Anda di halaman 1dari 3

Nama : Desi Maya Sari

NIM : 1921005
Jurusan : Sistem Informasi
UTS HUKUM DAN PERIKATAN

1. Perikatan adalah aturan yang mengatur hubungan hukum dalam harta ekayaan antara
dua pihak atau lebih, yang memberi hak pada salah satu pihak (kreditur) dan menuntut
sesuatu dari pihak lain debitur atas suatu prestasi. Perikatan bersumber pada Undang-
Undang, dimana hak dan kewajiban yang muncul karena Undang-Undang
mengaturnya demikian.

2. Sepakat
Kesepakatan sebagai salah satu syarat sahnya perjanjian merpakan unsur esensil atau
utama sebagai syarat sahnya perjanjian. Kesepakatan dalam perikatan/ kontrak dapat
terjadi  dalam bentuk lisan, tertulis,  dengan simbol-simbol tertentu serta  berdiam
diri. Perikatan dapat menjadi batal (dapat dibatalkan) jika saja terjadi cacat kehendak
atau cacat kesepakatan melalui beberapa hal, diantaranya kekhilafan/ kesesatan,
paksaan, penipuan dan penyalahgunaan keadaan. 
Cacat kehendak karena kekhilafan, paksaan, dan penipuan diatur dalam Pasal 1321
BW yang menegaskan “tiada kesepakatan yang sah apabila sepakat itu diberikan
karena kekhilafan, atau diperolehnya dengan paksaan atau penipuan.” Kemudian
diatur juga dalam Pasal 1449 BW yang menegaskan “perikatan yang dibuat dengan
paksaan, kekhilafan, atau penipuan, menerbitkan suatu tuntutan untuk
membatalkannya.
Kecakapan
Cakap yang dimaksud di sini adalah setiap orang yang berumur 21 tahun ke atas oleh
hkum dianggap cakap, kecuali karena suatu hal ditaruh di bawah pengampuan,
seperti: gelap mata, dungu, sakit ingatan, atau pemboros. Lebih jauh ditegaskan
perihal yang dianggap tidak cakap berdasarkan Pasal 1330 menegaskan, “tidak cakap
untuk membuat perjanjian adalah:
1.      Orang yang belum dewasa;
2.      Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan;
3.      Orang-orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang dan pada
umumnya semua orang kepada siapa undang-undang  telah melarang membuat perjanjian-
perjanjian tertentu.
Hal Tertentu
Suatu hal tertentu sebagai salah satu syarat perjanjian jika tidak terpenuhi dalam
perjanjian maka perjanjian itu dikatakan batal demi hukum (nuul and void).Pengertian
hal tertentu dalam hukum perikatan adalah prestasi (kewajiban yang mesti dipenuhi
oleh ke dua pihak atau lebih) yang terjadi dalam perjanjian sebagaimana ditegaskan
dalam Pasal 1234 BW prestasi itu dapat berupa:
1.      Menyerahkan sesuatu;
2.      Berbuat sesuatu;
3.      Tidak berbuat sesuatu.
Apa yang ditegaskan dalam Pasal 1234, bukanlah bentuk prestasi melainkan cara
melakukan prestasi itu. Bentuk prestasi yang sebenarnya adalah barang yang mesti
diserahkan, jasa dengan cara berbuat sesuatu, dan berdiam diri untuk tidak berbuat
sesuatu seperti “berjanji untuk tidak membuat pagar pembatas antara dua rumah yang
bertetetangga.[2]
Sebab Yang Halal
Yang di maksud dengan halal atau yang diperkenankan oleh undang-undang menurut
Pasal 1337 KUH Perdata adalah “persetujuan yang tidak bertentangan dengan
undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan”.  
Pengertian sebab pada syarat keempat untuk sahnya suatu perjanjian tiada lain adalah
isi dari perjanjian itu sendiri. Jadi dalam hal ini harus dihilangkan salah sangka bahwa
yang dimaksud sebab itu di sini adalah suatu sebab yang menyebabkan seseorang
membuat perjanjian tersebut. Bukan hal ini yang dimaksud oleh undang-undang
dengan sebab halal. Sesuatu yang menyebabkan sesorang membuat suatu perjanjian
atau dorongan jiwa yang untuk membuat suatu perjanjian pada asasnya tidak
dihiraukan oleh undang-undang. Undang-undang hanya menghiraukan tindakan
tindakan orang-orang dalam masyarakat. Jadi yang dimaksud dengan sebab atau
kausa dari suatu perjanjian adalah isi perjanjian itu sendiri.

3. Perikatan adalah perhubungan hukum antara dua orang/dua pihak, berdasarkan mana
pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak lain, dan pihak lain
berkewajiban memenuhi tuntutan itu. Pihak berhak menuntut sesuatu, dinamakan
kreditur/si berpiutang, sedangkan pihak yang berkewajiban memenuhi tuntutan
dinamakan debitur atau si berutang. Perhubungan antara dua orang atau dua pihak
tadi, adalah suatu perhubungan hukum, yang berarti bahwa hak si berpiutang itu
dijamin oleh hukum atau undang-undang. Apabila tuntutan itu tidak dipenuhi secara
sukarela, si berpiutang dapat menuntutnya di depan hakim. Perjanjian adalah
peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain/dimana dua orang saling
berjanji melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa ini, timbullah hubungan antara dua
orang yang dinamakan perikatan. Perjanjian menerbitkan perikatan orang yang
membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian berupa rangkaian perkataan yang
mengandung janji/kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. Dengan demikian,
hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian itu menerbitkan
perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan, di sampingnya sumber-sumber lain.
Suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan karena dua pihak setuju melakukan
sesuatu. Dapat dikatakan dua perkataan (perjanjian dan persetujuan) itu adalah sama
artinya.

4. Hubungannya merupakan Hubungan Hukum.


Memiliki arti hukum mengatur hubungan para pihak dengan memberikan akibat
hukum,artinya hak dan kewajiban yang ditimbulkan dari hubungan tersebut diatur
oleh hukum yang jika dilaksanakan maka dapat mengakibatkan sanksi hukum.

Dalam lapangan Hukum Kekayaan

Perikatan merupakan bagian dari hukum kekayaan yang mengatur hak-hak kekayaan
seseorang. Hak dan kewajiban tersebut memiliki nilai ekonomis atau jika dilanggar
ataupun tidak dipenuhi maka akan mendapatkan nilai ganti rugi untuk pihak yang
mengalami kerugian.

Terdapat dua pihak atau dua segi (hubungan antara kreditur dan debitur)

Di dalam perikatan terdapat pihak aktif dan pihak pasif. Pihak aktif yaitu pihak yang
memiliki hak tagihan atas suatu prestasi yaitu kreditur. Kreditur berhak untuk
menagih utang yang dimiliki oleh debitur.Sedangkan pihak pasif yaitu pihak yang
memiliki kewajiban untuk memberikan prestasinya yaitu debitur.  Debitur merupakan
pihak yang berkewajiban untuk membayar utang kepada kreditur

Terdapat prestasi

Hukum perikatan tidak terlepas dari prestasi. Tiap-tiap perikatan adalah untuk
memberikan sesuatu (to given), untuk berbuat sesuatu ( to doen), atau untuk tidak
berbuat sesuatu ( niet doen).

5. Objek hukum adalah segala sesuatu yang menjadi objek dalam hubungan hukum dan
harus ditunaikan oleh subjek hukum yaitu berupa prestasi. Prestasi dalam hukum
perikatan adalah objek perikatan yang diatur dalam Pasal 1234 KUH Perdata yaitu
untuk memberikan sesuatu (te geven), untuk berbuat sesuatu (te doen) dan untuk tidak
berbuat sesuatu (niet te doen). Dalam arti sempit objek hukum adalah benda yang
meliputi barang dan hak.

Anda mungkin juga menyukai