Anda di halaman 1dari 8

Nama : Daniel Hutajulu

NIM : 20210801207

Mata Kuliah : PTI412 - Internet of Thing

Pengajar : Dr. BUDI TJAHJONO, S.Kom, M.Kom

SESI 6
1. Apakah definisi dan konsep IoT?

Jawab :

Internet of Thing (IoT) adalah sebuah konsep dimana suatu objek yang memiliki kemampuan
untuk mentransfer data melalui jaringan tanpa memerlukan interaksi manusia ke manusia atau
manusia ke komputer.

2. Apakah unsur-unsur pembentuk IoT? Jelaskan!

Jawab :
Unsur – unsur Pembentuk Internet of Things

Teknologi seperti Artificial Intelligence, Machine Learning, dan Computer Vision bisa
ditambahkan ke sistem IoT. Namun pada bentuk yang paling sederhana, inilah 4 elemen utama
yang membentuk sebuah sistem IoT:

a) Sensor atau device

Solusi IoT memiliki berbagai bentuk. Terkadang sebuah device memiliki lebih dari 1 sensor.
Contohnya, solusi manajemen aset likuid, INTANK, memiliki sensor temperatur dan sensor
pengukur level likuid. Solusi monitoring aset seperti APM memiliki 2 device bersensor yang
diletakan di aset dan di ruangan atau alat transportasi aset.

Sesuai dengan kegunaan masing-masing, sensor-sensor ini bertugas mengumpulkan data setiap
saat, sesuai interval waktu yang ditentukan. Karena sensor mengumpulkan data berukuran
kecil, baterai pada device bisa lebih tahan lama, seperti sensor NB-IoT bisa bertahan selama 10
tahun tanpa ganti baterai.

b) Konektivitas

Tanpa konektivitas, data pada device tidak akan sampai ke sistem. Sarana komunikasi device
dengan sistem IoT bisa beragam. Koneksi selular, satelit, WiFi, bluetooth, low power wide area
network (LPWAN), dan lainnya.
Pemilihan konektivitas selalu disesuaikan dengan kebutuhan pengguna. Untuk industri yang
menggunakan banyak device kecil di area yang luas seperti pada pertanian dan penyaluran
listrik, LPWAN adalah jenis konektivitas tepat. Sedangkan untuk industri finans ial yang
memerlukan keamanan tinggi, SD-WAN dan Managed Service Connectivity.

c) Data processing

Saat data dari sensor masuk ke cloud, processing pun dimulai. Karena data selalu datang dan
selalu diperbaharui, software bisa melihat perkembangan aset secara real-time dan
memastikan aktivitas aset sesuai rule/parameter yang telah ditentukan.

Prosesnya bisa sederhana seperti memastikan tanggal maintenance truk pengiriman di solusi
FleetSight. Bisa juga kompleks seperti mengidentifikasi penggunaan masker atau Al at Pelindung
Diri (APD) di ruang publik lewat gambar dari kamera security berteknologi Computer Vision.

Proses ini terjadi sangat cepat dan segera mengaktifkan action instan seperti memberi notifikasi
pada manajer armada tentang kebutuhan maintenance sebuah truk atau menotifikasi petugas
keamanan tentang orang yang tidak mengenakan APD di area yang telah ditentukan.
d) Dashboard atau User Interface

Dashboard adalah tempat data ditampilkan agar user dapat mengamati aktivitas real -time yang
terjadi pada seluruh device dalam perusahaan. Di sini user juga dapat mengubah pengaturan,
rules, dan action yang dilakukan oleh sistem IoT.

Misalnya, dengan menggunakan fitur Location Information (LOCI) sebagai tracker lokasi device,
Anda bisa membuat aturan atau rule bahwa mesin EDC tidak bisa keluar dari toko. Lalu, Anda
bisa menentukan action otomatis yang akan terjadi jika rule ini dilanggar. Dalam kasus ini, Anda
bisa mematikan koneksi SIM card pada EDC untuk memastikan tidak ada pencurian data. Fitur
ini bernama “set and forget automation” yang memerintahkan sistem untuk selalu
menggunakan action yang sama saat skenario serupa terjadi.

Dashboard solusi Telkomsel IoT dapat diakses 24 jam dari browser di laptop atau handphone.
Sehingga, di manapun Anda berada, Anda bisa memantau aktivitas usaha dari jarak jauh. User
interface yang sederhana memudahkan pegawai untuk mengelola dengan cepat dan mengerti
data yang paling komprehensif.
3. Bagaimana sejarah IoT? Jelaskan!

Jawab :
Sejarah dan Perkembangan Internet of Things

Di tahun 1989, John Romkey dan Simon Hackett mengkoneksikan sebuah pemanggang roti ke
Internet yang bisa bekerja sesuai komando dari komputer. Saat itu konsep ini dikenal dengan
sebutan “embedded internet” atau “pervasive computing”. Namun, di tahun 1999 istilah
Internet of Things dicetuskan oleh Kevin Ashton mengikuti peluncuran teknologi RFID atau
Radio-Frequency Identification.

Perkembangan IoT pun dimulai. Dari inovasi RFID yang memungkinkan pelacakkan barang lewat
frekuensi radio secara jarak jauh, berlanjut ke berbagai inovasi dalam obyek di splay data
berbentuk bola berwarna atau robot kelinci, lalu dimulainya penggunaan Internet Protocol (IP)
dalam jaringan smart objects tahun 2008, dan IPv6 di tahun 2011 yang memberikan informasi
identitas dan lokasi sebuah perangkat dalam jaringan internet.

Teknologi IoT terus berkembang hingga sekarang. Seperti yang ditunjukan pada gambar Hype-
Cycle hasil riset Gartner 2019 berikut ini, ekspektasi market untuk IoT sudah cukup mature
sehingga dalam 5-10 tahun teknologi ini akan semakin stabil dan diterima market secara luas.
Memasuki generasi ke 2 dan 3, resiko penerapan IoT akan semakin kecil dan 20% dari target
market akan menggunakan IoT.

4. Bagaimana cara kerja Iot? Jelaskan!

Jawab :

Cara Kerja Internet of Things

Seperti namanya, Internet of Things bergantung pada Internet sebagai konektivitas antara
sensor atau perangkat yang akan saling berkomunikasi di cloud. Data dari sensor yang dikirim
ke cloud akan diproses oleh software yang akan menentukan action selanjutnya. Action ini bisa
berbentuk pengiriman alert, penyesuaian jadwal, penutupan akses pada alat, atau lainnya.

Solusi IoT dapat dikontrol oleh user lewat dashboard dari komputer, laptop, atau mobile device
lainnya. User atau pegawai yang sudah diberikan izin dapat mengatur dan mengubah action
dan rules sesuai kebutuhan perusahaan. Perubahan ini akan dikirim lagi ke cloud lalu sensor
yang berkaitan akan segera ter-update. Kita akan membahas setiap bagian pada sistem IoT ini
di segmen berikutnya.
5. Gambarkan arsitektur dari Ekosistem sebuah Iot dalam bentuk lapisan, dan jelaskan
komponen lapisan tersebut!

Jawab :

Arsitektur umum aplikasi IoT dapat dibagi menjadi tiga lapisan: lapisan penginderaan, lapisan
transport dan lapisan aplikasi. arsitektur semacam ini cukup jelas dan fleksibel untuk sistem
pemantauan kami, sehingga kami merancang arsitektur sistem berdasarkan model umum
tersebut.

 Sensor Connectivity Dan Network Layer:


Ini terdiri dari sensor / reader (pembaca) yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan
data dari lingkungan, jaringan untuk mengumpulkan dan mentransfer data sensor /
reader dan aktuator untuk mencapai target sesuai data sensor. Jaringan sensor dapat
berupa Wi-Fi, Ethernet, XBee, Bluetooth atau jaringan kabel.
 Gateway Dan Network Layer:
Layer atau lapisan ini menyimpan sebagian besar data dari sensor, reader, tag, dll. Dan
mentransfer data ini ke Management Service Layer, yang merupakan lapisan berikutnya.
Ia juga bertanggung jawab untuk berbagai protokol jaringan untuk berbagai perangkat
IOT. Gateway dapat berupa mikrokontroler, embedded OS, modul Komunikasi Radio
atau Signal processor dan modular. Jaringan dapat berupa Wi-Fi, Ethernet, LAN atau
WAN.
 Management Service Layer:
Lapisan ini mengamankan analisis perangkat IOT, analisis informasi, dan manajemen
perangkat. Ini terdiri dari layanan dukungan operasional untuk memodelkan,
mengkonfigurasi dan mengelola perangkat IOT, Billing Support System untuk
mendukung penagihan dan pelaporan, dan layanan aplikasi IOT / M2M untuk
mengontrol dan mengenkripsi data, mengelola aturan dan proses bisnis, dll. Dengan
kata sederhana, lapisan ini memungkinkan ekstraksi informasi yang diperlukan dari data
sensor yang dikumpulkan.
 Application Layer:
Lapisan ini menggunakan data yang dikumpulkan untuk melayani tujuan yang
diperlukan. Ini mencakup otomatisasi rumah, perawatan kesehatan, pengawasan, retail,
tracking, dan otomasi industri.
6. Apakah 6LowPan itu? Jelaskan

Jawab :

Teknologi 6LoWPAN atau kepanjangan dari IPv6 Over Low Power Area Network adalah
implementasi node yang berfungsi sebagai Wireless Sensor Network (WSN) yang saling
berkomunikasi dengan identifier IPv6 dengan menggunakan konsumsi daya yang rendah.

7. Apakah BLE itu? Jelaskan

Jawab :

Bluetooth Low Energy atau BLE adalah protokol terbaru dari Bluetooth yang mengoptimalkan
kinerja Bluetooth dalam aspek efektivitas pengunaan daya sehingga menyedot lebih sedikit
daya daripada Bluetooth konvensional.

Sepeti kita ketahui, ponsel ataupun gawai yang mengaktifkan fitur Bluetooth tentu lebih boros
baterainya. Hal itu karena Bluetooth bekerja terus untuk mencari receiver di sekitarnya untuk
terkoneksi.

Saat terkoneksi, Bluetooth membutuhkan daya baterai untuk melakukan transfer data secara
cepat. Sebagai protokol lalu lintas data visual dan audio, Bluetooth membutuhkan energi untuk
mengaktifkan pemancar ataupun receiver-nya.

Tanpa asupan energi yang cukup, perangkat nirkabel berbasi Bluetooth akan menga lami
beberapa kendala, seperti:

 Sulit dikoneksikan (pairing) dengan gawai.


 Putus-putus sinyalnya
 Kualitas suara menurun (biasa terjadi pada headset Bluetooth)
 Latensi (delay) meningkat.
Hal inilah yang melatarbelakangi ditemukannya BLE. Dari sisi efektivitas penggunaan daya,
teknologi ini menciptakan interaksi seamless yang tidak mengonsumsi banyak energi baterai
perangkat yang menggunakan teknologi ini.

8. Jelaskan arsitektur dan gambarkan proses kerja dari sensor ke Aplikasi IoT!

Jawab :

Secara sederhana, konsep dari IoT sendiri adalah menghubungkan mesin dengan mesin lainnya.
Manusia hanya berperan untuk memonitor dan mengawasi cara kerja IoT secara berkala, bukan
secara terus-menerus. Dalam cara kerja IoT, setidaknya ada 3 hal yang harus ada, yakni
perangkat, konektivitas internet, dan cloud data center.

Pertama dimulai dengan sensor dalam perangkat IoT yang mengumpulkan data dan bereaksi
berdasarkan data yang terkumpul. Sensor dalam perangkat IoT bisa mengenali perubahan
temperatur, suara, sentuhan, dan lain sebagainya. Kemudian, data yang terkumpul akan
dikirimkan menggunakan koneksi internet menuju cloud data center.

Setiap fitur dalam perangkat IoT memerlukan kapasitas energi, ketentuan jarak, serta
bandwidth yang berbeda-beda. Jadi, sangat krusial untuk memiliki konektivitas internet yang
stabil demi bisa mengaplikasikan teknologi IoT dengan optimal.

Selanjutnya, data akan diproses oleh software. Proses ini cukup krusial karena akan
menentukan reaksi dari perangkat. Semisal Anda menggunakan sistem keamanan rumah
berbasis IoT, data seperti adanya pergerakan objek asing akan diproses dan software dapat
menentukan tindakan seperti apa yang perlu dilakukan. Misalnya dengan mengirimkan
notifikasi ke smartphone pemilik rumah atau langsung membunyikan alarm.

Komponen IoT

Setelah melihat cara kerja dari IoT, saatnya untuk mengenal komponen-komponen penting
dalam teknologi IoT. Apa saja kira-kira? Sehubungan dengan cara kerja IoT, komponen-
komponen yang dibutuhkan yakni sensor/actuators, perangkat IoT, IoT gateway, dan IoT
backend.

Sensor ini sebenarnya menjadi pembeda utama antara perangkat IoT dengan perangkat
elektronik lainnya karena mampu mengubah jaringan pasif menjadi sistem aktif yang bebas
untuk diintegrasikan ke perangkat lainnya. Sementara itu, sensor pun terhubung dengan
perangkat IoT.

Umumnya, sebuah perangkat IoT bisa memiliki lebih dari satu sensor, tergantung dengan
pemakaian. Tanpa adanya perangkat, jelas user atau pengguna tidak bisa melaksanakan fitur-
fitur dari IoT, dan sensor pun tidak bisa menerima request atau mengendalikan perangkat.

Lalu, IoT gateway berfungsi untuk menghubungkan sensor dan perangkat dengan internet
melalui penggunaan infrastruktur cloud. Terakhir adalah IoT backend yang memiliki beberapa
fungsi sekaligus, menjadikannya sebagai komponen integral dalam IoT. Salah satu fungsi utama
dari IoT backend di antaranya adalah menyimpan dan memproses data.

Selebihnya, IoT sendiri memiliki beberapa layer atau dikenal dengan technology architecture
yang mencakup 4 level berbeda, dimulai dari level fisik (hardware) sampai end-user. Berikut
penjelasan lengkapnya.

 Level fisik

Dalam penggunaan IoT, hardware yang berukuran lebih kecil merupakan hardware yang lebih
laris di pasaran karena pengguna memang lebih menyukai bentuk perangkat yang praktis.
Selain itu, produksi hardware yang berukuran compact juga tentunya lebih cost-effective.
Beberapa komponen yang masuk dalam level fisik di antaranya adalah sensor/actuators,
processor, device operating system, serta perangkat.

 Level komunikasi

Level komunikasi berhubungan dengan jaringan internet. Di dalamnya, terdapat data link
protocols, network/transport protocols, serta session protocols. Data link protocols mencakup
range dan bandwidth, mulai dari short range-long bandwidth sampai long range-high
bandwidth. Sementara network/transport protocols contohnya seperti IPv4 dan IPv6. Terakhir,
session protocols meliputi MQTT, FTP, dan SSH.

 Level sistem

Level sistem ini meliputi backend, IoT platform (middleware, database, processing/analytics,
network/device management) serta komponen presentasi atau visualisasi. Bisa dikatakan
bahwa level sistem mencakup kebutuhan software dari IoT.

 Level pengguna
Di level pengguna, dibagi lagi menjadi dua kategori, yakni konsumen dan bisnis. Apa saja yang
termasuk dalam IoT konsumen? Contohnya seperti aplikasi IoT di rumah untuk menunjang gaya
hidup, IoT untuk fasilitas kesehatan, serta IoT untuk mobilitas. IoT bisnis meliputi IoT dalam
ritel, industri, infrastruktur publik, energi, serta layanan umum.

Anda mungkin juga menyukai