MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu Naila Aka Kusuma. M.Pd,I
Disusun Oleh :
Alfin Nuroniyah :2022.05.01.0000
Fitriya Ningaih :2022.05.01.00011
Ratih Yulianti :2022.05.01.000
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Al-Qur’an
a. Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang tiada tandingannya ( mukjizat ),
Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penutup para Nabi dan Rasul
dengan perantaraan malaikat jibril alaihis salam, dimulai dengan surat Al-
Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nash, dan di tulis dalam mushaf-
mushaf yang disampaikan kepada kita secara mutawatir (oleh orang
banyak), serta mempelajarinya merupakan suatu ibadah.
Definisi tersebut telah disepakati oleh para ulama dan ahil usul. Allah
menurunkan Al-Qur’an agar di jadikan undang-undang bagi umat manusia
dan petunjuk atas kebenaran rasul dan penjelasan atas lenabian dan
kerasulannya, juga sebagai alasa (hijrah) yang kuat di hari kemudian bahwa
Al-Quran itu benar-benar ditiurunkan dari zat yang mahabijaksana lagi
terpuji. Nyatanya bahwa Al-Qur’an adalah mukjizat yang abadi yang
menundukkan semua generasi dan bangsa sepanjang masa.
Dalam hal ini, Syauqi mengemukakan :
جاءالنبيون بااليات فانصرمت وجئتنابكتاب غيرمنصرم اتاته كلماطا ل المدى جدد يزينهن جمال
العتق والقدم
3
lawan dari al-qadim (yang lama), dan al-khabar, yang berarti kabar atau
berita.
Di samping pengertian tersebut, M.M. Azami mendefinisikan bahwa
kata’hadis’ (Arab: al-hadits), secara etimologi (lughawiyah), berarti
’kominikasi’ , ‘ percakapan’: religius atau sekular, historis atau kontenporer.
b. Pengertian Hadist secara Terminologis
Secara terminologis, para ulama, baik muhaditsin, fuqaha, ataupun
ulama ushul, merumuskan pengertian hadis secara berbeda-beda. Perbedaan
pandangan tersebut lebih disebabkan oleh terbatas dan luasnya objek
tinjauan masing-masing, yang tentu saja mengandung kecendrunan pada
aliran ilmu yang didalaminya.
Ulama hadis mendefinisikan hadis sebagai berikut,
. كل ماأثرعن النبي صلى هللا عليه وسلم من قول أوفعل أو تقرير أوصفة خلقية أوخلقية
5
4. Hadis Hammi
Hadis hammi adalah hadis yang berupa keinginan atau
hasrat Nabi SAW yang belum terealisasikan, seperti halnya
hasrat berpuasa tanggal 9 ‘Asyura. Sebagai contoh adalah
hadis dari Ibn Abbas, sebagai berikut,
5. Hadis Ahwali
Hadis ahwali adalah hadis yang berupa hal ikhwal
Nabi SAW yang tidak termasuk kedalam kategori keempat
bentuk hadis diatas . Hadis yang termasuk kategori ini adalah
hadis-hadis yang menyangkut sifat-sifat dan kepribadian,
serta keadaan fisik Nabi SAW.
Sifat Nabi SAW diceritakan dalam hadis yang di
riwayatkan oleh Annas bin Malik, sebagai beroikut,
“Rasul SAW adalah orang yang paling mulia
akhlaknya ”( Mutafaq’alaih)
Tentang keadaan fisik Nabi SAW, dijelaskan dalam
hadis,
“Rasul SAW adalah manusia yang sebaik- baiknya
rupa dan tubuh. Keadaan fisiknya tidak tinggi dan tidak
pendek.”(H.R. Al- Bukhari)
6
3. Priodisasi Hadis
Sejarah perkembangan hadis merupakan masa atau priode yang telah di lalui
oleh hadis dari masa lahirnya dan tumbuh dalam pengenalan, penghayatan , dan
pengamalan umata dari generasi ke generasi.
M. Hasbi Asy –Shidieqy membagi perkembangan hadis menjadi tujuh
priode, sejak priode Nabi SAW. hingga sekarang, yaitu sebagai berikut.
1) Priode pertama: Perkembangan Hadis pada masa Rasulullah SAW.
7
DAFTAR PUSTAKA