Anda di halaman 1dari 183

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION

TECHNIQUE (VCT) TERHADAP AFEKSI PESERTA DIDIK


PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI KELAS XI
SMA NEGERI 2 INDRALAYA UTARA

SKRIPSI

OLEH :

VIA OKTALENA

NIM : 06041181520011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

TAHUN 2019

i
ii
iii
iv
v
vi
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Via Oktalena


NIM : 06041181520011
Program Studi : Pendidikan Sejarah

Menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh


Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Terhadap Afeksi
Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas XI di SMA Negeri 2 Indralaya
Utara” ini benar-benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan
penjiplakan dan pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan
yang berlaku sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan
Plagiat di Perguruan Tinggi. Apabila di kemudian hari ada pelanggaran yang
ditemukan dalam skripsi ini dan/atau pengaduan dari pihak lain terhadap keaslian
karya ini, saya bersedia menanggung sanksi yang dijatuhkan kepada saya.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sungguh-sungguh tanpa pemaksaan dari


pihak manapun.

Indralaya, 19 Oktober 2019


Yang membuat pernyataan,

Via Oktalena
NIM. 06041181520011

iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

‫هللا الرَّحْ َم ِن ال َّر ِحي ِْم‬


ِ ‫ْــــــــــــــــــم‬
@ِ ‫بِس‬
Dengan mengucap puji serta syukur kepada Allah SWT serta shalawat untuk Nabi
Muhammad SAW, Skripsi ini saya persembahkan kepada:

 Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Komarudin dan Ibu Ruisa) terima kasih
selalu menyayangi, mendidik, mendoakan serta mendukung setiap langkah
yang ayuk lakukan, tanpa kalian ayuk bukanlah apa-apa.
 Untuk Adikku Pepsi Malta Devi & Veska Dafiana Putri terima kasih kalian
selalu mendoakan, dan menyemangati ayuk agar tidak menyerah.
 Keluaga besarku, baik dari pihak Bapak ataupun Ibu terima kasih yang
selalu mengirim doa untuk kelancaran selama aku menempuh pendidikan,
memberi semangat dan mendukung setiap langkahku.
 Kedua dosen pembimbingku yang sudah seperti orang tua keduaku disini
Ibu Dr. L. R. Retno Susanti, M. Hum. dan Bapak Drs. Supriyanto, M. Hum.,
terima kasih tak terhingga atas kesabarannnya selama membimbingku,
terimakasih untuk waktu, nasihat, dan yang selalu dengan senang hati
berbagi banyak hal, memberikan pelajaran berharga, ilmu, dan motivasi
untukku. Semoga Allah SWT membalas kebaikan bapak dan ibu.
 Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah yang sudah seperti orang
tua keduaku disini, kepada Dr. Syarifuddin, M. Pd., selaku Koordinator
Program Studi Pendidikan Sejarah yang selama ini selalu dengan senang
hati berbagi banyak hal, memberikan pelajaran berharga, ilmu, dan motivasi
untuk kami semua. Kepada Dr. Hudaidah, M. Pd., Drs. Alian, M. Hum., Dr.
Farida, M. Si, Drs. Syafruddin Yusuf, M. Pd., Ph.D., Dra. Yunani Hasan, M.
Pd., Drs. Supriyanto, M.Hum, Dr. L.R. Retno Susanti, M. Hum., Dedi
Irwanto S.S., M.A., Dra. Sani Safitri, M.Si, Adhitya Rol Asmi, S.Pd.,
M.Pd., Aulia Novemy Dhita S, S.Pd.,M.Pd, M. Reza Pahlevi, S.Pd., M.Pd,
Dra. Isputaminingsih, M.Hum (Alm), Dra. Yetty Rahelly,M.Pd, PhD (Alm).
Terimakasih atas ilmu yang telah bapak dan ibu berikan selama ini. Serta

v
Staf Administrasi, Agung Dwi Rizky, S. Pd yang telah membantu urusan
akademik dengan sangat baik.
 Kepada seluruh guru-guruku baik dari SD-SMA yang selalu menasehati,
mendukung dan mendoakan dari jauh untuk penyelesaian pendidikan ini.
 Tidak lupa untuk orang-orang yang selalu ada dan tidak pernah
meninggalkanku, selalu menyemangati, membantu, mendukung, dan
mendoakan serta tidak pernah lelah menasihati aku selama ini. Mereka
adalah sahabat-sahabat terbaikku terimakasih Nury Hidayah, Dera Oktasari
dan Ayu Desita Sari.
 Keluarga sekaligus sahabatku disini “Keluarga Cemara”, terima kasih
banyak selalu ada saat susah dan senangku, selalu menasihati, membantu,
mendukung, dan saling mendoakan agar bisa wisuda bersama di tahun ini.
Terima kasih sekali Bude Riska, Ellin Kecik, Iin Papan, Apri Cebong, Ika
Siput, Jeli Kucel, Nanad Ndut, Kak Thanos Bowok, Kak Dedi, Kak Thahir,
Kak Werdo, Anas Buci. Serta pak Agung maaf selalu merepotkan dan
terimakasih sudah membantu selama ini.
 Keluarga serta sahabatku Yurika Mariani, Rika Dwinta Sari. Terima kasih
sudah selalu mendukung, membantu serta mendoakanku.
 Keluargaku Shalihah kost. Yuk fifi, yuk Angges, Nadia, Iin Par, Dek Iis,
Dek Dian. Terima kasih sudah mendoakan serta membantu, dan merawatku
selama disini.
 Keluarga serta sahabatku Gita Ayu Indriyesi, Ari Febiani. Terima kasih
sudah menjadi teman unik aku hehe, dan selalu ada, serta selalu support aku.
 Tim Observerku, terima kasih sudah meluangkan waktu untukku, sehingga
aku bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini, semoga kebaikan-kebaikan
selalu menyertai kita semua.
 Teman-teman seperjuangan Pendidikan Sejarah angkatan 2015 yang selalu
mendukung terima kasih semoga kita semua sukses, dan kepada kakak
tingkat 2012-2014, adik tingkat 2016-2019 dan semuanya terima kasih
sudah menemani serta mewarnai kehidupanku di kampus tercinta ini.
 Almamaterku Universitas Sriwijaya

vi
MOTTO

 ‫َج ّد َو َج ًّد َم ْن‬


 ‫صبَ َر َم ْن‬َ ‫ظَفِ َر‬
 ‫ار َم ْن‬ ِ ْ‫َلى ال َّدر‬
َ ‫ب َس‬ َ ‫ص َل ع‬
َ ‫َو‬
 Everything will be fine

vii
PRAKATA

Skripsi dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Value Clarification


Technique (VCT) Terhadap Afeksi Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Sejarah
Kelas XI di SMA Negeri 2 Indralaya Utara” disusun untuk memenuhi salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi
Pendidikan Sejarah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Sriwijaya. Dalam mewujudkan skripsi ini penulis telah mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada kedua
pembimbingku Ibu Dr. L. R. Retno Susanti, M. Hum. dan Bapak Drs. Supriyanto,
M. Hum., terima kasih atas bimbingannya selama ini. Terima kasih juga kepada
Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaf, MSCE selaku Rektor Universitas Sriwijaya, Prof.
Sofendi, M.A. Ph.D., selaku Dekan FKIP Unsri, Dr. Farida, M. Si., selaku Ketua
Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Dr. Syarifuddin, M. Pd., selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran
dalam pengurusan administrasi untuk kelancaran skripsi ini. Ucapan terima kasih
juga ditujukan kepada pak Adhitya Rol Asmi, M. Pd, ibu Dr. Hudaidah, M. Pd,
dan ibu Dra. Sani Safitri, M. Si, sebagai angggota penguji yang telah memberikan
saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini.
Akhir kata, hanya Allah SWT yang dapat membalas kebaikan yang telah
kalian berikan. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk
pembelajaran bidang studi pendidikan sejarah.

Indralaya, 19 Oktober 2019


Penulis,

Via Oktalena
NIM. 06041181520011

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii
PERNYATAAN....................................................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................v
PRAKATA............................................................................................................vi
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
DAFTAR DIAGRAM.........................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xiv
ABSTRAK............................................................................................................xv
ABSTRACT........................................................................................................xvi

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4

1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................4

1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7

2.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran.....................................................................7

2.1.1 Hakikat Belajar................................................................................................7

2.1.2 Teori-teori Belajar...........................................................................................8

2.1.3 Ciri-ciri belajar..............................................................................................11

2.2 Hakikat Pembelajaran......................................................................................12

2.2.1 Model Pembelajaran......................................................................................13

ix
2.2.2 Ciri-ciri Model Pembelajaran........................................................................13

2.3 Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)...........................14

2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)......14

2.3.2 Langkah-langkah Model Value Clarification Technique (VCT)..................15

2.3.3 Teknik pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)........................16

2.3.4 Metode Pembelajaran Nilai...........................................................................17

2.3.5 Manfaat dan Syarat VCT..............................................................................18

2.4 Kelebihan dan Kekurangan VCT.....................................................................19

2.4.1 Kelebihan Model Value Clarification Technique (VCT)..............................19

2.4.2 Kekurangan Model Value Clarification Technique (VCT)..........................20

2.5 Afeksi (sikap)...................................................................................................20

2.5.1 Pengertian Afeksi (sikap)..............................................................................20

2.5.2 Pengertian Pengukuran Ranah Afektif / Afeksi............................................21

2.6 Hakikat Pembelajaran Sejarah.........................................................................23

2.7 Profil SMA N 2 Indralaya Utara......................................................................24

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................26

3.1 Metode Penelitian............................................................................................26

3.2 Variabel Penelitian...........................................................................................27

3.3 Devinisi Operasional Variabel.........................................................................27

3.4 Populasi dan Sampel........................................................................................32

3.4.1 Populasi.........................................................................................................32

x
3.4.2 Sampel...........................................................................................................32

3.5 Teknik Pengumpulan Data...............................................................................33

3.5.1 Observasi.......................................................................................................33

3.5.2 Analisis Data Observasi................................................................................34

3.5.3 Angket atau Kuesioner..................................................................................35

3.6 Uji Validitas Instrumen....................................................................................36

3.7 Teknik Analisis Data........................................................................................37

3.7.1 Uji Normalitas Data......................................................................................37

3.7.2 Uji Homogenitas Data...................................................................................39

3.8 Uji Hipotesis Data............................................................................................40

3.9 Hipotesis Penelitian..........................................................................................40

BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................42

4.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian....................................................................42

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian...............................................................................42

4.2.1 Deskripsi Data Observasi.............................................................................42

4.2.2 Analisis Data Hasil Observasi......................................................................43

4.3 Deskripsi Data Angket.....................................................................................46

4.4 Analisis Data Hasil Angket..............................................................................46

4.5. Uji Normalitas Data........................................................................................54

4.5.1 Uji Normalitas Data Angket Kelas Eksperimen...........................................54

4.5.2 Uji Normalitas Data Angket Kelas Kontrol..................................................57

xi
4.6 Uji Homogenitas Data......................................................................................60

4.7 Uji Hipotesis Data............................................................................................61

4.8 Pembahasan......................................................................................................63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................70

5.1 Kesimpulan......................................................................................................70

5.2 Saran.................................................................................................................71

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................72

xii
Daftar Tabel

Tabel 1 : Tebel Indikator Keberhasilan Sekolah

Tabel 2 : Populasi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Tabel 3 : Sampel Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Tabel 4 : Indikator model VCT dalam proses pembelajaran

Tabel 5 : Rekapitulasi Lembar Observasi Peserta Didik Pertemuan ke-1

Tabel 6 : Rekapitulasi Lembar Observasi Peserta Didik Pertemuan ke-2

Tabel 7 : Rekapitulasi Lembar Observasi Peserta Didik Pertemuan ke-3

Tabel 8 : Rekapitulasi Gabungan Lembar Observasi Peserta Didik

Tabel 9 : Rekapitulasi Lembar Angket Afeksi Peserta Didik dalam Indikator


Bekerja Keras

Tabel 10 : Rekapitulasi Lembar Angket Afeksi Peserta Didik dalam Indikator


Tanggung jawab

Tabel 11 : Rekapitulasi Lembar Angket Afeksi Peserta Didik dalam Indikator


Disiplin

xiii
Daftar Diagram

Diagram 1 : Tebel Indikator Keberhasilan Sekolah

Diagram 2 : Populasi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Diagram 3 : Sampel Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Diagram 4 : Rekapitulasi Lembar Observasi Peserta Didik Pertemuan ke-1

Diagram 5 : Rekapitulasi Lembar Observasi Peserta Didik Pertemuan ke-2

Diagram 6 : Rekapitulasi Lembar Observasi Peserta Didik Pertemuan ke-3

Diagram 7 : Rekapitulasi Gabungan Lembar Observasi Peserta Didik

Diagram 8 : Rekapitulasi Lembar Angket Afeksi Peserta Didik dalam Indikator


Bekerja Keras

Diagram 9 : Rekapitulasi Lembar Angket Afeksi Peserta Didik dalam Indikator


Tanggung jawab

Diagram 10 : Rekapitulasi Lembar Angket Afeksi Peserta Didik dalam Indikator


Disiplin

xiv
Daftar Gambar

Gambar : Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen

Gambar : Proses Pembelajaran Kelas Kontrol

xv
Daftar Lampiran

Lampiran 1 : SK Usul Judul Skripsi

Lampiran 2 : SK Persetujuan Seminar Proposal

Lampiran 3 : Surat Pernyataan Perbaikan Seminar Proposal

Lampiran 4 : Halaman Pengesahan Perbaikan Seminar Proposal

Lampiran 5 : Surat Persetujuan Seminar Hasil

Lampiran 6 : Surat Pernyataan Perbaikan Seminar Hasil Penelitian

Lampiran 7 : Tabel Perbaikan Seminar Hasil Penelitian

Lampiran 8 : Halaman Pengesahan Seminar Hasil Penelitian

Lampiran 9 : Halaman Persetujuan Sidang

Lampiran 10 : Tabel Perbaikan Skripsi

Lampiran 11 : Bukti Perbaikan Skripsi

Lampiran 12 : Izin Jilid Skripsi

Lampiran 13 : Surat Keterangan Penunjukkan Pembimbing

Lampiran 14 : Surat Keterangan Pembimbing

Lampiran 15 : Surat Keterangan Penelitian Fakultas

Lampiran 16 : Surat Keterangan Penelitian Dinas Pendidikan

Lampiran 17 : Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Sekolah

Lampiran 18 : Lembar Validasi RPP

Lampiran 19 : Lembar Validasi Angket

Lampiran 20 : Kartu Bimbingan Pembimbing 1

xvi
Lampiran 21 : Kartu bimbingan Pembimbing 2

Lampiran 22 : Daftar Pernyataan Lembar Observasi

Lampiran 23 : Daftar Pernyataan Angket Peserta Didik

Lampiran 24 : Daftar Nama Peserta Didik Kelas Eksperimen

Lampiran 25 : Daftar Nama Peserta Didik Kelas Kontrol

Lampiran 26 : Lembar Observasi Penelitian Kelas Eksperimen

Lampiran 27 : Lembar Observasi Penelitian Kelas Kontrol

Lampiran 28 : Lembar Angket Penelitian Kelas Eksperimen

Lampiran 29 : Lembar Angket Penelitian Kelas Kontrol

Lampiran 30 : Skor Lembar Observasi Peserta Didik Kelas Ekperimen

Lampiran 31 : Skor Lembar Observasi Peserta Didik Kelas Kontrol

Lampiran 32 : Skor Lembar Angket Peserta Didik Kelas Eksperimen

Lampiran 33 : Skor Lembar Angket Peserta Didik Kelas Kontrol

Lampiran 34 : Skor Lembar Angket Peserta Didik Kelas Kontrol

Lampiran 35 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lampiran 36 : Validasi Angket

Lampiran 37 : Gambar Proses Belajar

xvii
xviii
xix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan di Indonesia merupakan sebuah proses yang menjadikan suatu
sistem nilai berfokus pada pembentukan karakter antar individu (Fahyuni, 2017 :
69). Kita ketahui manusia hidup tidak lepas dari yang namanya pendidikan, peran
pendidikan menjadi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari baik dimasa
sekarang maupun dimasa yang akan mendatang. Pendidikan itu memegang
peranan yang sangat penting. Oleh karena itu dengan pendidikan yang baik maka
bangsa kita akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan
berkarakter. Sesuai pada Undang-undang No. 20 tahun 2013, yang menyatakan
bahwa :
“Pendidikan di Indonesia merupakan suatu usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran supaya
peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (Depdiknas,
2003).

Sekolah merupakan salah satu organisasi pendidikan yang dapat dikatakan


sebagai wadah untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Untuk itu sekolah
memiliki tugas untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
sesuai dengan cita-cita dan harapan yang dijunjung tinggi selama ini, maka dari
itu diperlukan adanya guru, karena guru sangat berperan mengenai hal ini.
Guru merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan untuk
terselenggaranya proses pendidikan. Keberadaan guru merupakan pelaku utama
sebagai fasilitator suatu proses belajar serta sebagai pelaksana tujuan pendidikan
(Ahmad dkk, 2017 : 158). Dan disini guru dituntut untuk lebih kreatif dalam
menciptakan suasana belajar yang dapat meningkatkan kemauan serta motivasi
belajar peserta didik serta guru disini bukan hanya sekedar memberikan materi,
tetapi juga sebagai motivator, yaitu guru harus berusaha membuat peserta didik
terdorong dan tertarik akan materi pelajaran terkhusus mata pelajaran sejarah agar
mencapai tujuan yang diinginkan.

1
Sejarah merupakan pelajaran yang sangat penting. Karena melalui
pembelajaran sejarah peserta didik dapat menumbuhkan nilai-nilai nasionalisme
seperti kedisiplinan keragaaman, kesatuan, kesamaan, dan yang penting itu ialah
sikap cinta tanah air, hal ini sangat penting diajarkan kepada peseta didik sebagai
generasi penerus bangsa. Dalam (Najmi, 2012 : 40) mengatakan bahwa
pendidikan sejarah mempunyai fungsi yang sangat penting dalam membentuk
kepribadian bangsa, kualitas bangsa serta masyarakat Indonesia umumnya.
Pernyataan ini tidaklah berlebihan, karena mengingat fenomena kehidupan
berbangsa dan bernegara Indonesia khususnya generasi muda makin hari yang
makin diragukan eksistensinya. Dengan kenyataan tersebut artinya ada sesuatu
yang harus dibenahi dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah.
Sebagian peserta didik terkesan kurang berpartisipasi aktif. Hanya peserta
didik tertentu saja yang aktif bertanya, menjawab, menanggapi dan yang mau
mengemukakan pendapatnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
sejarah kurang menarik sehingga membuat peserta didik terkesan bosan.
Dari permasalahan yang ada, peneliti tertarik terhadap masalah afeksi
peserta didik dalam mata pelajaran sejarah. Mengingat pendidikan merupakan
dasar upaya pembinaan manusia. Karena aktivitas belajar merupakan hal yang
terpenting dalam proses pembelajaran. Tanpa aktivitas ataupun kegiatan yang baik
dan terarah tidak mungkin seseorang dapat dikatakan belajar. Belajar bukanlah
sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi, tetapi belajar merupakan
tindakan berbuat dan memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan
diinginkan dan diharapkan. Rendahnya aktivitas belajar peserta didik dalam
proses belajar itu tidak bisa dibiarkan. Maka, diperlukan suatu upaya untuk
meningkatkan aktivitas belajar peserta didik sehingga dengan ini dapat
memunculkan gairah agar peserta didik termotivasi untuk belajar hingga pada
akhirnya dapat mencapai hasil yang diinginkan.
Supaya pembelajaran khususnya sejarah lebih bermakna, sebagai pendidik
bisa menggunakan metode yang kiranya bisa menginternalisasi nilai yang terdapat
didalamnya, seperti menggunakan model value clarification ( Suryani, 2013 :
209). Model ini mampu membantu peserta didik untuk mempunyai keterampilan

2
atau kemampuan menentukan nilai-nilai hidup yang tepat sesuai dengan tujuan
hidupnya. Tanpa keterampilan menentukan pilihan sendiri orang akan banyak
mengalami kesulitan dalam perjalanan hidupnya. Dalam hal ini Value
Clarification Technique memberi penekanan pada usaha membantu peserta didik
dalam mengkaji perasaan dan tingkah lakunya sendiri, guna untuk meningkatkan
kesadaran mengenai nilai-nilai yang ada pada dirinya sendiri (Adisusilo, 2012 :
142). Model pembelajaran VCT ini juga dapat memberikan pemahaman pada
peserta didik tentang bagaimana cara mereka menilai suatu permasalahan yang
ada. Dan memiliki tujuan melatih peserta didik dalam menilai dan mengambil
keputusan terhadap suatu masalah untuk kemudian dilaksanakan dalam kehidupan
sehari-hari. Serta dengan menggunakan ini, baik pendidik maupun peserta didik
dapat saling meciptakan suasana proses belajar mengajar menjadi lebih
menyenangkan (Lisievici, 2016 : 1).
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian dari Rista
Oktamianti yang berjudul Penerapan Model Value Clarification Technique (VCT)
teknik reportase (liputan) terhadap keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran
sejarah di kelas XI SMA Negeri 10 Palembang. Metode penelitian yang
digunakan adalah kuasi eksperimen dengan menggunakan dua kelas sebagai
sampel. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua siswa kelas XI
IPS di SMA Negeri 10 Palembang. Jumlah sampel dalam penelitian ini ada dua
kelas yang diambil dengan random sampling yaitu kelas XI IPS 4 yang berjumlah
30 orang siswa sebagai kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran
VCT teknik reportase (liputan) dalam pembelajaran kelas XI IPS 3 berjumlah 33
orang siswa sebagai kelas kontrol yang tidak menerapkan model pembelajaran
VCT teknik reportase (liputan) dalam pembelajaran. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah teknik observasi. Teknik observasi digunakan untuk
mendapatkan data tentang keaktifan belajar siswa. Adapun statistik yang
digunakan untuk menganalis data dalam pembuktian hipotesis adalah statistik uji-t
dengan taraf signifikan (a = 0,05). Berdasarkan analisis data yang dilakukan,
maka didapat, thitung = 7,471 dan ttabel = 2,000, maka thitung > ttabel, yaitu thitung =
7,471 > 2,000. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

3
dapat diterima kebenarannya, bahwa terdapat pengaruh penerapan model
pembelajaran VCT teknik reportase (liputan) terhadap keaktifan belajar siswa
pada mata pelajaran sejarah di kelas XI SMA Negeri 10 Palembang.
Dalam hal ini tentunya terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam
proses pembelajaran, dan dalam penelitian yang akan dilakukan didapatlah sebuah
judul Pengaruh Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique)
Terhadap Afeksi Peserta Didik pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas XI di Sekolah
Menengah Atas, tepatnya di SMA N 2 Indralaya Utara yang bertepatan tempat
peneliti melaksanakan kegiatan P4.
Berdasarkan uraian diatas, membuat peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Value Clarification
Technique (VCT) Terhadap Afeksi Peserta didik pada Mata Pelajaran
Sejarah di Kelas XI SMA Negeri 2 Indralaya Utara”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi
permasalahannya adalah sebagai berikut :
1. apakah ada pengaruh penerapan model pembelajaran value clarification
technique (VCT) terhadap afeksi peserta didik pada mata pelajaran sejarah
di kelas XI di SMA Negeri 2 Indralaya Utara
2. apakah tidak ada pengaruh penerapan model value clarification technique
(VCT) terhadap afeksi peserta didik pada mata pelajaran sejarah di kelas
XI di SMA Negeri 2 Indralaya Utara

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai
adalah sebagai berikut :
1. untuk mengetahui adanya pengaruh penerapan model Value Clarification
Technique (VCT) terhadap afeksi peserta didik pada mata pelajaran
sejarah di kelas XI di SMA Negeri 2 Indralaya Utara

4
2. untuk mengetahui tidak adanya pengaruh penerapan model Value
Clarification Technique (VCT) terhadap afeksi peserta didik pada mata
pelajaran sejarah di kelas XI di SMA Negeri 2 Indralaya Utara

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi banyak pihak, beberapa
diantaranya sebagai berikut :
1. bagi peserta didik
Diharapkan peserta didik mempunyai motivasi untuk belajar aktif, belajar
mengemukakan pendapatnya, baik dilingkungan kelas, lingkungan sekolah, dan
lingkungan masyarakat yang lebih baik dan aktif. Karena model pembelajaran
Value Clarification Technique (VCT) ini lebih mengutamakan sikap, maka dalam
proses pembelajaran khususnya sejarah, peserta didik memiliki karakter yang baik
untuk diimplementasikan dikehidupannya sehari-hari.
2. bagi guru
Sebagai referensi yang bisa dimanfaatkan bahan evaluasi dalam
menyelesaikan permasalahan yang terdapat pada mata pelajaran sejarah, dengan
menerapkan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT).
3. bagi sekolah
Dapat menjadi referensi sebagai masukan untuk guru-guru dalam
meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di sekolah, serta dapat meningkatkan
kreatifitas dalam pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran sejarah.
4. bagi peneliti
Sebagai bekal dalam melaksanakan tugas sebagai guru nantinya dengan
memanfaatkan dan mengenalkan suatu model pembelajaran yang relevan
berdasarkan permasalahan dalam pembelajaran sejarah sendiri.

5
5. bagi lembaga
Khususnya manfaat bagi Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP UNSRI
peneliti berharap bahwa penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya wawasan
mahasiswa tentang model-model pembelajaran sebagai bahan referensi yang
memungkinkan akan dilakukan penelitian lanjutan tentang model ini sehingga
semakin memperkaya wawasan serta sumber alternatif.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran

2.1.1 Hakikat Belajar


Aktivitas belajar bisa dibilang hal yang paling penting dalam kegiatan
belajar dan pembelajaran (Risvanelli, 2017 : 45). Belajar adalah key term “istilah
kunci” yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar
sesunguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir
selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan
dengan upaya kependidikan (Syah, 2011 : 59). Belajar merupakan suatu tindakan
dan perilaku peserta didik yang kompleks (Dimyati dan Mudjiono, 2009 : 7).
Sedangkan Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab
individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan. Lingkungan
tersebut mengalami perubahan, dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka
fungsi intelek semakin berkembang (Dimyati dan Mudjiono, 2009 : 13). Serta
belajar adalah proses perubahan perilaku untuk memperoleh pengetahuan,
kemampuan dan sesuatu hal yang baru serta diarahkan pada suatu tujuan. Belajar
juga merupakan proses berbuat melalui berbagai pengalaman, dengan melihat,
mengamati dan memahami sesuatu yang dipelajari. Dan belajar ini dapat
dilakukan secara individu, yang dalam hal ini seseorang melakukannya sendiri
atau dengan keterlibatan orang lain.
Menurut beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses yang kompleks yang mempengaruhi aktivitas seseorang
dengan adanya perubahan yang didapat dari usaha, latihan dan pengalaman dari
diri seseorang itu sendiri. Keterkaitan dengan model pembelajaran value
clarification technique (VCT) ialah bahwa model ini mampu membantu peserta
didik untuk mempunyai keterampilan dan atau kemampuan menentukan nilai-nilai
yang sesuai dengan tujuan hidupnya, yang dalam hal ini VCT memberi penekanan
pada usaha membantu peserta didik dalam mengkaji perasaan dan tingkah lakunya

7
sendiri, guna untuk meningkatkan kesadaran mengenai nilai-nilai yang terdapat
pada dirinya sendiri.
2.1.2 Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Value
Clarification Technique (VCT)
1. teori belajar kognitif
Piaget adalah seorang tokoh psikologi kognitif yang besar pengaruhnya
terhadap perkembangan pemikiran para pakar kognitif lainnya. Menurut Piaget,
perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang
didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin
bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya
dan makin meningkat pula kemampuannya (Alamsyah, 2015:14).
Teori kognitif ini adalah tindakan mengenal atau memikirkan situasi
dimana tingkah laku itu terjadi. Bila teori ini dikaitkan dengan pembelajaran maka
akan lebih menekankan pada perkembangan berpikir peserta didik (Yaumi, 2017 :
36). Teori kognitif menekankan pada proses perkembangan peserta didik.
Meskipun proses perkembangan peserta didik mengikuti urutan yang sama,
namun kecepatan dan pertumbuhan dalam proses perkembangan pasti berbeda.
Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling
berhubungan dengan seluruh konteks tersebut. Teori ini berpandangan bahwa
belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan serta pengolahan
karena belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks (Alamsyah, 2015 : 17).
Dapat disimpulkan bahwa inti dari penjelasan di atas ialah bahwa peserta
setiap didik harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat
memahami yang terdapat dalam pembelajaran tersebut. Teori inipun sesuai dalam
penelitian ini, karena dilihat pada tahap diskusi. Selain dilihat pada tahap diskusi
dapat juga dilihat dari pertemuan keempat yaitu ketika hanya difokuskan dengan
memberikan angket peneliti mencoba menanyakan kembali apa saja materi-materi
yang telah dibahas, dan disini antusias setiap peserta didik dapat dikatakan aktif,
karena mereka dapat menyebutkan bahkan menjelaskan beberapa pertanyaan yang
diberikan. Dengan demikian, hal ini sesuai dalam teori kognitif yang lebih

8
menekankan pada perkembangan berpikir peserta didik, karena semakin peserta
didik diberikan penguatan dalam belajar, maka mereka akan semakin
menunjukkan tingkah laku yang sesuai dengan informasi yang didapatkan, yang
mana tingkah laku ini merupakan wujud dari capaian atau hasil belajar itu sendiri.
2. teori belajar behavioristik
Asumsi dasar teori behavioristik ini ialah tingkah laku seseorang yang
ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan, dan bisa dikendalikan. Gagasan
utama dalam teori ini adalah bahwa untuk memahami tingkah laku diperlukan
pendekatan yang objektif, mekanistik, dan materialistik sehingga perubahan
tingkah laku pada diri seseorang dapat dilakukan melalui upaya pengkondisian.
Menurut Thorndike (1874-1949) teori belajar ini merupakan proses interaksi
antara stimulus dan respon, yang atinya menekankan pada perubahan prilaku yang
dapat diamati dari hasil hubungan timbal balik antara pendidik yang memberi
stimulus dan peserta didik sebagai perespon tindakan stimulus yang diberikan
(Yaumi, 2017 : 29). Dengan kata lain bahwa belajar merupakan bentuk perubahan
yang dialami peserta didik dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku
dengan cara yang baru sebagai hasil daripada interaksi antara stimulus dan respon,
oleh karena itu dapat dikatakan perubahan individu itu terjadi akibat penyesuaian
keadaan.
Dalam penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa teori behavioristik
ialah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus
dan respon, dan teori ini erat kaitannya dengan perkembangan peserta didik dalam
pembelajaran sehingga sesuai dalam penelitian ini. Yang dalam hal ini dapat
dilihat dari perubahan perilaku pada peserta didik dalam proses pembelajaran
berlangsung, seperti ketika memberikan stimulus berupa gambar dan video dan
lain sebagainya, peserta didik aktif dalam mengelola data serta terdapat beberapa
berani dalam menyampaikan kesimpulan pada akhir pembelajaran tersebut.
3. teori belajar humanistik
Menurut Rogers (1902) tujuan teori belajar humanistik adalah untuk
memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses

9
belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya. Teori belajar humanistik ini memandang bahwa belajar
bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan juga sebuah
proses yang terjadi dalam individu yang melibatkan seluruh bagian atau domain
yang ada. Para ahli pendidikan menyatakan bahwa pada dasarnya humanistik
bukanlah sebuah strategi belajar, melainkan sebagai sebuah filosofi belajar yang
sangat memperhatikan keunikan-keunikan yang dimiliki peserta didik, dimana
setiap mereka memiliki cara sendiri dalam mengkonstruk pengetahuan yang
dipelajarinya. Pendidik memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar
dalam kehidupan peserta didik tersebut (Tiningrum, 2013 : 31).
Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami
arah belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun
dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai
tujuannya. Menurut teori ini, agar belajar bermakna bagi peserta didik, diperlukan
inisiatif dan keterlibatan penuh dari peserta didik itu sendiri. Maka peserta didik
akan mengalami suatu proses belajar untuk membangun pengetahuan dan
keterampilan serta nilai-nilai juga sikap melalui pengalamannya secara langsung.
Seperti dalam penelitian ini dalam proses pembelajaran yang semuanya telah
sisiapkan oleh peneliti dan tim, baik sumber dan media yang diperlukan. Akan
tetapi, dalam beberapa pertemuan yang memang membutuhkan sumber lain
seperti ketika mengerjakan lembar kerja word square beberapa peserta didik
berinisiatif mencari sumber lain dengan menanyakan apakah diperboleh atau tidak
jika membuka situs internet atau sejenisnya. Dengan demikian teori ini sesuai
dalam penelitian ini karena pada penerapan teori ini adalah hal yang sangat baik
apabila pendidik dapat membuat hubungan yang kuat dengan peserta didik,
sehingga mereka berkembang secara bebas. Inti dari teori ini adalah bagaimana
memanusiakan manusia dengan membuat proses pembelajaran tersebut
menyenangkan, tidak terlalu monoton. Dalam prakteknya teori ini juga cenderung
mengarahkan peserta didik untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman,
serta membutuhkan keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses belajar.

10
2.1.3 Ciri-ciri belajar
William Burton menyimpulkan uraiannya yang cukup panjang tentang
prinsip-prinsip belajar sebagai berikut :
1. proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui.
2. proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata
pelajaran yang terpusat pada tujuan tertentu.
3. pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan peserta
didik.
4. pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan peserta didik
yang mendorong motivasinya sendiri.
5. proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan.
6. proses belajar dan hasil usaha belajar secara materiil dipengaruhi oleh
perbedaan-perbedaan individual peserta didik itu sendiri.
7. proses belajar berlangsung secara afektif apabila pengalaman-pengalaman
dan hasil-hasil yang diinginkan sesuai.
8. proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan
pengetahuan.
9. proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur.
10. hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi dapat
didiskusikan secara terpisah.
11. proses belajar berlangsung secara afektif di bawah bimbingan yang
merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan.
12. hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan keterampilan.
13. hasil-hasil belajar diterima oleh murid apabila memberi kepuasan pada
kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya.
14. hasil-hasil belajar dilengkapi dengan jalan serangkaian pengelaman-
pengalaman yang dapat dipersalaman dan dengan pertimbangan yang baik.
15. hasil-hasil belajar lambat laun dipersatukan dan akan menjadi kepribadian
individual sesuai dengan kadarnya masing-masing.

11
16. hasil-hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat kompleks dan dapat
berubah-ubah, jadi tidak sederhana dan statis (Hamalik, 2004 : 31).

2.2 Hakikat Pembelajaran


Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Pembelajaran berarti proses, cara,
perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran menurut
(Depdiknas, 2003) adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Gagne, instruction atau
pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar
peserta didik, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun
sedemikian rupa untuk memengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar
peserta didik yang bersifat internal (Khanifatul, 2013 : 14).
Suherman 1992, menyatakan bahwa Pembelajaran pada hakikatnya
merupakan proses komunikasi antara peserta dengan pendidik serta antar peserta
didik dalam rangka perubahan sikap (Jihad, 2013 : 11).
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
adalah sebuah proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan peserta
didik atas dasar hubungan timbal balik dalam proses belajar untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Keterkaitan dengan model pembelajaran value
clarification technique ialah dilandaskan pada sikap dari peserta didik dalam
proses belajar. Agar pembelajaran lebih bermakna, sebagai pendidik dapat
menggunakan metode yang kiranya dapat menginternalisasikan nilai yang
terdapat didalamnya. Karena model pembelajaran VCT ini juga dapat memberi
pemahaman mengenai cara menilai suatu permasalahan, kemudian mengambil
keputusan terhadap permasalahan yang ada dan dapat diterapkan dalam
kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu dengan menggunakan ini, baik
pendidik maupun peserta didik bisa saling menciptakan suasana belajar menjadi
menyenangkan.

2.2.1 Model Pembelajaran


Model-model pembelajaran sendiri biasanya disusun berdasarkan berbagai
prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran

12
berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis,
analisis sistem atau teori-teori lain yang mendukung. Joyce & Wiel berpendapat
bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum(rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang
lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh
memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan
pendidikannya (Rusman, 2013 : 132).
Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah sesuatu yang
memang sudah dirancang atau disiapkan sebelum melaksanakan proses
pembelajaran di terapkan dengan tujuan agar setiap pembelajaran bisa terarahkan.
Keterkaitan dengan model pembelajaran value clarification technique (VCT) ialah
dilihat pada persiapan pendidik sebelum melaksanakan proses pembelajaran.
Karena peserta didik disini menyimak dengan seksama setiap tahap yang
diterapkan oleh pendidik sendiri. Maka dari itu pendidik memiliki kemudahan
dalam melakukan penilaian dan atau pengawasan terhadap sikap peserta didik
dalam proses pembelajaran, sehingga dapat dicapai tujuan-tujuan yang diinginkan.

2.2.2 Ciri-ciri Model Pembelajaran


Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu
2. mempunyai misi atau tujuan pandidikan tertentu
3. dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di
kelas
4. memiliki bagian-bagian model yang dinamakan, seperti : (1) urutan
langkah-langkah pembelajatan (syntax), (2) adanya prinsip-prinsip reaksi,
(3) sistem sosial, dan (4) sistem pendukung. keempat bagian tersebut
merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model
pembelajaran.

13
5. memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. dampak
tersebut meliputi : (1) dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat
diukur, (2) dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.
6. membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman
model pembelajaran yang dipilihnya (Rusman, 2013 : 136).

2.3 Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)

2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)


Teknik mengklarifikasi nilai atau sering disebut VCT dapat diartikan
sebagai suatu pendekatan atau strategi belajar untuk membantu peserta didik
dalam mencari dan menetukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi
suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada(Haris, 2 : 2013).
VCT merupakan sebuah cara menanamkan dan menggali atau menggungkapkan
nilai-nilai tertentu dari peserta didik (Taniredja, Dkk, 2015 : 87).
Menurut Fraenkel yang dikutip oleh S. Achmad Kosasih Jauhari
mengartikan bahwa nilai (value) merupakan suatu sistem, dimana aneka jenis
nilai, seperti nilai keagaamaan, sosial budaya, ekonomi, hukum, etis dan lain
sebagainya itu berpadu saling meradiasi (mempengaruhi secara kuat) sebagai satu
kesatuan yang utuh. Pada dasarnya, pendidikan nilai dapat dirumuskan dari
pengertian dasar yang terkandung dalam istilah pendidikan dan nilai. Ketika dua
istilah itu disatukan, arti keduanya menyatu dalam definisi pendidikan nilai.
Sastrapratedja (Kaswardi, 1993) menyebutkan bahwa pendidikan nilai adalah
penanaman dan pengembangan nilai-nilai pada diri seseorang. Dalam pengertian
yang hampir sama, (Mardiatmadja, 1986) mendefinisikan pendidikan nilai sebagai
bantuan peserta didik agar menyadari dan mengalami nilai serta menempatkannya
secara integral dalam keseluruhan hidupnya (Nurdyansyah dkk, 2016 : 158).
Dalam hal ini ada beberapa definisi dari nilai ini sendiri, ialah sebagai
berikut : Menurut Driyarkara nilai adalah hakekat suatu hal, yang menyebabkan
hal itu pantas dikejar oleh manusia. Sedangkan Menurut Endang Sumantri nilai
ialah sesuatu yang berharga, yang penting dan berguna serta menyenangkan dalam
kehidupan manusia yang dipengaruhi pengetahuan dan sikap yang ada pada diri

14
atau hati nuraninya. Selanjutnya menurut Kosasih Jahiri tuntunan mengenai apa
yang baik, benar dan adil. Dan dapat disimpulkan bahwa nilai ialah sesuatu esensi
yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan manusia,
khususnya mengenai kebaikan yang tentunya penting dan berguna bagi kehidupan
berkemanusiaan.

2.3.2 Langkah-langkah Model Value Clarification Technique (VCT)


Menurut Jarolimek (1977) ada 7 tahap yang dibagi dalam 3 tingkat yaitu :
Tingkat 1. Kebebasan memilih
pada tingkat ini terdapat 3 tahap :
a. memilih secara bebas, artinya kesempatan untuk menentukan pilihan yang
menurutnya baik. Nilai yang dipaksakan tidak akan menjadi miliknya
secara penuh.
b. memilih dari beberapa alternatif, artinya menentukan pilihannya dari
beberapa alternatif pilihan secara bebas.
c. memilih setelah melakukan analisis pertimbangan konsekuensi yang akan
timbul sebagai akibat atas pilihannya itu.
Tingkat 2. Menghargai
Pada tahap ini terdiri atas 2 tahap pembelajaran :
a. adanya perasaan senang dan bangga dengan nilai yang menjadi pilihannya,
sehingga nilai tersebut akan menjadi integral pada dirinya.
b. menegaskan nilai yang sudah menjadi bagian integral dalam dirinya di
depan umum, yaitu menganggap bahwa nilai itu sebgai pilihannya
sehingga harus berani dengan penuh kesadaran untuk menunjukkannya di
depan orang lain.
Tingkat 3. Berbuat
Pada tingkat ini terdiri atas 2 tahap pembelajaran :
a. adanya kemauan dan kemampuan untuk mencoba melaksanakannya.
b. mau mengulangi perilaku sesuai dengan nilai pilihannya, yaitu nilai yang
menjadi pilihan itu harus tercernin dalam kehidupan sehari-hari
(Taniredja, 2015 : 89).

15
Adapun dalam (Haris, 2013 : 2) langkah-langkah pembelajaran VCT
menurut Djahiri (1985, 51-52) ialah menentukan stimulus, menyajikan stimulus,
menentukan posisi, atau pendapat dari peserta didik baik secara individu ataupun
kelompok sesuai dengan proses pembelajaran yang sedang dilakukan. Selanjutnya
mengujikan hasil daripada kegiatan belajar yang dilakukan tersebut, kemudian
menyimpukan serta pengarahan ialah dari hasil belajar atau diskusi peserta didik
kemudian di bahas serta simpulkan kembali oleh pendidik. Terakhir ialah tahap
tindak lanjut ialah kegiatan timbal balik yang berupa perbaikan atau pengayaan.

2.3.3 Teknik pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)


Dalam buku Nurdyansyah dkk, John Jarolimek menjelaskan beberapa
teknik pengajaran nilai sebagai berikut :
1. teknik self evaluasi (menilai diri sendiri) dan group evaluation (evaluasi
kelompok) ialah peserta didik diajak berdiskusi atau tanya jawab mengenai
apa yang akan dilakukan serta diarahkan untuk perbaikan atau
penyempurnaan oleh peserta didik itu sendiri.
2. teknik lecturing ialah guru bercerita dan mengangkat tema atau materi apa
yang akan menjadi topik bahasannya dalam proses pembelajaran.
3. teknik menarik dan memberikan percontohan ialah guru memberikan serta
meminta contoh-contoh baik dalam diri peserta didik ataupun kehidupan
masyarakat kemudian dianalisis, dinilai serta didiskusikan.
4. teknik indoktrinasi dan pembakuan kebiasaan ialah dalam teknik ini
peserta didik dituntut untuk menerima atau melakukan sesuatu yang
diperntahkan oleh guru. Peserta didik diwajibkan melaksanakannya seperti
patuh terhadap tata tertib, memakai tata tertib tertentu, dan lain-lain.
dengan harapan kelak peserta didik akan terbiasa melakukan hal tersebut.
5. teknik tanya jawab yaitu guru mengangkat suatu masalah, lalu
mengemukakan pertanyaan-pertanyaan dan peserta didik aktif menjawab
atau mengemukakan pendapatnya.
6. teknik menilai suatu bahan tulisan baik dari buku ataupun khusus dibuat
guru. dalam hal ini peserta didik dipersilahkan memberikan penilaian

16
dengan koda misalnya (baik-buruk, benar-tidak benar, adil-tidak adil, dan
sebagainya).
7. teknik mengungkapkan nilai melalui permainan. dalam hal ini dapat
menggunakan model yang sudah ada ataupun ciptaan guru (Nurdyansyah
dkk, 2016 : 165).

2.3.4 Metode Pembelajaran Nilai


Agar proses VCT dapat berlangsung secara afektif dalam proses
pembelajaran di kelas maka metode pembelajaran yang digunakan oleh pendidik
adalah sebagai berikut :
1. Metode dialog
Pendidik menawarkan nilai tertentu untuk dibicarakan, dibahas secara
dialogis di antara peserta didik. Dalam dialog ini secara garis besarnya sebagai
berikut :
a. pendidik menawarkan nilai tertentu dalam suatu dilema moral, peserta
didik mendalami dengan metode inkuiri, analisis dilema moral.
b. peserta didik diberi kebebasan untuk menanggapi, bertanya, menjelaskan
satu sama lain yang berlangsung dalam diskusi kelompok.
c. peserta didik bebas mengambil pilihan, keputusan dan kesimpulan terkait
dengan nilai dengan menajdi bahan dialog.
d. pilihan nilai diberi alasan dan dikemukakan kepada teman yang lain lewat
presentasi.
e. pendidik atau teman sejawat memberi pertanyaan kritis terhadap nilai
pilihan peserta didik.
f. peserta didik meyampaikan niat untuk melaksanakan pilihan nilainya.
2. Diskusi kelompok
Pendidik membentuk kelompok-kelompok dalam kelas, dan kepada tiap
kelompok pendidik menyampaikan sejumlah daftar bilai beserta pertanyaan kritis
terkait dengan nilai-nilai tersebut secara berbeda. Masing-masing peserta didik
secara bebas, dalam kelompok berdiskusi, menanggapi pertanyaan-pertanyaan
kritis terhadap nilai yang ditawarkan, memberi argumentasi atas pilihannya.

17
3. Studi kasus dengan problem solving moral, studi kasus moral yang
berdilema.
Pendidik membuat cerita berkasus yang mengandung unsur problem
solving moral atau pemecahan kasus yang mengandung dilema moral atau nilai
tertentu, disertai sejumlah pertanyaan untuk ditaggapi peserta didik baik secara
individual maupun secara kolektif dalam diskusi kelompok dan dipresentasikan.
Problem solving moral sebaiknya mengandung dilema nilai atau moral yang jelas
dan tajam sehingga peserta didik ditantang untuk mencari penyelesaiannya.
Dalam diskusi kelompok peserta didik bebas memilih jalan keluar dari dilema
yang ada, dengan disertai alasannya (Adisusilo, 2012 : 158).
Kohlberg setelah mengadakan berbagai penelitian dan percobaan metode
pembelajaran nilai-moral sampai pada kesimpulan bahwa metode pemecahan
masalah yang berdilema nilai-moral ataupun studi kasus tentang problem solving
moral merupakan metode pendidikan nilai yang paling efektif karena signifikan
mampu meningkatkan tingkat kesadaran moral ataupun sikap moral peserta didik.
Berdasarkan temuan-temuannya tentang penggunaan diskusi dan analisis dilema
moral atau problem solving moral, dia menyarankan agar para pendidik bidang
ilmu sosial secara teratur menggunakan metode tersebut dalam pembelajarannya,
terutama bagi siswa SLTA atau mahasiswa (Adisusilo, 2012 : 158).

2.3.5 Manfaat dan Syarat VCT


Ada berbagai manfaat yang dapat dipetik bila pendekatan klarifikasi nilai
diterapkan. Dengan pendekatan teknik klarifikasi nilai kita dapat meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk (Simon, 1972) : (1) memilih, memutuskan,
mengomunikasikan, mengungkapkan gagasan, keyakinan, nilai-nilai dan
perasaannya, (2) berempati (memahami perasaan orang lain, melihat dari sudut
pandang orang lain), (3) memecahkan masalah, (4) menyatakan sikap : setuju,
tidak setuju, menolak atau menerima pendapat orang lain, (5) mengambil
keputusan, (6) mempunyai pendirian tertentu, menginternalisasikan dan
bertingkah laku sesuai dengan nilai yang telah dipilih dan diyakini (Adisusilo,
2012 : 155).

18
Jadi inti dari VCT adalah melatih peserta didik untuk berproses melakukan
penilaian terhadap nilai-nilai kehidupan yang ada dalam masyarakat, dan akhirnya
menetapkan nilai yang menjadi acuan hidupnya. Menurut Harmin, dkk (Sinurat,
2004) penerapan klarifikasi nilai akan efektif bila fasilitator atau pendidik :
a. bersikap menerima dan tidak mengadili pilihan nilai peserta didik,
meghindari kesan memberi nasihat, menggurui seakan pendidik lebih tau
dan lebih baik.
b. membiarkan adanya kebhinekaan pandangan, dialog, dilakukan secara
terbuka, bebas dan individual.
c. menghargai kesediaan peserta didik untuk ikut berpartisipasi atau tidak,
hindari unsur pemaksaan untuk berpendapat atau bersikap.
d. menghargai jawaban/respon peserta didik, tidak memaksa peserta didik
untuk memberi respon tertentu apabila memang peserta didik tidak
menghendakinya.
e. mendorong peserta didik untuk menjawab, mengutarakan pilihan dan
mengambil sikap secara jujur.
f. mahir mendengarkan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
bersifat mengklarifikasi nilai hidup.
g. mahir mengajukan atau membangkitkan pertanyaan-pertanyaan yang
menyangkut kehidupan pribadi dan sosial (Adisusilo, 2012 : 156).

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Value Clarification Technique (VCT)

2.4.1 Kelebihan Model Value Clarification Technique (VCT)


Menurut Djahiri VCT memiliki keunggulan untuk pembelajaran, karena :
1. mampu membina dan menanamkan nilai dan moral pada ranah internal
side.
2. mampu mengklarifikasi, menggali dan mengungkapkan isi pesan materi
yang disampaikan selanjutnya akan memudahkan bagi guru untuk
menyampaikan makna, pesan nilai dan moral.

19
3. mampu mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral diri pesert didik,
melihat nilai yang ada pada diri orang lain dan memahami nilai moral
yang ada dalam kehidupan nyata.
4. mampu mengundang, melibatkan, membina dan mengembangkan potensi
diri peserta didik, terutama mengembangkan potensi sikap.
5. mampu memberikan sejumlah pengalaman belajar dari berbagai
kehidupan.
6. memberi gambaran nilai moral yang patut diterima dan menuntun serta
memotivasi untuk hidup layak dan bermoral (Taniredja dkk, 2015 : 91).

2.4.2 Kekurangan Model Value Clarification Technique (VCT)


Model pembelajaran VCT memiliki beberapa kekurangan ataupun
kelemahan, sebagai berikut :
1. apabila guru tidak memiliki kemampuan melibatkan peserta didik dengan
keterbukaan, saling pengertian dan penuh kehangatan maka peserta didik
akan memunculkan sikap semu atau imitasi.
2. sistem nilai yang dimiliki dan tertanam guru, peserta didik dan masyarakat
yang kurang atau tidak baku dapat menganggu tercapainya target nilai
baku yang ingin dicapai/nilai etik.
3. sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mengajar terutama
memerlukan kemampuan/keterampilan bertanya tingkat tinggi yang
mampu mengungkap dan menggali nilai yang ada dalam diri peserta didik.
4. memerlukan kreativitas guru dalam menggunakan media yang tersedia di
lingkungan terutama yang aktual dan faktual sehingga dekat dengan
kehidupan sehari-hari peserta didik (Taniredja dkk, 2015 : 92).

2.5 Afeksi (sikap)

2.5.1 Pengertian Afeksi (sikap)


Sikap ialah sebuah konsep yang penting dan mendasar dalam psikologi
sosial (Bidjari, 2011 : 1593). Istilah sikap paling sering didefinisikan sebagai kata
benda, yaitu kecenderungan yang bertahan lama untuk berperilaku secara

20
konsisten terhadap objek tertentu (K.Altmann, 2008 : 145). Sedangkan (Schwarz,
2007 : 678) mengatakan bahwa sikap konstruksi yang ditemukan oleh psikolog
untuk menjelaskan fenomerna ketertarikan. Dalam (Roby, 2013 : 15) mengatakan
afeksi adalah mengembangkan ketertarikan emosional dengan orang lain.
Kebutuhan dasarnya adalah hasrat untuk disukai atau dicintai. Ekspresi tingkah
lakunya bisa positif (bervariasi dari terkesan sampai cinta) dan bisa negatif
(bervariasi dari ketidaksenangan sampai benci). Sedangkan dalam tulisan
(Mawardi, 2016 : 107) mengatakan sikap itu ialah organisasi keyakinan yang tetap
mengenai objek ataupun situasi. Dan dalam (Sue D, 2016 : 71) mengatakan bahwa
sikap sering biasa didefinisikan sebagai perasaan atau emosi yang ada pada
seseorang.
Suatu sikap mencakup tiga komponen, yaitu perasaan, pikiran dan
keyakinan serta prilaku (suatu tindakan) (Pickens, 2005 : 44). Sedangkan dalam
(Jain, 2014 : 6) menyatakan sikap itu mewakili kesiapan mental dan saraf positif
atau negatif terhadap seseorang, tempat, benda serta peristiwa. Dan juga
membaginya menjadi tiga komponen yaitu komponen afektif (neural) atau
perasaan/emosi, komponen prilaku (kesiapan) atau respon/tindakan, dan
komponen kognitif (mental) atau keyakinan/evaluasi. Serta mengatakan bahwa
komponen perilaku adalah kecenderungan perilaku verbal atau terbuka (non
verbal) oleh individu dan terdiri dari tindakan atau respons yang dapat diamati
yang merupakan hasil dari objek sikap. Baik respons lebih ataupun kurang
konsisten terhadap stimulus sikap yang diberikan.

2.5.2 Pengertian Pengukuran Ranah Afeksi


Afeksi dalam psikologi ialah sikap yang timbul karena adanya faktor
eksternal dan bukanlah bawaan sejak lahir, salah satu contoh faktor eksternal
tersebut ialah pengalaman yang terjadi dengan orang lain. Sedangkan afektif
adalah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Afektif ini mencakup watak
perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai yang terdapat pada diri
antar individu. Dengan demikian, keduanya saling berkaitan satu sama lain.
Dalam buku karangan Anas Sudjono tahun 2006, David R. Krathwohl

21
berpendapat bahwa ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan
nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan
perubahannya jika seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi.
Ciri-ciri hasil belajar afektif tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah
laku seperti : perhatian terhadap mata pelajaran, kedisiplinan dalam mengikuti
proses belajar, motivasinya dalam belajar, penghargaan atau rasa hormat terhadap
guru dan sebagainya (Nurbudiyani, 2013 : 90).
Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan, adalah sebagai berikut :
menerima (receiving), menjawab (responding), menilai (valuing), organisasi
(organization), dan karakteristik dengan suatu nilai atau kompleks nilai
(characterization) (Daryanto, 2008 : 117). Sedangkan dalam Depdiknas, 2008
Adapun lima tipe karakteristik afektif yang penting yaitu sikap, minat, konsep
diri, serta nilai dan moral (Nurbudiyani, 2013 : 90). Karena tujuan mengajar di
kelas itu pendidik bukan hanya meberikan ilmu pengetahuan semata, baiknya
lebih mengutamakan karakter, agar dapat menciptakan peserta didik yang tidak
hanya mendapat pada bagian kognitifnya saja, akan tetapi juga afektif dan
psikomotoriknya juga (Fitriani, 2016 : 41).
Dapat disimpulkan bahwa ranah afektif adalah hal yang berkaitan dengan
sikap atau nilai yang dimiliki oleh seseorang. Adapun tujuan dari pengukuran
ranah afektif selain untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat
pencapaian tujuan instruksional oleh peserta didik pada ranah afektif, juga dapat
mengarahkan peserta didik agar perhatian terhadap mata pelajaran, khususnya
mata pelajaran sejarah, kemudian agar senang bekerja sama, kemudian agar
mampu menempatkan peserta didik dalam situasi belajar mengajar yang tepat
sesuai dengan tingkat pencapaian kemampuan serta karakteristik peserta didik.
Sedangkan manfaat dari pengukuran dari ranah afektif ialah untuk memperbaiki
pencapaian tujuan instruksional oleh peserta didik pada ranah afektif, dan juga
dapat memperbaiki sikap, minat, konsep diri, serta nilai dan moral peserta didik.
Keterkaitan dengan model pembelajaran value clarification techbique
(VCT) ini bahwa model ini belum banyak digunakan, karena hanya mata
pelajaran tertentu yang dianggap mampu menggunakan model VCT ini, seperti

22
sejarah, kewarganegaraan dan agama. Karena sesuai dengan pengertiannya bahwa
model ini ialah teknik pengajaran yang ditujukan untuk membantu peserta didik
dalam menggali dan mengungkapkan nilai-nilai tertentu dari peserta didik itu
sendiri. Oleh karena itu model ini hanya dapat digunakan untuk mengukur sikap
peserta didik.

2.6 Hakikat Pembelajaran Sejarah


Sejarah merupakan masa lampau dengan segala macam kejadian dan
kegiatan yang didasari oleh konsep-konep tertentu (Suardi, 2012 : 49). Perkataan
sejarah mula-mula berasal dari bahasa Arab “Syahjaratun” artinya pohon kayu.
Karena pohon menggambarkan pertumbuhan terus menerus dari bumi ke udara
dengan mempunyai cabang, dahan, daun, kembang atau bunga serta buah (Sair,
2014 : 4).
Dikutip dalam Purnamasari, 2013 : 30 pembelajaran sejarah memiliki
beberapa tujuan agar peserta didik menyadari adanya keragaman pengalaman
hidup pada masing-masing masyarakat dan adanya cara pandang yang berbeda
terhadap masa lampau untuk memahami masa masa kini dan membangun
pengetahuan serta pemahaman untuk menghadapi masa yang akan datang.
Adapun tujuan lain yang disebutkan seperti tujuan seperti tujuan instruksional
pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas menurut S.K Kochar (2008)
adalah mengembangkan pengetahuan, pemahaman, pemikiran kritis, keterampilan
praktis, minat dan prilaku.

2.7 Keadaan dan Kondisi SMA N 2 Indralaya Utara


Visi & Misi SMA N 2 Indralaya Utara
VISI
UNGGUL DALAM PRESTASI BERLANDASKAN IMTAQ & IPTEK
MISI
1. Menerapkan pembelajaran yang aktif
2. Meningkatkan kualifikasi pendidikan & tenaga kependidikan secara
profesional

23
3. Melaksanakan bimbingan dan konseling untuk membina motivasi dan
prestasi peserta didik
4. Melaksanakan ekstrakulikuler di bidang imtaq, iptek, olahraga dan seni
5. Meningkatkan disiplin & tanggung jawab warga sekolah
SMA N 2 Indralaya Utara ini terletak di Jl. Raya Palembang-Indralaya Km
29 komplek Bumi Indralaya Permai (BIP) Kelurahan Timbangan, Kecamatan
Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Sekolah ini belum lama
berdiri yaitu pada 2 Mei 2014, yang sesuai pada SK pendirian sekolah dengan izin
operasional. SMA ini berdiri diats tanah milik pemerintah daerah Ogan Ilir (OI)
yang dahulunya merupakan sekolah dasar. Luas tanah SMA N 2 Indralaya Utara
ini adalah 10.000 m2.
Gedung SMA N 2 Indralaya Utara ini dalam bentuk sederhana, bagian
belakang kelas terdapat perkebunan jagung milik warga sekitar sekolah. Dan
sebagian lainnya masih dikelilingi oleh rawa dan hutan kayu gelam. Serta sebelah
Timur sekolahan ini merupakan perumahan penduduk yang dikenal dengan nama
Bumi Indralaya Utara (BIP).
Lingkungan sekolah ini cukup nyaman dan kondusif untuk proses belajar
mengajar. Letak sekolah yang jauh dari jalan raya membuat para peserta didik
cukup berkonsentrasi dalam proses belajar. Lingkungan sekolah masih banyak
dikelilingi pepohonan sehingga membuat sekolah ini sejuk dan terlihat asri.
SMA N 2 Indralaya Utara ini belum memiliki fasilitas yang lengkap untuk
mendukung proses pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran olahraga.
Karena sekolah ini belum memiliki lapangan olahraga yang seperti sekolah pada
umumnya. Letak/batas sekolah ini ialah sebelah Barat itu rawa-rawa dan
pepohonan gelam, sebelah Timur perumahan penduduk, sebelah Utara rawa dan
pepohonan gelam juga dan sebelah Selatan perumahan penduduk. Sedangkan luas
tanah SMA N 2 Indralaya Utara ini seluas 10.000 m2.
Untuk jumlah ruangan kelas di SMA N 2 Indralaya Utara ini iala kelas X
IPA 1 kelas, X IPS 1 kelas, XI IPA 1 kelas, XI IPS 1 kelas, XII IPA 1 kelas, dan
XII IPS 1 kelas. Sedangkan bangunan dan non-bangunan yang ada di sekolah ini
sebagai berikut, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang BK, ruang sholat, wc

24
guru, dapur, tempat parkir, lapangan upacara, lab komputer, masing-masing
dengan jumlah 1 ruang dan dalam kondisi baik, selanjutnya ruang belajar/kelas
dengan jumlah 6 ruang dalam keadaan baik, kemudian wc peserta didik berjumlah
3 ruang dalam keadaan baik, dan terakhir kantin dengan berjumlah 2 dan dalam
keadaan baik.
Dan untuk penerangan listrik adanya hanya di kantor, kelas XI IPA, dan
kelas XII IPA. Kemudian air bersihnya berasal dari sumur, status gedung-gedung
yang ada di sekolah SMA N 2 Indralaya Utara ini milik pemerintah, keadaan
semua gedungnya permanen, akan tetapi di sekolah ini belum ada pagar yang
mengelilingi lingkungan sekolah seperti pada sekolah yang umumnya.
Sumber : Data Tata Usaha SMA N 2 Indralaya Utara Tahun Ajaran 2019

25
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis
untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah
(Emzir, 2010 : 3). Penelitian didefinisikan oleh banyak penulis sebagai suatu
proses yang sistematik. Mc Millan dan Schumacher (1989) dalam Wiersma (1991
: 7) mendefinisikan penelitian sebagai “suatu proses sistematik pengumpulan dan
penganalisisan informasi (data) untuk berbagai tujuan”. Penelitian menggunakan
metode ilmiah, penyelidikan pengetahuan melalui metode pengumpulan, analisis,
dan interpretasi data. Dikaitkan dengan metode ilmiah, suatu proses penelitian
sekurang-kurangnya berisi suatu rangkaian urutan langkah-langkah. Adapun lima
langkah yang sesuai dengan metode ilmiah dan melengkapi elemen-elemen
umum pendekatan sistematik pada penelitian adalah (1) identifikasi masalah
penelitian, (2) review informasi, (3) pengumpulan data, (4) analisis data, (5)
penarikan kesimpulan (Emzir, 2010 : 5-6).
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu sesuai dengan yang
diinginkan. Dan dalam penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian
eksperimen. Penelitian eksperimen sendiri sifatnya menguji cobakan pengaruh
suatu atau beberapa variabel bebas terhadap variabel terikat dimana variabel
lainnya dikontrol sedemikian rupa sehingga perubahan yang terjadi semata-mata
akibat dari variabel bebas yang diujicobakan (Basir, 2017 : 26). Dan dalam
penelitian ini akan terdapat dua kelas yang akan digunakan, yaitu satu sebagai
kelas kontrol dan satunya lagi sebagai kelas eksperimen. Penelitian ini dilakukan
guna untuk mengetahui ada atau tidakkah pengaruh dari model Value
Clarification Technique terhadap afeksi peserta didik di SMA Negeri 2 Indralaya
Utara pada mata pelajaran sejarah, yang dalam hal ini akan di fokuskan pada kelas
yang akan menjadi kelas eksperimen yang dapat dilihat dari hasil observasi dan
lembar angket afeksi yang akan diberikan.

26
3.2 Variabel Penelitian
Kata variabel berasal dari bahasa Inggris variable dengan arti ubahan,
faktor tak tetap, atau gejala yang dapat diubah-ubah (Sudijono, 2009 : 36).
Sedangkan menurut (Sugiyono, 2014 : 39) variabel penelitian pada dasarnya ialah
segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi kemudian dapat ditarik kesimpulan. Di
dalam penelitian yang akan dilakukan ini, akan menggunakan dua variabel, yaitu
variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabe terikat, sedangkan variabel terikat adalah
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas
(Sugiyono, 2014 : 39).
Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas dan variabel terikat
adalah sebagai berikut :
a. Variabel bebasnya adalah : Penerapan model value clarification technique
b. Variabel terikatnya adalah : Afeksi peserta didik

3.3 Devinisi Operasional Variabel


Dalam hal ini akan di jabarkan variabel yang akan diteliti, yaitu sebagai
berikut :
Variabel bebas (X) : Model pembelajaran Value Clarification Technique
a. Pengertian model pembelajaran Value Clarification Technique
Model pembelajaran Value Clarification Technique yang dalam penelitian
yang akan dilakukan ini adalah suatu model pembelajaran yang mengarahkan
pada internalisasi nilai-nilai yang sudag menjadi suatu budaya untuk mencari
maksud dari nilai tersebut dan berupaya untuk diterapkan dalam melatih peserta
didik dalam berproses menghargai serta melaksanakan suatu nilai yang telah
dipilih secara bebas.
b. Indikator model pembelajaran Value Clarification Technique
1. stimulasi atau pemberian rangsangan atau orientasi : kemampuan
peserta didik dalam mengajukan pertanyaan

27
2. problem statement (pernyataan atau identifikasi masalah) :
kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi masalah
3. data collection (pengumpulan data) : kemampuan peserta didik dalam
mengumpulkan informasi atau data
4. data procesing (pengolahan data) : kemampuan peserta didik dalam
mengelola data untuk mendapatkan alternatif jawaban
5. verification (pembuktian) : kemampuan peserta didik dalam
membuktikan hipotesis dengan hasil pengolahan data
6. generalization (menarik kesimpulan atau generalisasi) : kemampuan
peserta didik dalam menarik kesimpulan
Variavel terikat (Y) : Afeksi peserta didik
a. Pengertian afeksi (sikap)
Afeksi perserta didik dalam penelitian ini ialah sebagaimana sebab-akibat
yang muncul dari penerapan model Value Clarification Technique (VCT) pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dalam hal ini akan dihubungkan dengan
kurikulum pembelajaran saat ini yaitu K13 (kurikulum 2013), yaitu penilaian
sikao peserta didik dalam pembentukan nilai karakter terhadap hal yang telah
difokuskan di dalam pembelajaran yang dalam hal ini mengenalkan suatu nilai-
nilai karakter serta budaya yang bisa dijadikan sebagai pedoman hidup, baik untuk
individu ataupun untuk kelompok.
Pada umumnya pendidikan katakter menekankan pada keteladanan,
penciptaan lingkungan, dan pembiasaan yang melalui berbagai tugas keilmuan
dan kegiatan kondusif. VCT memiliki peranan penting dalam pendidikan di mana
ia merujuk pada upaya yang dilakukan oleh pendidik untuk membantu serta
memfasilitasi pengembangan nilai pada peserta didik sekolah menengah (Shiell,
2003 : 1533). Sedangkan Penciptaan lingkungan kondusif tersebut dapat
dilakukan melalui berbagai variasi metode, yang mencakup : penugasan,
pembiasaan, pelatihan, pembelajaran, pengarahan dan keteladanan. Berbagai
variasi metode tersebut berpengaruh terhadap pembentukan karakter peserta didik
(Mulyasa, 2014 : 8).

28
b. Indikator pendidikan karakter di kurikulum 2013
Pendidikan menjadi perhatian serius masyarakat luas, ketika moralitas
dipinggirkan dalam sistem berperilaku dan bersikap di tengah masyarakat. Karena
antara pendidikan dan kehidupan bagaikan sebuah skema listrik pararel, keduanya
saling terkait satu sama lain. Implikasinya, jika masyarakat menghendaki
tersedianya kehidupan yang sejahtera, maka isi dan proses pendidikan harus
diarahkan pada pemenuhan kebutuhan tersebut. Seperti pendidikan karakter.
Karena karakter sendiri adalah watak, tabiat, akhlak atau kepribadian seseorang
yang terbentuk dari internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan
sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap serta bertindak.
Oleh karena itu Kemendiknas merumuskan 18 nilai karakter yang akan
ditanamkan dalam diri peserta didik sebagai upaya membangun karakter bangsa.
Adapun 18 nilai dalam pendidikan karakter yaitu religius, jujur, disiplin, kerja
keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta
tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial serta tanggung jawab. Akan tetapi, indikator
keberhasilan yang akan dilihat dalam penelitian yang akan dilakukan di SMA
Negeri 2 Indralaya Utara ini terdiri dari indikator sikap disiplin, kerja keras, dan
tanggung jawab.
Adapun berikut ini akan di jabarkan mengenai indikator keberhasilan
sekolah dan kelas dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa,
yaitu :
Nilai Deskripsi Indikator sekolah Indikator kelas
Tindakan yang 1. Memiliki catatan 1. Membiasakan
1. Disiplin menunjukkan kehadiran. hadir tepat
perilaku yang tertib 2. Memberikan waktu.
dan patuh pada penghargaan 2. Membiasakan
berbagai ketentuan kepada warga mematuhi
dan peraturan. sekolah yang aturan.
disiplin. 3. Menggunakan
3. Memiliki tata tertib pakaian praktik

29
sekolah. sesuai dengan
4. Membiasakan program studi
warga sekolah keahliannya
untuk berdisiplin. (SMK).
5. Menegakkan aturan 4. Penyimpanan
dengan dan pengeluaran
memberikan sanksi alat dan bahan
secara adil bagi (sesuai program
pelanggar tata tertib studi keahlian)
sekolah. (SMK).
6. Menyediakan
peralatan praktik
sesuai program
studi keahlian
(SMK
Perilaku yang 1. Menciptakan 1. Menciptakan
2. Kerja menunjukkan suasana kompetisi suasana
keras upaya yang yang sehat. kompetisi yang
sungguh-sunguh 2. Menciptakan sehat.
dalam mengatasi suasana sekolah 2. Menciptakan
berbagai hambatan yang menantang dan kondisi etos
belajar dan tugas, memacu untuk kerja, pantang
serta bekerja keras. menyerah, dan
menyelesaikan 3. Memiliki pajangan daya tahan
tugas dengan tentang slogan atau belajar.
sebaik-baiknya. motto tentang kerja. 3. Mencipatakan
suasana belajar
yang memacu
daya tahan
kerja.
4. Memiliki

30
pajangan
tentang slogan
atau motto
tentang giat
bekerja dan
belajar.
Sikap dan perilaku 1. Membuat laporan 1. Pelaksanaan
3. Tanggung seseorang untuk setiap kegiatan tugas piket
jawab melaksanakan yang dilakukan secara teratur.
tugas dan dalam bentuk lisan 2. Peran serta
kewajiban nya, maupun tertulis. aktif dalam
yang seharusnya 2. Melakukan tugas kegiatan
dia lakukan, tanpa disuruh. sekolah.
terhadap diri 3. Menunjukkan 3. Mengajukan
sendiri,masyarakat, prakarsa untuk usul
dan lingkungan mengatasi masalah pemecahan
(alam, sosial dan dalam lingkup masalah
budaya), negara terdekat.
dan Tuhan Yang 4. Menghindarkan
Maha Esa. kecurangan dalam
pelaksanaan tugas.
Sumber : Hasan dkk, 2010 : 26-30)
c. Indikator keberhasilan afeksi peserta didik pada pembelajaran sejarah
1. Disiplin : Tindakan yang menunjukkan perilaku yang tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
2. Kerja keras : Perilaku yang menunjukkan upaya yang sungguh-sunguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
3. Tanggung jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajiban nya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri

31
sendiri, masyarakat, dan lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara
dan Tuhan Yang Maha Esa

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek dan subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya
orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan
sekedar jumlah yang ada pada obyek dan subyek yang dipelajari, tetapi meliputi
seluruh karakteristik serta sifat yang dimiliki oleh subyek dan obyek itu
(Sugiyono, 2014 : 80). Jadi, kesimpulannya populasi adalah jumlah keseluruhan
apapun yang akan menjadi obyek ataupun subyek setiap penelitian yang akan
dilakukan.
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian yang akan dilakukan
adalah seluruh peserta didik di kelas XI SMA N 2 Indralaya Utara yang berjumlah
52 peserta didik, diantaranya sebagai berikut :
Banyak Siswa
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 XI IPS 11 15 26
2 XI IPA 8 18 26

Jumlah 19 33 52
Sumber : Data tata usaha SMA N 2 Indralaya Utara tahun ajaran 2019
Berdasarkan data yang didapatkan bahwa jumlah kelas XI di SMA N 2
Indralaya Utara pada tahun ajaran 2019 hanya berjumlah 2 kelas, yaitu kelas XI
IPA satu kelas, dan kelas XI IPS satu kelas yang jumlah keseluruhan peserta
didiknya yaitu 52 peserta didik.

3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Dalam (Arikunto, 2013) mengatakan bahwa sampel adalah bagian dari

32
popolasi yang akan diteliti. Dalam penelitian yang akan dilakukan sampel diambli
secara Random Sampling adalah pengambilan sampel secara acak. Oleh karena itu
ketika melaksanakan kegiatan P4 peneliti meminta pendapat kepada guru pamong
untuk melakukan penelitian, dan dalam penelitian yang akan dilakukan ini
didapatlah kelas XI IPS akan dijadikan kelas eksperimen dengan jumlah 26 orang,
dan kelas XI IPA sebagai kelas kontrolnya dengan jumlah 26 orang. Jadi dapat
disimpulkan sampel dalam penelitian yang akan dilakukan ini adalah sebagai
berikut :
No Kelas Jumlah Kelompok
1 XI IPS 26 Eksprerimen
2 XI IPA 26 Kontrol
Sumber : Data tata usaha SMA N 2 Indralaya Utara tahun ajaran 2019

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian,
yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas
instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan
kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan
untuk mengumpulkan data (Sugiyono, 2014 : 137).
Jadi, dalam sebuah penenelitian tidak hanya dapat menggunakan metode
penelitian saja namun juga harus memiliki teknik dan alat dalam mengumpulkan
data-data, agar data penelitian yang didapat benar-benar valid. Dan dalam
penelitian dengan model pembelajaran VCT ini akan menggunakan alat
pegumpulan data berupa teknik non tes, diantaranya sebagai berikut:

3.5.1 Observasi
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu
proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis
dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan
dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila,
penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam
dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2014 : 145).

33
Secara umum, observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data)
yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan
(Sudijono, 2005 : 76). Ada juga yang mengatakan bahwa teknik observasi dapat
diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala
yang tampak pada objek penelitian (Margono, 2009 : 158).
Jadi dapat disimpulkan bahwa observasi adalah salah satu cara
pengambilan data oleh seorang pengamat dengan tujuan-tujuan yang ingin
diinginkan. Jika dikaitkan dengan model pembelajaran VCT bahwa model
pembelajaran ini hanya mampu digunakan untuk mengukur afeksi dari peserta
didik. Oleh karena itu teknik pengumpulan data yang digunakan ialah dengan
observasi, yang artinya ialah mengamati. Yaitu mengamati sikap pesrta didik
ketika dalam proses pembelajaran berlangsung dengan indikator-indikator
penilaian yang memang sudah ditentukan.

3.5.2 Analisis Data Observasi


Data hasil observasi yang diperoleh dari setiap pertemuan dapat diukur
dengan manggunakan rumus sebagai berikut :

NA = S x 100
SM
Keterangan :

NA = nilai akhir

S = skor observasi

SM = skor maksimum

100 = bilangan tetap (konstanta)

Persentase nilai observasi berdasarkan modifikasi buku Sugiyono, 2017 sebagai


berikut :

Persentase nilai Kategori

34
82-100 Sangat baik

63-81 Baik

44-62 Cukup baik

25-43 Tidak baik

(Sugiyono, 2017 : 99)

3.5.3 Angket atau Kuesioner


Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien
bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa
diharapkan dari responden (Sugiyono, 2014 : 142). Sedangkan dalam buku
selanjutnya kuesioner merupakan daftar tertulis pertanyaan yang digunakan untuk
memperoleh infomasi, baik mengenai hal pribadi ataupun tentang hal yang
diketahui seorang responden (Arikunto, 2013 : 194). Selanjutnya dalam (Widi,
2010 : 243) mengatakan bahwa kuesioner ialah suatu daftar pertanyaan yang
tertulis yang harus dijawab oleh responden.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kuesioner adalah sekumpulan pertanyaan
yang dibuat dan diberikan kepada responden untuk dijawab, kemudian dari sana
akan diperoleh suatu data. Jika dikaitkan dengan model pembelajaran VCT angket
ini digunakan untuk memperkuat data yang didapatkan melalui hasil dari obsevasi
yang menggunakan tiga tim observasi. Oleh karena itu peneliti selain
menggunakan teknik pengumpulan data dengan lembar observasi, juga
menggunakan lembar angket. Bedanya lembar observasi yang mengisi ialah tim
observer ketika proses belajar berlangsung. Sedangkan lembar angket ini diisi
oleh peserta didik ketika akhir dari pertemuan pembelajaran.
Menurut Suharsimi dalam tulisan (Qomari, 2008 : 8) dalam mengukur
skala sikap atau dengan nama lain domain afektif ini dapat dihitung dengan skala
sikap seperti skala likert.

35
Adapun skala pengukuran yang digunakan dalam peneltian ini adalah
berupa skala likert, yang dalam hal ini skala likert ini sndiri digunaksn untuk
mengukur sikap, persepsi dan pendapat seseorang atau sekelompok orang
mengenai pertanyaan-pertanyaan yang tekah disediakan yang telah disusun
sedemikian rupa, baik pertanyaan positif ataupun pertanyaan negatif. Tabel skor
skala likert sebagai berikut :
No Pilihan jawaban Skor positif Skor negatif
1 Sangat setuju 5 1
2 Setuju 4 2
3 Ragu-ragu 3 3
4 Tidak setuju 2 4
5 Sangat tidak setuju 1 5
(Kurniawan, 2018 : 180)

3.6 Uji Validitas Instrumen


Instrumen yang valid bearti alat ukur yang digunakan untuk memperoleh
data (mengukur) bahwa data tersebut valid. Valid bearti data tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2015 : 176).
Untuk mengetahui apakah angket yang digunakan valid atau tidak, maka
perlu kita cari validitas dari butir per item dengan menggunakan rumus korelasi
product moment. Yaitu sebagai berikut :
r
hitung = n (∑X) – (∑X) (∑Y)

√ n(∑X2) – (∑X)2 . n(∑Y2) – (∑Y)2

Keterangan : (Sudijono, 2015 : 206)

n = Jumlah responden

x = Skor variabel (jawaban responden)

y = Skor total dari variabel (jawaban responden)

Jika instrumen tersebut valid ataupun tidak valid dapat dilihat melalui
korelasi antara skor butir beserta dan skor keseluruhan. Sehingga pada kebutuhan

36
ini ada beberapa koefisien korelasi yang perlu di cari. Jika nilai yang sudah
dikorelasi lebih rendah dari 0, 30 maka bisa disimpulkan butir inrtumen itu tidak
valid (Sugiyono, 2015 : 178).

3.7 Teknik Analisis Data

3.7.1 Uji Normalitas Data


Uji nomalitas data digunakan untuk mengetahui apakah suatu variabel
dalam penelitian normal atau tidak. Normal maksudnya disini adalah memiliki
suatu nilai distribusi yang normal, yang dalam hal ini memiliki langkah-langkah
pembuatan distribusi normal sebagai berikut :
a. urutkan data dari terkecil sanpai terbesar
b. hitung jarak atau rentangan (R)
dengan rumus :
R = data tertinggi – data terendah
c. hitung jumlah kelas (K) dengan Sturges :
dengan rumus :
jumlah kelas (K) = 1 + 3,3 log n
n = jumlah data
d. hitung panjang kelas interval (P)
dengan rumus :
P= rentangan (R)
jumlah kelas (K) (Riduwan, 2010 : 188)
e. menghitung rata-rata dari masing-masing kelompok data
dengan rumus :
X =∑ fi xi
∑fi
keterangan :
X = nilai rata-rata
fi = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas interval
xi = tanda kelas interval (Sedarmayanti, 2011 : 186)
f. menghitung Modus

37
dengan rumus :
Mo = Bb + P ( F1 )
(F1 + F2) (Sedarmayanti, 2011 : 186)
keterangan :
Mo = nilai modus
Bb = batas bawah kelas yang mengandung nilai modus
P = panjang kelas nilai modus
F1 = selisih antara frekuensi modus (f) dengan frekuensi sebelumnya (fsb)
f2 = selisih antara frekuensi modus (f) dengan frekuensi sesudahnya (fsd)
g. menentukan Standar Deviasi (simpangan baku)
dengan rumus :
S2 = n ∑ fi xi - ( ∑ fi xi )2
n(n–1)
keterangan :
S2 = varian sampel
S = simpangan baku sampel
n = jumlah sampel
fi = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas interval
xi = tanda kelas interval (Riduwan, 2010 : 188)
h. menguji kenormalan data dengan kemiringan
dengan rumus :
Km = X – Mo
S
keterangan :
Km = kemiringan kurva
X = nilai rata-rata
Mo = modus
S = standar deviasi / simpangan baku
Data dikatakan normal jika Km antara -1 dan +1 (Siregar, 2017 : 45)

38
3.7.2 Uji Homogenitas Data
Dalam penelitian uji homogenitas data digunakan untuk membuktikan
kesamaan varians kelas eksperimen dan kelas kontrol, karena uji homogenitas ini
sendiri merupakan uji prasyarat analisis untuk melakukan uji hipotesis. Yang
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. mencari varians gabungan
dengan rumus :

S2 = ( ∑ db si2)
∑ db

mencari harga satuan B

dengan rumus :

B = ( Log S2gabungan) ∑db

2. Uji Bartlett menggunakan statistik Chi Kuadrat :


dengan rumus :
X2 = (1n 10) (B - ∑ db ( log S2)

Tabel Penolong uji Homogenitas dengan menggunakan Tes Barlet, adalah


sebagai berikut :

Sample Db S2 Log S2 db Log S2 db (S2)


1 n1 S12 Log S12 (n1-1) log S12 (n1 – 1) S12
2 n2 S22 Log S22 (n2-1) log S22 (n2 – 1) S22
Jumlah
(Riduwan, 2013 : 185)

1n 10 = 2, 3026, disebut logaritma asli dari bilangan. Dengan taraf nyata


(a) = 0,05 dan peluang (1-a), dk = (k-1), sampel yang berasal dari populasi dapat
dikatakan homogen jika X2 hitung < X2 tabel.

39
3.8 Uji Hipotesis Data
Dalam penelitian ini teknik analisa yang akan digunakan adalah uji (t).
Dengan rumus sebagai berikut:

t= X1 - X2

S
√ 1 1
+
n1 n2
Dengan :

S2 = (n1 -1) S12 + (n2 – 1) S22


n1 + n2 - 2
Keterangan :
t = harga t yang dicari
X1 = rata-rata hasil belajar kelas eksperimen
X2 = rata-rata hasil belajar kelas kontrol
n1 = jumlah sampel di kelas eksperimen
n2 = jumlah sampel di kelas kontrol
S12 = varian kelas eksperimen
S22 = varian kelas kontrol (Sugiyono, 2017 : 273)
Dengan demikian, kriteria pengujian adalah menerima Ho jika thitung < ttabel,
dan menolak Ho jika thitung > ttabel (1 – a) yang dimana t tabel (1 – a) adalah t yang terdapat
dari tabel distribusi t dengan dk = (n1 + n2 – 2) dan peluang (1 – a). Akan tetapi,
apabila t tabel (1 – a) tidak terdapat dalam tebel distribusi t, maka sebagaimana dalam
metode statistika harga t harus ditentukan besarnya dengan menggunakan rumus
interpolasi yaitu :
120 – (dk) = t (0,95 x 120) – X
(dk) – 60 X – t (0,95 x 60)

3.9 Hipotesis Penelitian


Awalnya istilah hipotesis berasal dari bahasa Yunani yang mempunyai arti
dua kata ialah hupo dan thesis. Hupo artinya sementara, sedangkan Thesis artinya
pernyataan atau teori. Sehingga dapat diartikan bahwa hipotesis adalah jawaban
atau dugaan sementara yang harus diuji lagi kebenarannya. Dalam hipotesis ada

40
dua macam kemungkinan, yaitu hipotesis alternatif (Ha) dirumuskan dengan
kalimat positif, dan hipotesis nol (Ho) dirumuskan dengan kalimat negatif
(Riduwan, 2013 : 162). Jadi dalam hipotesis ini terdapat dua kemungkinan dugaan
benar dan salah, dengan melakukan penelitian ini apakah hipotesis yang diajukan
ini (diterima/Ha) atau sebaliknya ditolak (Ho).
Berdasarkan penjelasan tersebut maka Hipotesis dalam penelitian yang
akan dilakukan ini adalah sebagai berikut :
Ha1 : penerapan model pembelajaran Value Clarification Technique berpengaruh
terhadap afeksi peserta didik pada mata pelajaran sejarah kelas XI di SMA N 2
Indralaya Utara
Ho1 : penerapan model pembelajaran Value Clarification Technique tidak
berpengaruh terhadap afeksi peserta didik pada mata pelajaran sejarah kelas XI di
SMA N 2 Indralaya Utara

41
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini berjudul pengaruh model pembelajaran value clarification
technique (VCT) terhadap afeksi peserta didik di SMA N 2 Indralaya Utara. Yang
mana tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari
model value clarification technique terhadap afeksi peserta didik. Penelitian ini
dilaksanakan dari tanggal 11 Juli sampai tanggal 30 Juli 2019, dengan meteri
pesritiwa penting di Eropa. Penelitian ini dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan,
yang terdiri dari 3 kali pertemuan melakukan penelitian yaitu dengan
mengikutsertakan 3 orang mahasiswa sebagai tim observer, dan 1 kali
pertemuannya lagi dikhususkan untuk menanyakan ulang materi-materi yang
diberikan ketika penelitian sekaligus memberikan angket kepada peserta didik,
baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen.
Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai sampel adalah kelas XI, yang
diantaranya dua kelas, yaitu kelas XI IPS sebagai kelas eksperimen dengan jumlah
26 orang peserta didik. Dan kelas XI IPA sebagai kelas kontrol dengan jumlah 26
orang peserta didik juga. Dari kedua kelas tersebut jika digabungkan maka jumlah
keseluruhannya adalah sebanyak 52 orang peserta didik. Untuk memperoleh data,
disini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa lembar observasi
dan lembar angket. Lembar observasi digunakan tim observer untuk melihat sikap
peserta didik dalam proses belajar, sedangkan lembar angket diberikan peneliti
ketika pertemuan akhir penelitian. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah uji normalitas data, uji homogenitas data dan uji-t.

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1 Deskripsi Data Observasi


Dalam penelitian ini, setiap pertemuannya dilakukan observasi. Observasi
ini sendiri dilakukan tidak lain untuk mengetahui serta melihat afeksi peserta
didik dalam proses belajar sejarah dengan menggunakan model value clarification
technique (VCT). Pada kelas XI IPS sebagai kelas eksperimen peneliti

42
menggunakan model pembelajaran value clarification technique (VCT),
sedangkan untuk kelas XI IPA peneliti menggunakan model pembelajaran
examples non examples serta word square.

4.2.2 Analisis Data Hasil Observasi


4.2.2.1 Hasil observasi yang didapat oleh peneliti selama melakukan penelitian di
SMA N 2 indralaya Utara dengan proses belajar menggunakan model
pembelajaran value clarification technique (VCT) dengan menerapkan yang tidak
lain tujuannya untuk membentuk rasa keingintahuan lebih yang menunjukkan
sikap atau penilaian diri terhadap proses pembelajaran yang berlangsung.
Kegiatan observasi ini dilakukan baik dikelas eksperimen maupun di kelas
kontrol, yang dalam hal ini sudah meliliki komponen indikator penilaian masing-
masing.
Berikut ini akan disajikan tabel indikator model value clarification
technique dalam proses pembelajaran, ialah sebagai berikut :
No Indikator P1 % P2 % P3 %
1. Stimulasi 7 27% 9 35% 8 31%
2. Problem statement, & Data 13 50% 10 38% 6 23%
collection
3. Data procesing,Verification, 6 23% 7 27% 12 46%
& Generalization
∑ 26 100% 26 100% 26 100%
Sumber : Data Primer, tahun 2019
Dari tabel diatas menyatakan bahwa setiap tahap pada indikator model
pembelajaran value clarification technique yang sudah ditentukan seperti tahap
stimulasi yang artinya kemampuan peserta didik dalam mengajukan pertanyaan,
selanjutnya problem statement, & data collection ialah kemampuan peserta didik
mengumpulkan informasi serta data procesing, verification, & generalization
ialah kemampuan peserta didik dalam mengelola menarik kesimpulan ini
memiliki jumlah presentase-presentase yang beragam dan mengalami perubahan
yang naik turun untuk setiap pertemuan selama proses pembelajaran dilaksanakan.

43
Sedangkan berikut ini adalah hitungan rekapitulasi lembar afeksi peserta
didik, baik dari pertemuan pertama hingga ke pertemuan ketiga, yaitu sebagai
berikut :
Tabel Rekapitulasi Lembar Observasi
Pertemuan ke-1
Skor yang diperoleh Frekuensi (f) Persentase (%) Kategori

82 – 100 0 0% Sangat baik


63 – 81 6 23 % Baik
44 – 62 18 69 % Cukup baik
25 – 43 2 8% Tidak baik
Jumlah 26 100 % -
Sumber : Data primer, tahun 2019
Berdasarkan data dari hasil rekapitulasi perhitungan lembar observasi
afeksi belajar pada pertemuan pertama peserta didik yang terdapat dalam tabel
diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut ini, diperoleh data peserta didik dengan
kategori sangat baik berfrekuansi 0 atau tidak ada sama sekali. Sedangkan data
peserta didik dengan kategori baik berfrekuensi 6 orang dengan jumlah persentase
sebanyak 23%. Selanjutnya untuk data peserta didik dengan kategori cukup baik
memiliki frekuensi 18 orang dengan jumlah persentase 69 %. Kemudian untuk
data peserta didik dengan kategori tidak baik berfrekuensi sebanyak 2 orang
dengan jumlah persentase 8 %.
Tabel Rekapitulasi Lembar Observasi
Pertemuan ke-2
Skor yang diperoleh Frekuensi (f) Persentase (%) Kategori

82 – 100 0 0% Sangat baik


63 – 81 9 35 % Baik
44 – 62 17 65 % Cukup baik
25 – 43 0 0% Tidak baik
Jumlah 26 100 % -
Sumber : Data primer, tahun 2019

44
Berdasarkan data hasil rekapitulasi perhitungan lembar observasi afeksi
belajar pada pertemuan kedua pada tabel diatas dapat dijelaskan bahwa, diperoleh
data peserta didik dengan kategori sangat baik tidak ada atau dengan persentase 0
%. Sedangkan data peserta didik dengan kategori baik berfrekuensi sebanyak 9
orang dengan jumlah persentase 35 %. Sedangkan data peserta didik dengan
kategori cukup baik memperoleh frekuensi 17 orang dengan jumlah persentase
sebanyak 65 %. Dan untuk data peserta didik dengan kategori tidak baik pada
pertemuan kedua ini berpersentase 0% atau bisa dikatakan tidak ada yang
termasuk dalam kategori tersebut.
Tabel Rekapitulasi Lembar Observasi
Pertemuan ke-3
Skor yang diperoleh Frekuensi (f) Persentase (%) Kategori

82 – 100 0 0% Sangat baik


63 – 81 15 58 % Baik
44 – 62 11 42 % Cukup baik
25 – 43 0 0% Tidak baik
Jumlah 26 100 % -
Sumber : Data primer, tahun 2019
Berdasarkan hasil rekapitulasi lembar observasi afeksi belajar pada
pertemuan ke ketiga pada tabel diatas diperoleh data peserta didik dengan kategori
sangat baik berfrekuensi 0. Sedangkan data peserta didik dengan kategori baik
berfrekuensi 15 orang dengan jumlah persentase 58 %. Selanjutnya data peserta
didik dengan kategori cukup baik memiliki frekuensi 11 orang dengan jumlah
persentase sebanyak 42 %. Dan untuk data peserta didik dengan kategori tidak
baik memiliki frekuensi 0 dan tentunya dengan jumlah persentase 0 %.

45
Tabel Rekapitulasi Gabungan Lembar Observasi
Skor yang Pertemuan
di peroleh P.1 % P.2 % P.3 % Kategori
82 – 100 - - - - - - Sangat baik
63 – 81 6 23 % 9 35 % 15 58 % Baik
44 – 62 18 69 % 17 65 % 11 42 % Cukup baik
25 – 43 2 8% - - - - Tidak baik
Jumlah 26 100 % 26 100 % 26 100 % -
Sumber : Data primer, tahun 2019
Dari semua hasil data yang telah diperoleh dan diolah melalui observasi
yang dilakukan pada tiap kali pertemuan dalam proses belajar, terlihat sekali
bahwa dapat dikatakan bahwa terdapat perubahan yang turun naik dalam setiap
pertemuannya, baik peserta didik dengan kategori baik, cukup baik dan tidak baik,
Sebagaimana terlihat pada tabel di atas.

4.3 Deskripsi Data Angket


Guna angket disini adalah untuk memperjelas lagi dari item-item yang
sudah ditentukan peneliti dalam penilaian proses belajar dengan menggunakan
model pembelajaran value clarification technique ini sendiri. Yang dimana jumlah
item angket ialah sebanyak 20 butir, yang dalam hal ini telah dibedakan antar
masing-masing indikator penilaian terhadap afeksi peserta didik, diantaranya 6
item untuk indikator disiplin, 6 item lagi bekerja keras, dan 8 item selanjutnya
untuk indikator bertanggung jawab dalam proses pembelajaran.

4.4 Analisis Data Hasil Angket


Berikut ini akan dipaparkan hasil dari angket afeksi belajar peserta didik
yang terdiri dari 3 indikator dan 20 deskriptor pada kelas eksperimen dalam
proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran value
clarification technique (VCT). Berdasarkan dari hasil angket yang telah diberikan
dan di jawab oleh responden yang terdiri dari 26 orang peserta didik didapatlah
persentase jawaban dari setiap indikator yang sudah ditentukan. Berikut ini akan

46
disajikan indikator pertama yaitu mengenai kedisiplinan peserta didik dalam
proses belajar, ialah sebagai berikut ini :
Tabel Rekapitulasi Lembar Angket Afeksi Peserta Didik
Dalam Indikator Disiplin Dalam Belajar
Indikator Frekuensi Jumlah
No & deskriptor SD D CD TD STD (n)
1. Selalu masuk tepat waktu 13 13 - - - 26
2. Selalu menjaga ketertiban
kelas 3 15 8 - - 26
3. Tidak keluar kelas sebelum
jam pelajaran berakhir 12 11 2 1 - 26
4. Tidak membuat catatan
kecil ketika UH maupun US 7 17 1 1 - 26
5. Selalu membawa buku
sumber belajar 14 12 - - - 26
6. Selalu siap ketika diberikan
perintah menyimpulkan
materi di akhir 8 12 6 - - 26

pembelajaran
∑f 57 80 17 2 0 156
Persentase 37% 51% 11% 1% 0% 100%
Sumber : Data Primer, tahun 2019
Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat beberapa pilihan jawaban yang
dipilih oleh responden pada indikator presentasenya sebanyak 37% SD, 51% D,
11% CD, 1% TD dan 0% STD.

47
Adapun diagram rekapitulasi lembar angket afeksi peserta didik dalam
indikator disiplin dalam belajar, sebagai berikut :
Diagram Rekapitulasi Lembar Angket Afeksi Peserta Didik

SD (37%)
D (51%)
CD (11%)
TD (1%)
STD (0%)

Sumber : Data primer, tahun 2019


Berdasarkan diagram tersebut dapat dijelaskan bahwa beberapa pilihan
jawaban yang dipilih oleh responden pada indikator presentasenya sebanyak 37%
SD, 51% D, 11% CD, 1% TD dan 0% STD.

Ket :
SD : Sangat disiplin
D : Disiplin
CD : Cukup disiplin
TD : Tidak disiplin
STD : Sangat tidak disiplin

48
Tabel Rekapitulasi Lembar Angket Afeksi Peserta Didik
Dalam Indikator Bekerja Keras
Indikator Frekuensi Jumlah
No & deskriptor SB B CB TB STB (n)
7. Aktif dalam proses 9 17 - - - 26
pembelajaran
8. Berani berntanya dan 9 13 4 - - 26
menjawab pertanyaan
9. Tidak pernah lupa
mengerjakan tugas rumah 5 10 5 4 2 26
yang diberikan guru
10. Percaya diri menyampaikan 12 12 2 - - 26
argumen
11. Memiliki semangat belajar 11 13 2 - - 25
yang tinggi
12. Tidak mudah putus asa dan 7 14 3 2 - 26
gampang menyerah
∑f 53 79 16 6 2 156

Persentase 34% 51% 10% 4% 1% 100%

Sumber : Data primer, tahun 2019


Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa yang dipilih oleh responden
mengenai indikator tanggung jawab peserta didik dalam prsses belajar dengan
kategori SB memiliki pesentase sebanyak 34%, B dengan jumlah 51%, CB 10%,
TB sebanyak 4% dan STB tidak memiliki presentase (1%).

49
Selanjutnya, berikut adalah diagram dari persentase lembar angket afeksi
peserta didik dalam kategori bekerja keras.
Diagram Lembar Angket Afeksi Peserta Didik

SB (34%)
B (51%)
CB (10%)
TB (4%)
STB (1%)

Sumber : Data primer, tahun 2019


Dari diagram tersebut ialah pilihan jawaban yang telah dipilih oleh
responden pada indikator mendapat presentase dengan jumlah 34% SB, 51% B,
10% CB, 4% TB dan 1% STB.

Ket : SB : Sangat baik


B : Baik
CB : Cukup baik
TB : Tidak baik
STB :Sangat tidak baik

50
Tabel Rekapitulasi Lembar Angket Afeksi Peserta Didik
Dalam Indikator Tanggung Jawab
No Indikator Frekuensi (f) Jumlah
& deskriptor SB B CB TB STB (n)
13. Mengakui dan meminta
atas kesalahan yang 8 2 3 4 9 26
dilakukan
14. Mematuhi peraturan 16 10 - - - 26
sekolah
15. Selalu atang tepat waktu 2 7 6 5 6 26
ketika jam pelajaran siang
16. Mempunyai semangat 14 9 3 - - 26
belajar yang tinggi
17. Membantu teman yang
sedang kesulitan dalam 5 13 8 - - 26
belajar
18. Melakukan tugas individu 10 13 3 - - 26
dengan baik
19. Mengumpulkan dan
mengerjakan tugas sesuai 10 12 4 - - 26
dengan waktu
20. Berani mengungkapkan
pendapat, saran dan 9 14 3 - - 26
komentar
∑f 74 80 30 9 15 208
Persentase 36% 39% 14% 4% 7% 100%
Sumber : Data primer, tahun 2019
Dari tabel diatas jawaban responden mengenai indikator tanggung jawab
dalam proses belajar dengan kategori SB memperoleh persentase sebanyak 36%,
sedangakan kategori B 39%, CB 14%, TB berjumlah 4%, dan STB sebanyak 7%.

51
Berikut ini adalah diagram persentase lembar angket afeksi peserta didik
dengan kategori bertanggung jawab.
Diagram Angket Afeksi Peserta Didik

SB (36%)
B (39%)
CB (14%)
TB (4%)
STB (7%)

Sumber : Data primer, tahun 2019


Dari diagram di atas dijelaskn bahwa pilihan jawaban yang dipilih oleh
responden pada indikator memperoleh presentase sebanyak 36% SB, 39% B, 14%
CB, 4% TB dan 7% STB.

Ket:

SB : Sangat baik

B : Baik

CB : Cukup baik

TB : Tidak baik

STB : sangat tidak baik

52
Berdasarkan hasil analisis dari semua data angket afeksi peserta didik
dapat dilihat dan disimpulkan perbandingan afeksi peserta didik antar indikator-
indikator pada diagram berikut ini :
Diagram Gabungan Angket Afeksi Peserta Didik

60

50

40

SB
30
B
CB
20 TB
STB

10

0
DISIPLIN
SERJA KERAS
TANGGUNG JAWAB

Sumber : Data primer, tahun 2019


Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa hasil skor presentase angket
yang tertinggi pada indikator disiplin terdapat pada kategori B (baik) yaitu
memperoleh persentase sebanyak 51%. Dan urutan kedua terdapat pada kategori
SB (sangat baik) yaitu 37%, selanjutnya urutan ketiga yaitu kategori CB (cukup
baik) dengan memperoleh presentase 11%, kemudian urutan keempat ialah
kategori TB (tidak baik) yaitu 1%, dan presentase terendah pada indiktar ini
terdapat pada STB (sangat tidak biak) karena memiliki presentase dengan jumlah
0%. Sedangkan dalam indikator kerja keras yang memiliki jumlah presentase
tertinggi terdapat pada kategori B (baik) juga, yaitu dengan jumlah 51%, kedua
yaitu dengan kategori SB dengan jumlah presentase 34%, ketiga yaitu kategori
CB memiliki presentase 10%, keempat ialah kategori TB 4%, dan terakhir STB
yaitu 1%. Kemudian untuk indikator yang terakhir yaitu bertanggung jawab yang

53
mendapat presentase tertinggi ialah dengan kategori B juga dengan jumlah 39%,
dan kedua pada kategori SB yaitu 39%, kemudian yang ketiga CB memiliki
presentase 14%, selanjutnya kategori TB 4%, dan terakhir kategori STB sejumlah
7%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan model value clarification technique (VCT) ini terdapat pengaruh
serta mampu memberi peningkatan pada setiap indikator penilaian afeksi yang
dengan mengukur tiap indikator yang sudah ditentukan yang menjadi tolak ukur
penilaiannya.

4.5. Uji Normalitas Data


Uji normalitas data ini dilakukan tidak lain untuk mengetahui apakah data-
data yang akan diolah telah terdistribusi normal atau tidak. Karena uji statistik
baru dapat dilanjutkan apabila data yang terdistribusi itu normal. Dengan terdapat
daftar distribusi frekuensi maka dapat ditentukan pula nilai rata-rata, modus, dan
simpangan baku. Kemudian jika semua hasil dari data-data tersebut maka
selanjutnya dapat dilanjutkan dengan mencari koefisien kemiringan kurva dengan
menggunakan rumus karl pearson, yaitu dengan kriteria pengujian sebagai
berikut: data dapat dikatakan terdistribusi normal apabila harga Km terletak antara
-1 sampai +1 (-1 < Km +1).

4.5.1 Uji Normalitas Data Angket Kelas Eksperimen


Skor angket kelas eksperimen sebagai berikut :
90 89 78 85 78 73 80 87 77 78
80 74 83 80 79 71 82 83 81 88
75 94 71 87 85 83
Penyesesaian :
1. Data urut
71 71 73 74 75 77 78 78 78 79
80 80 80 81 82 83 83 83 85 85
87 87 88 89 90 94
n = 26

54
2. Nilai tertinggi = 94
Nilai terendah = 71
3. Rentang data = Nilai tertinggi – nilai terendah
= 94 – 71
= 23
4. Jumlah kelas interval = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 26
= 1 + 3,3 (1,414)
= 1 + 4, 666
= 5, 666 ~ 6
5. Panjang kelas interval = Rentang : Jumlah kelas interval
= 23 : 6
= 3, 833 ~ 4
Tabel Distribusi frekuensi skor angket kelas eksperimen
Interval Fi Xi fi xi xi2 fi xi2
71 - 74 4 72,5 290 5256,25 21025
75 - 78 5 76,5 382,5 5852,25 29261,25
79 - 82 6 80, 5 483 6480,25 38881,5
83 - 86 5 84,5 422,5 7140,25 35701,25
87 - 90 5 88,5 442,5 7832,25 39161,25
91 - 94 1 92,5 92,5 8556,25 8556,25
Jumlah 26 495 2113 41117,5 172586,5
Sumber : Data primer, tahun 2019
Dari tabel diatas maka diperoleh data sebagai berikut ini :
Frekuensi nilai tes pada kelompok eksperimen (fi) berjumlah 26. Dengan
kelas eksperimen mendapat frekuensi sebanyak 4 peserta didik dengan nilai 71-
74, 5 peserta didik dengan nilai 75-78, 6 pesertaa didik dengan nilai 79-82, 5
peserta didik dengan nilai 83-86, 5 peserta didik dengan nilai 87-90, dan 1 peserta
didik dengan nilai 91-94. Sedangkan tanda kelas pada nilai kelas kelompok
eksperimen (xi) memiliki jumlah keseluruhan 495. Selanjutnya fixi ialah hasil dari
perkalian antara frekuensi dengan tanda kelas pada nilai yang keseluruhannya

55
berjumlah 2113. Selanjutnya xi2 ialah hasil kuadrat dari xi yaitu seluruhnya
berjumlah 41117,5. Dan untuk fixi2 merupakan hasil dari fi dengan xi2 yang
jumlah seluruhnya ialah 172586,5.
6. Nilai rata-rata
X = ∑fixi = 2113 = 81,26
∑fi 26
Jadi, diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen ialah 81,26
7. Modus (Mo), ini ialah nilai yang paling sering muncul
b = 78,5
b1 =6 – 5 = 1
b2 = 6 -5 = 1
Mo = b + p ( b1 )
( b1 + b2)
= 78,5 + 4 (1)
(1 + 1)
= 78,5 + 4 (1)
(2)
= 78,5 + 4 (0,5)
= 78,5 + 2
= 80,5
Jadi nilai Modus pada kelas eksperimen ini ialah 80,5
8. Standar deviasi/simpangan baku
S2 = n∑fixi2 – (∑fixi)2
n (n-1)
S2 = 26 (172586,5) – (2113)2
26 (26-1)
S2 = 4487249 – 4464769
26 (25)
S2 = 22480
650
S2 = 34,58

56
S1 = √34,58
S1 = 5,88
Jadi simpangan baku diperoleh dengan sejumlah nilai 5,88
9. Kemiringan kurva
Km = X – Mo Km = 81,26 – 80,5 = 0,76 = 0,12
S1 5,88 5,88
Jadi dari hitungan ini, maka dapat diketahui nilai Km sebesar 0,12 dan
nilai Km terletak antara (-1< 0,12 <+1), sehingga data kelas eksperimen dapat
ditanyakan terdistribusi normal.

4.5.2 Uji Normalitas Data Angket Kelas Kontrol


Skor angket kelas kontrol sebagai berikut :
78 71 71 67 69 82 82 76 85 83
82 76 63 84 64 76 73 85 82 86
84 82 76 86 71 75
Penyelesaian :
1. Data urut
63 64 67 69 71 71 71 73 75 76
76 76 76 78 82 82 82 82 82 83
84 84 85 85 86 86
n = 26
2. Nilai tertinggi = 86
Nilai terendah = 63
3. Rentang = Data tertinggi – data terendah
= 86 – 63
= 23
4. Jumlah kelas interval
= 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 26
= 1 + 3,3 (1,414)
= 1 + 4, 666

57
= 5,666 ~ 6
5. Panjang kelas interval =Rentang : jumlah kelas interval
= 23 : 6
= 3,833 ~4
Tabel Distribusi Frekuensi Skor Angket Kelas Kontrol
Interval f2 x2 f2x2 x22 f2x22
63 – 66 2 64,5 129 4160,25 8320,5
67 – 70 2 68,5 137 4692,25 9384,5
71 – 74 4 72,5 290 5256,25 21025
75 – 78 6 76,5 459 5852,25 35113,5
79 – 82 5 80,5 402,5 6480,25 32401,25
83 – 86 7 84,5 591,5 7140,25 49981,75
Jumlah 26 447 2009 33581,5 156226,5
Sumber : Data primer, tahun 2019
Dari tabel diatas maka diperoleh data sebagai berikut :
Frekuensi nilai tes pada kelompok kontrol (fi) berjumlah 26. Dengan kelas
eksperimen mendapat frekuensi sebanyak 2 peserta didik dengan nilai 63-66, 2
peserta didik dengan nilai 67-70, 4 pesertaa didik dengan nilai 71-74, 6 peserta
didik dengan nilai 75-78, 5 peserta didik dengan nilai 79-82, dan 7 peserta didik
dengan nilai 83-86. Sedangkan tanda kelas pada nilai kelas kelompok kontrol (xi)
memiliki jumlah keseluruhan 447. Selanjutnya fixi ialah hasil dari perkalian antara
frekuensi dengan tanda kelas pada nilai yang keseluruhannya berjumlah 2009.
Selanjutnya xi2 ialah hasil kuadrat dari xi yaitu seluruhnya berjumlah 33581,5.
Dan untuk fixi2 merupakan hasil dari fi dengan xi2 yang jumlah seluruhnya ialah
156226,5.
6. Nilai rata-rata
X = f2x2
∑f2
= 2009
26
= 77,26

58
Jadi nilai rata-rata pada hitungan ini adalah 77,26
7. Modus (Mo)
Mo : b = 82,5
b1 = 7 – 5 = 2
b2 = 7 – 0 = 7

Mo = b + p (b1)
(b1 + b2)

= 82,5 + 4 (2)
(2 + 7)
= 82,5 + 4 (2)
(9)
= 82,5 + 4 (0,22)
= 82,5 + 0,88
= 83,38
Jadi nilai Mo yang terdapat pada hitugan ini ialah 83,38
8. Standar deviasi/Simpangan baku
S2 = n ∑ f2x22 – (∑ f2 x2)2
n (n – 1)
S2 = 26 (156226,5) – (2009)2
26 (25 – 1)
S2 = 4061889 – 403081
26 (25)
S2 = 25808
650
S2 = 39, 70
S = √39, 70
S = 6,30
Jadi simpangan baku pada perhitungan ini adalah 6,30

59
9. Kemiringan kurva
Km = X - Mo
S
Km = 77, 26 – 83, 38
6, 30
Km = -6, 12
6,30
Km = -0, 97
Dari analisis perhitungan di atas maka diperolehlah nilai Km dengan
jumlah -0, 97. Sehingga nilai Km terletak antara -1 < -0, 97 < 1, maka data
tersebut dapat dikatakan terdistribusi normal.

4.6 Uji Homogenitas Data


Uji homogenitas ini dilakukan untuk melihat dan membuktikan kesamaan
antara varians kelas dalam membentuk sampel dengan menggunkan Uji Bartlett.
Tabel Penolong Uji Homogenitas Dengan Uji Bartlett
Kelompok Db S2 log S2 db log S2 db (S2)
1 25 34, 58 1, 538 38, 45 864, 5
2 25 39, 70 1, 598 39, 95 992, 5
Jumlah 50 74, 28 3, 136 78, 4 1857
Sumber : Data primer tahun 2019
Untuk melakukan pengujian sampel menggunakan Uji bartlett
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Varians gabungan dari sampel
S2 = ∑ db si2
∑db
= 1857
50
= 37, 14
2. Mencari nilai B
B = (log S2gabungan) ∑ db

60
B = (log 37, 14) (50)
B = (1, 57) (50)
B = 78, 5
3. X2 = (In10) (B- ∑ db (log S2)
= (2, 302) ( 78,5 – (78,4)
= (2,302) (0,1)
= 0, 230
Jadi uji homogenitas dalam sampel penelitian ini digunakan taraf (a)
adalah 0, 05 diperoleh X2tabel = 3, 841 dan Xhitung = 0, 230. Sehingga diperoleh
0,230 < 3, 841. Syarat homogenitas apabila X2hitung < X2tabel, sehingga dapat
disimpulkan data yang diambil homogen dengan 0, 230 < 3, 841.

4.7 Uji Hipotesis Data


Untuk melihat ada dan tidaknya pengaruh dari model pembelajaran value
clarification technique terhadap afeksi peserta didik maka rumus yang digunakan
dakam menguji hipotesis alah meggunakan rumus uji –t. Apabila data yang
dihitung sebelumnya telah teruji dan terdistribusi normal maka rumus selanjutnya
yang digunakan ialah sebagai berikut :
t = X1 – X2
√ S12 + S22
n1 n2
dengan : S2 = ( n1- 1) S1 + (n2 – 2) S2
n1 + n2 – 2
Dalam melakukan pengujian ini maka diambil nilai dari data-data yang
dihitung senelumnya, yaitu nilai rata-rata, simpangan baku serta jumlah peserta
didik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Yang terdapat pada tabel berikut
ini:

61
Tabel Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku
Eksperimen Kontrol
X1 = 81, 26 X2 = 77, 26
S1 = 5, 88 S2 = 6, 30
nI = 26 n2 = 26
Sumber : Data primer tahun 2019
S2 = ( n1 – 1) S1 + (n2 – 2) S2
n1 + n2 – 2

S2 = (26 – 1) (5,88) + (26- 2) (6,30)


26 + 26 – 2
S2 = (25) 5,88 + (24) 6,30
52 – 2
S2 = 147 + 151
50
S2 = 298
50
S2 = 5, 96
S = √5, 96
S = 2,44
Jadi dari perhitungan ini diperoleh nilai 2, 44. Dan selanjutnya cari thitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut ini :
t = X1 – X2


S 1
+
1
n1 n2
= 81, 26 - 77,26


2 , 44 1 1
+
26 26
= 4
2,44 (0,076)

62
= 4
0,18
= 22, 22
Jadi berdasarkan perhitungan diatas maka diperoleh harga ttabel = 1, 982
dengan taraf signifikan 0,05. Sehingga didapatkan hasil perhitungan skor angket
afeksi peserta didik berupa thitung > ttabel yaitu 22,22 > 1, 982. Dengan ini hipotesis
(Ho) ditolak yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh dari model
pembelajaran value clarification technique terhadap afeksi peserta didik pada
mata pelajaran sejarah di kelas XI SMA N 2 Indralaya Utara. Dan (Ha) yang
menyatakan ada pengaruh model pembelajaran value clarification technique
terhadap afeksi peserta didik pada mata pelajaran sejarah di kelas XI SMA N 2
Indralaya Utara diterima.

4.8 Pembahasan
Penelitian ini betujuan tidak lain untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran value clarification technique terhadap afeksi peserta didik pada
mata pelajaran sejarah di kelas XI SMA N 2 Indralaya Utara. Dimana model VCT
ini sendiri adalah model pembelajaran dengan pendekatan pendidikan nilai yang
dimana peserta didik itu dilatih untuk menemukan, mimilih, menganalisis,
memutuskan, serta mengambil sikap sendiri dari semua nilai-nilai yang berlaku
yang ingin mereka perjuangkan dan atau yang ingin mereka jalankan dikehidupan
sehari-harinya. Pembelajaran sejarah bagi peserta didik dapat dikatakan sangat
penting, Karena disini peserta didik diajak belajar menyadari nilai-nilai hidup
mana yang seharusnya diutamakan dan sekaligus diterpkan. Melalui pembahasan-
pembahasan pada masa lampau ini untuk diiplementasikandi masa yang akan
datang. Model VCT ini sendiri basa diterapkan pada pelajaran sejarah. Sesuai
pada umumnya pendidikan katakter menekankan pada keteladanan, penciptaan
lingkungan, dan pembiasaan yang melalui berbagai tugas keilmuan dan kegiatan
kondusif. VCT memiliki peranan penting dalam pendidikan di mana ia merujuk
pada upaya yang dilakukan oleh pendidik untuk membantu serta memfasilitasi
pengembangan nilai pada peserta didik sekolah menengah (Shiell, 2003 : 1533).

63
Sedangkan Penciptaan lingkungan kondusif tersebut dapat dilakukan melalui
berbagai variasi metode, yang mencakup : penugasan, pembiasaan, pelatihan,
pembelajaran, pengarahan dan keteladanan. Berbagai variasi metode tersebut
berpengaruh terhadap pembentukan karakter peserta didik (Mulyasa, 2014 : 8).
Berdasarkan mengamatan diketahui bahwa peneliti menggunakan dua
kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas XI IPS sebagai kelas eksperimen dan
kelas XI IPA nya sebagai kelas kontrol. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan
sebanyak 4 kali pertemuan, tetapi di pertemuan keempat itu hanyalah mengulas
ulang materi-materi sekaligus memberikan angket kepada semua peserta didik
yang menjadi sampel, baik kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penelitian ini
dilakukan dari tanggal 11 Juli sampai dengan 30 Juli. Materi pada penelitian ini
ialah tentang peristiwa penting di Eropa.
Pertemuan pertama mengenai peristiwa renaissance dan merkantilisme.
Sebelum proses pembelajaran berlangsung peneliti membuka dengan doa dan
menanyakan absen terlebih dahulu. Setelah itu barulah peneliti menyalakan
powerpoint yang sebelumnya proyektornya memang sudah disiapkan. Dan
kemudian memberikan lukisan Monalisa sebagai stimulus, kemudian barulah
menjelaskan sedikit mengenai materi yang akan dibahas. Selanjutnya, peneliti
membagi peserta didik menjadi 2 kelompok, kelompok pertama membahas
tentang renaissance dan kelompok kedua membahas merkantilisme. Kemudian
terjadilah diskusi, tanya jawab dan sebagainya. Pada pertemuan kedua yiatu
membahas tentang membahas tentang reformasi gereja dan aufklarung. Pada
pertemuan kedua ini peneliti untuk pendahuluan melakukan hal yang sama seperti
pertemuan pertama, tetapi pada kegiatan inti disini peneliti masih menjelaskan
materi sedikit mengenai materi yang akan dibahas, setelah itu peneliti
memberikan tugas yang menggunakan model word square. Dan peserta didik
mengerjakan dengan seksama. Selanjutnya pada pertemuan ketiga ini peneliti
hanya memonitor jalannya proses pembelajaran, selebihnya peserta didik yang
berperan aktif. Kemudian pertemuan keempat ini khusus pemberian angket
kepada peserta didik.

64
Pada setiap pertemuan setiap kegiatan belajarnya terdapat tiga orang tim
observer yang bertugas untuk melakukan penilaian-penilaian terhadap peserta
didik dengan alat ukur penilaian yang sudah ditentukan, antara lain lembar
observasi dan lembar angket afeksi peserta didik. Ketika proses pembelajaran
berlangsung tim observer mengisi lembar observasi untuk menilai sikap peserta
didik, sedangkan setiap peserta didik baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol
mengisi lembar angket pada pertemuan terakhir. Adapun sikap yang dinilai terdiri
dari tiga indikator, yaitu disiplin, kerja keras dan tangung jawab. Dan untuk
lembar angket yang diberikan kepada peserta didik terdiri dari tiga indikator dan
20 deskriptor.
Setelah memperoleh data hasil lembar observasi maupun angket afeksi
peserta didik, selanjutnya peneliti melakukan analisis data. Sebelumnya terlebih
dahulu akan menjelaskan mengenai indikator dari model pembelajaran VCT ini
sendiri dengan dikaitkan dengan kondisi di lapangan ialah sebagai berikut, yang
pertama indikator stimulasi atau pemberian rangsangan atau orientasi ini ialah
kemampuan peserta didik dalam mengajukan pertanyaan, yang memiliki jumlah
persentase dari pertemuan pertama hingga pertemuan terakhir berturut-turut
pertemuan pertama27 %, pertemuan kedua 35% dan pertemuan ketiga 31%.
Dalam pernyataan ini peserta didik SMA Negeri 2 Indralaya Utara khususnya di
kelas yang digunakan peneliti melakukan penelitian dilihat dari pertemuan ke
pertemuan selanjutnya dapat dikatakan aktif. Karena setiap pembelajaran akan
dimulai peneliti selalu memberikan stimulus berupa foto ataupun video, sehingga
dapat memunculkan pertanyaan-pertanyaan dari peserta didik.
Kemudian indikator problem statement, & data collection adalah
kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi masalah serta kemampuan
peserta didik dalam mengumpulkan informasi. yang memiliki jumlah persentase
pada pertemuan pertama 50%, pertemuan kedua 38% dan pertemuan ketiga 23%.
Dalam pernyataan ini peserta didik pada pertemuan pertama masih terpaku pada
sumber yang sudah disiapkan peneliti, akan tetapi pada pertemuan selanjutnya
peserta didik berinisiatif mencari sumber-sumber lain dengan menanyakan apakah
diperbolehkan atau tidak mereka membuka situs internet dan lain sebagainya.

65
Selanjutnya data procesing, verification, & generalization ialah kemampuan
peserta didik dalam mengelola data untuk mendapatkan alternatif jawaban, serta
kemampuan peserta didik dalam menarik kesimpulan. Yang dalam hal ini
memperoleh data persentase pada pertemuan pertama 23%, kemudian pertemuan
kedua 27%, dan terakhir 46%. Dimana peserta didik dapat dikatakan ada beberapa
yang sesuai dengan keinginan peneliti, maksudnya ialah tidak keseluruhan peserta
didik aktif dalam mengelola data dan menarik kesimpulan pada akhir
pembelajaran. Dalam setiap pertemuan ada beberapa yang berani menyampaikan
pendapat ataupun kesimpulan pembelajaran yang sedang berlangsung tersebut.
Akan tetapi, pada pertemuan keempat yaitu hanya difokuskan dengan
memberikan angket peneliti dengan sengaja menanyakan kembali apa saja materi-
materi yang sudah dibahas, dan disini antusias setiap peserta didik dapat dikatakan
aktif, karena mereka dapat menyebutkan bahkan menjelaskan pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan oleh peneliti, yang dengan hal ini sesuai dalam teori
behavioristik serta teori belajar kognitif yang lebih menekankan pada
perkembangan berfikir peserta didik, karena semakin peserta didik diberikan
penguatan dalam belajar, maka mereka akan semakin menunjukkan tingkah laku
yang sesuai dengan informasi yang didapatkan, dimana tingkah laku ini
merupakan wujud dari capaian atau hasil belajar tersebut. Dengan demikian model
pembelajaran VCT ini mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
penilaian afeksi peserta didik khususnya di SMA Negeri 2 Indralaya Utara.
Hasil dari rekapitulasi nilai dari lembar observasi dan angket afeksi peserta
didik akan dijelaskan berikut ini. Diantaranya berdasarkan data dari hasil
rekapitulasi perhitungan lembar observasi afeksi belajar pada pertemuan pertama
diperoleh data peserta didik dengan kategori sangat baik berfrekuansi 0 atau tidak
ada sama sekali. Sedangkan data peserta didik dengan kategori baik berfrekuensi
6 orang dengan jumlah persentase sebanyak 23%. Selanjutnya untuk data peserta
didik dengan kategori cukup baik memiliki frekuensi 18 orang dengan jumlah
persentase 69 %. Kemudian untuk data peserta didik dengan kategori tidak baik
berfrekuensi sebanyak 2 orang dengan jumlah persentase 8 %.

66
Sedangkan berdasarkan data hasil rekapitulasi perhitungan lembar
observasi afeksi belajar pada pertemuan kedua diperoleh data peserta didik
dengan kategori sangat baik tidak ada atau dengan persentase 0 %. Sedangkan
data peserta didik dengan kategori baik berfrekuensi sebanyak 9 orang dengan
jumlah persentase 35 %. Sedangkan data peserta didik dengan kategori cukup baik
memperoleh frekuensi 17 orang dengan jumlah persentase sebanyak 65 %. Dan
untuk data peserta didik dengan kategori tidak baik pada pertemuan kedua ini
berpersentase 0% atau bisa dikatakan tidak ada yang termasuk dalam kategori
tersebut.
Berdasarkan hasil rekapitulasi lembar observasi afeksi belajar pada
pertemuan ketiga diperoleh data peserta didik dengan kategori sangat baik
berfrekuensi 0. Sedangkan data peserta didik dengan kategori baik berfrekuensi 15
orang dengan jumlah persentase 58 %. Selanjutnya data peserta didik dengan
kategori cukup baik memiliki frekuensi 11 orang dengan jumlah persentase
sebanyak 42 %. Dan untuk data peserta didik dengan kategori tidak baik memiliki
frekuensi 0 dan tentunya dengan jumlah persentase 0 %. Dapat dikatakan bahwa
hasil dari analisis rekapitulasi lembar observasi antar pertemuan terdapat
perubahan yang naik turun dalam setiap kategorinya.
Selanjutnya hasil analisis angket peserta didik dapat disimpulkan bahwa
pada indikator disiplin yang dalam hal ini peserta didik menunjukkan perilaku
yang yang tertib dan patuh pada berbagai ketentuan serta peraturan yang sudah
ditentukan dalam proses pembelajaran. Seperti membiasakan masuk kelas mata
pelajaran tepat waktu, duduk pada tempat yang sudah disediakan dan lain
sebagainya. Dan hasil skor presentase angket yang tertinggi terdapat pada kategori
B (baik) yaitu memperoleh persentase sebanyak 51%. Dan urutan kedua terdapat
pada kategori SB (sangat baik) yaitu 37%, selanjutnya urutan ketiga yaitu kategori
CB (cukup baik) dengan memperoleh presentase 11%, kemudian urutan keempat
ialah kategori TB (tidak baik) yaitu 1%, dan presentase terendah pada indikator ini
terdapat pada STB (sangat tidak biak) karena memiliki presentase dengan jumlah
0%. Sedangkan dalam indikator kerja keras yang dalam hal ini peserta didik
menunjukkan upaya yang sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai tugas yang

67
diberikan dan berupaya menyelesaikan dengan sebaik-baiknya dan aktif bertanya
dalam proses pembelajaran, tidak hanya berfokus pada sumber yang diberikan,
dan jumlah presentase tertinggi terdapat pada kategori B (baik) juga, yaitu dengan
jumlah 51%, kedua yaitu dengan kategori SB dengan jumlah presentase 34%,
ketiga yaitu kategori CB memiliki presentase 10%, keempat ialah kategori TB
4%, dan terakhir STB yaitu 1%. Kemudian untuk indikator yang terakhir yaitu
bertanggung jawab ialah sikap dan perilaku setiap peserta didik untuk
mengerjakan tugas dan kewajiban yang seharusnya dilakukan, seperti
menyelesaikan tugas tepat pada waktu yang sudah ditetapkan dan tidak
melakukan kecurangan dalam mengerjakannya. mendapat presentase tertinggi
ialah dengan kategori B juga dengan jumlah 39%, dan kedua pada kategori SB
yaitu 39%, kemudian yang ketiga CB memiliki presentase 14%, selanjutnya
kategori TB 4%, dan terakhir kategori STB sejumlah 7%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model
value clarification technique (VCT) ini terdapat pengaruh serta mampu memberi
peningkatan pada setiap indikator penilaian afeksi dengan mengukur tiap indikator
yang sudah ditentukan yang menjadi tolak ukur penilaian dalam pengamatan dan
penelitian ini.
Setelah itu masih terdapat uji normalitas data, yang tidak lain bertujuan
untuk melihat apakah data yang diperoleh itu terdistribusi normal atau tidak
sehingga dapat digunakan. Dari kelas eksperimen diperoleh nilai Km sebesar 0,12
dan kelas kontrol mendapat Km sebesar -0,97. Dan harga ini terletak diantara (-1)
sampai (+1), (-1< Km <+1) sehingga kelas eksperimen Km -1< 0,12<1 dan kelas
kontrol yaitu Km -1< -0,97 <1. Maka data tersebut dikatakan terdistribusi normal.
Selanjutnya yaitu melakukan uji homogenitas, dalam penelitian ini menggunakan
uji bartlett. Pada sampel penelitian ini digunakan taraf nyata (α ¿ 0,05 dan db n – 1
= 25. Dari data ini diperolehlah X2tabel = 3, 841 dan X2hitung = 0, 230. Maka data
yang diambil ini dapat dikatakan homogen, karena syarat dari homegenitas suatu
data apabila X2hitung < X2tabel, yaitu 0, 230 < 3, 481.
Selanjutnya setelah uji homogenitas, seterusnya masuk pada uji hipotesis
untuk menguji hipotesis data. Hal ini tidak lain untuk melihat apakah ada

68
pengaruh atau tidak dari penggunaan model pembelajaran value clarification
technique terhadap afeksi peserta didik. Dalam menguji hipotesis ini peneliti
menggunakan Uji-t dengan membandingkan thitung dan ttabel dengan taraf signifikan
(α ) = 0,05. Apabila thitung > ttabel, maka hipotesis (Ha) diterima, akan tetapi jika
thitung < ttabel maka hipotesis ditolak dan (Ho) diterima. Dan dalam hasil perhitungan
data diperoleh thitung = 22,22 dan ttabel = 1, 857. Dengan ini, dapat disimpulkan
hipotesis (Ho) ditolak yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh dari model
pembelajaran value clarification technique terhadap afeksi peserta didik pada
mata pelajaran sejarah kelas XI di SMA N 2 Indralaya Utara dan hipotesis (Ha)
menyatakan bahwa “ada pengaruh dari model pembelajaran value clarification
technique terhadap afeksi peserta didik pada mata pelajaran sejarah kelas XI di
SMA N 2 Indralaya Utara diterima. Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa
penerapan model pembelajaran value clarification technique dalam pembelajaran
sejarah di kelas eksperimen memberikan dampak yang baik, yaitu dengan
menumbuhkan sikap yang positif dan memicu kemauan dalam belajar. Dapat juga
dirasakan pada pertemuan terakhir kali penelitan, ketika ditanya ulang materi-
materi yang sudah dibahas baik dari pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga,
peserta didik sangat antusias dalam menjawabnya. Artinya penerapan model
pembelajaran VCT ini dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
penilaian afeksi peserta didik di SMA N 2 Indralaya Utara.

69
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran


value clarification technique (VCT) terhadap afeksi peserta didik pada mata
pelajaran sejarah kelas XI di SMA N 2 Indralaya Utara, dapat peneliti simpulkan
sebagai berikut ini :
1. penerapan model pembelajaran value clarification technique dapat
dikatakan memiliki pengaruh terhadap afeksi peserta didik, yang dalam hal
ini dapat dilihat ketika dalam proses pembelajaran. Karena peserta didik
dalam proses belajarnya menyimak secara seksama setiap tahap-tahap
yang diterapkan oleh pendidik. Belum banyak yang menggunakan model
pembelajaran ini, karena memang dapat dikatakan model ini hanya bisa
diterapkan pada mata pelajaran tertentu, seperti mata pelajaran sejarah dan
kewarganegaraan. Oleh karena itu dengan menggunakan model ini sangat
memudahkan sekali bagi pendidik dalam melakukan penilaian dan atau
pengawasan sikap peserta didik dalam proses pembelajaran berlangsung.
2. pengaruh dari model pembelajaran value clarification technique (VCT)
terhadap afeksi peserta didik pada mata pelajaran sejarah kelas XI di SMA
N 2 Indralaya Utara dapat dilihat dari hasil uji-t yang menyatakan bahwa
thitung lebih besar daripada ttabel ialah sebagai berikut ini (thitung = 22, 22 >
1, 875. Hal ini menyatakan bahwa model VCT ini membawa pengaruh
dalam proses pembelajaran sejarah.
3. dari persentase hasil skor angket menunjukkan bahwa kecenderungan
jawaban dari peserta didik dengan alternatif jawaban sangat setuju dan
setuju yang dalam hal ini berarti terdapat pengaruh dalam menggunakan
model VCT dalam pembelajaran sejarah.

70
5.2 Saran
Dari hasil analisis dan kesimpulan mengenai pengaruh model
pembelajaran value clarification technique (VCT) terhadap afeksi peserta didik
pada mata pelajaran sejarah kelas XI di SMA N 2 Indralaya Utara, maka dengan
ini peneliti memberikan saran sebagai berikut ini :
1. bagi peserta didik. Hendaknya setiap peserta didik khususnya untuk mata
pelajaran sejarah dapat berperan lebih aktif lagi dan diharapkan peserta
didik mempunyai motivasi untuk belajar lebih aktif, kemudian belajar mau
mengemukakan pendapat, baik di dalam lingkungan sekolah, di luar
sekolah.
2. bagi guru. Hendaknya penggunaan model pembelajaran VCT ini dapat
dijadikan sebagai alternatif pada pembelajaran sejarah untuk menambah
variasi belajar di kelas agar belajar terasa menyenangkan.
3. bagi peneliti. Khususnya untuk mahasiswa pendidikan sejarah diharapkan
dapat mengembangkan penelitian ini lebih lanjut lagi, dengan indikator-
indikator penilaian yang tentunya berbeda dengan yang telah diteliti dalam
penelitian ini.

71
DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, Sutarjo. 2012. Pembelajaran Nilai Karakter Konstruktivisme dan VCT


Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada

Ahmad, Norsidah; Kamarudin, Mohd Khairy; Jasmi, Azmi Kamarul. 2017. The
Concept of Teachers Personality in Shaping Students Characters in
Research Journal of Education. 3 (11), 157-163. ISSN: 2413-0540

Alamsyah, Mashudi. 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas


Indraprasta PGRI

Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Bumi


Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Bumi


Aksara

Basir, Djahir. 2017. Pengantar Metode Penelitian Pendidikan. Palembang : UPT


Penerbit & Percatakan Unsri

Bidjari. Azam Farah. 2011. Attitude and Social Representation. Faculty of


Education and Psychology, Alzahra University, Iran.
Doi:10.1016/j.sbspro.2011.10.309

Daryanto. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Renika Cipta

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003


Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Biro Hukum dan
Organisasi Depdiknas

Dimyanti & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Renika Cipta

Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta


: Rajawali Pers

72
Fahyuni, Eni Fariyatul. 2017. The use of value clarification technique-based-
picture story media as an alternative media to value education in primary
school. Harmonia : Journal of Arts Research and Education. DOI:
10.15294/harmonia.v17i1.746

Fitriani, Vety. 2016. Penerapan Model VCT (Value Clarification Technique)


Dengan Menggunakan Media Cerita Daerah Dalam Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Meningkatkan Karakter Peserta
Didik. JPIS, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol. 25, No. 1.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara

Hasan, Said Hamid. 2010. Pengembangan Pendidikan Nudaya Dan Karakter


Bangsa. Jakarta

Haris, Fairizah. Penerapan Model Pembelajaran VCT (Value Clarification


Technique) Untuk Meningkatkan Kesadaran Nilai Menghargai Jasa
Pahlawan Pada Siswa Sekolah Dasar. JPGSD Volume 01 Nomor 02
Tahun 2013, 0-216

Jain, Vishal. 2014. 3D Model Of Attitude (International Journal of Advanced


Research in Managemennt and Social Sciences. Vol. 3 No. 3

Jihad, Asep & Haris, Abdul. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi
Pressindo

K.Altmann, Tanya. 2008. Attitude : A Concept Analysis. Journal Compilation


Wiley Periodical, Inc

Khanifatul. 2013. Pembelajaran Inovatif (Strategi Mengelola Kelas Secara Efektif


dan Menyenangkan. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media

Kurniawan, Asep. 2018. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung : PT.


Remaja Rosdakarya

Lisievici, Petru. 2016. Teachers Assessing The Effectiveness Of Values


Clarification Techniques In Moral Education. Doi:
10.1016/j.sbspro.2016.02.111

73
Margono. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta

Mawardi. Keefektifan Model Pembelajaran Value Clarification Technique Dalam


Mengembangkan Sikap Siswa. Satya Widya, Vol. 32, No.2. Desember
2016: 103 - 116

Mulyasa. 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013.


Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Najmi, Ranti. 2012. Pembelajaran Sejarah (Permasalahan dan Solusinya).


Volume 1, Nomor 1, 2012

Nurbudiyani, Iin. Pelaksanaan Pengukuran Ranah Kognitif, Afektif, Dan


Psikomotor Pada Mata Pelajaran Ips Kelas Iii Sd Muhammadiyah
Palangkaraya. Anterior Jurnal, Volume 13 Nomor 1, Desember 2013, Hal
88 – 93

Nurdyansyah. 2016. Inovasi Model Pembelajaran Sesuai Kurikulum 2013.


Sidoarjo : Nizamia Learning Center

Oktamianti, Rista. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Value Clarification


Technique Teknik Reportase (Liputan) Terhadap Keaktifan Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas XI SMA Negeri 10 Palembang.

Sue D, Pendell. Affection in Interpersonal Relationships : Not Just “A Fond


or Tender Feeling”, Annals of the International Communication
Association, 26:1, 67-110, DOI: 10.1080/23808985.2002.11679011

Pickens PhD, Jeffrey. Attitudes and Perceptions. 47688_CH03_043_076.qxd


3/9/05

Purnamasari, Ratih. 2013. Pengaruh Metode Partisipatif Terhadap Motivasi


Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di Kelas XI IPS Belitang

Riduwan. 2013. Dasar-dasar Statistik. Bandung : Alfabeta

Riduwan. 2016. Dasar-dasar Statistik. Bandung : Alfabeta

74
Riduwan. 2005. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung :
Alfabeta

Riduwan. 2010. Metode dan teknik membuat tesis. Bandung : Alfabeta

Risvanelli. 2017. Peningkatan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa Kelas V


Menggunakan Pendekatan VCT pada Pembelajaran PKN di SDN 24
Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman. Volume 3, Nomor 2, 2017.
JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia)

Roby, MF. 2013. Pemenuhan Kebutuhan Afeksi. http://etheses.uin-


malang.ac.id/1718/5/07410077

Rusman. 2013. Model-model Pembelajaran Revisi Kedua. Jakarta : Rajawali Pers

Sair, Alian & Irwanto, Dedi. 2014. Metodologi dan Historiografi Sejarah.
Yogyakarta : Eja Publisher

Schwarz, Norbert. 2007. Attitude Construction, Evaluation and Context.


University of Michigan Social Cognition Vol.25 No.5

Sedarmayanti. 2011. Metodologi Penelitan. Bandung : CV. Mandar Maju

Shiell, Alan. Reliability of health utility measures and a test of values


clarification. Social Science & Medicine 56 (2003) 1531–1541

Siregar, Syofian. 2017. Statistika Terapan untuk Perguruan Tinggi. Jakarta :


Kencana

Suardi, Moh. 2012. Pengantar Pendidikan Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT.
Indeks

Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja


Grafindo

Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers

Sudijono, Anas. 2014. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :


Alfabeta

75
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :


Alfabeta

Suryani, Nunuk. 2013. Pengembangan Model Internalisasi Nilai Karakter dalam


Pembelajara Sejarah Melalui Model Value Clarification Technique.
Surakarta. Paramita Vol. 23 No.2

Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta : Rajawali Pers

Taniredja, Tukiran Dkk. 2015. Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif.


Bandung : Alfabeta

Qomari, Rohmad. Pengembangan Instrumen Evaluasi Domain Afektif.


Insania, Vol. 13 No. 1 Januari April 2008 (87-109)

Widi, Restu Kartiko. 2010. Asas Metodologi Penelitian (Sebuah Pengenalan dan
Penuntun Langkah Demi Langkah Pelaksanaan Penelitian).Yogyakarta :
Graha Ilmu

76
Lampiran 1 : Surat Keterangan Usul Judul Skripsi

77
Lampiran 2 : Surat Keterangan Persetujuan Seminar Proposal

78
Lampiran 3 : Surat Pernyataan Perbaikan Seminar Proposal

79
Lampiran 4 : Halaman Pengesahan Seminar Proposal

80
Lampiran 5 : Persetujuan Seminar Hasil Penelitian

81
Lampiran 6. Surat Pernyataan Perbaikan Seminar Hasil Penelitian

82
Lampiran 7 : Tabel Perbaikan Seminar Hasil Penelitian

83
84
Lampiran 8 : Halaman Pengesahan Seminar Hasil Penelitian

85
Lampiran 9 : Halaman Persetujuan Sidang

86
Lampiran 10 : Tabel Perbaikan Skripsi

87
Lampiran 11 : Bukti Perbaikan Skripsi

88
Lampiran 12 : Izin Jilid Skripsi

89
Lampiran 13 : Surat Keterangan Penunjukkan Pembimbing

90
Lampiran 14 : Surat Keterangan Pembimbing

91
92
Lampiran 15 : Surat Keterangan Penelitian Fakultas

93
Lampiran 16 : Surat Keterangan Penelitian Dinas Pendidikan

94
Lampiran 17 : Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Sekolah

95
Lampiran 18 : Lembar Validasi RPP

96
97
98
Lampiran 19 : Lembar Validasi Angket

99
100
Lampiran 20 : Kartu Bimbingan Pembimbing 1

101
102
103
Lampiran 21 : Kartu bimbingan Pembimbing 2

104
105
106
Lampiran 22 : Daftar Pernyataan Lembar Observasi

LEMBAR OBSERVASI
RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

Sekolah :
Kelas :
Nama peserta didik :
Nama observer :

Petunjuk pengisian lembar Observasi sebagai berikut:


Untuk tim observer, Berikan penilaian terhadap lembar observasi ini dengan
memberikan ( √ ) pada kolom yang sudah disediakan, yaitu pada kolom angka
5 jika sangat baik, kolom angka 4 jika baik, kolom angka 3 jika cukup baik,
kolom angka 2 jika tidak baik serta kolom angka 1 jika sangat tidak baik.

Tujuan :
1. Merekam data berapa banyak peserta didik dalam suatu kelas aktif belajar
2. Merekam data kualitas afeksi belajar peserta didik

Skor
No Indikator penilaian 1 2 3 4 5

A Disiplin
1. Datang ke sekolah dan masuk kelas pada
waktunya.
2. Melaksanakan tugas-tugas kelas yang
menjadi tanggung jawabnya.

3. Duduk pada tempat yang telah ditetapkan.

4. Menaati peraturan sekolah dan kelas.

107
5. Berpakaian rapi dan Mematuhi aturan.
B Kerja keras
1. Mengerjakan semua tugas kelas dengan
sungguh- sungguh.
2. Mencari informasi dari sumber di luar buku
pelajaran.
3. Mengerjakan tugas-tugas dari guru pada
waktunya.
4. Fokus pada tugas-tugas yang diberikan guru
di kelas.
5. Mencatat dengan sungguh- sungguh sesuatu
yang dibaca, diamati, dan didengar untuk
kegiatan kelas.
C Tanggung jawab
1. Melakukan tugas individu dengan baik
2. Menjalankan amanat dengan penuh rasa
percaya diri
3. Menghindari kecurangan dalam
mengerjakan tugas
4. Membuat catetan setiap kegiatan yang
dilakukan baik dalam bentuk lisan
(menghapalkan) dan tertulis
5. Apabila melakukan kesalahan selalu
mengakui dan meminta maaf

108
Lampiran 23 : Daftar Pernyataan Angket Peserta Didik

LEMBAR ANGKET AFEKSI PESERTA DIDIK

Petunjuk
1. Bacalah pernyataan yang ada di dalam kolom dengan teliti
2. Berilah tanda (√) cek pada pernyataan yang sesuai dengan pilihan jawaban
kamu
Identitas
Nama :
Kelas :
Jenis kelamin :
Sekolah :
Keterangan
Berilah tanda (√) pada kolom yang sudah disediakan berikut ini, dan jawablah
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
SS : Sangat setuju
S : Setuju
RR : Ragu-ragu
TS : Tidak setuju
STS : Sangat tidak setuju
No Pernyataan SS S RR TS STS
1 Saya selalu masuk tepat waktu pada
mata pelajaran sejarah
2 Ketika guru tidak ada atau sedang
jam kosong, saya selalu menjaga
ketertiban kelas
3 Sebelum jam pelajaran berakhir saya
tidak akan keluar kelas
4 Ketika ujian ataupun ulangan saya
tidak menyontek dan membuat
catatan kecil
5 Saya selalu menjaga serta membawa
buku sumber yang digunakan ketika
belajar di dalam kelas.
6 Apabila saya ditunjuk oleh guru
untuk menjelaskan kedepan, saya
selalu mau melakukan perintah
tersebut
7 Apabila ada tugas kelompok dari
guru, saya selalu ikut andil dalam
mencari solusi serta memecahkan
masalah pada topik diskusi tersebut

109
8 Saya selalu bertanya apabila ada
materi yang belum saya mengerti
9 Saya pernah lupa dengan tugas rumah
yang diberikan oleh guru, sehingga
membuat saya menyontek dengan
teman sekelas dan
mengerjakannyapun di dalam kelas
10 Ketika sedang berdiskusi saya selalu
berusaha menjawab dan
menyampaikan argumen mengenai
materi yang sedang di bahas oleh
kelompok lain
11 Saya selalu belajar dengan tekun
ketika akan ada ulangan ataupun
ujian
12 Ketika nilai ulangan saya kecil, saya
akan segera menghubungi guru dan
meminta perbaikan atau minta
remidial
13 Apabila saya melakukan kesalahan,
maka saya tidak akan meminta maaf
karena malu sudah melakukan
kesalahan
14 Saya selalu memakai atribut sekolah
dengan lengkap dan rapi di setiap hari
15 Saya pernah datang tidak tepat waktu
ketika jam mata pelajaran sudah siang
16 Saya mengikuti mata pelajaran
sejarah di dalam kelas dengan penuh
semangat
17 Ababila ada teman yang belum
mengerti dengan materi yang
diajarkan oleh guru, saya selalu
membantu teman saya dengan
menjelaskannya kembali sesuai
materi yang di bahas
18 Saya mengerjakan tugas rumah dari
guru dengan sunguh-sunguh
19 Saya selalu mengerjakan tugas-tugas
dari guru dengan tepat waktu sesuai
dengan ketentuan
20 Saya selalu menyampaikan
argumentasi setiap kali melaksanakan
diskusi

110
Lampiran 24 : Daftar Nama Peserta Didik Kelas Eksperimen

Nama peserta didik kelas Eksperimen


No Nama JK
1 Abdulla eko saputra L
2 Ayu saputri P
3 Bagus prasetyo L
4 Bayu prayetno L
5 Dewi sri utami P
6 Desi indah lestari P
7 Dinda imelda P
8 Elya pustika P
9 Febry juli yansyah L
10 Fika andini mahafira P
11 Imelia lola putri P
12 Jalaluddin L
13 Meta afrilia P
14 Mita permata sari P
15 Muhammad dedek agustian L
16 Muhammad riski L
17 Mulyadi L
18 Nofiatun khasanah P
19 Nofita sari P
20 Rita zahara P
21 Rizky agustian L
22 Roni yansah L
23 Salsabilla P
24 Safta romadon L
25 Sinta permata sari P
26 Sri rahayu P

111
Lampiran 25 : Daftar Nama Peserta Didik Kelas Kontrol

Nama Peserta Didik Kelas Kontrol


No Nama JK
1 Abdurrahman Saputra L
2 Ari Setiawan L
3 Citra Pertiwi P
4 Dea Biqtaqwa Ilahi P
5 Della Oktarina P
6 Dinda Ayu Lestari P
7 Dosmariana Rumapea P
8 Dwi Putra Leksono L
9 Lili Herawati P
10 M. Tri Artha Wijaya L
11 Mardalina P
12 Mia Audina P
13 Mirna Juwita Wati P
14 Muhammad Adil L
15 Nuril Khotipa P
16 Parizal Irianto L
17 Parwiah P
18 Putri Indah Intan P.S P
19 Putri Dewi Ningsih P
20 Rahmatin Nurcahya Wulandari P
21 Rena Ulandari P
22 Ria Rahma Yanti P
23 Rio Muzar Herwan L
24 Robby Firli L
25 Selpi Julia Sari P
26 Tasya Lidya Sari P

112
Lampiran 26 : Lembar Observasi Penelitian Kelas Eksperimen

113
114
Lampiran 27 : Lembar Observasi Penelitian Kelas Kontrol

115
116
Lampiran 28 : Lembar Angket Penelitian Kelas Eksperimen

117
118
Lampiran 29 : Lembar Angket Penelitian Kelas Kontrol

119
120
Lampiran 30 : Skor Lembar Observasi Peserta Didik Kelas Ekperimen

Skor Observasi Peserta Didik Kelas Ekperimen


No Nama JK Kategori
1 Abdulla eko saputra L Cukup
2 Ayu saputri P Baik
3 Bagus prasetyo L Baik
4 Bayu prayetno L Cukup
5 Dewi sri utami P Baik
6 Desi indah lestari P Baik
7 Dinda imelda P Baik
8 Elya pustika P Cukup
9 Febry juli yansyah L Baik
10 Fika andini mahafira P Cukup
11 Imelia lola putri P Cukup
12 Jalaluddin L Cukup
13 Meta afrilia P Baik
14 Mita permata sari P Baik
15 Muhammad dedek agustian L Cukup
16 Muhammad riski L Baik
17 Mulyadi L Baik
18 Nofiatun khasanah P Cukup
19 Nofita sari P Baik
20 Rita zahara P Cukup
21 Rizky agustian L Baik
22 Roni yansah L Cukup
23 Salsabilla P Baik
24 Safta romadon L Baik
25 Sinta permata sari P Baik
26 Sri rahayu P Cukup

121
Lampiran 31 : Skor Lembar Observasi Peserta Didik Kelas Kontrol
Skor Observasi Peserta Didik Kelas Kontrol
No Nama JK Kategori
1 Abdurrahman Saputra L Cukup
2 Ari Setiawan L Cukup
3 Citra Pertiwi P Cukup
4 Dea Biqtaqwa Ilahi P Cukup
5 Della Oktarina P Cukup
6 Dinda Ayu Lestari P Baik
7 Dosmariana Rumapea P Baik
8 Dwi Putra Leksono L Cukup
9 Lili Herawati P Cukup
10 M. Tri Artha Wijaya L Cukup
11 Mardalina P Cukup
12 Mia Audina P Cukup
13 Mirna Juwita Wati P Baik
14 Muhammad Adil L Cukup
15 Nuril Khotipa P Cukup
16 Parizal Irianto L Cukup
17 Parwiah P Cukup
18 Putri Indah Intan P.S P Cukup
19 Putria Dewi Ningsih P Cukup
20 Rahmatin Nurcahya Wulandari P Cukup
21 Rena Ulandari P Cukup
22 Ria Rahma Yanti P Cukup
23 Rio Muzar Herwan L Cukup
24 Robby Firli L Cukup
25 Selpi Julia Sari P Tidak baik
26 Tasya Lidya Sari P Cukup

122
123
124
125
126
Lampiran 34 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

KD. 3.3

(RPP)

A. Identitas

Satuan Pendidikan : SMA

Mata Pelajaran : IPS

Kelas / Semester : XI

Materi Pokok : Peristiwa Penting di Eropa

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (1 kali pertemuan)

B. Kompetensi Inti (KI)

Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya, Menjalankan


perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan bertanggung jawab dalam
berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan
keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan
kawasan regional, Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik sederhana
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan
budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan terkait
fenomena dan kejadian tampak mata, serta Menunjukkan keterampilan menalar,
mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan
komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang dipelajari
di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.

127
C. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

No Kompetensi Indikator Pencapaian


Dasar Kompetensi
1 3.3 Menganalis pemikiran-pemikiran 3.3.1 Menganalisis peristiwa
yang melandasi peristiwa-peristiwa Renaissance dan Merkantilisme
penting di Eropa antara lain 3.3.2 Mendeskripsikan latar-
Renaissance, Merkantilisme, Re- belakang peristiwa Renaissance
formasi Gereja, Aufklarung, dan Merkantilisme
Revolusi Industri dan pengaruhnya 3.3.3 Menjelaskan tokoh-tokoh
bagi bangsa Indonesia serta bangsa peristiwa Renaissance dan
lain di dunia pada masa kini. Merkantilisme
3.3.4 Menjelaskan dampak
peristiwa Renaissance dan
Merkantilisme

D. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta didik mampu :

a. Menganalisis peristiwa Renaissance dan Merkantilisme


b. Mendeskripsikan latarbelakang Renaissance dan Merkantilisme
c. Menjelaskan tokoh-tokoh Renaissance dan Merkantilisme
d. Menjelaskan dampak dari Renaissanse dan Merkantilisme

E. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran pada RPP pertemuan ke-1 ini adalah mengenai


peristiwa penting di Eropa antara lain : Renaissance dan Merkantilisme

F. Metode Pembelajaran

Metode : Ceramah, pemberian tugas, dan tanya jawab

Pendekatan : Saintifik

Model : Value Clarification Technique (VCT)

128
G. Media dan Alat Pembelajaran

1. Media Pembelajaran
 Power point
 Lembar kerja peserta didik

2. Alat Pembelajaran
 Laptop
 Infokus
 Spidol
 Papan tulis

H. Sumber Belajar

 Buku Sejarah, Kelompok peminatan ilmu-ilmu sosial. Edisi Revisi 2016.


Untuk Siswa SMA/MA Kelas XI Kurikulum 2013. Jawa Barat :
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hal 77

I. Langkah-langkah Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu


1. Pendahuluan a. Memberikan salam dan berdoa
bersama (sebagai implementasi 10 Menit
nilai religius).
b. Mengabsen, mengondisikan kelas
dan pembiasaan (sebagai
implementasi nilai disiplin).
c. Memberi motivasi dan
menyampaikan tujuan
pembelajaran.
d. Peserta didik dapat menerima
informasi tentang topik dan tujuan
pembelajaran yang akan
berlangsung.

2. Inti a. (Pemberian rangsangan atau 60 Menit


stimulus)

129
1) Guru menampilkan power
point berupa gambar monalisa
2) Guru memancing peserta didik
dengan menanyakan “ada yang
tau lukisan tersebut?

b. (Identifikasi masalah)
3) Peserta didik dipersilahkan
untuk menanggapi tayangan yang
di tampilkan oleh guru
4) Setelah selasai memberikan
stimulus dan kemudian guru
langung menjelaskan sedikit
materi mengenai materi yang
akan di bahas, yaitu tantang
renaissance dan merkantilisme

c. (Mengumpul kan dan


Menganalisis Data)
5) Peserta didik di bagi menjadi 2
kelompok untuk berdiskusi
{komunikasi}
6) Guru menyediakan sumber
belajar dan membagikannya
7) peserta didik membaca
literatur / bahan ajar, dan peserta
didik mencari informasi {literasi}

d. (Asosiasi)
8) Guru meminta dan
membimbing peserta didik untuk
mendiskusikan mengenai
renaissance dan merkantilisme

9) Tim menilai kegiatan diskusi


yang sedang berlangsung

e. (Pembuktian)
9) Guru membimbing untuk
menyusun laporan hasil telaah
tentang materi pembelajaran
yang berlangsung

10) Peserta didik membuat hasil


dari diskusi mereka dan salah
satu memaparkan di depan kelas

130
11) Tim menilai penyampaian
hasil dari diskusi dengan melihat
perluasan materi atau tidak
terpaku pada bahan ajar yang
diberikan kemudian dihubungkan
dengan kehidupan sekarang

a. Guru memberikan konfirmasi


3. Penutup terhadap keseluruhan materi yang 20 Menit
di bahas pada kegiatan belajar
yang sedang berlangsung ini

b. Guru melakukan refleksi dengan


peserta didik atas proses
pembelajaran yang telah
berlangsung

c. Guru memberikan kesempatan


bertanya

d. Guru dan peserta didik menutup


pelajaran dengan berdoa bersama

J. Penilaian, Remidial dan Pengayaan


1. Sikap
Diisi untuk menilai sikap peserta didik dengan kriteria sebagai berikut :
1. Sangat baik
2. Baik
3. Cukup baik
4. Tidak baik

131
No Nama Sikap yang Diamati
Peserta Religius Santun Tanggung Peduli Jumlah Skor
Didik Jawab Akhir

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
dst
Dengan :

Religius
1) Mengakui kebesaran Tuhan dalam menciptakan alam semesta
2) Menjaga kelestarian alam, tidak merusak tanaman
3) Selalu bersyukur atas Anugerah dari Tuhan

Santun

1) Menghormati guru-guru dan pegawai sekolah yang lainnya


2) Saling menghormati sesama, terutama orang yang lebih tua
3) Menunjukkan sikap ramah, ceria dan bersahabat dengan semuanya

Tanggung Jawab

1) Melaksanakan setiap pekerjaan yang diamanahkan dengan baik dan benar


2) Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan baik
3) Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan di sekolah

Peduli

1) Membantu orang yang membutuhkan serta tidak melakukan aktivitas yang


mengganggu dan merugikan orang lain
2) Ingin tahu dan ingin membantu teman yang kesulitan dalam pembelajaran
3) Menujukkan kepedulian terhadap sesama teman
4) Menunjukkan perhatian terhadap kebersihan kelas dan lingkungan sekolah

Skor Akhir = Skor yang diperoleh


Skor maksimal x 100

132
2. Keterampilan
Lembar Penilaian Penyajian dan Laporan Hasil Telaah
Nama / Kelompok : ………….....
Kelas : ......................
Materi Pokok : Peristiwa penting di Eropa.

No Aspek Penialain Skor


1 2 3 4
1 Bertanya

2 Argumentasi dan Menanggapi

3 Isi laporan/tugas

skor

3. Pengetahuan

No Soal Jawaban
1 Jelaskan latarbelakang munculnya 25
renaissance ?
2 Jelaskan tokoh yang paling 25
berpengaruh dalam peristiwa
renaissance ?
3 Jelaskan tujuan merkantilisme ? 25
4 Jelaskan akibat dari kebijakan 25
merkantilisme ?

Pedoman Penskoran (rubrik)

No Aspek Penskoran
1 Menanya / Skor 4, apabila selalu menjawab/menanya
Menjawab Skor 3, apabila sering menjawab/menanya
Skor 2, apabila kadang-kadang
menjawab/menanya
Skor 1, apabila tidak pernah
menjawab/menanya.

133
2 Argumentasi Skor 4, apabila materi/jawaban benar, rasional,
dan jelas.
Skor 3, apabila materi/jawaban benar, rasional,
dan tidak jelas
Skor 2, apabila materi/jawaban benar, tidak
rasional, dan tidak jelas
Skor 1, apabila materi/jawaban tidak benar,
tidak rasional, dan tidak jelas
3 Isi laporan/tugas Skor 4, apabila isi laporan benar, rasional, dan
sistematika lengkap
Skor 3, apabila isi laporan benar, rasional, dan
sistematika tidak lengkap
Skor 2, apabila isi laporan benar, tidak rasional,
dan sistematika tidak lengkap
Skor 1, apabila isi laporan tidak benar, tidak
rasional, dan sistematika tidak lengkap
Skor akhir = skor diperoleh x4

skor maksimal

Remedial

Remedial dilaksanakan untuk siswa yang belum menguasai materi dan


belum memahami tentang Materi. Kegiatan remedial dilakukan dengan
mengulang materi pembelajaran apabila peserta didik yang sudah tuntas di bawah
75 %. Sedangkan apabila peserta didik yang sudah tuntas lebih dari 75 % maka
kegiatan remedial dapat dilakukan atara lain :

1. Memberikan penugasan kepada peserta didik yang belum tuntas


2. Memberikan kesempatan untuk tes perbaikan.

Perlu diperhatikan bahwa materi yang diulang atau dites kembali adalah
materi pokok atau keterampilan yang berdasarkan analisis belum dikuasai oleh
peserta didik. Kegiatan remedial bagi kompetensi sikap dilakukan dalam bentuk
pembinaan secara holistik, yang melibatkan guru bimbingan konseling dan orang
tua.

Pengayaan

Kegiatan pembelajaran pengayaan diberikan kepada siswa yang telah


menguasai materi dan secara pribadi sudah mampu memahami materi tentang
interaksi sosial dan lembaga sosial. Bentuk pengayaan dapat dilakukan dengan
cara antara lain :

134
1. Guru memberikan tugas untuk melakukan aktifitas sesuai tugas dalam
kolom pengayaan. Peserta didik dapat juga mempelajari lebih lanjut
tentang materi pokok dari berbagai sumber dan mencatat hal-hal penting.
Selanjutnya menyajikan dalam bentuk laporan tertulis atau membacakan di
depan kelas.
2. Peserta didik membantu peserta didik lain yang belum tuntas dengan
pembelajaran tutor sebaya.

Indralaya, 9 Mei 2019

135
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KD 3.3
(RPP)
A. Identitas
1. Satuan Pendidikan : SMAN 2 INDRALAYA UTARA
2. Mata Pelajaran : Sejarah Peminatan
3. Kelas/Semester : XI
4. Materi Pokok : Peristiwa Penting di Eropa
5. Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
6. Jumlah Pertemuan : 1 kali pertemuan

B. Kompetensi Inti (KI) : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang


dianutnya Menjalankan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan
proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan linkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. Mengolah, menalar,
menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya disekolah secara mandiri serta
bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.

136
C. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.3 Menganalis pemikiran- 3.3.1 Menganalisis peristiwa Reformasi
pemikiran yang melandasi Gereja dan Aufklarung
peristiwa-peristiwa penting di 3.3.2 Menjelaskan latarbelakang peristiwa
Eropa antara lain Renaissance, Reformasi Gerja dan Aufklarung
Merkantilisme, Reformasi 3.3.3 Menjelaskan tokoh-tokoh peristiwa
Gereja, Aufklarung, Revolusi Reformasi Gereja dan Aufklarung
Industri dan pengaruhnya bagi 3.3.4 Mendeskripsikan dampak dari peristiwa
bangsa Indonesia serta bangsa Reformasi dan Aufklarung
lain di dunia pada masa kini.

D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengkuti kegiatan pembelajaran ini peserta didik mampu:
a. Menganalisis peristiwa Reformasi Gereja dan Aufklarung
b. Menjelaskan mengenai latarbelakang peristiwa Reformasi Gereja dan
Aufklarung
c. Menjelaskan mengenai tokoh-tokoh peristiwa Reformasi Gereja dan
Aufklarung
d. Menjelaskan dampak mengenai peristiwa Reformasi Gereja dan
Aufklarung

E. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran pada RPP pertemuan ke-2 ini adalah mengenai
peristiwa Reformasi Gereja dan Aufklarung.

F. Pendekatan dan Model Pembelajaran


1. Pendekatan : Saintifik
2. Metode : Ceramah, Tugas dan Tanya Jawab
3. Model : Value Clarification Technique (VCT) dan Word
Square

137
G. Media/alat dan bahan
Media : Buku, papan tulis, serta spidol
H. Sumber Belajar
1. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Edisi Revisi
2016. Buku siswa Sejarah Indonesia. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia
I. Kegiatan Pembelajaran

No Tahap Kegiatan Alokasi


waktu
1 Pendahuluan a. Memberi salam dan berdoa (religius) 10 Menit
sebelum pembelajaran dimulai
b. Memperhatikan kehadiran peserta didik,
kebersihan dan kerapian kelas, kesiapan
buku tulis dan sumber belajar dalam rangka
membangun rasa peduli lingkungan antara
siswa dengan guru dan siswa dengan siswa
lainnya
c. Guru menyampaikan indikator pencapaian
kompetensi dan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai.
d. Peserta didik memperhatikan tujuan
pembelajaran dan pencapaian kompetensi
yang harus dicapai peserta didik.
2 Inti a. Mengamati :
1) Peserta didik membaca buku pelajaran 60 Menit
pada materi reformasi gereja dan aufklarung
dalam waktu 15 menit
2) Guru menjelaskan secara singkat materi
pelajaran mengenai reformasi gereja dan
aufklarung

138
3) Peserta didik memperhatikan guru
menjelaskan materi pembelajaran
b. Menanya
4) Guru meminta peserta didik untuk
bertanya mengenai penjelasan secara
singkat yang telah di diberikan
5) Peserta didik menganalisa dan
menanyakan yang telah dijelaskan terkait
materi pembelajaran yang sedang
berlangsung
6) Kemudian giliran pendidik yang
memberikan beberapa pertanyaan mengenai
materi yang sudah di bahas
7) Tim menilai peserta didik dalam
menjawab serta mengungkapkan pendapat
mengenai pertanyaan yang diberikan
c. Mengumpulkan data
8) Peserta didik membaca teks mengenai
peristiwa reformasi gereja dan aufklarung
secara bergantian yang ditentujan oleh guru
9) Peserta didik mencermati penjelasan alur
dari teks tersebut
10) Peserta didik diberi tugas untuk
mengerjakan tugas yang telah dibuat,
mengenai materi reformasi gereja dan
aufklarung
11) Hasil tugas tersebut di minta untuk
dikumpul
d. Mengeksplorasikan
12) Peserta didik yang telah mengerti
menjelaskan kepada peserta didik yang lain

139
yang belum mengerti
3 Penutup a. Guru menanyakan kembali kepada peserta 20 Menit
didik apakah sudah mengerti atau belum
b. Guru menjelaskan rencana pembelajaran
selanjutnya dan menugaskan peserta didik
membaca materi pertemuan berikutnya.
c. Guru dan peserta didik menutup pelajaran
dengan mengucapkan salam dan berdoa
bersama.

F. Penilaian
1. Penilaian sikap
Sikap spiritual Sikap sosial

No Nama Mensyukuri jujur Kerjasama Harga diri Jumlah Skor

1-4 1-4 1-4 1-4

Keterangan:
a. Sikap Spiritual
Indikator sikap spiritual “mensyukuri”:
 Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran
 Memberi salam pada saat awal dan akhir presentasi sesuai agama yang
dianut
 Saling menghormati, toleransi

140
 Memelihara hubungan baik dengan sesama teman sekelas.
Rubrik pemberian skor:
 4 = jika peserta didik melakukan 4 (empat) kegiatan tersebut
 3 = jika peserta didik melakukan 3 (empat) kegiatan tersebut
 2 = jika peserta didik melakukan 2 (empat) kegiatan tersebut
 1 = jika peserta didik melakukan salah satu (empat) kegiatan tersebut.
Petunjuk Penskoran :
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
Skor Akhir = Skor yang diperoleh
Skor maksimal x 100
b. Sikap Sosial
1. Sikap jujur
Indikator sikap sosial “jujur”
a. Tidak berbohong
b. Mengembalikan kepada yang berhak bila menemukan sesuatu
c. Tidak nyontek, tidak plagiarism
d. Terus terang.
Rubrik pemberian skor
e. 4 = jika peserta didik melakukan 4 (empat) kegiatan tersebut
f. 3 = jika peserta didik melakukan 3 (empat) kegiatan tersebut
g. 2 = jika peserta didik melakukan 2 (empat) kegiatan tersebut
h. 1 = jika peserta didik melakukan salah satu (empat) kegiatan
tersebut.
2. Penilaian Pengetahuan
a. Teknik : Tes Tertulis
b. Bentuk Instrumen : Menemukan kata-kata

No Pertanyaan Jawaban
1. Awal terjadinya reformasi gereja ini 25
muncul atau terjadi di....
2. Salah satu tokoh reformasi gereja... 25

141
3. Aufklarung biasa disebut dengan masa.... 25
di Eropa
4. Pengaruh aufklarung di Indonesia.... 25

3. Penilaian Keterampilan
A. Penilaian untuk kegiatan pembelajaran
Meng Men Berargu Berkon- Jumlah
No Nama komunikasi Dengar mentasi tribusi Skor
kan kan 1-4 1-4 1-4
1-4
1

Nilai = Jumlah skor dibagi 3


Keterangan :
a. Keterampilan mengomunikasikan adalah kemampuan peserta
didik untuk mengungkapkan atau menyampaikan ide atau gagasan
dengan bahasa lisan yang efektif.
b. Keterampilan mendengarkan dipahami sebagai kemampuan
peserta didik untuk tidak menyela, memotong, atau menginterupsi
pembicaraan seseorang ketika sedang mengungkapkan gagasannya.
c. Kemampuan berargumentasi menunjukkan kemampuan
pesertaidik dalam mengemukakan argumentasi logis ketika ada pihak
yang bertanya atau mempertanyakan gagasannya.

142
d. Kemampuan berkontribusi dimaksudkan sebagai kemampuan
peserta didik memberikan gagasan-gagasan yang mendukung atau
mengarah ke penarikan kesimpulan termasuk di dalamnya menghargai
perbedaan pendapat.
e. Skor rentang antara 1 – 4
 1 = Kurang
 2 = cukup
 3 = Baik
 4 = Amat Baik
Remedial
Remedial dilaksanakan untuk siswa yang belum menguasai materi dan
belum mampu memahami materi corak kehidupan masyarakat praaksara .
Kegiatan remedial dilakukan dengan mengulang materi pembelajaran apabila
peserta didik yang sudah tuntas di bawah 75 %. Sedangkan apabila peserta didik
yang sudah tuntas lebih dari 75 % maka kegiatan remedial dapat dilakukan atara
lain :
1. Memberikan penugasan kepada peserta didik yang belum tuntas
2. Memberikan kesempatan untuk tes perbaikan.
Perlu diperhatikan bahwa materi yang diulang atau dites kembali adalah
materi pokok atau keterampilan yang berdasarkan analisis belum dikuasai oleh
peserta didik. Kegiatan remdial bagi kompetensi sikap dilakukan dalam bentuk
pembinaan secara holistik, yang melibatkan guru bimbingan konseling dan orang
tua.
Pengayaan
Kegiatan pembelajaran pengayaan diberikan kepada siswa yang telah
menguasai materi dan secara pribadi sudah mampu memahami materi sumber
sejarah . Bentuk pengayaan dapat dilakukan dengan antara lain :
1. Guru memberikan tugas untuk melakukan aktifitas sesuai tugas dalam kolom
pengayaan. Peserta didik dapat juga mempelajari lebih lanjut tentang materi
pokok dari berbagai sumber dan mencatat hal-hal penting. Selanjutnya
menyajikan dalam bentuk laporan tertulis atau membacakan di depan kelas.

143
2. Peserta didik membantu peserta didik lain yang belum tuntas dengan
pembelajaran tutor sebaya.

Indralaya Utara, 9 Mei 2019

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


KD.3.3
(RPP)

144
G. Identitas
7. Satuan Pendidikan : SMAN 2 INDRALAYA UTARA
8. Mata Pelajaran : Sejarah Peminatan
9. Kelas/Semester : XI
10. Materi Pokok : Peristiwa Penting di Eropa
11. Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
12. Jumlah Pertemuan : 1 kali pertemuan

H. Kompetensi Inti (KI) : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang


dianutnya Menjalankan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan
proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan linkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. Mengolah, menalar,
menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya disekolah secara mandiri serta
bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.

145
I. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi


3.3 Menganalis pemikiran- 3.3.1 Menjelaskan latarbelakang Revolusi
pemikiran yang melandasi Industri
peristiwa-peristiwa penting di 3.3.2 Menganalisis dampak dari Revolusi
Eropa antara lain Renaissance, Industri
Merkantilisme, Reformasi 3.3.3 Menganalisis revolusi industri dan
Gereja, Aufklarung, Revolusi pengaruh peristiwa penting di Eropa
Industri dan pengaruhnya bagi bagi bangsa Indonesia serta bangsa
bangsa Indonesia serta bangsa lain di dunia pada masa kini
lain di dunia pada masa kini.

J. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengkuti kegiatan pembelajaran ini peserta didik mampu:
a. Menjelaskan latarbelakang Revolusi Industri
b. Menganalisis dampak dari Revolusi Industri
c. Menganalisis pengaruh peristiwa penting di Eropa bagi bangsa Indonesia
serta bagi bangsa-bangsa lain

E. Materi Pembelajaran
Materi pada RPP pertemuan ke-3 ini ialah mengenai peristiwa Revolusi
Industri dan apa pengaruh dari peristiwa penting di Eropa bagi bangsa
Indonesia maupun bagi bangsa-bangsa lainnya

F. Pendekatan dan Model Pembelajaran


1. Pendekatan : Saintifik
2. Metode : Ceramah, Tugas dan Tanya Jawab
3. Model : Value Clarification Technique (VCT)

146
G. Media/alat dan bahan
Media : Buku, power point, papan tulis, serta spidol

H. Sumber Belajar
4. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Edisi Revisi
2016. Buku siswa Sejarah Indonesia. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia

I. Kegiatan Pembelajaran

No Tahap Kegiatan Alokasi


waktu
1 Pendahuluan e. Memberi salam dan berdoa (religius) 10 Menit
sebelum pembelajaran dimulai
f. Memperhatikan kehadiran peserta didik,
kebersihan dan kerapian kelas, kesiapan
buku tulis dan sumber belajar dalam rangka
membangun rasa peduli lingkungan antara
siswa dengan guru dan siswa dengan siswa
lainnya
g. Guru menyampaikan indikator pencapaian
kompetensi dan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai.
h. Peserta didik memperhatikan tujuan
pembelajaran dan pencapaian kompetensi
yang harus dicapai peserta didik.
2 Inti e. Mengamati :
1) Peserta didik membaca buku pelajaran 60 Menit
2) Guru meminta beberapa peserta didik

147
membaca bahan ajar yang sudah diberikan
mengenai materi pengaruh peristiwa penting
di Eropa bagi bangsa Indonesia serta bangsa
lain di dunia pada masa kini
3) Peserta didik yang lain mendengarkan
dan mencatat hal yang penting yang dapat
dijadikan pertanyaan maupun jawaban
ketika ada waktu tanya jawab
4) Tim menilai proses pembelajaran yang
dilakukan peserta didik tersebut
f. Menanya
5) Guru meminta peserta didik untuk
bertanya dan berperan aktif dalam
proses pelajaran yang sedang
berlangsung, baik bertanya ataupun
menjawab serta menambahkan
6) Guru memberikan pula beberapa
pertanyaan kepada peserta didik
7) Tim menilai peserta didik dalam
mengungkapkan jawaban (ber-
komunikasi) yang tidak terpaku pada
bahan yang diberikan serta
menghubungkannya dengan kehidupan
masa kini bahkan sehari-hari
g. Mengeksplorasikan
4) Peserta didik yang telah mengerti
menjelaskan kepada peserta didik yang lain
yang belum mengerti
h. Mengomunikasikan
5) Peserta didik diberi tugas untuk
mengerjakan tugas yang telah dibuat,

148
mengenai materi aufklarung dan revolusi
industri
6) Hasil tugas tersebut di minta untuk
dikumpul pertemuan selanjutnya.
3 Penutup d. Guru menanyakan kembali kepada peserta 20 Menit
didik apakah sudah mengerti atau belum
e. Peserta didik melakukan refleksi terhadap
kegiatan yang sudah dilaksanakan
f. Guru menjelaskan rencana pembelajaran
selanjutnya dan menugaskan peserta didik
membaca materi pertemuan berikutnya.
g. Guru dan peserta didik menutup pelajaran
dengan mengucapkan salam dan berdoa
bersama-sama.

K. Penilaian
1. Penilaian sikap
Sikap spiritual Sikap sosial

No Nama Mensyukuri jujur Kerjasama Harga diri Jumlah Skor

1-4 1-4 1-4 1-4

Keterangan:
a. Sikap Spiritual

149
Indikator sikap spiritual “mensyukuri”:
1. Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran
2. Memberi salam pada saat awal dan akhir presentasi sesuai agama yang
dianut
3. Saling menghormati, toleransi
4. Memelihara hubungan baik dengan sesama teman sekelas.
Rubrik pemberian skor:
4 = jika peserta didik melakukan 4 (empat) kegiatan tersebut
3 = jika peserta didik melakukan 3 (empat) kegiatan tersebut
2 = jika peserta didik melakukan 2 (empat) kegiatan tersebut
1 = jika peserta didik melakukan salah satu (empat) kegiatan tersebut.
Petunjuk Penskoran :
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
Skor Akhir = Skor yang diperoleh
Skor maksimal x 100
c. Sikap Sosial
1. Sikap jujur
Indikator sikap sosial “jujur”
a. Tidak berbohong
b. Mengembalikan kepada yang berhak bila menemukan sesuatu
c. Tidak nyontek, tidak plagiarism
d. Terus terang.
Rubrik pemberian skor
4 = jika peserta didik melakukan 4 (empat) kegiatan tersebut
3 = jika peserta didik melakukan 3 (empat) kegiatan tersebut
2 = jika peserta didik melakukan 2 (empat) kegiatan tersebut
1 = jika peserta didik melakukan salah satu (empat) kegiatan
tersebut.
5. Penilaian Pengetahuan
No Soal Jawaban
1. Revolusi industri mengakibatkan a. Produksi tekstil

150
kenaikan produksi yang pesat di
Inggris dalam bidang… b.Barang-barang logam
c. Batu bara
d. Minyak bumi
e. Pangan
2. Salah satu sumbangan penting a. Industri
George Stephenson pada masa b.Transportasi
revolusi industri adalah penemuan c.Percetakan
di bidang… d.Pendidikan
e.Pengecoran logam
3. Tokoh yang pertama menemukan a.Alessandro Volte
adanya aliran listrik adalah… b. Samuel Morse
c.Alexander Graham Bell
d.Guinghelmo Marconi
e. Gottie Paimler
4. Keberhasilan revolusi industri
a. a. Merkantilisme membatasi
menyebabkan pemerintah Inggris perdagangan dengan luar
menentang merkantilisme. negeri.
Sebab.... b. b. Merkantilisme merupakan
kebijalan yang paling berhasil
c. c. Merkantilisme tidak
membatasi perdagangan
dengan luar negeri
d. d. Merkantilisme tidak
menerima barang dagang dari
luar negeri
e. e. Merkantilisme mem-
bagikan hak milik secara
merata
5. Berkembangnya industri tekstil a. Newcpmen
di Inggris sangat dipengaruhi

151
oleh penemuan “flying shuttle” b. Darby
oleh… c. Kay
d. Cort
e. Singer

6. Penilaian Keterampilan
B. Penilaian untuk kegiatan pembelajaran
Meng Men Berargu Berkon- Jumlah
No Nama komunikasi Dengar mentasi tribusi Skor
kan kan 1-4 1-4 1-4
1-4
1

5
Nilai = Jumlah skor dibagi 3
Keterangan :
f.Keterampilan mengomunikasikan adalah kemampuan peserta didik
untuk mengungkapkan atau menyampaikan ide atau gagasan dengan
bahasa lisan yang efektif.
g. Keterampilan mendengarkan dipahami sebagai kemampuan
peserta didik untuk tidak menyela, memotong, atau menginterupsi
pembicaraan seseorang ketika sedang mengungkapkan gagasannya.
h. Kemampuan berargumentasi menunjukkan kemampuan
pesertaidik dalam mengemukakan argumentasi logis ketika ada pihak
yang bertanya atau mempertanyakan gagasannya.

152
i. Kemampuan berkontribusi dimaksudkan sebagai kemampuan
peserta didik memberikan gagasan-gagasan yang mendukung atau
mengarah ke penarikan kesimpulan termasuk di dalamnya menghargai
perbedaan pendapat.
j. Skor rentang antara 1 – 4
1 = Kurang
2 = cukup
3 = Baik
4 = Amat Baik
Remedial
Remedial dilaksanakan untuk siswa yang belum menguasai materi dan
belum mampu memahami materi corak kehidupan masyarakat praaksara .
Kegiatan remedial dilakukan dengan mengulang materi pembelajaran apabila
peserta didik yang sudah tuntas di bawah 75 %. Sedangkan apabila peserta didik
yang sudah tuntas lebih dari 75 % maka kegiatan remedial dapat dilakukan atara
lain :
3. Memberikan penugasan kepada peserta didik yang belum tuntas
4. Memberikan kesempatan untuk tes perbaikan.
Perlu diperhatikan bahwa materi yang diulang atau dites kembali adalah
materi pokok atau keterampilan yang berdasarkan analisis belum dikuasai oleh
peserta didik. Kegiatan remdial bagi kompetensi sikap dilakukan dalam bentuk
pembinaan secara holistik, yang melibatkan guru bimbingan konseling dan orang
tua.

Pengayaan
Kegiatan pembelajaran pengayaan diberikan kepada siswa yang telah
menguasai materi dan secara pribadi sudah mampu memahami materi sumber
sejarah . Bentuk pengayaan dapat dilakukan dengan antara lain :
3. Guru memberikan tugas untuk melakukan aktifitas sesuai tugas dalam kolom
pengayaan. Peserta didik dapat juga mempelajari lebih lanjut tentang materi

153
pokok dari berbagai sumber dan mencatat hal-hal penting. Selanjutnya
menyajikan dalam bentuk laporan tertulis atau membacakan di depan kelas.
4. Peserta didik membantu peserta didik lain yang belum tuntas dengan
pembelajaran tutor sebaya.

Indralaya Utara, 9 Mei 2019

154
155
156
157
158
Lampiran 36 : Gambar Proses Belajar

Gambar : proses pembelajaran kelas eksperimen diambil pada 18 Juli 2019

159
Gambar : Proses pembelajaran kelas eksperimen pada 22 Juli 2019

160
Gambar : Proses pembelajaran kelas kontrol pada 27 Juli 2019

161

Anda mungkin juga menyukai