

b). Dapat digunakan untuk menanam beberapa jenis tanaman seperti sayur - sayuran dan buah
buahan yang berakar serabut .

Kekurangan sistem ini antara lain modal yang cukup tinggi untuk membangun peralatan dan
sistem , tanaman rawan mengalami gagal tumbuh karena air dan nutrisi harus dialirkan terus
menerus dan dibutuhkan aliran listrik . Sistem ini tidak cocok digunakan di daerah yang kurang
baik pasokan listriknya dan sering mengalami pemadaman . Selain itu sistem NFT memiliki
tingkat perawatan dan pengontrolan tanaman yang cukup tinggi .

6. Sistem Hidroponik Ebb and Flow


Sistem Hidroponik Ebb and Flow atau Flood and Drain System yang dikenal sebagai sistem
hidroponik pasang surut . Sistem ini sangat populer digunakan oleh penanam hidroponik
rumahan dikarenakan beberapa alasan . Salah satunya adalah sistem ini mudah untuk dibuat dan
diimplementasikan di ladang sempit sekalipun .

Untuk melancarkan teknik hidroponik sistem pasang surut ( Ebb and Flow System ) Anda bisa
menggunakan bahan apa saja yang ada jadi, Anda tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk
menanam tanaman hidroponik . Sistem ini juga bisa dibuat sedemikian rupa disesuaikan dengan
lahan yang Anda miliki baik ladang tanam indoor ataupun outdoor , dan tidak ada batasan untuk
berkreatifitas dan membuat perbedaan ketika Anda ingin membuatnya . Kemudian bersamaan
dengan kemurahan dan kemudahannya untuk dibuat , tanaman yang ditanam dengan
menggunakan sistem pasang surut akan tumbuh lebih sehat dan lebih baik dibandingkan dengan
sistem lain .

Teknik hidroponik sistem pasang surut ( Ebb and Flow System ) tahapan prosesnya tidak jauh
berbeda dengan namanya , yakni dengan cara mengaliri sistem akar tanaman dengan larutan kaya
nutrisi , yang dilakukan berdasakan ukuran periode tertentu .

Kemudian mengenai bagaimana sistem pasang surut ini bekerja sebenarnya cukup sederhana .
Bagian utama dari sistem pasang surut adalah menahan dan menyuplai air pada wadah dari
tanaman yang tumbuhkan . menanam satu tanaman saja juga bisa , ataupun lebih dari satu
dengan menempatkan tanaman dan wadahnya didalam bentuk beberapa seri .
Kemudian Sebuah Timer ( pengatur waktu ) perlu disematkan dan dinyalakan pada pompa air .
dan kemudian larutan nutrisi dipompa melalui selang dari reservoir kebagian atas , bagian utama
sistem dengan menggunakan pompa air akuarium . Larutan nutrisi secara terus menerus
mengaliri sistem ini hingga aliran ini mencapai batasan tertinggi dari kapasitas daya tampung
sistem utama guna merendam bagian akar tanaman hidroponik dengan larutan kaya nutrisi yang
dialirkan tadi.

Kemudian setelah aliran air mencapai batas tinggi atau meluap , air akan disurutkan kembali ke
bagian bawah yakni reservoir , tempat dimana air tersebut beresirkulasi menuju sistem kembali .
Tabung overflow ( luap ) mengatur tingkat batas tinggi air dari sistem pasang surut ini , sebagai
alat untuk memastikan larutan nutrisi tidak keluar bersamaan dengan air yang meluap ke bagian
atas sistem saat pompa air masih menyala . Ketika pompa dimatikan . pipa penyedot air kembali
mengalirkan air ke reservoir melalui pompa dengan gaya gravitasi sistem surut.

Alat dan Bahan yang di butuhkan untuk membuat sistem Ebb and Flow :

1. Sebuah wadah untuk akar tanaman tumbuh .

2. Sebuah wadah untuk reservoir untuk menampung larutan nutrisi .

3. Sebuah pompa air mancur selam .

4. Sebuah timer untuk menyalakn dan mematikan pompa air .

5. beberapa meter selang atau tabung penyalur air untuk menyalurkan air dari pompa di reservoir
ke sistem yang aka

6. Sebuah tabung oengukur banjir untuk mengatur ketinggian air yang meluap .

7. Beberapa macam media tanam .

1.3 Manfaat Hidroponik

Hidroponik memiliki sejumlah manfaat. Apa sajakah itu?


1. Tanaman bebas hama

Bercocok tanam dengan menggunakan tanah, terkadang bisa menimbulkan hama yang berasal
dari tanah itu sendiri. Penggunaan sistem hidroponik untuk bercocok tanam bisa meminimalisasi
atau menghilangkan hama yang menjadi musuh utama tanaman.

2. Hasilnya lebih banyak

Tanaman yang dihasilkan lebih banyak. Karena biasanya banyak tanaman yang terbuang sia-sia
akibat dimakan atau diserang hama. Sehingga hasil tanamannya jauh lebih banyak.

3. Tanamannya bisa dipanen kapan saja

Sistem hidroponik memungkinkan untuk menanam tanaman yang diinginkan dan dipanen kapan
saja, meskipun bukan musim tanaman tersebut.

4. Bebas pestisida

Hasil tanaman hidroponik disebut lebih sehat karena tidak menggunakan pestisida atau bahan
kimia. Pestisida sering digunakan untuk membasmi hama, sedangkan dalam hidroponik jumlah
hama bisa berkurang atau bahkan tidak ada karena menggunakan air sebagai medium utama.

5. Memaksimalkan ruang

Manfaat hidroponik yang selanjutnya adalah dengan memaksimal ruang karena tidak
membutuhkan ruang yang luas. Kita bisa memanfaatkan beberapa temat seperti teras rumah atau
balkon untuk melakukannya

1.4 Dampak Positif Hidroponik


Mengutip dari Buku Pintar Hidroponik (2019) karya Andre Setiawan, hidroponik memiliki
sejumlah keunggulan atau kelebihan, jika dibandingkan dengan sistem bercocok tanam lainnya.

1. Tidak membutuhkan tanah karena air digunakan sebagai medium utamanya.

2. Tidak perlu banyak air karena air akan terus disirkulasi atau diedarkan dalam sistem yang
telah dibuat sebelumnya.

3. Lebih bersih dan steril karena tidak ada tanah yang berceceran.

4. Bebas dari hama pengganggu tanaman yang sering muncul dari tanah.

5. Cocok diterapkan di lahan sempit atau terbatas karena tidak memerlukan pot besar atau tanah
yang luas.

6. Kandungan gizinya lebih tinggi karena tidak menggunakan pestisida.

7. Hasilnya bisa dipanen kapan saja dan mudah diambil.

8. Tanamannya bisa tumbuh lebih cepat, jika diawasi dan dikelola dengan tepat.

2. Bioteknologi Modern di Bidang Pertanian dan Kehutanan (Kultur Jaringan)

2.1 Sejarah Bioteknologi Modern di Bidang Pertanian dan Kehutanan

Sejarah perkembangan teknik kultur jaringan dimulai pada tahun 1838 ketika Schwann dan
Schleiden mengemukakan teori totipotensi yang menyatakan bahwa sel-sel bersifat otonom, dan
pada prinsipnya mampu beregenerasi menjadi tanaman lengkap. Teori yang dikemukakan ini
merupakan dasar dari spekulasi Haberlandt pada awal abad ke-20 yang menyatakan bahwa
jaringan tanaman dapat diisolasi dan dikultur dan berkembang menjadi tanaman normal dengan
melakukan manipulasi terhadap kondisi lingkungan dan nutrisinya. Walaupun usaha Haberlandt
menerapakan teknik kultur jaringan tanaman pada tahun 1902 mengalami kegagalan, namun
antara tahun 1907-1909 Harrison, Burrows, dan Carrel berhasil mengkulturkan jaringan hewan
dan manusia secara in vitro.

Keberhasilan aplikasi teknik kultur jaringan sebagai sarana perbanyakan tanaman secara
vegetatif pertama kali dilaporkan oleh White pada tahun 1934, yakni melalui kultur akar tomat.
Selanjutnya pada tahun 1939, Gautheret, Nobecourt, dan white berhasil menumbuhkan kalus
tembakau dan wortel secara in vitro. Setelah Perang Dunia II, perkembangan teknik kultur
jaringan sangat cepat, dan menghasilkan berbagai penelitian yang memiliki arti penting bagi
dunia pertanian, kehutanan, dan hortikultura yang telah dipublikasikan.

Pada awalnya, perkembangan teknik kultur jaringan tanaman berada di belakang teknik kultur
jaringan manusia. Hal itu disebabkan lambatnya penemuan hormon tanaman (zat pengatur
tumbuh). Ditemukakannya auksin IAA pada tahun 1934 oleh Kögl dan Haagen-Smith telah
membuka peluang yang besar bagi kemajuan kultur jaringan tanaman. Kemajuan ini semakain
pesat setelah ditemukannya kinetin (suatu sitokinin) pada tahun 1955 oleh Miller dan koleganya.
Pada tahun1957, Skoog dan Miller mempublikasikan suatu tulisan ”kunci” yang menyatakan
bahwa interaksi kuantitatif antara auksin dan sitokinin berpengaruh menentukan tipe
pertumbuhan dan peristiwa morfogenetik di dalam tanaman.

Penelitian kedua ilmuwan tersebut pada tanaman tembakau mengungkapkan bahwa rasio yang
tinggi antara auksin terhadap sitokinin akan menginduksi morfogenesis akar, sedangkan rasio
yang rendah akan menginduksi morfogenesis pucuk. Namun pola yang demikian ternyata tidak
berlaku secara universal untuk semua spesis tanaman. Ditemukannya prosedur perbanyakan
secara in vitro pada tanaman anggrek Cymbidium 1960 oleh Morel, serta diformulasikannya
komposisi medium dengan konsentrasi garam mineral yang tinggi oleh Murashige dan Skoog
pada tahun 1962, semakin merangsang perkembangan aplikasi teknik kultur jaringan pada
berbagai spesies tanaman. Perkembangan yang pesat pertama kali dimulai di Perancis dan
Amerika, kemudian teknik ini pun di kembangkan di banyak negara, termasuk Indonesia, dengan
prioritas aplikasi pada sejumlah tanaman yang memiliki arti penting bagi masing-masing negara.

Meningkatnya penelitian kultur jaringan dalam dua dekade terakhir telah memberi sumbangan
yang sangat besar bagi ahli pertanian, pemuliaan tanaman, botani, biologi molekuler, biokimia
penyakit tanaman, dan sebagainya. Karena kultur jaringan telah mencapai konsekuensi praktis
yang demikian jauh di bidang pertanian, pemuliaan tanaman dan sebagainya maka dapat
dipastikan junlah penelitian dan aplikasi teknik ini akan terus meningkat pada masa-masa
mendatang.

2.2 Teknik Penerapan Kultur Jaringan


Teknik Kultur Jaringan tanaman ( Kultur In-Vitro) Pada tahun 1901 Morgan mengemukakan
bahwa setiap sel mempunyai kemampuan untuk berkembang menjadi suatu jasad hidup yang
lengkap melalui proses regenerasi. Kemampuan ini oleh Morgan disebut sebagai totipotensi
(totipotency).

Konsep totipotensi tersebut mempuyai makna sangat penting dalam bidang kultur jaringan.
Istilah kultut jaringanmengacu pada teknik untuk menumbuhkan jasad multiseluler dalam
medium padat maupun cair menggunakan jaringan yang diambil dari jasad tersebut. teknik kultur
jaringan tersebut dilakukan sebagai alternatif perbanyakan tanaman bukan dengan menggunakan
media tanah, melainkan dalam medium buatan di dalam tabung. Teknik ini sekarang berkembang
luas sehingga bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan awal perbanyakan tidak hanya
dikenal teknik kultur sel. Oleh karena itu teknik ini secara umum disebut sebagai teknik in-vitro.

a. Teknik Kultur In-Vitro

Tanaman memerlukan bebberapa komponen utama yaitu :

1). Bahan awal (starting materials)

2). Medium yang sesuai

3). Tempat kultivasi.

Bahan awal yang dapat digunakan kultur In-Vitro tanaman bermacam-macam, antara lain:
petiole, anther, pollen, petal, ovule, akar dan lain-lain. Bagian tanaman yang digunakan sebagai
bahan awal kultur in-vitro disebut eksplan. Untuk mengembangkan tanaman secara in-vitro
sampai menjadi plantlet dan akhirnyamenjadi tanaman lengkap yang siap dipindah ke medium
tanah, maka terdapat beberapa tahapan utama yang harus dilakukan, yaitu :

(1). Pemilihan sumber tanaman yang akan digunakan sebagai bahan awal (jaringan meristem ,
eksplan, dan lain-lain),
(2). Penanaman pada medium yang sesuai sampai terjadi perbanyakan (misalnya dalam bentuk
kalus),
(3). Pembentukan tunas dan akar sampai terbentuk plantlet,
(4). Aklimatisasi, yaitu proses adaptasi pada lingkungan di luar sistem in - vitro,
(5). Penanaman pada medium biasa (tanah atau media bukan artifisial lainnya).

b. Pemilihan dan menyiapkan eksplan.


Bahan yang akan digunakan sebagai eksplan sebaiknya berasal dari bagian tanaman yang masih
muda dan sehat. Sebelum digunakan, eksplan harus dibersihkan dengan air bersihdan deterjen
khusus, misalnya Tween-80, kemudian disterilkan. Bahan yang berupa biji yang keras harus
diperlakukan khusus menggunakan asam sulfat 50% untuk menghilangkan dormansi biji, setelah
itu dibersihkan dengan air mengalir selama 1-2 jam.

Eksplan yang akandigunakan dipotong-potong dengan ukuran yang sesuai dengan


keperluan.Salah satu prasyarat utama dalam teknik kultur in-vitro adalah kebersihan dan sterilitas
alat sertatempat yang digunakan. Hal ini diperlukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi oleh
bakteri atau jamur yang pertumbuhannya jauh lebih cepat dibanding denganpertumbuhan kultur
sel atau jaringan tanaman. Oleh karena itu pekerjaan kultur in-vitro sebaiknya dilakukan
ditempat yang tertutup dan tidak digunakan untuk aktivitas yang lain.

Untuk menjaga sterilitas maka pekerjaan sebaiknya dilakukan didalam laminar air flow,
yaitusuatu kabin yang dirancang khusus untuk melakukan pekerjaan yang menuntut sterilitas.
Alat-alat dan bahan yang tahan panas dapat disterilisasi dengan autoklaf, sedangkan
peralatanatau tempat kerja yang lain dapat disterilkan dengan menggunakan alkohol atau
disinfektan yang sesuai, misalnya larutan merkuri klorida (HgCl2) 0,01-0,1%. Jarum atau pisau
yang digunakan untuk memotong atau mengambil dan menanam eksplan harus disterilkan juga
dengan membkar dengan lampu bunsen sesaat sebelum digunakan. pada prinsipnya semua
pekerjaan dalam kultur in-vitro harus dilakukan secara aseptik.

c. Medium yang digunakan untuk kultur in-vitro tanaman dapat berupa medium padat dan cair.

Medium padat digunakan untuk menghasilkan kalus yang selanjutnya diinduksi membentuk
tanaman yang lengkap (plantlet), sedangkan medium cair biasanya digunakan untuk kultur sel.
Medium yang digunakan mengandung lima komponen utama, yaitu senyawa anorganik, sumber
karbon, vitamin, zat pengatur tumbuh, dan suplemen organik.Senyawa anorganik terdiri atas
unsur-unsur makro dan mikro.

Pada umumnya medium mengandung nitrat dan potassium pada konsentrasi masing-masing 25
Mm. Ammonium merupakan senyawa esensial untuk hampir semua kultur tetapi konsentrasi
yang diperlukan esensial untuk hampir semua kultur tetapi konsentrasi yang diperlukan lebih
rendah dibanding dengan nitrat.
Konsentrasi kalsium, magnesium dan sulfat yang diperlikan sekitar 1-3 Mm. Unsur-unsur mikro
yang diperlukan antara lain iodine (I), Boron (B), mangan (Mn), zinc (Zn), molybdenum (Mo),
tembaga (Cu), kobalt (Co) dan besi (Fe).Sumber karbon yang digunakan dapat berupa glukosa,
fruktosa, maltosa atau sukrosa dengan konsentrasi sekitar 2-4 %. Tetapi sukrosa merupakan
sumner karbon yang banyak digunakan dalam banyak sistem kultur.

Vitamin yang digunakan antara lain adalah thiamin, pyridoxine dan asam nikotinat. Suplemen
senyawa organik yang digunakan adalah asam amino (glycine), ekstrak khamir, peptone, ekstrak
malt. Meskipun demikian, biasanya medium sintetik yang jelas komposisi kimiawinya lebih
banyak digunakan. sedangkan suplemen organik yang tidak jelas komposisikimiawinya hanya
digunakan jika dianggap esensial.Zat pengatur tumbuh juga diperlukan dalam kultur in-vitro
untuk mendukung pertumbuhan.

Kombinasi zat pengatur tumbuh yang digunakan meliputi :

(1) untuk perbanyakan (proliferation) sel digunakan 2,4 dichlorophenoxy acetie acid (2,4-D) atau
1-naphtalene acetic acid (NAA) dan sitokinin.

(2) untuk regenerasi diperlukan auxin dalam konsentrasi rendah dan sitokinin dalam konsentrasi
tinggi, tetapi bukan dalam bentuk 2,4-D. Medium yang digunakan untuk kultur in-vitro sekarang
dapat dibeli dalam bentuk jadi meskipun harganya lebih mahal dibanding kalau dibuat sendiri di
laboratorium. Komposisi medium untuk kultur in-vitro dapat dilihat pada buku-buku manual
kultur in-vit ro.

d. Tempat Kultivasi Kultur in-vitro tanaman dapat dilakukan dengan menggunakan dua macam
medium yaitu medium padat atau medium cair.

Kultivasi sel atau jaringan secara in-vitro secara prinsip dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai macam wadah, mulai dari tabung reaksi, tabung erlenmeyer, bahkan botol gelas
sederhana. Hal ini yang paling penting dalam pemilihan wadah untuk kultur in-vitro adalah
kemudahan untuk menjaga sterilitasnya selama perbanyakan sel atau jaringan . jika
menggunakan kultivasi pada medium cair dan perlu penggojokan maka sebaiknya digunakan
wadah yang memungkinkan untuk ditempatkan secara mudah dan aman pada alat penggojok.
Oleh karena itu tabung erlenmeyer merupakan wadah yang ideal untuk kultur sel menggunakan
medium cair.

Prinsip dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam wadah, mulai dari tabung reaksi,
tabung erlenmeyer, bahkan botol gelas sederhana. Hal ini yang paling penting dalam pemilihan
wadah untuk kultur in-vitro adalah kemudahan untuk menjaga sterilitasnya selama perbanyakan
sel atau jaringan. jika menggunakan kultivasi pada medium cair dan perlu penggojokan maka
sebaiknya digunakan wadah yang memungkinkan untuk ditempatkan secara mudah dan aman
pada alat penggojok. Oleh karena itu tabung erlenmeyer merupakan wadah yang ideal untuk
kultur sel menggunakan medium cair.

e. Kultur kalus Tanaman dapat diperbanyak secara vegetatif menggunakan teknik kultur in-vitro
dengan tenknik kultur kalur atau kultur sel.

Jika suatu eksplan ditanam pada medium padat atau dalam medium cair yang sesuai, dalam
waktu 2-4 minggu, tergantung spesies, akan terbentuk masa kalus yaitu suatu masa amorf.yang
tersusun atas sel-sel parenkim berdinding sel tipis yang berkembang dari hasil proliferasi sel-sel
jaringan induk. Kalus dapat di sub-kultur dengan cara mengambil sebagian kalus dan
memidahkannya pada medium baru.

Dengan sistem induksi yang tepat kalus dapat berkembang menjadi tanaman yang utuh
(plantlet)Kultur kalus dapat dikembangkan dengan menggunakan eksplan yang berasal dari
berbagai sumber, misalnya tunas muda, daun, ujung akar, buah, dan bagian bunga. Kalus
dihasilkan dari bagian luar sel-sel korteks pada eksplan melalui pembelahan sel berulang-ulang.
Kultur kalur tumbuh berkembang lebih lambat dibanding kultur yang berasal dari suspensi sel.
Kalus terbentuk melalui 3 tahapan, yaitu induksi pembelahan sel dan diferensiasi. Pembetukan
kalus ditentukan sumber eksplan, komposisi nutri pada medium danfaktor lingkungan . eksplan
yang berasal dari jaringan meristem berkembang lebih cepat dibanding jaringan dari sel-sel
berdinding tipis dan mengandung lignin.

Untuk memilahara kalus, maka perlu dilakukan sub kultur secara berkala, misalnya setiap 30 hari
.Kultur kalus bermanfaat untuk mempelajari beberapa aspek dalam metabolisme tumbuhan dan
diperensiasinya, misalnya(1) mempelajari aspek nutrisi tanaman , (2) diperensiasi dan
morfogenesis sel dan organ tanaman, (3) variasi somaklonal, (4) transformasi genetik
menggunakan teknik biolistik, (5) produksi metabolit sekunder dan regulasinya.

f. Kultur Sel

Kultur sel tanaman dapat ditumbuhkan dengan menggunakan medium cair dalam erlenmeyer.
Sebagai “inokulum” digunakan sebagian kalus yang ditumbuhkan dalam medium cair dan
digojok sehingga sel dapat terpisah. Selain membuat sel menjadi terpisah (tidak mengelompok),
penggojokan juga berfungsi memberikan air asi pada kultur. Banyaknya inokulum yang
digunakan sering kali mempengaruhi laju pertumbuhansel, karena itu dikenal suatu konsep yang
disebut kerapatan sel awal kritis (critical initial cell density) yaitu jumlah inokulum terendah
bervolume medium yang memungkinkan kultur sel dapat tumbuh.

g. Kultur Protoplas Kultur protoplas dapat dilakukan dengan cara menggabungkan seluruh
genom dari spesies yang sama (intra-spesies), atau antarspesies dari genus yang sama (inter-
spesies), atau antargenus dari satu famili (inter-genus). Penggunaan fusi protoplas
memungkinkan diperolehnya hibrida-hibrida dengan tingkat heterosigositas yang tinggi
walaupun tingkat keberhasilannya sangat ditentukan oleh genotipenya. Teknologi kultur
protoplas juga dapat dilakukan untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu seperti sifat ketahanan
terhadap hama dan penyakit serta cekaman abiotik.

h. Pemilihan LingkunganKeadaan lingkungan yang baik yaitu memenuhi syarat-syarat aseptic


sebagai prinsip dari kultur jaringan. Artinya, semua tahapan yang dilakukan dalam proses kultur
haruslah steril. Hal ini bertujuan supaya menghindari kontaminasi kuman maupun bakteri.
Sterilisasi eksplan dan media dapat dilakukan di dalam laminar air flow. Tempat penyimpanan
juga harusdiperhatikan, yaitu tempat yang suhu, pencahayaan, dan pengaturan udara yang baik.

2.3 Manfaat Kultur Jaringan

- Dapat menciptakan tanaman baru yang bebas dari kontaminan berupa penyakit atau virus atau
bakteri.

- Dapat melestarikan tanaman dengan sifat yang sama dengan induknya

- Dapat memproduksi tanaman baru dengan waktu yang singkat.

- Pelaksanaannya tidak bergantung musim.


- Untuk menciptakan varietas baru berdasarkan rekayasa genetik.

2.4 Dampak Positif dan Dampak Negatif Kultur Jaringan

Dampak Positif :

- Bibit yang dihasilkan bervariasi

- Pengadaan bibit tidak bergantung kepada musim

- Dapat menghasilkan bibit yang banyak dengan waktu yang singkat

- Biaya transportasi lebih murah dan mudah

- Bibit yang dihasilkan terhindar dari penyakit

- Bibit yang diperoleh mempunyai sifat yang sama dengan induknya

- Metabolit sekunder tanaman dapat segera diperoleh tanpa menunggu tanaman dewasa

Dampak Negatif :

- Memerlukan proses aklimatisasi, Karena penyesuaian tempat hidup tanaman

- Memerlukan biaya awal yang relative mahal

- Hanya mampu dilakukan oleh orang dengan keahlian khusus

- Dalam kultur sel hewan, hasil kultur tidak dapat menghasilkan individu baru selain kultur
embrio

- Tidak dapat mengubah sifat tanaman yang di timbulkan.

Selesai

Anda mungkin juga menyukai