SKRIPSI
OLEH :
VIA OKTALENA
NIM : 06041181520011
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2019
i
ii
iii
iv
v
vi
PERNYATAAN
Via Oktalena
NIM. 06041181520011
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Komarudin dan Ibu Ruisa) terima kasih
selalu menyayangi, mendidik, mendoakan serta mendukung setiap langkah
yang ayuk lakukan, tanpa kalian ayuk bukanlah apa-apa.
Untuk Adikku Pepsi Malta Devi & Veska Dafiana Putri terima kasih kalian
selalu mendoakan, dan menyemangati ayuk agar tidak menyerah.
Keluaga besarku, baik dari pihak Bapak ataupun Ibu terima kasih yang
selalu mengirim doa untuk kelancaran selama aku menempuh pendidikan,
memberi semangat dan mendukung setiap langkahku.
Kedua dosen pembimbingku yang sudah seperti orang tua keduaku disini
Ibu Dr. L. R. Retno Susanti, M. Hum. dan Bapak Drs. Supriyanto, M. Hum.,
terima kasih tak terhingga atas kesabarannnya selama membimbingku,
terimakasih untuk waktu, nasihat, dan yang selalu dengan senang hati
berbagi banyak hal, memberikan pelajaran berharga, ilmu, dan motivasi
untukku. Semoga Allah SWT membalas kebaikan bapak dan ibu.
Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah yang sudah seperti orang
tua keduaku disini, kepada Dr. Syarifuddin, M. Pd., selaku Koordinator
Program Studi Pendidikan Sejarah yang selama ini selalu dengan senang
hati berbagi banyak hal, memberikan pelajaran berharga, ilmu, dan motivasi
untuk kami semua. Kepada Dr. Hudaidah, M. Pd., Drs. Alian, M. Hum., Dr.
Farida, M. Si, Drs. Syafruddin Yusuf, M. Pd., Ph.D., Dra. Yunani Hasan, M.
Pd., Drs. Supriyanto, M.Hum, Dr. L.R. Retno Susanti, M. Hum., Dedi
Irwanto S.S., M.A., Dra. Sani Safitri, M.Si, Adhitya Rol Asmi, S.Pd.,
M.Pd., Aulia Novemy Dhita S, S.Pd.,M.Pd, M. Reza Pahlevi, S.Pd., M.Pd,
Dra. Isputaminingsih, M.Hum (Alm), Dra. Yetty Rahelly,M.Pd, PhD (Alm).
Terimakasih atas ilmu yang telah bapak dan ibu berikan selama ini. Serta
v
Staf Administrasi, Agung Dwi Rizky, S. Pd yang telah membantu urusan
akademik dengan sangat baik.
Kepada seluruh guru-guruku baik dari SD-SMA yang selalu menasehati,
mendukung dan mendoakan dari jauh untuk penyelesaian pendidikan ini.
Tidak lupa untuk orang-orang yang selalu ada dan tidak pernah
meninggalkanku, selalu menyemangati, membantu, mendukung, dan
mendoakan serta tidak pernah lelah menasihati aku selama ini. Mereka
adalah sahabat-sahabat terbaikku terimakasih Nury Hidayah, Dera Oktasari
dan Ayu Desita Sari.
Keluarga sekaligus sahabatku disini “Keluarga Cemara”, terima kasih
banyak selalu ada saat susah dan senangku, selalu menasihati, membantu,
mendukung, dan saling mendoakan agar bisa wisuda bersama di tahun ini.
Terima kasih sekali Bude Riska, Ellin Kecik, Iin Papan, Apri Cebong, Ika
Siput, Jeli Kucel, Nanad Ndut, Kak Thanos Bowok, Kak Dedi, Kak Thahir,
Kak Werdo, Anas Buci. Serta pak Agung maaf selalu merepotkan dan
terimakasih sudah membantu selama ini.
Keluarga serta sahabatku Yurika Mariani, Rika Dwinta Sari. Terima kasih
sudah selalu mendukung, membantu serta mendoakanku.
Keluargaku Shalihah kost. Yuk fifi, yuk Angges, Nadia, Iin Par, Dek Iis,
Dek Dian. Terima kasih sudah mendoakan serta membantu, dan merawatku
selama disini.
Keluarga serta sahabatku Gita Ayu Indriyesi, Ari Febiani. Terima kasih
sudah menjadi teman unik aku hehe, dan selalu ada, serta selalu support aku.
Tim Observerku, terima kasih sudah meluangkan waktu untukku, sehingga
aku bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini, semoga kebaikan-kebaikan
selalu menyertai kita semua.
Teman-teman seperjuangan Pendidikan Sejarah angkatan 2015 yang selalu
mendukung terima kasih semoga kita semua sukses, dan kepada kakak
tingkat 2012-2014, adik tingkat 2016-2019 dan semuanya terima kasih
sudah menemani serta mewarnai kehidupanku di kampus tercinta ini.
Almamaterku Universitas Sriwijaya
vi
MOTTO
vii
PRAKATA
Via Oktalena
NIM. 06041181520011
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii
PERNYATAAN....................................................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................v
PRAKATA............................................................................................................vi
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
DAFTAR DIAGRAM.........................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xiv
ABSTRAK............................................................................................................xv
ABSTRACT........................................................................................................xvi
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
ix
2.2.2 Ciri-ciri Model Pembelajaran........................................................................13
3.4.1 Populasi.........................................................................................................32
x
3.4.2 Sampel...........................................................................................................32
3.5.1 Observasi.......................................................................................................33
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................42
xi
4.6 Uji Homogenitas Data......................................................................................60
4.8 Pembahasan......................................................................................................63
5.1 Kesimpulan......................................................................................................70
5.2 Saran.................................................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................72
xii
Daftar Tabel
xiii
Daftar Diagram
xiv
Daftar Gambar
xv
Daftar Lampiran
xvi
Lampiran 21 : Kartu bimbingan Pembimbing 2
xvii
xviii
xix
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sejarah merupakan pelajaran yang sangat penting. Karena melalui
pembelajaran sejarah peserta didik dapat menumbuhkan nilai-nilai nasionalisme
seperti kedisiplinan keragaaman, kesatuan, kesamaan, dan yang penting itu ialah
sikap cinta tanah air, hal ini sangat penting diajarkan kepada peseta didik sebagai
generasi penerus bangsa. Dalam (Najmi, 2012 : 40) mengatakan bahwa
pendidikan sejarah mempunyai fungsi yang sangat penting dalam membentuk
kepribadian bangsa, kualitas bangsa serta masyarakat Indonesia umumnya.
Pernyataan ini tidaklah berlebihan, karena mengingat fenomena kehidupan
berbangsa dan bernegara Indonesia khususnya generasi muda makin hari yang
makin diragukan eksistensinya. Dengan kenyataan tersebut artinya ada sesuatu
yang harus dibenahi dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah.
Sebagian peserta didik terkesan kurang berpartisipasi aktif. Hanya peserta
didik tertentu saja yang aktif bertanya, menjawab, menanggapi dan yang mau
mengemukakan pendapatnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
sejarah kurang menarik sehingga membuat peserta didik terkesan bosan.
Dari permasalahan yang ada, peneliti tertarik terhadap masalah afeksi
peserta didik dalam mata pelajaran sejarah. Mengingat pendidikan merupakan
dasar upaya pembinaan manusia. Karena aktivitas belajar merupakan hal yang
terpenting dalam proses pembelajaran. Tanpa aktivitas ataupun kegiatan yang baik
dan terarah tidak mungkin seseorang dapat dikatakan belajar. Belajar bukanlah
sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi, tetapi belajar merupakan
tindakan berbuat dan memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan
diinginkan dan diharapkan. Rendahnya aktivitas belajar peserta didik dalam
proses belajar itu tidak bisa dibiarkan. Maka, diperlukan suatu upaya untuk
meningkatkan aktivitas belajar peserta didik sehingga dengan ini dapat
memunculkan gairah agar peserta didik termotivasi untuk belajar hingga pada
akhirnya dapat mencapai hasil yang diinginkan.
Supaya pembelajaran khususnya sejarah lebih bermakna, sebagai pendidik
bisa menggunakan metode yang kiranya bisa menginternalisasi nilai yang terdapat
didalamnya, seperti menggunakan model value clarification ( Suryani, 2013 :
209). Model ini mampu membantu peserta didik untuk mempunyai keterampilan
2
atau kemampuan menentukan nilai-nilai hidup yang tepat sesuai dengan tujuan
hidupnya. Tanpa keterampilan menentukan pilihan sendiri orang akan banyak
mengalami kesulitan dalam perjalanan hidupnya. Dalam hal ini Value
Clarification Technique memberi penekanan pada usaha membantu peserta didik
dalam mengkaji perasaan dan tingkah lakunya sendiri, guna untuk meningkatkan
kesadaran mengenai nilai-nilai yang ada pada dirinya sendiri (Adisusilo, 2012 :
142). Model pembelajaran VCT ini juga dapat memberikan pemahaman pada
peserta didik tentang bagaimana cara mereka menilai suatu permasalahan yang
ada. Dan memiliki tujuan melatih peserta didik dalam menilai dan mengambil
keputusan terhadap suatu masalah untuk kemudian dilaksanakan dalam kehidupan
sehari-hari. Serta dengan menggunakan ini, baik pendidik maupun peserta didik
dapat saling meciptakan suasana proses belajar mengajar menjadi lebih
menyenangkan (Lisievici, 2016 : 1).
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian dari Rista
Oktamianti yang berjudul Penerapan Model Value Clarification Technique (VCT)
teknik reportase (liputan) terhadap keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran
sejarah di kelas XI SMA Negeri 10 Palembang. Metode penelitian yang
digunakan adalah kuasi eksperimen dengan menggunakan dua kelas sebagai
sampel. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua siswa kelas XI
IPS di SMA Negeri 10 Palembang. Jumlah sampel dalam penelitian ini ada dua
kelas yang diambil dengan random sampling yaitu kelas XI IPS 4 yang berjumlah
30 orang siswa sebagai kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran
VCT teknik reportase (liputan) dalam pembelajaran kelas XI IPS 3 berjumlah 33
orang siswa sebagai kelas kontrol yang tidak menerapkan model pembelajaran
VCT teknik reportase (liputan) dalam pembelajaran. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah teknik observasi. Teknik observasi digunakan untuk
mendapatkan data tentang keaktifan belajar siswa. Adapun statistik yang
digunakan untuk menganalis data dalam pembuktian hipotesis adalah statistik uji-t
dengan taraf signifikan (a = 0,05). Berdasarkan analisis data yang dilakukan,
maka didapat, thitung = 7,471 dan ttabel = 2,000, maka thitung > ttabel, yaitu thitung =
7,471 > 2,000. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
3
dapat diterima kebenarannya, bahwa terdapat pengaruh penerapan model
pembelajaran VCT teknik reportase (liputan) terhadap keaktifan belajar siswa
pada mata pelajaran sejarah di kelas XI SMA Negeri 10 Palembang.
Dalam hal ini tentunya terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam
proses pembelajaran, dan dalam penelitian yang akan dilakukan didapatlah sebuah
judul Pengaruh Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique)
Terhadap Afeksi Peserta Didik pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas XI di Sekolah
Menengah Atas, tepatnya di SMA N 2 Indralaya Utara yang bertepatan tempat
peneliti melaksanakan kegiatan P4.
Berdasarkan uraian diatas, membuat peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Value Clarification
Technique (VCT) Terhadap Afeksi Peserta didik pada Mata Pelajaran
Sejarah di Kelas XI SMA Negeri 2 Indralaya Utara”.
4
2. untuk mengetahui tidak adanya pengaruh penerapan model Value
Clarification Technique (VCT) terhadap afeksi peserta didik pada mata
pelajaran sejarah di kelas XI di SMA Negeri 2 Indralaya Utara
5
5. bagi lembaga
Khususnya manfaat bagi Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP UNSRI
peneliti berharap bahwa penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya wawasan
mahasiswa tentang model-model pembelajaran sebagai bahan referensi yang
memungkinkan akan dilakukan penelitian lanjutan tentang model ini sehingga
semakin memperkaya wawasan serta sumber alternatif.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
sendiri, guna untuk meningkatkan kesadaran mengenai nilai-nilai yang terdapat
pada dirinya sendiri.
2.1.2 Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Value
Clarification Technique (VCT)
1. teori belajar kognitif
Piaget adalah seorang tokoh psikologi kognitif yang besar pengaruhnya
terhadap perkembangan pemikiran para pakar kognitif lainnya. Menurut Piaget,
perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang
didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin
bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya
dan makin meningkat pula kemampuannya (Alamsyah, 2015:14).
Teori kognitif ini adalah tindakan mengenal atau memikirkan situasi
dimana tingkah laku itu terjadi. Bila teori ini dikaitkan dengan pembelajaran maka
akan lebih menekankan pada perkembangan berpikir peserta didik (Yaumi, 2017 :
36). Teori kognitif menekankan pada proses perkembangan peserta didik.
Meskipun proses perkembangan peserta didik mengikuti urutan yang sama,
namun kecepatan dan pertumbuhan dalam proses perkembangan pasti berbeda.
Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling
berhubungan dengan seluruh konteks tersebut. Teori ini berpandangan bahwa
belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan serta pengolahan
karena belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks (Alamsyah, 2015 : 17).
Dapat disimpulkan bahwa inti dari penjelasan di atas ialah bahwa peserta
setiap didik harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat
memahami yang terdapat dalam pembelajaran tersebut. Teori inipun sesuai dalam
penelitian ini, karena dilihat pada tahap diskusi. Selain dilihat pada tahap diskusi
dapat juga dilihat dari pertemuan keempat yaitu ketika hanya difokuskan dengan
memberikan angket peneliti mencoba menanyakan kembali apa saja materi-materi
yang telah dibahas, dan disini antusias setiap peserta didik dapat dikatakan aktif,
karena mereka dapat menyebutkan bahkan menjelaskan beberapa pertanyaan yang
diberikan. Dengan demikian, hal ini sesuai dalam teori kognitif yang lebih
8
menekankan pada perkembangan berpikir peserta didik, karena semakin peserta
didik diberikan penguatan dalam belajar, maka mereka akan semakin
menunjukkan tingkah laku yang sesuai dengan informasi yang didapatkan, yang
mana tingkah laku ini merupakan wujud dari capaian atau hasil belajar itu sendiri.
2. teori belajar behavioristik
Asumsi dasar teori behavioristik ini ialah tingkah laku seseorang yang
ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan, dan bisa dikendalikan. Gagasan
utama dalam teori ini adalah bahwa untuk memahami tingkah laku diperlukan
pendekatan yang objektif, mekanistik, dan materialistik sehingga perubahan
tingkah laku pada diri seseorang dapat dilakukan melalui upaya pengkondisian.
Menurut Thorndike (1874-1949) teori belajar ini merupakan proses interaksi
antara stimulus dan respon, yang atinya menekankan pada perubahan prilaku yang
dapat diamati dari hasil hubungan timbal balik antara pendidik yang memberi
stimulus dan peserta didik sebagai perespon tindakan stimulus yang diberikan
(Yaumi, 2017 : 29). Dengan kata lain bahwa belajar merupakan bentuk perubahan
yang dialami peserta didik dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku
dengan cara yang baru sebagai hasil daripada interaksi antara stimulus dan respon,
oleh karena itu dapat dikatakan perubahan individu itu terjadi akibat penyesuaian
keadaan.
Dalam penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa teori behavioristik
ialah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus
dan respon, dan teori ini erat kaitannya dengan perkembangan peserta didik dalam
pembelajaran sehingga sesuai dalam penelitian ini. Yang dalam hal ini dapat
dilihat dari perubahan perilaku pada peserta didik dalam proses pembelajaran
berlangsung, seperti ketika memberikan stimulus berupa gambar dan video dan
lain sebagainya, peserta didik aktif dalam mengelola data serta terdapat beberapa
berani dalam menyampaikan kesimpulan pada akhir pembelajaran tersebut.
3. teori belajar humanistik
Menurut Rogers (1902) tujuan teori belajar humanistik adalah untuk
memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses
9
belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya. Teori belajar humanistik ini memandang bahwa belajar
bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan juga sebuah
proses yang terjadi dalam individu yang melibatkan seluruh bagian atau domain
yang ada. Para ahli pendidikan menyatakan bahwa pada dasarnya humanistik
bukanlah sebuah strategi belajar, melainkan sebagai sebuah filosofi belajar yang
sangat memperhatikan keunikan-keunikan yang dimiliki peserta didik, dimana
setiap mereka memiliki cara sendiri dalam mengkonstruk pengetahuan yang
dipelajarinya. Pendidik memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar
dalam kehidupan peserta didik tersebut (Tiningrum, 2013 : 31).
Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami
arah belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun
dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai
tujuannya. Menurut teori ini, agar belajar bermakna bagi peserta didik, diperlukan
inisiatif dan keterlibatan penuh dari peserta didik itu sendiri. Maka peserta didik
akan mengalami suatu proses belajar untuk membangun pengetahuan dan
keterampilan serta nilai-nilai juga sikap melalui pengalamannya secara langsung.
Seperti dalam penelitian ini dalam proses pembelajaran yang semuanya telah
sisiapkan oleh peneliti dan tim, baik sumber dan media yang diperlukan. Akan
tetapi, dalam beberapa pertemuan yang memang membutuhkan sumber lain
seperti ketika mengerjakan lembar kerja word square beberapa peserta didik
berinisiatif mencari sumber lain dengan menanyakan apakah diperboleh atau tidak
jika membuka situs internet atau sejenisnya. Dengan demikian teori ini sesuai
dalam penelitian ini karena pada penerapan teori ini adalah hal yang sangat baik
apabila pendidik dapat membuat hubungan yang kuat dengan peserta didik,
sehingga mereka berkembang secara bebas. Inti dari teori ini adalah bagaimana
memanusiakan manusia dengan membuat proses pembelajaran tersebut
menyenangkan, tidak terlalu monoton. Dalam prakteknya teori ini juga cenderung
mengarahkan peserta didik untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman,
serta membutuhkan keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses belajar.
10
2.1.3 Ciri-ciri belajar
William Burton menyimpulkan uraiannya yang cukup panjang tentang
prinsip-prinsip belajar sebagai berikut :
1. proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui.
2. proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata
pelajaran yang terpusat pada tujuan tertentu.
3. pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan peserta
didik.
4. pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan peserta didik
yang mendorong motivasinya sendiri.
5. proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan.
6. proses belajar dan hasil usaha belajar secara materiil dipengaruhi oleh
perbedaan-perbedaan individual peserta didik itu sendiri.
7. proses belajar berlangsung secara afektif apabila pengalaman-pengalaman
dan hasil-hasil yang diinginkan sesuai.
8. proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan
pengetahuan.
9. proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur.
10. hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi dapat
didiskusikan secara terpisah.
11. proses belajar berlangsung secara afektif di bawah bimbingan yang
merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan.
12. hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan keterampilan.
13. hasil-hasil belajar diterima oleh murid apabila memberi kepuasan pada
kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya.
14. hasil-hasil belajar dilengkapi dengan jalan serangkaian pengelaman-
pengalaman yang dapat dipersalaman dan dengan pertimbangan yang baik.
15. hasil-hasil belajar lambat laun dipersatukan dan akan menjadi kepribadian
individual sesuai dengan kadarnya masing-masing.
11
16. hasil-hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat kompleks dan dapat
berubah-ubah, jadi tidak sederhana dan statis (Hamalik, 2004 : 31).
12
berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis,
analisis sistem atau teori-teori lain yang mendukung. Joyce & Wiel berpendapat
bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum(rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang
lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh
memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan
pendidikannya (Rusman, 2013 : 132).
Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah sesuatu yang
memang sudah dirancang atau disiapkan sebelum melaksanakan proses
pembelajaran di terapkan dengan tujuan agar setiap pembelajaran bisa terarahkan.
Keterkaitan dengan model pembelajaran value clarification technique (VCT) ialah
dilihat pada persiapan pendidik sebelum melaksanakan proses pembelajaran.
Karena peserta didik disini menyimak dengan seksama setiap tahap yang
diterapkan oleh pendidik sendiri. Maka dari itu pendidik memiliki kemudahan
dalam melakukan penilaian dan atau pengawasan terhadap sikap peserta didik
dalam proses pembelajaran, sehingga dapat dicapai tujuan-tujuan yang diinginkan.
13
5. memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. dampak
tersebut meliputi : (1) dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat
diukur, (2) dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.
6. membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman
model pembelajaran yang dipilihnya (Rusman, 2013 : 136).
14
atau hati nuraninya. Selanjutnya menurut Kosasih Jahiri tuntunan mengenai apa
yang baik, benar dan adil. Dan dapat disimpulkan bahwa nilai ialah sesuatu esensi
yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan manusia,
khususnya mengenai kebaikan yang tentunya penting dan berguna bagi kehidupan
berkemanusiaan.
15
Adapun dalam (Haris, 2013 : 2) langkah-langkah pembelajaran VCT
menurut Djahiri (1985, 51-52) ialah menentukan stimulus, menyajikan stimulus,
menentukan posisi, atau pendapat dari peserta didik baik secara individu ataupun
kelompok sesuai dengan proses pembelajaran yang sedang dilakukan. Selanjutnya
mengujikan hasil daripada kegiatan belajar yang dilakukan tersebut, kemudian
menyimpukan serta pengarahan ialah dari hasil belajar atau diskusi peserta didik
kemudian di bahas serta simpulkan kembali oleh pendidik. Terakhir ialah tahap
tindak lanjut ialah kegiatan timbal balik yang berupa perbaikan atau pengayaan.
16
dengan koda misalnya (baik-buruk, benar-tidak benar, adil-tidak adil, dan
sebagainya).
7. teknik mengungkapkan nilai melalui permainan. dalam hal ini dapat
menggunakan model yang sudah ada ataupun ciptaan guru (Nurdyansyah
dkk, 2016 : 165).
17
3. Studi kasus dengan problem solving moral, studi kasus moral yang
berdilema.
Pendidik membuat cerita berkasus yang mengandung unsur problem
solving moral atau pemecahan kasus yang mengandung dilema moral atau nilai
tertentu, disertai sejumlah pertanyaan untuk ditaggapi peserta didik baik secara
individual maupun secara kolektif dalam diskusi kelompok dan dipresentasikan.
Problem solving moral sebaiknya mengandung dilema nilai atau moral yang jelas
dan tajam sehingga peserta didik ditantang untuk mencari penyelesaiannya.
Dalam diskusi kelompok peserta didik bebas memilih jalan keluar dari dilema
yang ada, dengan disertai alasannya (Adisusilo, 2012 : 158).
Kohlberg setelah mengadakan berbagai penelitian dan percobaan metode
pembelajaran nilai-moral sampai pada kesimpulan bahwa metode pemecahan
masalah yang berdilema nilai-moral ataupun studi kasus tentang problem solving
moral merupakan metode pendidikan nilai yang paling efektif karena signifikan
mampu meningkatkan tingkat kesadaran moral ataupun sikap moral peserta didik.
Berdasarkan temuan-temuannya tentang penggunaan diskusi dan analisis dilema
moral atau problem solving moral, dia menyarankan agar para pendidik bidang
ilmu sosial secara teratur menggunakan metode tersebut dalam pembelajarannya,
terutama bagi siswa SLTA atau mahasiswa (Adisusilo, 2012 : 158).
18
Jadi inti dari VCT adalah melatih peserta didik untuk berproses melakukan
penilaian terhadap nilai-nilai kehidupan yang ada dalam masyarakat, dan akhirnya
menetapkan nilai yang menjadi acuan hidupnya. Menurut Harmin, dkk (Sinurat,
2004) penerapan klarifikasi nilai akan efektif bila fasilitator atau pendidik :
a. bersikap menerima dan tidak mengadili pilihan nilai peserta didik,
meghindari kesan memberi nasihat, menggurui seakan pendidik lebih tau
dan lebih baik.
b. membiarkan adanya kebhinekaan pandangan, dialog, dilakukan secara
terbuka, bebas dan individual.
c. menghargai kesediaan peserta didik untuk ikut berpartisipasi atau tidak,
hindari unsur pemaksaan untuk berpendapat atau bersikap.
d. menghargai jawaban/respon peserta didik, tidak memaksa peserta didik
untuk memberi respon tertentu apabila memang peserta didik tidak
menghendakinya.
e. mendorong peserta didik untuk menjawab, mengutarakan pilihan dan
mengambil sikap secara jujur.
f. mahir mendengarkan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
bersifat mengklarifikasi nilai hidup.
g. mahir mengajukan atau membangkitkan pertanyaan-pertanyaan yang
menyangkut kehidupan pribadi dan sosial (Adisusilo, 2012 : 156).
19
3. mampu mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral diri pesert didik,
melihat nilai yang ada pada diri orang lain dan memahami nilai moral
yang ada dalam kehidupan nyata.
4. mampu mengundang, melibatkan, membina dan mengembangkan potensi
diri peserta didik, terutama mengembangkan potensi sikap.
5. mampu memberikan sejumlah pengalaman belajar dari berbagai
kehidupan.
6. memberi gambaran nilai moral yang patut diterima dan menuntun serta
memotivasi untuk hidup layak dan bermoral (Taniredja dkk, 2015 : 91).
20
konsisten terhadap objek tertentu (K.Altmann, 2008 : 145). Sedangkan (Schwarz,
2007 : 678) mengatakan bahwa sikap konstruksi yang ditemukan oleh psikolog
untuk menjelaskan fenomerna ketertarikan. Dalam (Roby, 2013 : 15) mengatakan
afeksi adalah mengembangkan ketertarikan emosional dengan orang lain.
Kebutuhan dasarnya adalah hasrat untuk disukai atau dicintai. Ekspresi tingkah
lakunya bisa positif (bervariasi dari terkesan sampai cinta) dan bisa negatif
(bervariasi dari ketidaksenangan sampai benci). Sedangkan dalam tulisan
(Mawardi, 2016 : 107) mengatakan sikap itu ialah organisasi keyakinan yang tetap
mengenai objek ataupun situasi. Dan dalam (Sue D, 2016 : 71) mengatakan bahwa
sikap sering biasa didefinisikan sebagai perasaan atau emosi yang ada pada
seseorang.
Suatu sikap mencakup tiga komponen, yaitu perasaan, pikiran dan
keyakinan serta prilaku (suatu tindakan) (Pickens, 2005 : 44). Sedangkan dalam
(Jain, 2014 : 6) menyatakan sikap itu mewakili kesiapan mental dan saraf positif
atau negatif terhadap seseorang, tempat, benda serta peristiwa. Dan juga
membaginya menjadi tiga komponen yaitu komponen afektif (neural) atau
perasaan/emosi, komponen prilaku (kesiapan) atau respon/tindakan, dan
komponen kognitif (mental) atau keyakinan/evaluasi. Serta mengatakan bahwa
komponen perilaku adalah kecenderungan perilaku verbal atau terbuka (non
verbal) oleh individu dan terdiri dari tindakan atau respons yang dapat diamati
yang merupakan hasil dari objek sikap. Baik respons lebih ataupun kurang
konsisten terhadap stimulus sikap yang diberikan.
21
berpendapat bahwa ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan
nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan
perubahannya jika seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi.
Ciri-ciri hasil belajar afektif tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah
laku seperti : perhatian terhadap mata pelajaran, kedisiplinan dalam mengikuti
proses belajar, motivasinya dalam belajar, penghargaan atau rasa hormat terhadap
guru dan sebagainya (Nurbudiyani, 2013 : 90).
Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan, adalah sebagai berikut :
menerima (receiving), menjawab (responding), menilai (valuing), organisasi
(organization), dan karakteristik dengan suatu nilai atau kompleks nilai
(characterization) (Daryanto, 2008 : 117). Sedangkan dalam Depdiknas, 2008
Adapun lima tipe karakteristik afektif yang penting yaitu sikap, minat, konsep
diri, serta nilai dan moral (Nurbudiyani, 2013 : 90). Karena tujuan mengajar di
kelas itu pendidik bukan hanya meberikan ilmu pengetahuan semata, baiknya
lebih mengutamakan karakter, agar dapat menciptakan peserta didik yang tidak
hanya mendapat pada bagian kognitifnya saja, akan tetapi juga afektif dan
psikomotoriknya juga (Fitriani, 2016 : 41).
Dapat disimpulkan bahwa ranah afektif adalah hal yang berkaitan dengan
sikap atau nilai yang dimiliki oleh seseorang. Adapun tujuan dari pengukuran
ranah afektif selain untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat
pencapaian tujuan instruksional oleh peserta didik pada ranah afektif, juga dapat
mengarahkan peserta didik agar perhatian terhadap mata pelajaran, khususnya
mata pelajaran sejarah, kemudian agar senang bekerja sama, kemudian agar
mampu menempatkan peserta didik dalam situasi belajar mengajar yang tepat
sesuai dengan tingkat pencapaian kemampuan serta karakteristik peserta didik.
Sedangkan manfaat dari pengukuran dari ranah afektif ialah untuk memperbaiki
pencapaian tujuan instruksional oleh peserta didik pada ranah afektif, dan juga
dapat memperbaiki sikap, minat, konsep diri, serta nilai dan moral peserta didik.
Keterkaitan dengan model pembelajaran value clarification techbique
(VCT) ini bahwa model ini belum banyak digunakan, karena hanya mata
pelajaran tertentu yang dianggap mampu menggunakan model VCT ini, seperti
22
sejarah, kewarganegaraan dan agama. Karena sesuai dengan pengertiannya bahwa
model ini ialah teknik pengajaran yang ditujukan untuk membantu peserta didik
dalam menggali dan mengungkapkan nilai-nilai tertentu dari peserta didik itu
sendiri. Oleh karena itu model ini hanya dapat digunakan untuk mengukur sikap
peserta didik.
23
3. Melaksanakan bimbingan dan konseling untuk membina motivasi dan
prestasi peserta didik
4. Melaksanakan ekstrakulikuler di bidang imtaq, iptek, olahraga dan seni
5. Meningkatkan disiplin & tanggung jawab warga sekolah
SMA N 2 Indralaya Utara ini terletak di Jl. Raya Palembang-Indralaya Km
29 komplek Bumi Indralaya Permai (BIP) Kelurahan Timbangan, Kecamatan
Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Sekolah ini belum lama
berdiri yaitu pada 2 Mei 2014, yang sesuai pada SK pendirian sekolah dengan izin
operasional. SMA ini berdiri diats tanah milik pemerintah daerah Ogan Ilir (OI)
yang dahulunya merupakan sekolah dasar. Luas tanah SMA N 2 Indralaya Utara
ini adalah 10.000 m2.
Gedung SMA N 2 Indralaya Utara ini dalam bentuk sederhana, bagian
belakang kelas terdapat perkebunan jagung milik warga sekitar sekolah. Dan
sebagian lainnya masih dikelilingi oleh rawa dan hutan kayu gelam. Serta sebelah
Timur sekolahan ini merupakan perumahan penduduk yang dikenal dengan nama
Bumi Indralaya Utara (BIP).
Lingkungan sekolah ini cukup nyaman dan kondusif untuk proses belajar
mengajar. Letak sekolah yang jauh dari jalan raya membuat para peserta didik
cukup berkonsentrasi dalam proses belajar. Lingkungan sekolah masih banyak
dikelilingi pepohonan sehingga membuat sekolah ini sejuk dan terlihat asri.
SMA N 2 Indralaya Utara ini belum memiliki fasilitas yang lengkap untuk
mendukung proses pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran olahraga.
Karena sekolah ini belum memiliki lapangan olahraga yang seperti sekolah pada
umumnya. Letak/batas sekolah ini ialah sebelah Barat itu rawa-rawa dan
pepohonan gelam, sebelah Timur perumahan penduduk, sebelah Utara rawa dan
pepohonan gelam juga dan sebelah Selatan perumahan penduduk. Sedangkan luas
tanah SMA N 2 Indralaya Utara ini seluas 10.000 m2.
Untuk jumlah ruangan kelas di SMA N 2 Indralaya Utara ini iala kelas X
IPA 1 kelas, X IPS 1 kelas, XI IPA 1 kelas, XI IPS 1 kelas, XII IPA 1 kelas, dan
XII IPS 1 kelas. Sedangkan bangunan dan non-bangunan yang ada di sekolah ini
sebagai berikut, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang BK, ruang sholat, wc
24
guru, dapur, tempat parkir, lapangan upacara, lab komputer, masing-masing
dengan jumlah 1 ruang dan dalam kondisi baik, selanjutnya ruang belajar/kelas
dengan jumlah 6 ruang dalam keadaan baik, kemudian wc peserta didik berjumlah
3 ruang dalam keadaan baik, dan terakhir kantin dengan berjumlah 2 dan dalam
keadaan baik.
Dan untuk penerangan listrik adanya hanya di kantor, kelas XI IPA, dan
kelas XII IPA. Kemudian air bersihnya berasal dari sumur, status gedung-gedung
yang ada di sekolah SMA N 2 Indralaya Utara ini milik pemerintah, keadaan
semua gedungnya permanen, akan tetapi di sekolah ini belum ada pagar yang
mengelilingi lingkungan sekolah seperti pada sekolah yang umumnya.
Sumber : Data Tata Usaha SMA N 2 Indralaya Utara Tahun Ajaran 2019
25
BAB III
METODE PENELITIAN
26
3.2 Variabel Penelitian
Kata variabel berasal dari bahasa Inggris variable dengan arti ubahan,
faktor tak tetap, atau gejala yang dapat diubah-ubah (Sudijono, 2009 : 36).
Sedangkan menurut (Sugiyono, 2014 : 39) variabel penelitian pada dasarnya ialah
segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi kemudian dapat ditarik kesimpulan. Di
dalam penelitian yang akan dilakukan ini, akan menggunakan dua variabel, yaitu
variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabe terikat, sedangkan variabel terikat adalah
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas
(Sugiyono, 2014 : 39).
Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas dan variabel terikat
adalah sebagai berikut :
a. Variabel bebasnya adalah : Penerapan model value clarification technique
b. Variabel terikatnya adalah : Afeksi peserta didik
27
2. problem statement (pernyataan atau identifikasi masalah) :
kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi masalah
3. data collection (pengumpulan data) : kemampuan peserta didik dalam
mengumpulkan informasi atau data
4. data procesing (pengolahan data) : kemampuan peserta didik dalam
mengelola data untuk mendapatkan alternatif jawaban
5. verification (pembuktian) : kemampuan peserta didik dalam
membuktikan hipotesis dengan hasil pengolahan data
6. generalization (menarik kesimpulan atau generalisasi) : kemampuan
peserta didik dalam menarik kesimpulan
Variavel terikat (Y) : Afeksi peserta didik
a. Pengertian afeksi (sikap)
Afeksi perserta didik dalam penelitian ini ialah sebagaimana sebab-akibat
yang muncul dari penerapan model Value Clarification Technique (VCT) pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dalam hal ini akan dihubungkan dengan
kurikulum pembelajaran saat ini yaitu K13 (kurikulum 2013), yaitu penilaian
sikao peserta didik dalam pembentukan nilai karakter terhadap hal yang telah
difokuskan di dalam pembelajaran yang dalam hal ini mengenalkan suatu nilai-
nilai karakter serta budaya yang bisa dijadikan sebagai pedoman hidup, baik untuk
individu ataupun untuk kelompok.
Pada umumnya pendidikan katakter menekankan pada keteladanan,
penciptaan lingkungan, dan pembiasaan yang melalui berbagai tugas keilmuan
dan kegiatan kondusif. VCT memiliki peranan penting dalam pendidikan di mana
ia merujuk pada upaya yang dilakukan oleh pendidik untuk membantu serta
memfasilitasi pengembangan nilai pada peserta didik sekolah menengah (Shiell,
2003 : 1533). Sedangkan Penciptaan lingkungan kondusif tersebut dapat
dilakukan melalui berbagai variasi metode, yang mencakup : penugasan,
pembiasaan, pelatihan, pembelajaran, pengarahan dan keteladanan. Berbagai
variasi metode tersebut berpengaruh terhadap pembentukan karakter peserta didik
(Mulyasa, 2014 : 8).
28
b. Indikator pendidikan karakter di kurikulum 2013
Pendidikan menjadi perhatian serius masyarakat luas, ketika moralitas
dipinggirkan dalam sistem berperilaku dan bersikap di tengah masyarakat. Karena
antara pendidikan dan kehidupan bagaikan sebuah skema listrik pararel, keduanya
saling terkait satu sama lain. Implikasinya, jika masyarakat menghendaki
tersedianya kehidupan yang sejahtera, maka isi dan proses pendidikan harus
diarahkan pada pemenuhan kebutuhan tersebut. Seperti pendidikan karakter.
Karena karakter sendiri adalah watak, tabiat, akhlak atau kepribadian seseorang
yang terbentuk dari internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan
sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap serta bertindak.
Oleh karena itu Kemendiknas merumuskan 18 nilai karakter yang akan
ditanamkan dalam diri peserta didik sebagai upaya membangun karakter bangsa.
Adapun 18 nilai dalam pendidikan karakter yaitu religius, jujur, disiplin, kerja
keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta
tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial serta tanggung jawab. Akan tetapi, indikator
keberhasilan yang akan dilihat dalam penelitian yang akan dilakukan di SMA
Negeri 2 Indralaya Utara ini terdiri dari indikator sikap disiplin, kerja keras, dan
tanggung jawab.
Adapun berikut ini akan di jabarkan mengenai indikator keberhasilan
sekolah dan kelas dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa,
yaitu :
Nilai Deskripsi Indikator sekolah Indikator kelas
Tindakan yang 1. Memiliki catatan 1. Membiasakan
1. Disiplin menunjukkan kehadiran. hadir tepat
perilaku yang tertib 2. Memberikan waktu.
dan patuh pada penghargaan 2. Membiasakan
berbagai ketentuan kepada warga mematuhi
dan peraturan. sekolah yang aturan.
disiplin. 3. Menggunakan
3. Memiliki tata tertib pakaian praktik
29
sekolah. sesuai dengan
4. Membiasakan program studi
warga sekolah keahliannya
untuk berdisiplin. (SMK).
5. Menegakkan aturan 4. Penyimpanan
dengan dan pengeluaran
memberikan sanksi alat dan bahan
secara adil bagi (sesuai program
pelanggar tata tertib studi keahlian)
sekolah. (SMK).
6. Menyediakan
peralatan praktik
sesuai program
studi keahlian
(SMK
Perilaku yang 1. Menciptakan 1. Menciptakan
2. Kerja menunjukkan suasana kompetisi suasana
keras upaya yang yang sehat. kompetisi yang
sungguh-sunguh 2. Menciptakan sehat.
dalam mengatasi suasana sekolah 2. Menciptakan
berbagai hambatan yang menantang dan kondisi etos
belajar dan tugas, memacu untuk kerja, pantang
serta bekerja keras. menyerah, dan
menyelesaikan 3. Memiliki pajangan daya tahan
tugas dengan tentang slogan atau belajar.
sebaik-baiknya. motto tentang kerja. 3. Mencipatakan
suasana belajar
yang memacu
daya tahan
kerja.
4. Memiliki
30
pajangan
tentang slogan
atau motto
tentang giat
bekerja dan
belajar.
Sikap dan perilaku 1. Membuat laporan 1. Pelaksanaan
3. Tanggung seseorang untuk setiap kegiatan tugas piket
jawab melaksanakan yang dilakukan secara teratur.
tugas dan dalam bentuk lisan 2. Peran serta
kewajiban nya, maupun tertulis. aktif dalam
yang seharusnya 2. Melakukan tugas kegiatan
dia lakukan, tanpa disuruh. sekolah.
terhadap diri 3. Menunjukkan 3. Mengajukan
sendiri,masyarakat, prakarsa untuk usul
dan lingkungan mengatasi masalah pemecahan
(alam, sosial dan dalam lingkup masalah
budaya), negara terdekat.
dan Tuhan Yang 4. Menghindarkan
Maha Esa. kecurangan dalam
pelaksanaan tugas.
Sumber : Hasan dkk, 2010 : 26-30)
c. Indikator keberhasilan afeksi peserta didik pada pembelajaran sejarah
1. Disiplin : Tindakan yang menunjukkan perilaku yang tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
2. Kerja keras : Perilaku yang menunjukkan upaya yang sungguh-sunguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
3. Tanggung jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajiban nya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri
31
sendiri, masyarakat, dan lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara
dan Tuhan Yang Maha Esa
3.4.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek dan subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya
orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan
sekedar jumlah yang ada pada obyek dan subyek yang dipelajari, tetapi meliputi
seluruh karakteristik serta sifat yang dimiliki oleh subyek dan obyek itu
(Sugiyono, 2014 : 80). Jadi, kesimpulannya populasi adalah jumlah keseluruhan
apapun yang akan menjadi obyek ataupun subyek setiap penelitian yang akan
dilakukan.
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian yang akan dilakukan
adalah seluruh peserta didik di kelas XI SMA N 2 Indralaya Utara yang berjumlah
52 peserta didik, diantaranya sebagai berikut :
Banyak Siswa
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 XI IPS 11 15 26
2 XI IPA 8 18 26
Jumlah 19 33 52
Sumber : Data tata usaha SMA N 2 Indralaya Utara tahun ajaran 2019
Berdasarkan data yang didapatkan bahwa jumlah kelas XI di SMA N 2
Indralaya Utara pada tahun ajaran 2019 hanya berjumlah 2 kelas, yaitu kelas XI
IPA satu kelas, dan kelas XI IPS satu kelas yang jumlah keseluruhan peserta
didiknya yaitu 52 peserta didik.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Dalam (Arikunto, 2013) mengatakan bahwa sampel adalah bagian dari
32
popolasi yang akan diteliti. Dalam penelitian yang akan dilakukan sampel diambli
secara Random Sampling adalah pengambilan sampel secara acak. Oleh karena itu
ketika melaksanakan kegiatan P4 peneliti meminta pendapat kepada guru pamong
untuk melakukan penelitian, dan dalam penelitian yang akan dilakukan ini
didapatlah kelas XI IPS akan dijadikan kelas eksperimen dengan jumlah 26 orang,
dan kelas XI IPA sebagai kelas kontrolnya dengan jumlah 26 orang. Jadi dapat
disimpulkan sampel dalam penelitian yang akan dilakukan ini adalah sebagai
berikut :
No Kelas Jumlah Kelompok
1 XI IPS 26 Eksprerimen
2 XI IPA 26 Kontrol
Sumber : Data tata usaha SMA N 2 Indralaya Utara tahun ajaran 2019
3.5.1 Observasi
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu
proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis
dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan
dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila,
penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam
dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2014 : 145).
33
Secara umum, observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data)
yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan
(Sudijono, 2005 : 76). Ada juga yang mengatakan bahwa teknik observasi dapat
diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala
yang tampak pada objek penelitian (Margono, 2009 : 158).
Jadi dapat disimpulkan bahwa observasi adalah salah satu cara
pengambilan data oleh seorang pengamat dengan tujuan-tujuan yang ingin
diinginkan. Jika dikaitkan dengan model pembelajaran VCT bahwa model
pembelajaran ini hanya mampu digunakan untuk mengukur afeksi dari peserta
didik. Oleh karena itu teknik pengumpulan data yang digunakan ialah dengan
observasi, yang artinya ialah mengamati. Yaitu mengamati sikap pesrta didik
ketika dalam proses pembelajaran berlangsung dengan indikator-indikator
penilaian yang memang sudah ditentukan.
NA = S x 100
SM
Keterangan :
NA = nilai akhir
S = skor observasi
SM = skor maksimum
34
82-100 Sangat baik
63-81 Baik
35
Adapun skala pengukuran yang digunakan dalam peneltian ini adalah
berupa skala likert, yang dalam hal ini skala likert ini sndiri digunaksn untuk
mengukur sikap, persepsi dan pendapat seseorang atau sekelompok orang
mengenai pertanyaan-pertanyaan yang tekah disediakan yang telah disusun
sedemikian rupa, baik pertanyaan positif ataupun pertanyaan negatif. Tabel skor
skala likert sebagai berikut :
No Pilihan jawaban Skor positif Skor negatif
1 Sangat setuju 5 1
2 Setuju 4 2
3 Ragu-ragu 3 3
4 Tidak setuju 2 4
5 Sangat tidak setuju 1 5
(Kurniawan, 2018 : 180)
n = Jumlah responden
Jika instrumen tersebut valid ataupun tidak valid dapat dilihat melalui
korelasi antara skor butir beserta dan skor keseluruhan. Sehingga pada kebutuhan
36
ini ada beberapa koefisien korelasi yang perlu di cari. Jika nilai yang sudah
dikorelasi lebih rendah dari 0, 30 maka bisa disimpulkan butir inrtumen itu tidak
valid (Sugiyono, 2015 : 178).
37
dengan rumus :
Mo = Bb + P ( F1 )
(F1 + F2) (Sedarmayanti, 2011 : 186)
keterangan :
Mo = nilai modus
Bb = batas bawah kelas yang mengandung nilai modus
P = panjang kelas nilai modus
F1 = selisih antara frekuensi modus (f) dengan frekuensi sebelumnya (fsb)
f2 = selisih antara frekuensi modus (f) dengan frekuensi sesudahnya (fsd)
g. menentukan Standar Deviasi (simpangan baku)
dengan rumus :
S2 = n ∑ fi xi - ( ∑ fi xi )2
n(n–1)
keterangan :
S2 = varian sampel
S = simpangan baku sampel
n = jumlah sampel
fi = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas interval
xi = tanda kelas interval (Riduwan, 2010 : 188)
h. menguji kenormalan data dengan kemiringan
dengan rumus :
Km = X – Mo
S
keterangan :
Km = kemiringan kurva
X = nilai rata-rata
Mo = modus
S = standar deviasi / simpangan baku
Data dikatakan normal jika Km antara -1 dan +1 (Siregar, 2017 : 45)
38
3.7.2 Uji Homogenitas Data
Dalam penelitian uji homogenitas data digunakan untuk membuktikan
kesamaan varians kelas eksperimen dan kelas kontrol, karena uji homogenitas ini
sendiri merupakan uji prasyarat analisis untuk melakukan uji hipotesis. Yang
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. mencari varians gabungan
dengan rumus :
S2 = ( ∑ db si2)
∑ db
dengan rumus :
39
3.8 Uji Hipotesis Data
Dalam penelitian ini teknik analisa yang akan digunakan adalah uji (t).
Dengan rumus sebagai berikut:
t= X1 - X2
S
√ 1 1
+
n1 n2
Dengan :
40
dua macam kemungkinan, yaitu hipotesis alternatif (Ha) dirumuskan dengan
kalimat positif, dan hipotesis nol (Ho) dirumuskan dengan kalimat negatif
(Riduwan, 2013 : 162). Jadi dalam hipotesis ini terdapat dua kemungkinan dugaan
benar dan salah, dengan melakukan penelitian ini apakah hipotesis yang diajukan
ini (diterima/Ha) atau sebaliknya ditolak (Ho).
Berdasarkan penjelasan tersebut maka Hipotesis dalam penelitian yang
akan dilakukan ini adalah sebagai berikut :
Ha1 : penerapan model pembelajaran Value Clarification Technique berpengaruh
terhadap afeksi peserta didik pada mata pelajaran sejarah kelas XI di SMA N 2
Indralaya Utara
Ho1 : penerapan model pembelajaran Value Clarification Technique tidak
berpengaruh terhadap afeksi peserta didik pada mata pelajaran sejarah kelas XI di
SMA N 2 Indralaya Utara
41
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini berjudul pengaruh model pembelajaran value clarification
technique (VCT) terhadap afeksi peserta didik di SMA N 2 Indralaya Utara. Yang
mana tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari
model value clarification technique terhadap afeksi peserta didik. Penelitian ini
dilaksanakan dari tanggal 11 Juli sampai tanggal 30 Juli 2019, dengan meteri
pesritiwa penting di Eropa. Penelitian ini dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan,
yang terdiri dari 3 kali pertemuan melakukan penelitian yaitu dengan
mengikutsertakan 3 orang mahasiswa sebagai tim observer, dan 1 kali
pertemuannya lagi dikhususkan untuk menanyakan ulang materi-materi yang
diberikan ketika penelitian sekaligus memberikan angket kepada peserta didik,
baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen.
Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai sampel adalah kelas XI, yang
diantaranya dua kelas, yaitu kelas XI IPS sebagai kelas eksperimen dengan jumlah
26 orang peserta didik. Dan kelas XI IPA sebagai kelas kontrol dengan jumlah 26
orang peserta didik juga. Dari kedua kelas tersebut jika digabungkan maka jumlah
keseluruhannya adalah sebanyak 52 orang peserta didik. Untuk memperoleh data,
disini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa lembar observasi
dan lembar angket. Lembar observasi digunakan tim observer untuk melihat sikap
peserta didik dalam proses belajar, sedangkan lembar angket diberikan peneliti
ketika pertemuan akhir penelitian. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah uji normalitas data, uji homogenitas data dan uji-t.
42
menggunakan model pembelajaran value clarification technique (VCT),
sedangkan untuk kelas XI IPA peneliti menggunakan model pembelajaran
examples non examples serta word square.
43
Sedangkan berikut ini adalah hitungan rekapitulasi lembar afeksi peserta
didik, baik dari pertemuan pertama hingga ke pertemuan ketiga, yaitu sebagai
berikut :
Tabel Rekapitulasi Lembar Observasi
Pertemuan ke-1
Skor yang diperoleh Frekuensi (f) Persentase (%) Kategori
44
Berdasarkan data hasil rekapitulasi perhitungan lembar observasi afeksi
belajar pada pertemuan kedua pada tabel diatas dapat dijelaskan bahwa, diperoleh
data peserta didik dengan kategori sangat baik tidak ada atau dengan persentase 0
%. Sedangkan data peserta didik dengan kategori baik berfrekuensi sebanyak 9
orang dengan jumlah persentase 35 %. Sedangkan data peserta didik dengan
kategori cukup baik memperoleh frekuensi 17 orang dengan jumlah persentase
sebanyak 65 %. Dan untuk data peserta didik dengan kategori tidak baik pada
pertemuan kedua ini berpersentase 0% atau bisa dikatakan tidak ada yang
termasuk dalam kategori tersebut.
Tabel Rekapitulasi Lembar Observasi
Pertemuan ke-3
Skor yang diperoleh Frekuensi (f) Persentase (%) Kategori
45
Tabel Rekapitulasi Gabungan Lembar Observasi
Skor yang Pertemuan
di peroleh P.1 % P.2 % P.3 % Kategori
82 – 100 - - - - - - Sangat baik
63 – 81 6 23 % 9 35 % 15 58 % Baik
44 – 62 18 69 % 17 65 % 11 42 % Cukup baik
25 – 43 2 8% - - - - Tidak baik
Jumlah 26 100 % 26 100 % 26 100 % -
Sumber : Data primer, tahun 2019
Dari semua hasil data yang telah diperoleh dan diolah melalui observasi
yang dilakukan pada tiap kali pertemuan dalam proses belajar, terlihat sekali
bahwa dapat dikatakan bahwa terdapat perubahan yang turun naik dalam setiap
pertemuannya, baik peserta didik dengan kategori baik, cukup baik dan tidak baik,
Sebagaimana terlihat pada tabel di atas.
46
disajikan indikator pertama yaitu mengenai kedisiplinan peserta didik dalam
proses belajar, ialah sebagai berikut ini :
Tabel Rekapitulasi Lembar Angket Afeksi Peserta Didik
Dalam Indikator Disiplin Dalam Belajar
Indikator Frekuensi Jumlah
No & deskriptor SD D CD TD STD (n)
1. Selalu masuk tepat waktu 13 13 - - - 26
2. Selalu menjaga ketertiban
kelas 3 15 8 - - 26
3. Tidak keluar kelas sebelum
jam pelajaran berakhir 12 11 2 1 - 26
4. Tidak membuat catatan
kecil ketika UH maupun US 7 17 1 1 - 26
5. Selalu membawa buku
sumber belajar 14 12 - - - 26
6. Selalu siap ketika diberikan
perintah menyimpulkan
materi di akhir 8 12 6 - - 26
pembelajaran
∑f 57 80 17 2 0 156
Persentase 37% 51% 11% 1% 0% 100%
Sumber : Data Primer, tahun 2019
Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat beberapa pilihan jawaban yang
dipilih oleh responden pada indikator presentasenya sebanyak 37% SD, 51% D,
11% CD, 1% TD dan 0% STD.
47
Adapun diagram rekapitulasi lembar angket afeksi peserta didik dalam
indikator disiplin dalam belajar, sebagai berikut :
Diagram Rekapitulasi Lembar Angket Afeksi Peserta Didik
SD (37%)
D (51%)
CD (11%)
TD (1%)
STD (0%)
Ket :
SD : Sangat disiplin
D : Disiplin
CD : Cukup disiplin
TD : Tidak disiplin
STD : Sangat tidak disiplin
48
Tabel Rekapitulasi Lembar Angket Afeksi Peserta Didik
Dalam Indikator Bekerja Keras
Indikator Frekuensi Jumlah
No & deskriptor SB B CB TB STB (n)
7. Aktif dalam proses 9 17 - - - 26
pembelajaran
8. Berani berntanya dan 9 13 4 - - 26
menjawab pertanyaan
9. Tidak pernah lupa
mengerjakan tugas rumah 5 10 5 4 2 26
yang diberikan guru
10. Percaya diri menyampaikan 12 12 2 - - 26
argumen
11. Memiliki semangat belajar 11 13 2 - - 25
yang tinggi
12. Tidak mudah putus asa dan 7 14 3 2 - 26
gampang menyerah
∑f 53 79 16 6 2 156
49
Selanjutnya, berikut adalah diagram dari persentase lembar angket afeksi
peserta didik dalam kategori bekerja keras.
Diagram Lembar Angket Afeksi Peserta Didik
SB (34%)
B (51%)
CB (10%)
TB (4%)
STB (1%)
50
Tabel Rekapitulasi Lembar Angket Afeksi Peserta Didik
Dalam Indikator Tanggung Jawab
No Indikator Frekuensi (f) Jumlah
& deskriptor SB B CB TB STB (n)
13. Mengakui dan meminta
atas kesalahan yang 8 2 3 4 9 26
dilakukan
14. Mematuhi peraturan 16 10 - - - 26
sekolah
15. Selalu atang tepat waktu 2 7 6 5 6 26
ketika jam pelajaran siang
16. Mempunyai semangat 14 9 3 - - 26
belajar yang tinggi
17. Membantu teman yang
sedang kesulitan dalam 5 13 8 - - 26
belajar
18. Melakukan tugas individu 10 13 3 - - 26
dengan baik
19. Mengumpulkan dan
mengerjakan tugas sesuai 10 12 4 - - 26
dengan waktu
20. Berani mengungkapkan
pendapat, saran dan 9 14 3 - - 26
komentar
∑f 74 80 30 9 15 208
Persentase 36% 39% 14% 4% 7% 100%
Sumber : Data primer, tahun 2019
Dari tabel diatas jawaban responden mengenai indikator tanggung jawab
dalam proses belajar dengan kategori SB memperoleh persentase sebanyak 36%,
sedangakan kategori B 39%, CB 14%, TB berjumlah 4%, dan STB sebanyak 7%.
51
Berikut ini adalah diagram persentase lembar angket afeksi peserta didik
dengan kategori bertanggung jawab.
Diagram Angket Afeksi Peserta Didik
SB (36%)
B (39%)
CB (14%)
TB (4%)
STB (7%)
Ket:
SB : Sangat baik
B : Baik
CB : Cukup baik
TB : Tidak baik
52
Berdasarkan hasil analisis dari semua data angket afeksi peserta didik
dapat dilihat dan disimpulkan perbandingan afeksi peserta didik antar indikator-
indikator pada diagram berikut ini :
Diagram Gabungan Angket Afeksi Peserta Didik
60
50
40
SB
30
B
CB
20 TB
STB
10
0
DISIPLIN
SERJA KERAS
TANGGUNG JAWAB
53
mendapat presentase tertinggi ialah dengan kategori B juga dengan jumlah 39%,
dan kedua pada kategori SB yaitu 39%, kemudian yang ketiga CB memiliki
presentase 14%, selanjutnya kategori TB 4%, dan terakhir kategori STB sejumlah
7%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan model value clarification technique (VCT) ini terdapat pengaruh
serta mampu memberi peningkatan pada setiap indikator penilaian afeksi yang
dengan mengukur tiap indikator yang sudah ditentukan yang menjadi tolak ukur
penilaiannya.
54
2. Nilai tertinggi = 94
Nilai terendah = 71
3. Rentang data = Nilai tertinggi – nilai terendah
= 94 – 71
= 23
4. Jumlah kelas interval = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 26
= 1 + 3,3 (1,414)
= 1 + 4, 666
= 5, 666 ~ 6
5. Panjang kelas interval = Rentang : Jumlah kelas interval
= 23 : 6
= 3, 833 ~ 4
Tabel Distribusi frekuensi skor angket kelas eksperimen
Interval Fi Xi fi xi xi2 fi xi2
71 - 74 4 72,5 290 5256,25 21025
75 - 78 5 76,5 382,5 5852,25 29261,25
79 - 82 6 80, 5 483 6480,25 38881,5
83 - 86 5 84,5 422,5 7140,25 35701,25
87 - 90 5 88,5 442,5 7832,25 39161,25
91 - 94 1 92,5 92,5 8556,25 8556,25
Jumlah 26 495 2113 41117,5 172586,5
Sumber : Data primer, tahun 2019
Dari tabel diatas maka diperoleh data sebagai berikut ini :
Frekuensi nilai tes pada kelompok eksperimen (fi) berjumlah 26. Dengan
kelas eksperimen mendapat frekuensi sebanyak 4 peserta didik dengan nilai 71-
74, 5 peserta didik dengan nilai 75-78, 6 pesertaa didik dengan nilai 79-82, 5
peserta didik dengan nilai 83-86, 5 peserta didik dengan nilai 87-90, dan 1 peserta
didik dengan nilai 91-94. Sedangkan tanda kelas pada nilai kelas kelompok
eksperimen (xi) memiliki jumlah keseluruhan 495. Selanjutnya fixi ialah hasil dari
perkalian antara frekuensi dengan tanda kelas pada nilai yang keseluruhannya
55
berjumlah 2113. Selanjutnya xi2 ialah hasil kuadrat dari xi yaitu seluruhnya
berjumlah 41117,5. Dan untuk fixi2 merupakan hasil dari fi dengan xi2 yang
jumlah seluruhnya ialah 172586,5.
6. Nilai rata-rata
X = ∑fixi = 2113 = 81,26
∑fi 26
Jadi, diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen ialah 81,26
7. Modus (Mo), ini ialah nilai yang paling sering muncul
b = 78,5
b1 =6 – 5 = 1
b2 = 6 -5 = 1
Mo = b + p ( b1 )
( b1 + b2)
= 78,5 + 4 (1)
(1 + 1)
= 78,5 + 4 (1)
(2)
= 78,5 + 4 (0,5)
= 78,5 + 2
= 80,5
Jadi nilai Modus pada kelas eksperimen ini ialah 80,5
8. Standar deviasi/simpangan baku
S2 = n∑fixi2 – (∑fixi)2
n (n-1)
S2 = 26 (172586,5) – (2113)2
26 (26-1)
S2 = 4487249 – 4464769
26 (25)
S2 = 22480
650
S2 = 34,58
56
S1 = √34,58
S1 = 5,88
Jadi simpangan baku diperoleh dengan sejumlah nilai 5,88
9. Kemiringan kurva
Km = X – Mo Km = 81,26 – 80,5 = 0,76 = 0,12
S1 5,88 5,88
Jadi dari hitungan ini, maka dapat diketahui nilai Km sebesar 0,12 dan
nilai Km terletak antara (-1< 0,12 <+1), sehingga data kelas eksperimen dapat
ditanyakan terdistribusi normal.
57
= 5,666 ~ 6
5. Panjang kelas interval =Rentang : jumlah kelas interval
= 23 : 6
= 3,833 ~4
Tabel Distribusi Frekuensi Skor Angket Kelas Kontrol
Interval f2 x2 f2x2 x22 f2x22
63 – 66 2 64,5 129 4160,25 8320,5
67 – 70 2 68,5 137 4692,25 9384,5
71 – 74 4 72,5 290 5256,25 21025
75 – 78 6 76,5 459 5852,25 35113,5
79 – 82 5 80,5 402,5 6480,25 32401,25
83 – 86 7 84,5 591,5 7140,25 49981,75
Jumlah 26 447 2009 33581,5 156226,5
Sumber : Data primer, tahun 2019
Dari tabel diatas maka diperoleh data sebagai berikut :
Frekuensi nilai tes pada kelompok kontrol (fi) berjumlah 26. Dengan kelas
eksperimen mendapat frekuensi sebanyak 2 peserta didik dengan nilai 63-66, 2
peserta didik dengan nilai 67-70, 4 pesertaa didik dengan nilai 71-74, 6 peserta
didik dengan nilai 75-78, 5 peserta didik dengan nilai 79-82, dan 7 peserta didik
dengan nilai 83-86. Sedangkan tanda kelas pada nilai kelas kelompok kontrol (xi)
memiliki jumlah keseluruhan 447. Selanjutnya fixi ialah hasil dari perkalian antara
frekuensi dengan tanda kelas pada nilai yang keseluruhannya berjumlah 2009.
Selanjutnya xi2 ialah hasil kuadrat dari xi yaitu seluruhnya berjumlah 33581,5.
Dan untuk fixi2 merupakan hasil dari fi dengan xi2 yang jumlah seluruhnya ialah
156226,5.
6. Nilai rata-rata
X = f2x2
∑f2
= 2009
26
= 77,26
58
Jadi nilai rata-rata pada hitungan ini adalah 77,26
7. Modus (Mo)
Mo : b = 82,5
b1 = 7 – 5 = 2
b2 = 7 – 0 = 7
Mo = b + p (b1)
(b1 + b2)
= 82,5 + 4 (2)
(2 + 7)
= 82,5 + 4 (2)
(9)
= 82,5 + 4 (0,22)
= 82,5 + 0,88
= 83,38
Jadi nilai Mo yang terdapat pada hitugan ini ialah 83,38
8. Standar deviasi/Simpangan baku
S2 = n ∑ f2x22 – (∑ f2 x2)2
n (n – 1)
S2 = 26 (156226,5) – (2009)2
26 (25 – 1)
S2 = 4061889 – 403081
26 (25)
S2 = 25808
650
S2 = 39, 70
S = √39, 70
S = 6,30
Jadi simpangan baku pada perhitungan ini adalah 6,30
59
9. Kemiringan kurva
Km = X - Mo
S
Km = 77, 26 – 83, 38
6, 30
Km = -6, 12
6,30
Km = -0, 97
Dari analisis perhitungan di atas maka diperolehlah nilai Km dengan
jumlah -0, 97. Sehingga nilai Km terletak antara -1 < -0, 97 < 1, maka data
tersebut dapat dikatakan terdistribusi normal.
60
B = (log 37, 14) (50)
B = (1, 57) (50)
B = 78, 5
3. X2 = (In10) (B- ∑ db (log S2)
= (2, 302) ( 78,5 – (78,4)
= (2,302) (0,1)
= 0, 230
Jadi uji homogenitas dalam sampel penelitian ini digunakan taraf (a)
adalah 0, 05 diperoleh X2tabel = 3, 841 dan Xhitung = 0, 230. Sehingga diperoleh
0,230 < 3, 841. Syarat homogenitas apabila X2hitung < X2tabel, sehingga dapat
disimpulkan data yang diambil homogen dengan 0, 230 < 3, 841.
61
Tabel Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku
Eksperimen Kontrol
X1 = 81, 26 X2 = 77, 26
S1 = 5, 88 S2 = 6, 30
nI = 26 n2 = 26
Sumber : Data primer tahun 2019
S2 = ( n1 – 1) S1 + (n2 – 2) S2
n1 + n2 – 2
√
S 1
+
1
n1 n2
= 81, 26 - 77,26
√
2 , 44 1 1
+
26 26
= 4
2,44 (0,076)
62
= 4
0,18
= 22, 22
Jadi berdasarkan perhitungan diatas maka diperoleh harga ttabel = 1, 982
dengan taraf signifikan 0,05. Sehingga didapatkan hasil perhitungan skor angket
afeksi peserta didik berupa thitung > ttabel yaitu 22,22 > 1, 982. Dengan ini hipotesis
(Ho) ditolak yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh dari model
pembelajaran value clarification technique terhadap afeksi peserta didik pada
mata pelajaran sejarah di kelas XI SMA N 2 Indralaya Utara. Dan (Ha) yang
menyatakan ada pengaruh model pembelajaran value clarification technique
terhadap afeksi peserta didik pada mata pelajaran sejarah di kelas XI SMA N 2
Indralaya Utara diterima.
4.8 Pembahasan
Penelitian ini betujuan tidak lain untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran value clarification technique terhadap afeksi peserta didik pada
mata pelajaran sejarah di kelas XI SMA N 2 Indralaya Utara. Dimana model VCT
ini sendiri adalah model pembelajaran dengan pendekatan pendidikan nilai yang
dimana peserta didik itu dilatih untuk menemukan, mimilih, menganalisis,
memutuskan, serta mengambil sikap sendiri dari semua nilai-nilai yang berlaku
yang ingin mereka perjuangkan dan atau yang ingin mereka jalankan dikehidupan
sehari-harinya. Pembelajaran sejarah bagi peserta didik dapat dikatakan sangat
penting, Karena disini peserta didik diajak belajar menyadari nilai-nilai hidup
mana yang seharusnya diutamakan dan sekaligus diterpkan. Melalui pembahasan-
pembahasan pada masa lampau ini untuk diiplementasikandi masa yang akan
datang. Model VCT ini sendiri basa diterapkan pada pelajaran sejarah. Sesuai
pada umumnya pendidikan katakter menekankan pada keteladanan, penciptaan
lingkungan, dan pembiasaan yang melalui berbagai tugas keilmuan dan kegiatan
kondusif. VCT memiliki peranan penting dalam pendidikan di mana ia merujuk
pada upaya yang dilakukan oleh pendidik untuk membantu serta memfasilitasi
pengembangan nilai pada peserta didik sekolah menengah (Shiell, 2003 : 1533).
63
Sedangkan Penciptaan lingkungan kondusif tersebut dapat dilakukan melalui
berbagai variasi metode, yang mencakup : penugasan, pembiasaan, pelatihan,
pembelajaran, pengarahan dan keteladanan. Berbagai variasi metode tersebut
berpengaruh terhadap pembentukan karakter peserta didik (Mulyasa, 2014 : 8).
Berdasarkan mengamatan diketahui bahwa peneliti menggunakan dua
kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas XI IPS sebagai kelas eksperimen dan
kelas XI IPA nya sebagai kelas kontrol. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan
sebanyak 4 kali pertemuan, tetapi di pertemuan keempat itu hanyalah mengulas
ulang materi-materi sekaligus memberikan angket kepada semua peserta didik
yang menjadi sampel, baik kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penelitian ini
dilakukan dari tanggal 11 Juli sampai dengan 30 Juli. Materi pada penelitian ini
ialah tentang peristiwa penting di Eropa.
Pertemuan pertama mengenai peristiwa renaissance dan merkantilisme.
Sebelum proses pembelajaran berlangsung peneliti membuka dengan doa dan
menanyakan absen terlebih dahulu. Setelah itu barulah peneliti menyalakan
powerpoint yang sebelumnya proyektornya memang sudah disiapkan. Dan
kemudian memberikan lukisan Monalisa sebagai stimulus, kemudian barulah
menjelaskan sedikit mengenai materi yang akan dibahas. Selanjutnya, peneliti
membagi peserta didik menjadi 2 kelompok, kelompok pertama membahas
tentang renaissance dan kelompok kedua membahas merkantilisme. Kemudian
terjadilah diskusi, tanya jawab dan sebagainya. Pada pertemuan kedua yiatu
membahas tentang membahas tentang reformasi gereja dan aufklarung. Pada
pertemuan kedua ini peneliti untuk pendahuluan melakukan hal yang sama seperti
pertemuan pertama, tetapi pada kegiatan inti disini peneliti masih menjelaskan
materi sedikit mengenai materi yang akan dibahas, setelah itu peneliti
memberikan tugas yang menggunakan model word square. Dan peserta didik
mengerjakan dengan seksama. Selanjutnya pada pertemuan ketiga ini peneliti
hanya memonitor jalannya proses pembelajaran, selebihnya peserta didik yang
berperan aktif. Kemudian pertemuan keempat ini khusus pemberian angket
kepada peserta didik.
64
Pada setiap pertemuan setiap kegiatan belajarnya terdapat tiga orang tim
observer yang bertugas untuk melakukan penilaian-penilaian terhadap peserta
didik dengan alat ukur penilaian yang sudah ditentukan, antara lain lembar
observasi dan lembar angket afeksi peserta didik. Ketika proses pembelajaran
berlangsung tim observer mengisi lembar observasi untuk menilai sikap peserta
didik, sedangkan setiap peserta didik baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol
mengisi lembar angket pada pertemuan terakhir. Adapun sikap yang dinilai terdiri
dari tiga indikator, yaitu disiplin, kerja keras dan tangung jawab. Dan untuk
lembar angket yang diberikan kepada peserta didik terdiri dari tiga indikator dan
20 deskriptor.
Setelah memperoleh data hasil lembar observasi maupun angket afeksi
peserta didik, selanjutnya peneliti melakukan analisis data. Sebelumnya terlebih
dahulu akan menjelaskan mengenai indikator dari model pembelajaran VCT ini
sendiri dengan dikaitkan dengan kondisi di lapangan ialah sebagai berikut, yang
pertama indikator stimulasi atau pemberian rangsangan atau orientasi ini ialah
kemampuan peserta didik dalam mengajukan pertanyaan, yang memiliki jumlah
persentase dari pertemuan pertama hingga pertemuan terakhir berturut-turut
pertemuan pertama27 %, pertemuan kedua 35% dan pertemuan ketiga 31%.
Dalam pernyataan ini peserta didik SMA Negeri 2 Indralaya Utara khususnya di
kelas yang digunakan peneliti melakukan penelitian dilihat dari pertemuan ke
pertemuan selanjutnya dapat dikatakan aktif. Karena setiap pembelajaran akan
dimulai peneliti selalu memberikan stimulus berupa foto ataupun video, sehingga
dapat memunculkan pertanyaan-pertanyaan dari peserta didik.
Kemudian indikator problem statement, & data collection adalah
kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi masalah serta kemampuan
peserta didik dalam mengumpulkan informasi. yang memiliki jumlah persentase
pada pertemuan pertama 50%, pertemuan kedua 38% dan pertemuan ketiga 23%.
Dalam pernyataan ini peserta didik pada pertemuan pertama masih terpaku pada
sumber yang sudah disiapkan peneliti, akan tetapi pada pertemuan selanjutnya
peserta didik berinisiatif mencari sumber-sumber lain dengan menanyakan apakah
diperbolehkan atau tidak mereka membuka situs internet dan lain sebagainya.
65
Selanjutnya data procesing, verification, & generalization ialah kemampuan
peserta didik dalam mengelola data untuk mendapatkan alternatif jawaban, serta
kemampuan peserta didik dalam menarik kesimpulan. Yang dalam hal ini
memperoleh data persentase pada pertemuan pertama 23%, kemudian pertemuan
kedua 27%, dan terakhir 46%. Dimana peserta didik dapat dikatakan ada beberapa
yang sesuai dengan keinginan peneliti, maksudnya ialah tidak keseluruhan peserta
didik aktif dalam mengelola data dan menarik kesimpulan pada akhir
pembelajaran. Dalam setiap pertemuan ada beberapa yang berani menyampaikan
pendapat ataupun kesimpulan pembelajaran yang sedang berlangsung tersebut.
Akan tetapi, pada pertemuan keempat yaitu hanya difokuskan dengan
memberikan angket peneliti dengan sengaja menanyakan kembali apa saja materi-
materi yang sudah dibahas, dan disini antusias setiap peserta didik dapat dikatakan
aktif, karena mereka dapat menyebutkan bahkan menjelaskan pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan oleh peneliti, yang dengan hal ini sesuai dalam teori
behavioristik serta teori belajar kognitif yang lebih menekankan pada
perkembangan berfikir peserta didik, karena semakin peserta didik diberikan
penguatan dalam belajar, maka mereka akan semakin menunjukkan tingkah laku
yang sesuai dengan informasi yang didapatkan, dimana tingkah laku ini
merupakan wujud dari capaian atau hasil belajar tersebut. Dengan demikian model
pembelajaran VCT ini mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
penilaian afeksi peserta didik khususnya di SMA Negeri 2 Indralaya Utara.
Hasil dari rekapitulasi nilai dari lembar observasi dan angket afeksi peserta
didik akan dijelaskan berikut ini. Diantaranya berdasarkan data dari hasil
rekapitulasi perhitungan lembar observasi afeksi belajar pada pertemuan pertama
diperoleh data peserta didik dengan kategori sangat baik berfrekuansi 0 atau tidak
ada sama sekali. Sedangkan data peserta didik dengan kategori baik berfrekuensi
6 orang dengan jumlah persentase sebanyak 23%. Selanjutnya untuk data peserta
didik dengan kategori cukup baik memiliki frekuensi 18 orang dengan jumlah
persentase 69 %. Kemudian untuk data peserta didik dengan kategori tidak baik
berfrekuensi sebanyak 2 orang dengan jumlah persentase 8 %.
66
Sedangkan berdasarkan data hasil rekapitulasi perhitungan lembar
observasi afeksi belajar pada pertemuan kedua diperoleh data peserta didik
dengan kategori sangat baik tidak ada atau dengan persentase 0 %. Sedangkan
data peserta didik dengan kategori baik berfrekuensi sebanyak 9 orang dengan
jumlah persentase 35 %. Sedangkan data peserta didik dengan kategori cukup baik
memperoleh frekuensi 17 orang dengan jumlah persentase sebanyak 65 %. Dan
untuk data peserta didik dengan kategori tidak baik pada pertemuan kedua ini
berpersentase 0% atau bisa dikatakan tidak ada yang termasuk dalam kategori
tersebut.
Berdasarkan hasil rekapitulasi lembar observasi afeksi belajar pada
pertemuan ketiga diperoleh data peserta didik dengan kategori sangat baik
berfrekuensi 0. Sedangkan data peserta didik dengan kategori baik berfrekuensi 15
orang dengan jumlah persentase 58 %. Selanjutnya data peserta didik dengan
kategori cukup baik memiliki frekuensi 11 orang dengan jumlah persentase
sebanyak 42 %. Dan untuk data peserta didik dengan kategori tidak baik memiliki
frekuensi 0 dan tentunya dengan jumlah persentase 0 %. Dapat dikatakan bahwa
hasil dari analisis rekapitulasi lembar observasi antar pertemuan terdapat
perubahan yang naik turun dalam setiap kategorinya.
Selanjutnya hasil analisis angket peserta didik dapat disimpulkan bahwa
pada indikator disiplin yang dalam hal ini peserta didik menunjukkan perilaku
yang yang tertib dan patuh pada berbagai ketentuan serta peraturan yang sudah
ditentukan dalam proses pembelajaran. Seperti membiasakan masuk kelas mata
pelajaran tepat waktu, duduk pada tempat yang sudah disediakan dan lain
sebagainya. Dan hasil skor presentase angket yang tertinggi terdapat pada kategori
B (baik) yaitu memperoleh persentase sebanyak 51%. Dan urutan kedua terdapat
pada kategori SB (sangat baik) yaitu 37%, selanjutnya urutan ketiga yaitu kategori
CB (cukup baik) dengan memperoleh presentase 11%, kemudian urutan keempat
ialah kategori TB (tidak baik) yaitu 1%, dan presentase terendah pada indikator ini
terdapat pada STB (sangat tidak biak) karena memiliki presentase dengan jumlah
0%. Sedangkan dalam indikator kerja keras yang dalam hal ini peserta didik
menunjukkan upaya yang sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai tugas yang
67
diberikan dan berupaya menyelesaikan dengan sebaik-baiknya dan aktif bertanya
dalam proses pembelajaran, tidak hanya berfokus pada sumber yang diberikan,
dan jumlah presentase tertinggi terdapat pada kategori B (baik) juga, yaitu dengan
jumlah 51%, kedua yaitu dengan kategori SB dengan jumlah presentase 34%,
ketiga yaitu kategori CB memiliki presentase 10%, keempat ialah kategori TB
4%, dan terakhir STB yaitu 1%. Kemudian untuk indikator yang terakhir yaitu
bertanggung jawab ialah sikap dan perilaku setiap peserta didik untuk
mengerjakan tugas dan kewajiban yang seharusnya dilakukan, seperti
menyelesaikan tugas tepat pada waktu yang sudah ditetapkan dan tidak
melakukan kecurangan dalam mengerjakannya. mendapat presentase tertinggi
ialah dengan kategori B juga dengan jumlah 39%, dan kedua pada kategori SB
yaitu 39%, kemudian yang ketiga CB memiliki presentase 14%, selanjutnya
kategori TB 4%, dan terakhir kategori STB sejumlah 7%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model
value clarification technique (VCT) ini terdapat pengaruh serta mampu memberi
peningkatan pada setiap indikator penilaian afeksi dengan mengukur tiap indikator
yang sudah ditentukan yang menjadi tolak ukur penilaian dalam pengamatan dan
penelitian ini.
Setelah itu masih terdapat uji normalitas data, yang tidak lain bertujuan
untuk melihat apakah data yang diperoleh itu terdistribusi normal atau tidak
sehingga dapat digunakan. Dari kelas eksperimen diperoleh nilai Km sebesar 0,12
dan kelas kontrol mendapat Km sebesar -0,97. Dan harga ini terletak diantara (-1)
sampai (+1), (-1< Km <+1) sehingga kelas eksperimen Km -1< 0,12<1 dan kelas
kontrol yaitu Km -1< -0,97 <1. Maka data tersebut dikatakan terdistribusi normal.
Selanjutnya yaitu melakukan uji homogenitas, dalam penelitian ini menggunakan
uji bartlett. Pada sampel penelitian ini digunakan taraf nyata (α ¿ 0,05 dan db n – 1
= 25. Dari data ini diperolehlah X2tabel = 3, 841 dan X2hitung = 0, 230. Maka data
yang diambil ini dapat dikatakan homogen, karena syarat dari homegenitas suatu
data apabila X2hitung < X2tabel, yaitu 0, 230 < 3, 481.
Selanjutnya setelah uji homogenitas, seterusnya masuk pada uji hipotesis
untuk menguji hipotesis data. Hal ini tidak lain untuk melihat apakah ada
68
pengaruh atau tidak dari penggunaan model pembelajaran value clarification
technique terhadap afeksi peserta didik. Dalam menguji hipotesis ini peneliti
menggunakan Uji-t dengan membandingkan thitung dan ttabel dengan taraf signifikan
(α ) = 0,05. Apabila thitung > ttabel, maka hipotesis (Ha) diterima, akan tetapi jika
thitung < ttabel maka hipotesis ditolak dan (Ho) diterima. Dan dalam hasil perhitungan
data diperoleh thitung = 22,22 dan ttabel = 1, 857. Dengan ini, dapat disimpulkan
hipotesis (Ho) ditolak yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh dari model
pembelajaran value clarification technique terhadap afeksi peserta didik pada
mata pelajaran sejarah kelas XI di SMA N 2 Indralaya Utara dan hipotesis (Ha)
menyatakan bahwa “ada pengaruh dari model pembelajaran value clarification
technique terhadap afeksi peserta didik pada mata pelajaran sejarah kelas XI di
SMA N 2 Indralaya Utara diterima. Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa
penerapan model pembelajaran value clarification technique dalam pembelajaran
sejarah di kelas eksperimen memberikan dampak yang baik, yaitu dengan
menumbuhkan sikap yang positif dan memicu kemauan dalam belajar. Dapat juga
dirasakan pada pertemuan terakhir kali penelitan, ketika ditanya ulang materi-
materi yang sudah dibahas baik dari pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga,
peserta didik sangat antusias dalam menjawabnya. Artinya penerapan model
pembelajaran VCT ini dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
penilaian afeksi peserta didik di SMA N 2 Indralaya Utara.
69
BAB V
5.1 Kesimpulan
70
5.2 Saran
Dari hasil analisis dan kesimpulan mengenai pengaruh model
pembelajaran value clarification technique (VCT) terhadap afeksi peserta didik
pada mata pelajaran sejarah kelas XI di SMA N 2 Indralaya Utara, maka dengan
ini peneliti memberikan saran sebagai berikut ini :
1. bagi peserta didik. Hendaknya setiap peserta didik khususnya untuk mata
pelajaran sejarah dapat berperan lebih aktif lagi dan diharapkan peserta
didik mempunyai motivasi untuk belajar lebih aktif, kemudian belajar mau
mengemukakan pendapat, baik di dalam lingkungan sekolah, di luar
sekolah.
2. bagi guru. Hendaknya penggunaan model pembelajaran VCT ini dapat
dijadikan sebagai alternatif pada pembelajaran sejarah untuk menambah
variasi belajar di kelas agar belajar terasa menyenangkan.
3. bagi peneliti. Khususnya untuk mahasiswa pendidikan sejarah diharapkan
dapat mengembangkan penelitian ini lebih lanjut lagi, dengan indikator-
indikator penilaian yang tentunya berbeda dengan yang telah diteliti dalam
penelitian ini.
71
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Norsidah; Kamarudin, Mohd Khairy; Jasmi, Azmi Kamarul. 2017. The
Concept of Teachers Personality in Shaping Students Characters in
Research Journal of Education. 3 (11), 157-163. ISSN: 2413-0540
Dimyanti & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Renika Cipta
72
Fahyuni, Eni Fariyatul. 2017. The use of value clarification technique-based-
picture story media as an alternative media to value education in primary
school. Harmonia : Journal of Arts Research and Education. DOI:
10.15294/harmonia.v17i1.746
Jihad, Asep & Haris, Abdul. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi
Pressindo
73
Margono. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
74
Riduwan. 2005. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung :
Alfabeta
Sair, Alian & Irwanto, Dedi. 2014. Metodologi dan Historiografi Sejarah.
Yogyakarta : Eja Publisher
Suardi, Moh. 2012. Pengantar Pendidikan Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT.
Indeks
75
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta
Widi, Restu Kartiko. 2010. Asas Metodologi Penelitian (Sebuah Pengenalan dan
Penuntun Langkah Demi Langkah Pelaksanaan Penelitian).Yogyakarta :
Graha Ilmu
76
Lampiran 1 : Surat Keterangan Usul Judul Skripsi
77
Lampiran 2 : Surat Keterangan Persetujuan Seminar Proposal
78
Lampiran 3 : Surat Pernyataan Perbaikan Seminar Proposal
79
Lampiran 4 : Halaman Pengesahan Seminar Proposal
80
Lampiran 5 : Persetujuan Seminar Hasil Penelitian
81
Lampiran 6. Surat Pernyataan Perbaikan Seminar Hasil Penelitian
82
Lampiran 7 : Tabel Perbaikan Seminar Hasil Penelitian
83
84
Lampiran 8 : Halaman Pengesahan Seminar Hasil Penelitian
85
Lampiran 9 : Halaman Persetujuan Sidang
86
Lampiran 10 : Tabel Perbaikan Skripsi
87
Lampiran 11 : Bukti Perbaikan Skripsi
88
Lampiran 12 : Izin Jilid Skripsi
89
Lampiran 13 : Surat Keterangan Penunjukkan Pembimbing
90
Lampiran 14 : Surat Keterangan Pembimbing
91
92
Lampiran 15 : Surat Keterangan Penelitian Fakultas
93
Lampiran 16 : Surat Keterangan Penelitian Dinas Pendidikan
94
Lampiran 17 : Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Sekolah
95
Lampiran 18 : Lembar Validasi RPP
96
97
98
Lampiran 19 : Lembar Validasi Angket
99
100
Lampiran 20 : Kartu Bimbingan Pembimbing 1
101
102
103
Lampiran 21 : Kartu bimbingan Pembimbing 2
104
105
106
Lampiran 22 : Daftar Pernyataan Lembar Observasi
LEMBAR OBSERVASI
RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
Sekolah :
Kelas :
Nama peserta didik :
Nama observer :
Tujuan :
1. Merekam data berapa banyak peserta didik dalam suatu kelas aktif belajar
2. Merekam data kualitas afeksi belajar peserta didik
Skor
No Indikator penilaian 1 2 3 4 5
A Disiplin
1. Datang ke sekolah dan masuk kelas pada
waktunya.
2. Melaksanakan tugas-tugas kelas yang
menjadi tanggung jawabnya.
107
5. Berpakaian rapi dan Mematuhi aturan.
B Kerja keras
1. Mengerjakan semua tugas kelas dengan
sungguh- sungguh.
2. Mencari informasi dari sumber di luar buku
pelajaran.
3. Mengerjakan tugas-tugas dari guru pada
waktunya.
4. Fokus pada tugas-tugas yang diberikan guru
di kelas.
5. Mencatat dengan sungguh- sungguh sesuatu
yang dibaca, diamati, dan didengar untuk
kegiatan kelas.
C Tanggung jawab
1. Melakukan tugas individu dengan baik
2. Menjalankan amanat dengan penuh rasa
percaya diri
3. Menghindari kecurangan dalam
mengerjakan tugas
4. Membuat catetan setiap kegiatan yang
dilakukan baik dalam bentuk lisan
(menghapalkan) dan tertulis
5. Apabila melakukan kesalahan selalu
mengakui dan meminta maaf
108
Lampiran 23 : Daftar Pernyataan Angket Peserta Didik
Petunjuk
1. Bacalah pernyataan yang ada di dalam kolom dengan teliti
2. Berilah tanda (√) cek pada pernyataan yang sesuai dengan pilihan jawaban
kamu
Identitas
Nama :
Kelas :
Jenis kelamin :
Sekolah :
Keterangan
Berilah tanda (√) pada kolom yang sudah disediakan berikut ini, dan jawablah
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
SS : Sangat setuju
S : Setuju
RR : Ragu-ragu
TS : Tidak setuju
STS : Sangat tidak setuju
No Pernyataan SS S RR TS STS
1 Saya selalu masuk tepat waktu pada
mata pelajaran sejarah
2 Ketika guru tidak ada atau sedang
jam kosong, saya selalu menjaga
ketertiban kelas
3 Sebelum jam pelajaran berakhir saya
tidak akan keluar kelas
4 Ketika ujian ataupun ulangan saya
tidak menyontek dan membuat
catatan kecil
5 Saya selalu menjaga serta membawa
buku sumber yang digunakan ketika
belajar di dalam kelas.
6 Apabila saya ditunjuk oleh guru
untuk menjelaskan kedepan, saya
selalu mau melakukan perintah
tersebut
7 Apabila ada tugas kelompok dari
guru, saya selalu ikut andil dalam
mencari solusi serta memecahkan
masalah pada topik diskusi tersebut
109
8 Saya selalu bertanya apabila ada
materi yang belum saya mengerti
9 Saya pernah lupa dengan tugas rumah
yang diberikan oleh guru, sehingga
membuat saya menyontek dengan
teman sekelas dan
mengerjakannyapun di dalam kelas
10 Ketika sedang berdiskusi saya selalu
berusaha menjawab dan
menyampaikan argumen mengenai
materi yang sedang di bahas oleh
kelompok lain
11 Saya selalu belajar dengan tekun
ketika akan ada ulangan ataupun
ujian
12 Ketika nilai ulangan saya kecil, saya
akan segera menghubungi guru dan
meminta perbaikan atau minta
remidial
13 Apabila saya melakukan kesalahan,
maka saya tidak akan meminta maaf
karena malu sudah melakukan
kesalahan
14 Saya selalu memakai atribut sekolah
dengan lengkap dan rapi di setiap hari
15 Saya pernah datang tidak tepat waktu
ketika jam mata pelajaran sudah siang
16 Saya mengikuti mata pelajaran
sejarah di dalam kelas dengan penuh
semangat
17 Ababila ada teman yang belum
mengerti dengan materi yang
diajarkan oleh guru, saya selalu
membantu teman saya dengan
menjelaskannya kembali sesuai
materi yang di bahas
18 Saya mengerjakan tugas rumah dari
guru dengan sunguh-sunguh
19 Saya selalu mengerjakan tugas-tugas
dari guru dengan tepat waktu sesuai
dengan ketentuan
20 Saya selalu menyampaikan
argumentasi setiap kali melaksanakan
diskusi
110
Lampiran 24 : Daftar Nama Peserta Didik Kelas Eksperimen
111
Lampiran 25 : Daftar Nama Peserta Didik Kelas Kontrol
112
Lampiran 26 : Lembar Observasi Penelitian Kelas Eksperimen
113
114
Lampiran 27 : Lembar Observasi Penelitian Kelas Kontrol
115
116
Lampiran 28 : Lembar Angket Penelitian Kelas Eksperimen
117
118
Lampiran 29 : Lembar Angket Penelitian Kelas Kontrol
119
120
Lampiran 30 : Skor Lembar Observasi Peserta Didik Kelas Ekperimen
121
Lampiran 31 : Skor Lembar Observasi Peserta Didik Kelas Kontrol
Skor Observasi Peserta Didik Kelas Kontrol
No Nama JK Kategori
1 Abdurrahman Saputra L Cukup
2 Ari Setiawan L Cukup
3 Citra Pertiwi P Cukup
4 Dea Biqtaqwa Ilahi P Cukup
5 Della Oktarina P Cukup
6 Dinda Ayu Lestari P Baik
7 Dosmariana Rumapea P Baik
8 Dwi Putra Leksono L Cukup
9 Lili Herawati P Cukup
10 M. Tri Artha Wijaya L Cukup
11 Mardalina P Cukup
12 Mia Audina P Cukup
13 Mirna Juwita Wati P Baik
14 Muhammad Adil L Cukup
15 Nuril Khotipa P Cukup
16 Parizal Irianto L Cukup
17 Parwiah P Cukup
18 Putri Indah Intan P.S P Cukup
19 Putria Dewi Ningsih P Cukup
20 Rahmatin Nurcahya Wulandari P Cukup
21 Rena Ulandari P Cukup
22 Ria Rahma Yanti P Cukup
23 Rio Muzar Herwan L Cukup
24 Robby Firli L Cukup
25 Selpi Julia Sari P Tidak baik
26 Tasya Lidya Sari P Cukup
122
123
124
125
126
Lampiran 34 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
KD. 3.3
(RPP)
A. Identitas
Kelas / Semester : XI
127
C. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
D. Tujuan Pembelajaran
E. Materi Pembelajaran
F. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
128
G. Media dan Alat Pembelajaran
1. Media Pembelajaran
Power point
Lembar kerja peserta didik
2. Alat Pembelajaran
Laptop
Infokus
Spidol
Papan tulis
H. Sumber Belajar
I. Langkah-langkah Pembelajaran
129
1) Guru menampilkan power
point berupa gambar monalisa
2) Guru memancing peserta didik
dengan menanyakan “ada yang
tau lukisan tersebut?
b. (Identifikasi masalah)
3) Peserta didik dipersilahkan
untuk menanggapi tayangan yang
di tampilkan oleh guru
4) Setelah selasai memberikan
stimulus dan kemudian guru
langung menjelaskan sedikit
materi mengenai materi yang
akan di bahas, yaitu tantang
renaissance dan merkantilisme
d. (Asosiasi)
8) Guru meminta dan
membimbing peserta didik untuk
mendiskusikan mengenai
renaissance dan merkantilisme
e. (Pembuktian)
9) Guru membimbing untuk
menyusun laporan hasil telaah
tentang materi pembelajaran
yang berlangsung
130
11) Tim menilai penyampaian
hasil dari diskusi dengan melihat
perluasan materi atau tidak
terpaku pada bahan ajar yang
diberikan kemudian dihubungkan
dengan kehidupan sekarang
131
No Nama Sikap yang Diamati
Peserta Religius Santun Tanggung Peduli Jumlah Skor
Didik Jawab Akhir
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
dst
Dengan :
Religius
1) Mengakui kebesaran Tuhan dalam menciptakan alam semesta
2) Menjaga kelestarian alam, tidak merusak tanaman
3) Selalu bersyukur atas Anugerah dari Tuhan
Santun
Tanggung Jawab
Peduli
132
2. Keterampilan
Lembar Penilaian Penyajian dan Laporan Hasil Telaah
Nama / Kelompok : ………….....
Kelas : ......................
Materi Pokok : Peristiwa penting di Eropa.
3 Isi laporan/tugas
skor
3. Pengetahuan
No Soal Jawaban
1 Jelaskan latarbelakang munculnya 25
renaissance ?
2 Jelaskan tokoh yang paling 25
berpengaruh dalam peristiwa
renaissance ?
3 Jelaskan tujuan merkantilisme ? 25
4 Jelaskan akibat dari kebijakan 25
merkantilisme ?
No Aspek Penskoran
1 Menanya / Skor 4, apabila selalu menjawab/menanya
Menjawab Skor 3, apabila sering menjawab/menanya
Skor 2, apabila kadang-kadang
menjawab/menanya
Skor 1, apabila tidak pernah
menjawab/menanya.
133
2 Argumentasi Skor 4, apabila materi/jawaban benar, rasional,
dan jelas.
Skor 3, apabila materi/jawaban benar, rasional,
dan tidak jelas
Skor 2, apabila materi/jawaban benar, tidak
rasional, dan tidak jelas
Skor 1, apabila materi/jawaban tidak benar,
tidak rasional, dan tidak jelas
3 Isi laporan/tugas Skor 4, apabila isi laporan benar, rasional, dan
sistematika lengkap
Skor 3, apabila isi laporan benar, rasional, dan
sistematika tidak lengkap
Skor 2, apabila isi laporan benar, tidak rasional,
dan sistematika tidak lengkap
Skor 1, apabila isi laporan tidak benar, tidak
rasional, dan sistematika tidak lengkap
Skor akhir = skor diperoleh x4
skor maksimal
Remedial
Perlu diperhatikan bahwa materi yang diulang atau dites kembali adalah
materi pokok atau keterampilan yang berdasarkan analisis belum dikuasai oleh
peserta didik. Kegiatan remedial bagi kompetensi sikap dilakukan dalam bentuk
pembinaan secara holistik, yang melibatkan guru bimbingan konseling dan orang
tua.
Pengayaan
134
1. Guru memberikan tugas untuk melakukan aktifitas sesuai tugas dalam
kolom pengayaan. Peserta didik dapat juga mempelajari lebih lanjut
tentang materi pokok dari berbagai sumber dan mencatat hal-hal penting.
Selanjutnya menyajikan dalam bentuk laporan tertulis atau membacakan di
depan kelas.
2. Peserta didik membantu peserta didik lain yang belum tuntas dengan
pembelajaran tutor sebaya.
135
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KD 3.3
(RPP)
A. Identitas
1. Satuan Pendidikan : SMAN 2 INDRALAYA UTARA
2. Mata Pelajaran : Sejarah Peminatan
3. Kelas/Semester : XI
4. Materi Pokok : Peristiwa Penting di Eropa
5. Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
6. Jumlah Pertemuan : 1 kali pertemuan
136
C. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.3 Menganalis pemikiran- 3.3.1 Menganalisis peristiwa Reformasi
pemikiran yang melandasi Gereja dan Aufklarung
peristiwa-peristiwa penting di 3.3.2 Menjelaskan latarbelakang peristiwa
Eropa antara lain Renaissance, Reformasi Gerja dan Aufklarung
Merkantilisme, Reformasi 3.3.3 Menjelaskan tokoh-tokoh peristiwa
Gereja, Aufklarung, Revolusi Reformasi Gereja dan Aufklarung
Industri dan pengaruhnya bagi 3.3.4 Mendeskripsikan dampak dari peristiwa
bangsa Indonesia serta bangsa Reformasi dan Aufklarung
lain di dunia pada masa kini.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengkuti kegiatan pembelajaran ini peserta didik mampu:
a. Menganalisis peristiwa Reformasi Gereja dan Aufklarung
b. Menjelaskan mengenai latarbelakang peristiwa Reformasi Gereja dan
Aufklarung
c. Menjelaskan mengenai tokoh-tokoh peristiwa Reformasi Gereja dan
Aufklarung
d. Menjelaskan dampak mengenai peristiwa Reformasi Gereja dan
Aufklarung
E. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran pada RPP pertemuan ke-2 ini adalah mengenai
peristiwa Reformasi Gereja dan Aufklarung.
137
G. Media/alat dan bahan
Media : Buku, papan tulis, serta spidol
H. Sumber Belajar
1. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Edisi Revisi
2016. Buku siswa Sejarah Indonesia. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia
I. Kegiatan Pembelajaran
138
3) Peserta didik memperhatikan guru
menjelaskan materi pembelajaran
b. Menanya
4) Guru meminta peserta didik untuk
bertanya mengenai penjelasan secara
singkat yang telah di diberikan
5) Peserta didik menganalisa dan
menanyakan yang telah dijelaskan terkait
materi pembelajaran yang sedang
berlangsung
6) Kemudian giliran pendidik yang
memberikan beberapa pertanyaan mengenai
materi yang sudah di bahas
7) Tim menilai peserta didik dalam
menjawab serta mengungkapkan pendapat
mengenai pertanyaan yang diberikan
c. Mengumpulkan data
8) Peserta didik membaca teks mengenai
peristiwa reformasi gereja dan aufklarung
secara bergantian yang ditentujan oleh guru
9) Peserta didik mencermati penjelasan alur
dari teks tersebut
10) Peserta didik diberi tugas untuk
mengerjakan tugas yang telah dibuat,
mengenai materi reformasi gereja dan
aufklarung
11) Hasil tugas tersebut di minta untuk
dikumpul
d. Mengeksplorasikan
12) Peserta didik yang telah mengerti
menjelaskan kepada peserta didik yang lain
139
yang belum mengerti
3 Penutup a. Guru menanyakan kembali kepada peserta 20 Menit
didik apakah sudah mengerti atau belum
b. Guru menjelaskan rencana pembelajaran
selanjutnya dan menugaskan peserta didik
membaca materi pertemuan berikutnya.
c. Guru dan peserta didik menutup pelajaran
dengan mengucapkan salam dan berdoa
bersama.
F. Penilaian
1. Penilaian sikap
Sikap spiritual Sikap sosial
Keterangan:
a. Sikap Spiritual
Indikator sikap spiritual “mensyukuri”:
Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran
Memberi salam pada saat awal dan akhir presentasi sesuai agama yang
dianut
Saling menghormati, toleransi
140
Memelihara hubungan baik dengan sesama teman sekelas.
Rubrik pemberian skor:
4 = jika peserta didik melakukan 4 (empat) kegiatan tersebut
3 = jika peserta didik melakukan 3 (empat) kegiatan tersebut
2 = jika peserta didik melakukan 2 (empat) kegiatan tersebut
1 = jika peserta didik melakukan salah satu (empat) kegiatan tersebut.
Petunjuk Penskoran :
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
Skor Akhir = Skor yang diperoleh
Skor maksimal x 100
b. Sikap Sosial
1. Sikap jujur
Indikator sikap sosial “jujur”
a. Tidak berbohong
b. Mengembalikan kepada yang berhak bila menemukan sesuatu
c. Tidak nyontek, tidak plagiarism
d. Terus terang.
Rubrik pemberian skor
e. 4 = jika peserta didik melakukan 4 (empat) kegiatan tersebut
f. 3 = jika peserta didik melakukan 3 (empat) kegiatan tersebut
g. 2 = jika peserta didik melakukan 2 (empat) kegiatan tersebut
h. 1 = jika peserta didik melakukan salah satu (empat) kegiatan
tersebut.
2. Penilaian Pengetahuan
a. Teknik : Tes Tertulis
b. Bentuk Instrumen : Menemukan kata-kata
No Pertanyaan Jawaban
1. Awal terjadinya reformasi gereja ini 25
muncul atau terjadi di....
2. Salah satu tokoh reformasi gereja... 25
141
3. Aufklarung biasa disebut dengan masa.... 25
di Eropa
4. Pengaruh aufklarung di Indonesia.... 25
3. Penilaian Keterampilan
A. Penilaian untuk kegiatan pembelajaran
Meng Men Berargu Berkon- Jumlah
No Nama komunikasi Dengar mentasi tribusi Skor
kan kan 1-4 1-4 1-4
1-4
1
142
d. Kemampuan berkontribusi dimaksudkan sebagai kemampuan
peserta didik memberikan gagasan-gagasan yang mendukung atau
mengarah ke penarikan kesimpulan termasuk di dalamnya menghargai
perbedaan pendapat.
e. Skor rentang antara 1 – 4
1 = Kurang
2 = cukup
3 = Baik
4 = Amat Baik
Remedial
Remedial dilaksanakan untuk siswa yang belum menguasai materi dan
belum mampu memahami materi corak kehidupan masyarakat praaksara .
Kegiatan remedial dilakukan dengan mengulang materi pembelajaran apabila
peserta didik yang sudah tuntas di bawah 75 %. Sedangkan apabila peserta didik
yang sudah tuntas lebih dari 75 % maka kegiatan remedial dapat dilakukan atara
lain :
1. Memberikan penugasan kepada peserta didik yang belum tuntas
2. Memberikan kesempatan untuk tes perbaikan.
Perlu diperhatikan bahwa materi yang diulang atau dites kembali adalah
materi pokok atau keterampilan yang berdasarkan analisis belum dikuasai oleh
peserta didik. Kegiatan remdial bagi kompetensi sikap dilakukan dalam bentuk
pembinaan secara holistik, yang melibatkan guru bimbingan konseling dan orang
tua.
Pengayaan
Kegiatan pembelajaran pengayaan diberikan kepada siswa yang telah
menguasai materi dan secara pribadi sudah mampu memahami materi sumber
sejarah . Bentuk pengayaan dapat dilakukan dengan antara lain :
1. Guru memberikan tugas untuk melakukan aktifitas sesuai tugas dalam kolom
pengayaan. Peserta didik dapat juga mempelajari lebih lanjut tentang materi
pokok dari berbagai sumber dan mencatat hal-hal penting. Selanjutnya
menyajikan dalam bentuk laporan tertulis atau membacakan di depan kelas.
143
2. Peserta didik membantu peserta didik lain yang belum tuntas dengan
pembelajaran tutor sebaya.
144
G. Identitas
7. Satuan Pendidikan : SMAN 2 INDRALAYA UTARA
8. Mata Pelajaran : Sejarah Peminatan
9. Kelas/Semester : XI
10. Materi Pokok : Peristiwa Penting di Eropa
11. Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
12. Jumlah Pertemuan : 1 kali pertemuan
145
I. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
J. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengkuti kegiatan pembelajaran ini peserta didik mampu:
a. Menjelaskan latarbelakang Revolusi Industri
b. Menganalisis dampak dari Revolusi Industri
c. Menganalisis pengaruh peristiwa penting di Eropa bagi bangsa Indonesia
serta bagi bangsa-bangsa lain
E. Materi Pembelajaran
Materi pada RPP pertemuan ke-3 ini ialah mengenai peristiwa Revolusi
Industri dan apa pengaruh dari peristiwa penting di Eropa bagi bangsa
Indonesia maupun bagi bangsa-bangsa lainnya
146
G. Media/alat dan bahan
Media : Buku, power point, papan tulis, serta spidol
H. Sumber Belajar
4. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Edisi Revisi
2016. Buku siswa Sejarah Indonesia. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia
I. Kegiatan Pembelajaran
147
membaca bahan ajar yang sudah diberikan
mengenai materi pengaruh peristiwa penting
di Eropa bagi bangsa Indonesia serta bangsa
lain di dunia pada masa kini
3) Peserta didik yang lain mendengarkan
dan mencatat hal yang penting yang dapat
dijadikan pertanyaan maupun jawaban
ketika ada waktu tanya jawab
4) Tim menilai proses pembelajaran yang
dilakukan peserta didik tersebut
f. Menanya
5) Guru meminta peserta didik untuk
bertanya dan berperan aktif dalam
proses pelajaran yang sedang
berlangsung, baik bertanya ataupun
menjawab serta menambahkan
6) Guru memberikan pula beberapa
pertanyaan kepada peserta didik
7) Tim menilai peserta didik dalam
mengungkapkan jawaban (ber-
komunikasi) yang tidak terpaku pada
bahan yang diberikan serta
menghubungkannya dengan kehidupan
masa kini bahkan sehari-hari
g. Mengeksplorasikan
4) Peserta didik yang telah mengerti
menjelaskan kepada peserta didik yang lain
yang belum mengerti
h. Mengomunikasikan
5) Peserta didik diberi tugas untuk
mengerjakan tugas yang telah dibuat,
148
mengenai materi aufklarung dan revolusi
industri
6) Hasil tugas tersebut di minta untuk
dikumpul pertemuan selanjutnya.
3 Penutup d. Guru menanyakan kembali kepada peserta 20 Menit
didik apakah sudah mengerti atau belum
e. Peserta didik melakukan refleksi terhadap
kegiatan yang sudah dilaksanakan
f. Guru menjelaskan rencana pembelajaran
selanjutnya dan menugaskan peserta didik
membaca materi pertemuan berikutnya.
g. Guru dan peserta didik menutup pelajaran
dengan mengucapkan salam dan berdoa
bersama-sama.
K. Penilaian
1. Penilaian sikap
Sikap spiritual Sikap sosial
Keterangan:
a. Sikap Spiritual
149
Indikator sikap spiritual “mensyukuri”:
1. Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran
2. Memberi salam pada saat awal dan akhir presentasi sesuai agama yang
dianut
3. Saling menghormati, toleransi
4. Memelihara hubungan baik dengan sesama teman sekelas.
Rubrik pemberian skor:
4 = jika peserta didik melakukan 4 (empat) kegiatan tersebut
3 = jika peserta didik melakukan 3 (empat) kegiatan tersebut
2 = jika peserta didik melakukan 2 (empat) kegiatan tersebut
1 = jika peserta didik melakukan salah satu (empat) kegiatan tersebut.
Petunjuk Penskoran :
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
Skor Akhir = Skor yang diperoleh
Skor maksimal x 100
c. Sikap Sosial
1. Sikap jujur
Indikator sikap sosial “jujur”
a. Tidak berbohong
b. Mengembalikan kepada yang berhak bila menemukan sesuatu
c. Tidak nyontek, tidak plagiarism
d. Terus terang.
Rubrik pemberian skor
4 = jika peserta didik melakukan 4 (empat) kegiatan tersebut
3 = jika peserta didik melakukan 3 (empat) kegiatan tersebut
2 = jika peserta didik melakukan 2 (empat) kegiatan tersebut
1 = jika peserta didik melakukan salah satu (empat) kegiatan
tersebut.
5. Penilaian Pengetahuan
No Soal Jawaban
1. Revolusi industri mengakibatkan a. Produksi tekstil
150
kenaikan produksi yang pesat di
Inggris dalam bidang… b.Barang-barang logam
c. Batu bara
d. Minyak bumi
e. Pangan
2. Salah satu sumbangan penting a. Industri
George Stephenson pada masa b.Transportasi
revolusi industri adalah penemuan c.Percetakan
di bidang… d.Pendidikan
e.Pengecoran logam
3. Tokoh yang pertama menemukan a.Alessandro Volte
adanya aliran listrik adalah… b. Samuel Morse
c.Alexander Graham Bell
d.Guinghelmo Marconi
e. Gottie Paimler
4. Keberhasilan revolusi industri
a. a. Merkantilisme membatasi
menyebabkan pemerintah Inggris perdagangan dengan luar
menentang merkantilisme. negeri.
Sebab.... b. b. Merkantilisme merupakan
kebijalan yang paling berhasil
c. c. Merkantilisme tidak
membatasi perdagangan
dengan luar negeri
d. d. Merkantilisme tidak
menerima barang dagang dari
luar negeri
e. e. Merkantilisme mem-
bagikan hak milik secara
merata
5. Berkembangnya industri tekstil a. Newcpmen
di Inggris sangat dipengaruhi
151
oleh penemuan “flying shuttle” b. Darby
oleh… c. Kay
d. Cort
e. Singer
6. Penilaian Keterampilan
B. Penilaian untuk kegiatan pembelajaran
Meng Men Berargu Berkon- Jumlah
No Nama komunikasi Dengar mentasi tribusi Skor
kan kan 1-4 1-4 1-4
1-4
1
5
Nilai = Jumlah skor dibagi 3
Keterangan :
f.Keterampilan mengomunikasikan adalah kemampuan peserta didik
untuk mengungkapkan atau menyampaikan ide atau gagasan dengan
bahasa lisan yang efektif.
g. Keterampilan mendengarkan dipahami sebagai kemampuan
peserta didik untuk tidak menyela, memotong, atau menginterupsi
pembicaraan seseorang ketika sedang mengungkapkan gagasannya.
h. Kemampuan berargumentasi menunjukkan kemampuan
pesertaidik dalam mengemukakan argumentasi logis ketika ada pihak
yang bertanya atau mempertanyakan gagasannya.
152
i. Kemampuan berkontribusi dimaksudkan sebagai kemampuan
peserta didik memberikan gagasan-gagasan yang mendukung atau
mengarah ke penarikan kesimpulan termasuk di dalamnya menghargai
perbedaan pendapat.
j. Skor rentang antara 1 – 4
1 = Kurang
2 = cukup
3 = Baik
4 = Amat Baik
Remedial
Remedial dilaksanakan untuk siswa yang belum menguasai materi dan
belum mampu memahami materi corak kehidupan masyarakat praaksara .
Kegiatan remedial dilakukan dengan mengulang materi pembelajaran apabila
peserta didik yang sudah tuntas di bawah 75 %. Sedangkan apabila peserta didik
yang sudah tuntas lebih dari 75 % maka kegiatan remedial dapat dilakukan atara
lain :
3. Memberikan penugasan kepada peserta didik yang belum tuntas
4. Memberikan kesempatan untuk tes perbaikan.
Perlu diperhatikan bahwa materi yang diulang atau dites kembali adalah
materi pokok atau keterampilan yang berdasarkan analisis belum dikuasai oleh
peserta didik. Kegiatan remdial bagi kompetensi sikap dilakukan dalam bentuk
pembinaan secara holistik, yang melibatkan guru bimbingan konseling dan orang
tua.
Pengayaan
Kegiatan pembelajaran pengayaan diberikan kepada siswa yang telah
menguasai materi dan secara pribadi sudah mampu memahami materi sumber
sejarah . Bentuk pengayaan dapat dilakukan dengan antara lain :
3. Guru memberikan tugas untuk melakukan aktifitas sesuai tugas dalam kolom
pengayaan. Peserta didik dapat juga mempelajari lebih lanjut tentang materi
153
pokok dari berbagai sumber dan mencatat hal-hal penting. Selanjutnya
menyajikan dalam bentuk laporan tertulis atau membacakan di depan kelas.
4. Peserta didik membantu peserta didik lain yang belum tuntas dengan
pembelajaran tutor sebaya.
154
155
156
157
158
Lampiran 36 : Gambar Proses Belajar
159
Gambar : Proses pembelajaran kelas eksperimen pada 22 Juli 2019
160
Gambar : Proses pembelajaran kelas kontrol pada 27 Juli 2019
161