PENDAHULUAN
☺
☺
☺
1. Quraish Shihab, 2000, Tafsir Al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, Jakarta : Lentera hati, Hal. 185
Dalam rangka membangun “masyarakat madani modern”, meneladani
Nabi bukan hanya penampilan fisik belaka, tapi sikap yang beliau peragakan
saat berhubungan dengan sesama umat Islam ataupun dengan umat lain, seperti
menjaga persatuan umat Islam, menghormati dan tidak meremehkan kelompok
lain, berlaku adil kepada siapa saja, tidak melakukan pemaksaan agama, dan
sifat-sifat luhur lainnya.
Kita juga harus meneladani sikap kaum Muslim awal yang tidak
mendikotomikan antara kehidupan dunia dan akhirat. Mereka tidak
meninggalkan dunia untuk akhiratnya dan tidak meninggalkan akhirat untuk
dunianya. Mereka bersikap seimbang (tawassuth) dalam mengejar kebahagiaan
dunia dan akhirat. Jika sikap yang melekat pada masyarakat Madinah mampu
diteladani umat Islam saat ini, maka kebangkitan Islam hanya menunggu waktu
saja.
Masyarakat madani lebih dikenal dengan civil society. Pada tahun
1990-an istilah civil society baru dikenal di masyarakat. Kemunculan wacana
civil society dalam banyak hal terkait erat dengan fenomena tentang kondisi
sosial politik global danmeluasnya proses demokratisasi di seluruh dunia pada
2
sekitar dasawarsa 1980-an, serta dinamika internal politik Indonesia.
Fenomena itu berawal daribangkitnya nasionalisme di Eropa timur dan Eropa
Tengah yang menandai tumbangnya rezim-rezim totalitarian yang kemudian
disusul oleh arus demokratisasi di berbagai kawasan, mulai Amerika Latin,
tengah dan sejumlah negara-negara di Afrika dan Asia. Wacana civil society
kembali marak diperbincangkan di Indonesia ketika terjadi perubahan kondisi
sosial politik yang disponsori oleh gerakan besar Reformasi. Seiring dengan
proses perubahan ini, akhirnya tercetuslah sebuah ide membentuk Masyarakat
Madani dalam perspektif ke-Indonesia-an. Ide ini menjadi isu sentral negara
bangsa kontemporer yang didukung oleh para elit politik Indonesia.3
Di kalangan publik, civil society diinterpretasi dan diadaptasi dalam
berbagai kosakata. Ada yang mengistilahkan dengan masyarakat madani,
masyarakat kewargaan, masyarakat warga, masyarakat utama, masyarakat sipil,
dan terakhir tetap menggunakan terminologi civil society, tanpa berupaya
2
Ahmad Baso, 1999, Civil Society Versus Masyarakat Madani: Arkeologi Pemikiran “civil society”
dalam Islam Indonesia, Bandung: Pustaka Hidayah, Hal.13
3
A.S. Hikam, Muhamad, 2000, Islam, Demokrasi dan Pemberdayaan. Jakarta: Erlangga, Hal 4-5
menterjemahkannya lagi sebagaimana yang tetap digunakan dalam penelitian
ini. 4 Di antara beberapa penggunaan terminologi tersebut, secara sederhana
bisa ditemukan adanya dua kecenderungan pemikiran atau referensi besar
dalam perdebatan tentang wacana civil society di Indonesia. Yaitu Masyarakat
Sipil yang disintesakan dari pemikiran filsafat sosial Barat dan Masyarakat
Madani yang diderivasikan dari pemikiran sosial politik Islam. Berbagai kajian
pemikiran sosial politik Islam di Indonesia memang telah banyak
memperbincangkan tentang teori sosial dan konsep-konsep politik modern yang
erat kaitannya dengan civil society, seperti kajian tentang demokrasi, hubungan
negara dengan rakyatnya, posisi agama dan negara maupun civil society itu
sendiri. Namun demikian di antara kajian yang ada tentang civil society selama
ini, lebih bersifat teoritis dan banyak sekali kekurangan data empirik dan kajian
5
praktik historisitasnya. Sehingga masih membuka kemungkinan untuk
melakukan kajian yang secara khusus membahas gagasan dan pemikiran sosial
politik Islam yang bisa mendorong terjadinya tranformasi bagi terwujudnya
civil society dalam realitas sejarah.
Berbicara mengenai masyarakat madani kita tidak akan lepas dari salah
satu tokoh penggagas dan pemikir tentang Masyarakat Madani yaitu Bapak
Nurcholis Madjid atau lebih dikenal dengan Caknur. Beliau merupakan tokoh
agama, sosial, dan politik. Banyak pemikiran-pemikirannya tentang agama
yang dihubungkan dengan kemoderenan, kehidupan sosial masyarakat, dan
salah satu pemikirannya yang paling tekenal adalah tentang masyarakat madani.
Indonesia merupakan negara yang begitu luas dengan dihuni
masyarakat yang memiliki karakter berbeda-beda, memiliki budaya, bahasa,
agama, suku yang beraneka ragam pula. Keanekaragaman tersebut sangat
berpotensi besar untuk kemajuan negara Indonesianya sendiri. Masyarakat
yang berpotensi ini seharusnya mampu mengoptimalkan pribadinya untuk
kemudian hidup di lingkungan masyarakat dan menciptakan masyarakat yang
madani. Masyarakat madani merupakan keadaan sempurna di mana potensi
masyarakat tersalurkan dan keadaan masyarakat yang sejahtera. Berdasarkan
latar belakang tersebut peneliti tetarik untuk melakukan sebuah penelitian
4
Ibid, Hal 45-46
Ahmad Baso, 1999, Civil Society Versus Masyarakat Madani: Arkeologi Pemikiran “civil society”
5
B. Rumusan Masalah
E. Metode Penelitian
1. Heuristik
Tahapan penelitian untuk menemukan sumber-sumber sejarah yang keterkaitan
dengan pokok bahasan penelitian. Adapun cara mengumpulkan sumber sejarah
yaitu:
a. Penelitian pustaka
Penelitian ini merupakan library research dengan bentuk deskriptif
analitis dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan
karena fokus penelitian menitikberatkan pada bagian konseptual yang
berupa konsep pemikiran Nurcholis tentang masyarakat madani. Oleh
karena itu, data yang akan dihimpun merupakan data-data kepustakaan yang
representative dan relevan dengan obyek kajian. Metode yang penulis
gunakan untuk memperoleh data tentang pemikiran Nurcholis Majid,
dengan menggunakan pendekatan historis.
b. Wawancara
Wawancara ini dilakukan kepada narasumber yang memahami
tentang wacana pemikiran dan konsep masyarakat madani yang digulirkan
oleh Nurcholis Madjid pada akhir abad 20.
c. Metode observasi
Metode ini dilakukan untuk memperoleh informasi dengan cara
turun langsung ke lapangan. Pada metode ini peneliti akan meninjau tempat
tempat yang menjadi studi kajian tentang pemikiran Nurcholis Madjid
2. Tahapan Verifikasi
Pada tahapan ini peneliti akan melakukan penyeleksian data-data yang sudah
diperoleh, sebagai upaya untuk mendapatkan data yang objektif.
3. Tahapan Interpretasi
Tahapan ini merupakan penafsiran dari sumber-sumber sejarah yang sudah
dikumpulkan, yang terkait dengan pembahasan yang sedang dikaji.
4. Tahapan Historiografi
Tahapan ini merupakan tahapan akhir, yakni peneliti akan menyajikan hasil dari
penelitian ke dalam tulisan yang tersusun secara sistematis.
F. Sistematika Penulisan
Pembahasan skripsi ini akan dibagi menjadi lima BAB, dengan
sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam pembahasan pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang rumusan
masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori/kerangka konseptual,
metode penelitian dan sistematika penulisan.
Pada bab ini peneliti akan memaparkan tokoh yang menjadi focus dalam penelitian
ini yaitu Nurcholis Madjid. Bagaimana riwayat hidup, aktifitas intelektual,
karya-karya dan akhir hayat Nurcholis Madjid.
Dalam pembahasan pada bab ini menjelakan tentang konsep masyarakat madani
dalam perspektif Nurcholis Madjid dan pelaksanaan konsep masyarakat madani.
Bab ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan peneliti dengan mengkaji
beberapa teori dengan menggunakan metode yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya untuk kemudian dianalisis dan ditarik kesimpulan.
BAB V PENUTUP
Berisi tentang hasil penelitian yaitu penjelasan dari rumusan masalah yang
dirangkum dalam kesimpulan dan saran dari hasil analisis.