Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS PENGARUH TENAGA KERJA

INFORMAL, PENGANGGURAN, DAN PENDIDIKAN


TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI
INDONESIA

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Achmad Zaky Bachtiar


125020507111005

JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
2

ANALISIS PENGARUH TENAGA KERJA INFORMAL, PENGANGGURAN, AN


PENDIDIKAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

Achmad Zaky Bachtiar


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email: bachtiarzaky@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja informal, pengangguran, dan
pendidikan terhadap laba pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan model
teknik analisis data panel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tenaga kerja informal
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Lalu variabel
pengangguran berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan
pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Kata kunci:Tenaga Kerja, Tenaga Kerja Informal, Sektor Informal, Penangguran, Pendidikan,
Pertumbuhan Ekonomi, PDRB.

A. PENDAHULUAN

Pembangunan ekonomi itu bersifat multidimensi yang mencakup berbagai aspek dalam
kehidupan masyarakat, bukan hanya salah satu aspek (ekonomi) saja. Pembangunan ekonomi
mutlak diperlukan oleh suatu negara untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakatnya. Menciptakan pembangunan yang berkelanjutan merupakan hal wajib yang harus
dilakukan oleh setiap negara. Todaro dan Smith (2006) menyimpulkan bahwa pembangunan
merupakan suatu kenyataan fisik sekaligus tekad suatu masyarakat untuk berupaya sekeras mungkin
melalui serangkaian kombinasi proses sosial, ekonomi, dan institusional demi mencapai kehidupan
yang serba lebih baik.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak secara serta merta dicapai oleh Indonesia.
Indonesia dengan giat melaksanakan pembangunan secara bertahap dan terencana, tanpa
mengabaikan usaha pemerataan dan kestabilan. Kenaikan dan penurunan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Sukirno (2004) mengatakan bahwa faktor–
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ada empat yaitu (1) tanah dan kekayaan alam
lainnya, (2) jumlah dan mutu dari penduduk serta tenaga kerja, (3) barang - barang modal dan tingkat
teknologi, (4) sistem sosial serta sikap masyarakat. Sedangkan menurut Mankiw (2003)
menggambarkan teori pertumbuhan ekonomi solow yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi
dipengaruhi oleh persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja, dan kemajuan teknologi dalam
perekonomian.
3

Gambar 1.1 : Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2015-2018

5.17
5.07
5.03
4.88

2015 2016 2017 2018

Sumber : Badan Pusat Statistik

Data yang dilansir dari Badan Pusat statistik (BPS) menunjukan pertumbuhan ekonomi
Indonesia dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2015 pertumbuhan
ekonomi 4,88% sedangkan pada tahun berikutnya sebesar 5,03%. Di tahun 2017 pertumbuhan
sesbesar 5,07% meningkat 0,4% persen dari tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2018,
pertumbuhan ekonomi indonesia sebesar 5,17%.

Menurut Boediono (1981), pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output per
kapita dalam jangka panjang Pembangunan ekonomi telah menimbulkan berbagai macam
perubahan terutama pada struktur perekonomian. Perubahan struktur ekonomi merupakan salah satu
karakteristik yang terjadi dalam pertumbuhan ekonomi pada hampir setiap negara maju. Sedangkan
menurut Lincollin (2002), pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP/GNP tanpa
memandang apakah kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan
penduduk, dan apakah terjadi perubahan struktur ekonomi atau tidak.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai suatu indikator yang mempunyai peran
penting dalam mengukur keberhasilan pembangunan yang telah dicapai, dan dapat dijadikan sebagai
suatu ukuran untuk menentukan arah pembangunan suatu daerah dimasa yang akan datang. Akan
tetapi, kondisi daerah di Indonesia yang secara geografis dan sumber daya alam yang berbeda
menimbulkan daerah yang lebih makmur dan lebih maju dibandingkan daerah lainnya.

Pertumbuhan ekonomi negara pada umumnya didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang
dihasilkan oleh tiap-tiap wilayah. Pertumbuhan ekonomi daerah dapat dilihat dari nilai Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB). Sama halnya dengan PDB, yang menjadi tolok ukur nilai PDRB
adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu daerah dalam suatu tahun tertentu dengan
menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki daerah tersebut. Nilai PDRB inilah yang akan
menunjukkan tingkat kemajuan pembangunan daerah tersebut.

Sektor informal merupakan salah satu faktor yang penting dalam perumbuhan ekonomi.
Seringkali sektor informal sering kali dianggap sebagai tiang penyangga perekonomian. Menurut
pendapat lain sektor informal meliputi tindakan-tindakan aktor ekonomi yang gagal untuk menaati
peraturan-peraturan kelembagaan yang telah mapan atau terabaikan dari perlindungan mereka..

Secara umum dapat disimpulkan sektor informal adalah unit usaha yang tidak atau sedikit
sekali menerima proteksi dari pemerintah. Akan tetapi terdapat batasan yang tegas tentang sektor
informal dalam ruang lingkup kegiatannya. Hanya saja sektor ini cenderung lebih banyak terjadi di
daerah perkotaan. Sehingga, segala karakteristik dan permasalahan sektor informal cenderung
berhubungan dengan permasalahan kota.

Selain itu pengangguran adalah hal yang memepengaruhi pertumbuhan ekonomi


khususnya PDRB. Pengangguran merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara, termasuk
negara maju terlebih bagi negara sedang berkembang. Namun yang membedakannya adalah terletak
4

dari tingkat penganggurannya dan penyebab pengangguran itu sendiri. Pada negara maju, masalah
pengangguran lebih disebabkan oleh dinamikan bisnis dan kegiatan ekonomi, sedangkan di negara
berkembang (termasuk Indonesia), masalah pengangguran lebih disebabkan karena kurangnya
lapangan kerja, tingginya angkatan kerja akibat jumlah penduduk yang tinggi, kurangnya investasi
dan juga masalah sosial politik dalam negeri yang seringkali tidak stabil menurut Rusmusi dan Dewi
(2014).

Penggangguran adalah masalah makro ekonomi yang mempengaruhi manusia secara


langsung. Bagi kebanyakan orang kehilangan pekerjaan berarti penurunan standard kehidupan dan
tekanan psikologis serta menjadi masalah sosial tersendiri. Jadi menjadi hal yang wajar jika masalah
pengganguran menjadi topik dan isu yang menarik dan banyak dibahas dalam perdebatan politik
serta para politisi sering mengklaim bahwa kebijakan yang akan ditawarkan akan mampu
menciptakan lapangan kerja dibanyak bidang menurut Mankiw (2006). Lapangan kerja saat ini
dianggap sebagai solusi untuk menyerap pengangguran dibanyak negara, termasuk Indonesia.

Untuk meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi, faktor lain yang dapat digunakan
adalah tersedianya sumberdaya yang berkualitas. Sumberdaya alam maupun manusia diharapkan
dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang baik. Investasi sumberdaya manusia sangat penting
khususnya bagi wilayah-wilayah di Indonesia yang pada umumnya ingin meningkatkan angka
pertumbuhan ekonomi. Investasi sumberdaya manusia ini dapat dilakukan melalui pendidikan.

Dalam teori human capital dijelaskan pentingnya meningkatkan kualitas sumberdaya


manusia dengan peningkatan pendidikan. Sumberdaya manusia yang berkualitas dapat memberikan
multiplier effect terhadap pembangunan suatu daerah, khususnya pembangunan bidang ekonomi.
Sementara itu, upaya dalam mengukur kualitas sumberdaya manusia melalui pendidikan dapat
dilakukan dengan beberapa pendekatan, salah satunya dengan melihat Angka artisipasi Sekolah
(APS) khususnya perguruan tinggi.

B. KAJIAN PUSTAKA

Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Sukirno (2012), pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan ekonomi yang
berlaku dari waktu ke waktu dan menyebabkan pendapatan nasional riil semakin berkembang.
Tingkat pertumbuhan ekonomi menunjukkan persentasi kenaikan pendapatan nasional riil pada
suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan pendapatan nasional riil pada tahun sebelumnya.
Sementara itu, Subandi (2011) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan GDP/GNP
tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan penduduk, atau
apakah terjadi perubahan struktur ekonomi atau tidak. Pertumbuhan ekonomi yang pesat secara
terus-menerus memungkinkan negara-negara industri maju memberikan segala sesuatu yang lebih
kepada warga negaranya, sumberdaya yang lebih banyak untuk perawatan kesehatan dan
pengendalian polusi, pendidikan universal untuk anak-anak, dan pensiun publik.
Michael Todaro (2006) mengklasifikasikan teori-teori pertumbuhan ekonomi dalam empat
pendekatan, antara lain teori pertumbuhan linier (linier stages of growth), teori pertumbuhan
struktural, teori revolusi ketergantungan internasional (dependensia), dan teori neo-klasik.

Produk Domestik Regional Bruto


Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu daerah dalam satu
periode tertentu adalah PDRB. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah oleh seluruh
unit ekonomi. Nilai akhir dari PDRB akan sama dengan total nilai nominal dari konsumsi, investasi,
pengeluaran pemerintah, serta ekspor bersih.
Konsumsi terdiri dari barang dan jasa yang dibeli rumah tangga. Konsumsi dibagi menjadi tiga
subkelompok : barang tidak tahan lama, barang tahan lama, dan jasa. Barang tidak tahan lama
(nondurable goods) adalah barang-barang yang habis dipakai dalam waktu pendek, seperti makanan
dan pakaian. Barang tahan lama (durable goods) adalah barang-barang yang memiliki usia panjang,
seperti mobil dan televisi. Jasa (services) meliputi pekerjaan yang dilakukan untuk konsumen oleh
individu atau perusahaan, seperti pangkas rambut dan berobat ke rumah sakit.
5

Pengeluaran pemerintah adalah barang dan jasa yang dibeli oleh pemerintah, baik pemerintah
pusat maupun daerah. Pembayaran transfer kepada individu, seperti jaminan sosial dan
kesejahteraan tidak termasuk pengeluaran pemerintah karena merealokasi pendapatan yang ada dan
tidak membuat perubahan dalam barang dan jasa.

Umumnya PDRB dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu PDRB atas harga berlaku (nominal)
dan PDRB atas harga konstan (riil). PDRB atas harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang
dan jasa yang dihitung menggunakan harga berlaku pada setiap tahun. Jadi, pada PDRB atas harga
berlaku sudah termasuk unsur inflasi. Sedangkan PDRB atas harga konstan menggambarkan nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu, misalnya 1983,
1993, atau 2000. PDRB atas harga konstan meningkat hanya jika jumlah barang dan jasa meningkat,
sedangkan PDRB atas harga berlaku bisa meningkat karena produksi naik atau harga turun. Setelah
PDRB atas harga berlaku dan PDRB atas harga konstan diketahui, maka dapat dihitung deflator
PDRB. Deflator PDRB didefinisikan sebagai rasio PDRB atas harga berlaku terhadap PDRB atas
harga konstan. Deflator PDRB PDRB atas harga erlakuPDRB atas harga konstan. Setelah PDRB
atas harga berlaku dan PDRB atas harga konstan diketahui, maka dapat dihitung deflator PDRB.
Deflator PDRB didefinisikan sebagai rasio PDRB atas harga berlaku terhadap PDRB atas harga
konstan. Deflator PDRB mencerminkan apa yang sedang terjadi pada seluruh tingkat harga dalam
perekonomian.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk
mengetahui perkembangan perekonomian di suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas
dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai
tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu. Jumlah nilai barang
dan jasa akhir yang disediakan dari produksi harus sama dengan nilai barang yang digunakan PDRB
atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan
harga pada periode saat ini, sedang PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah
barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu
sebagai tahun dasar. PDRB menurut harga berlaku digunakan untuk mengetahui sebaran dan
struktur ekonomi suatu daerah. Sementara itu, PDRB konstan digunakan untuk mengetahui
kemampuan sumber daya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun
atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga. PDRB juga dapat digunakan
untuk mengetahui perubahan harga dengan menghitung deflator PDRB (perubahan indeks implisit).
Indeks harga implisit merupakan rasio antara PDRB menurut harga berlaku dan PDRB menurut
harga konstan. Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto secara konseptual menggunakan tiga
macam pendekatan, yaitu: pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran dan pendekatan
pendapatan.

Tenaga Kerja Informal


Berdasarkan UU No. 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan, pekerja sektor informal adalah
tenaga kerja yang bekerja dalam hubungan kerja sektor informal dengan menerima upah dan/atau
imbalan. Definisi usaha sektor informal sendiri adalah kegiatan orang perseorangan atau keluarga,
atau beberapa orang yang melaksanakan usaha bersama untuk melakukan kegiatan ekonomi atas
dasar kepercayaan dan kesepakatan, dan tidak berbadan hukum. Hubungan kerja antara usaha sektor
informal dan pekerjanya hanya didasarkan atas saling percaya dan sepakat dengan menerima upah
dan/atau imbalan atau bagi hasil.

Pada pengintepretasian tersebut, Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan pendekatan melalui
status pekerjaan utama dari pekerja. Pengelompokan sektor informal yang dilakukan BPS agak
berbeda dengan pengelompokkan yang dilakukan ILO. International Labour Organization
mendefinisikan bahwa pekerja informal hanya mereka yang bekerja sebagai pekerja mandiri dan
pekerja yang membantu keluarga, sedangkan BPS menambahkan mereka yang bekerja sebagai
pekerja bebas dan berusaha dibantu pekerja bebas. Hal ini disebabkan sifat pekerja bebas di
Indonesia yang biasanya bersifat informal dengan upah yang tidak memadai, produktivitas rendah
dan kondisi kerja yang relatif buruk.

Lebih lanjut, ILO menyebutkan ciri-ciri pekerjaan sektor informal, antara lain: (i) Seluruh
aktivitasnya bersandar pada sumberdaya sekitar; (ii) Skala usahanya relatif kecil dan merupakan
6

usaha keluarga; (iii) Aktivitasnya ditopang oleh teknologi tepat guna dan bersifat padat karya; (iv)
Tenaga kerjanya terdidik atau terlatih dalam pola-pola tidak resmi; (v) Seluruh aktivitasnya berada
di luar jalur yang diatur pemerintah; dan (vi) Aktivitasnya bergerak dalam pasar sangat bersaing.

Pengangguran
Pengangguran merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara, termasuk negara
maju terlebih bagi negara sedang berkembang. Namun yang membedakannya adalah terletak dari
tingkat penganggurannya dan penyebab pengangguran itu sendiri. Pada negara maju, masalah
pengangguran lebih disebabkan oleh dinamikan bisnis dan kegiatan ekonomi, sedangkan di negara
berkembang (termasuk Indonesia), masalah pengangguran lebih disebabkan karena kurangnya
lapangan kerja, tingginya angkatan kerja akibat jumlah penduduk yang tinggi, kurangnya investasi
dan juga masalah sosial politik dalam negeri yang seringkali tidak stabil (Rusmusi & Dewi, 2014).

Penggangguran adalah masalah makro ekonomi yang mempengaruhi manusia secara langsung.
Bagi kebanyakan orang kehilangan pekerjaan berarti penurunan standard kehidupan dan tekanan
psikologis serta menjadi masalah sosial tersendiri. Jadi menjadi hal yang wajar jika masalah
pengganguran menjadi topik dan isu yang menarik dan banyak dibahas dalam perdebatan politik
serta para politisi sering mengklaim bahwa kebijakan yang akan ditawarkan akan mampu
menciptakan lapangan kerja dibanyak bidang (Mankiw, 2006). Lapangan kerja saat ini dianggap
sebagai solusi untuk menyerap pengangguran dibanyak negara, termasuk Indonesia.

Menurut Sukirno (2006) pengertian dari konsep pengangguran adalah keadaan dari seseorang
yang masuk golongan dalam angkatan kerja dan secara aktif sedang mencari pekerjaan untuk tujuan
mendapat tingkat upah tertentu, tetapi mereka tidak dapat memperoleh pekerjaan yang
diinginkannya tersebut. Senada dengan pendapat tersebut, Kaufman dan Hotchkiss (1999)
menyebutkann bahwa pengangguran adalah suatu ukuran dimana jika seseorang tidak memiliki
pekerjaan dan mereka sedang melakukan usaha secara aktif dalam empat minggu terakhir untuk
mencari pekerjaan.

Tingkat Pengangguran Terbuka


Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah angka yang menunjukkan banyaknya
pengangguran terhadap 100 penduduk yang masuk kategori angkatan kerja. Pengangguran terbuka
(open unemployment) didasarkan pada konsep seluruh angkatan kerja yang mencari pekerjaan, baik
yang mencari pekerjaan pertama kali maupun yang sedang bekerja sebelumnya. Sedang pekerja
yang digolongkan setengah penganguran (underemployment) adalah pekerja yang masih mencari
pekerjaan penuh atau sambilan dan mereka yang bekerja dengan jam kerja rendah (di bawah
sepertiga jam kerja normal, atau berarti bekerja kurang dari 35 jam dalam seminggu). Namun masih
mau menerima pekerjaan, serta mereka yang tidak mencari pekerjaan namun mau menerima
pekerjaan itu. Pekerja digolongkan setengah pengangguran parah (severely underemployment) bila
ia termasuk setengah menganggur dengan jam kerja kurang dari 25 jam seminggu.

Pendidikan
Teori Modal Manusia
Pendidikan tersebut termasuk kedalam salah satu investasi pada bidang sumber daya manusia,
yang mana investasi tersebut dinamakan dengan Human Capital (teori modal manusia). Investasi
pendidikan merupakan kegiatan yang dapat dinilai stok manusia, dimana nilai stok manusia setelah
mengikuti pendidikan dengan berbagai jenis dan bentuk pendidikan diharapkan dapat meningkatkan
berbagai bentuk nilai berupa peningkatan penghasilan individu, peningkatan produktivitas kerja, dan
peningkatan nilai rasional (social benefit) individu dibandingkan dengan sebelum mengecap
pendidikan.

Teori modal manusia menjelaskan proses dimana pendidikan memiliki pengaruh positif pada
pertumbuhan ekonomi. Teori ini mendominasi literatur pembangunan ekonomi dan pendidikan pada
pasca perang dunia kedua sampai pada tahun 70-an. Termasuk para pelopornya adalah pemenang
hadian Nobel ilmu ekonomi Gary Becker dari Universitas Chicago, Amerika Serikat, Edward
Denison dan Theodore Schultz, juga pemenang hadiah nobel ekonomi atas penelitiannya tentang
masalah ini. Argumen yang disampaikan pendukung teori ini adalah manusia yang memiliki tingkat
pendidikan lebih tinggi, yang diukur juga dengan lamanya waktu sekolah, akan memiliki pekerjaan
7

dan upah yang lebih baik dibanding yang pendidikannya lebih rendah. Apabila upah mencerminkan
produktivitas, maka semakin banyak orang yang memiliki pendidikan tinggi, semakin tinggi
produktivitas dan hasilnya ekonomi nasional akan bertumbuh lebih tinggi.

Angka Partsipasi Sekolah


Angka Partisipasi Sekolah biasanya disebut APS adalah proporsi dari semua anak yang masih
sekolah pada suatu kelompok umur tertentu terhadap penduduk dengan kelompok umur yang sesuai.
Sejak Tahun 2009, Pendidikan Non Formal (Paket A, Paket B, dan Paket C) turut diperhitungkan.
APS dikenal sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan layanan pendidikan di suatu
wilayah baik Provinsi, Kabupaten atau Kota di Indonesia. Semakin tinggi nilai APS, maka daerah
tersebut dianggap berhasil menyelenggarakan layanan akses pendidikan. APS yang tinggi
menunjukkan terbukanya peluang yang lebih besar dalam mengakses pendidikan secara umum.
Pada kelompok umur mana peluang tersebut terjadi dapat dilihat dari besarnya APS pada setiap
kelompok umur.

Angka Partisipasi Sekolah merupakan ukuran daya serap lembaga pendidikan terhadap
penduduk usia sekolah. APS merupakan indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses
penduduk pada fasilitas pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah di suatu wilayah/daerah.
Semakin tinggi Angka Partisipasi Sekolah semakin besar jumlah penduduk yang berkesempatan
mengenyam pendidikan. Namun demikian meningkatnya APS tidak selalu dapat diartikan sebagai
meningkatnya pemerataan kesempatan masyarakat untuk mengenyam pendidikan.
APS muncul dianggap sebagai tolok ukur kinerja layanan pendidikan berdasarkan pasal 31
UUD 1945 yang berbunyi:
(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, yang diatur dengan undangundang.
(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurangkurangnya dua puluh persen dari
anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari aggaran pendapatan dan belanja daerah untuk
memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi

C. METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yakni
penelitian yang menganalisis data-data secara statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang
telah ditetapkan kemudian menginterpretasi hasil untuk menghasilkan kesimpulan penelitian
(Sugiyono, 2014). Menurut Azwar (2013), penelitian kuantitatif menekankan analisisnya pada data
numerikal atau angka yang diolah dengan metode statistika dalam rangka pengujian hipotesis.
Definisi Operasional Variabel
Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi fokus suatu penelitian. Definisi
operasional variabel merupakan penjelasan dari variabel dependen (terikat) dan variabel dependen
(bebas) yaitu :
1. Variabel dependen (terikat), merupakan variabel yang terjadi kemudian atau akibat yang
diperkirakan, dalam hal ini adalah :
a. Pertumbuhan ekonomi (Y) diukur melalui Produk Domestik Bruto (PDRB) di
33 propinsi di Indonesia atas dasar harga konstan tahun 2015-2018 dan
dinyatakan dalam satuan miliar rupiah .
2. Variabel independen (bebas), merupakan faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk
menentukan adanya pengaruh variabel bebas untuk menentukan hubungan antara
fenomena yang diobservasi atau diamati. Variabel-variabel bebas yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari :
8

a. Tenaga Kerja Informal (X1) adalah banyaknya tenaga kerja yang bekerja di
sektor informal di 33 propinsi di Indonesia pada tahun 2015-2018 dan
dinyatakan dalam satuan persen.
b. Pengangguran (X2) adalah presentase tingkat pengangguran terbuka di 33
Propinsi di Indonesia pada tahun 2015-2018 dan dinyatakan dalam satuan
persen.
c. Pendidikan (X3) adalah presentase angka partisipasi sekolah (aps)
pendidikan tinggi di 33 propinsi di Indonesia pada tahun 2015-2018 dan
dinyatakan dalam satuan persen.

Teknik Analisis Data


Penelitian ini menggunakan analisis panel data (pooled data). Analisis dengan
menggunakan panel data adalah kombinasi antara deret waktu (time-series data) dan kerat lintang
(cross-section data). Dalam model data panel persamaan model dengan menggunakan data cross-
section dapat ditulis sebagai berikut (Gujarati dan Porter, 2012):
+ + ; = 1, 2, ……N
dimana N adalah banyaknya data cross-section, Sedangkan model persamaan dengan time-series
adalah:
+ + ; = 1, 2, ……T
Di mana T adalah banyaknya data time-series. Mengingat data panel merupakan gabungan dari time-
series dan cross-section, maka model dapat ditulis dengan:
+ +µ
i = 1, 2, ..., N ; t = 1, 2, ..., T
Di mana :
N = banyaknya observasi
T = banyaknya waktu
N × T = banyaknya data panel
Maka model data panel untuk penelitian ini yaitu:
+ + + +µ
Di mana:
Yi = PDRB di wilayah-i pada periode-t
Informit = Tenaga kerja informal di wilayah-i pada periode-t
Unempit = Tingkat pengangguran terbuka di wilayah-i pada periode-t
Eduit = Angka partisipasi sekolah di wilayah-i pada periode-t
β0 = Konstanta
β1 – β3 = Koefisien regresi
µ it = error term
Analisis regresi data panel memiliki tiga macam model yaitu model Common Effect, Fixed Effect
dan Random Effect dengan penjelasan sebagai berikut:
Common Effect Model
Model Common Effect merupakan model sederhana yaitu menggabungkan seluruh data time series
dengan cross section, selanjutnya dilakukan estimasi model dengan menggunakan OLS (Ordinary
Least Square). Model ini menganggap bahwa intersep dan slope dari setiap variabel sama untuk
setiap obyek observasi. Dengan kata lain, hasil regresi ini dianggap berlaku untuk semua
kabupaten/kota pada semua waktu. Kelemahan model ini adalah ketidakseuaian model dengan
keadaan sebenarnya. Kondisi tiap obyek dapat berbeda dan kondisi suatu obyek satu waktu dengan
waktu yang lain dapat berbeda.
Fixed Effect Model (FEM)
Model data panel dengan Fixed Effects Model (FEM) mengasumsikan bahwa perbedaan mendasar
antarindividu dapat diakomodasikan melalui perbedaan intersepnya, namun intersep antarwaktu
sama (time invariant). Fixed effect maksudnya bahwa koefisien regresi (slope) tetap antarindividu
dan antarwaktu. Intersep setiap individu merupakan parameter yang tidak diketahui dan akan
diestimasi. Pada umumnya dengan memasukkan variabel dummy sehingga FEM sering disebut
dengan Least Square Dummy Variable (LSDV).
Random Effect Model (REM)
Random Effect Model (REM) digunakan untuk mengatasi kelemahan model efek tetap yang
menggunakan dummy variable, sehingga model mengalami ketidakpastian. Penggunaan dummy
variable akan mengurangi derajat bebas (degree of freedom) yang pada akhirnya akan mengurangi
9

efisiensi dari parameter yang diestimasi. REM menggunakan residual yang diduga memiliki
hubungan antawaktu dan antarindividu. Sehingga REM mengasumsikan bahwa setiap individu
memiliki perbedaan intersep yang merupakan variabel random.
Metode Pemilihan Model
Keputusan untuk memilih jenis model yang digunakan dalam analisis panel didasarkan pada dua uji,
yakni uji Chow dan uji Hausman. Uji Chow digunakan untuk memutuskan apakah menggunakan
Common Effect atau Fixed Effect. Keputusan untuk menggunakan Fixed Effect atau Random Effect
ditentukan oleh Uji Hausman. Hipotesis untuk uji Chow dan uji Hausman adalah sebagai berikut:1.
Uji Chow (Uji Common Effect dengan Fixed Effect)
Hipotesis:
H0 : α1 = α2 = … = αi (intercept sama)
H1 : sekurang-kurangnya ada 1 intercept yang berbeda
Keputusan: Tolak H0 jika F hitung > F tabel atau jika nilai Probability< α.
Kesimpulan: Jika H0 ditolak maka Model Fixed Effect lebih baik daripada Common Effect
Uji Hausman (Uji Fixed Effect dengan Random Effect)
Hipotesis :
H0 : E(τi | xit) = 0 atau REM adalah model yang tepat
H1 : E(τi | xit) ≠ 0 atau FEM adalah model yang tepat
Statistik uji yang digunakan adalah uji Hausman dan keputusan menolak H0 dilakukan dengan
membandingkannya dengan Chi square. Jika nilai chi2 hitung > chi2 tabel maka H0 ditolak sehingga
model yang digunakan adalah Fixed Effect, sebaliknya jika penolakan H0 tidak signifikan maka
yang digunakan adalah Random Effect.
Uji Hipotesis
Perlu dilakukan pengujian ketelitian dan kemampuan model sebagai langkah awal. Ada tiga
pengujian model regresi yang perlu dilakukan dalam penelitian ini yaitu uji t, uji F dan koefisien
determinasi atau R-Squared. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen.
Uji t
Uji ini dilakukan untuk menghitung koefisien regresi masing-masing variabel independen sehingga
dapat diketahui pengaruhnya terhadap variabel dependen.prosedur pengujian yang ungkap adalah :
Ho : βi = 0 ( variabel bebas ke I tidak memiliki pengaruh terhadap variabel terikat )
H1 : βi 0 ( variabel bebas ke I memiliki pengaruh terhadap variabel terikat )
Jika probabilitas t hitung > a berarti variabel bebas ke i tidak memiliki pengaruh terhadap variabel
terikat dan sebaliknya jika probabilitas t hitung < a berarti variabel bebas ke i memiliki pengaruh
terhadap variabel terikat.
Uji F
Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
secara bersama-sama. Apabila Prob F hitung >a berarti variabel bebas secara bersama-sama tidak
mempengaruhi variabel terikat dan sebaliknya Apabila Prob F hitung < a berarti variabel bebas
secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat.
Uji Koefisien Determinasi (R2)
R-squared dapat menunjukkan seberapa besar keragavariabel dependen yang dapat dijelaskan oleh
variabel independen. Nilai R-Squared memiliki besaran yag positif dan besarannya adalah 0 < R-
squared < 1. Jika bernilai nol maka artinya keragaman variabel tidak dependen tidak dapat dijelaskan
oleh variabel independennya dan sebaliknya (Nachrowi, 2006).
Uji Asumsi Klasik
Menurut Gujarati (2012), agar diperoleh model yang baik maka model harus memenuhi kriteria
BLUE. Dimana :
1. Memiliki nilai rata-rata kesalahan penganggu atau error term nol variannya tetap
2. Tidak terdapat gangguan korelasi sosial dari error term
3. Kovarian antar error term adalah nol
4. Tidak terdapatnya multikolineritas diantara variabel yang menjelaskan.
Karena itulah perlu dilakukan uji multikolineritas, uji normalitas, uji autokorelasi dan uji
heterokedastisitas berikut ini:
Uji Normalitas
Uji signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen melalui uji t hanya akan
valid jika residual yang kita dapatkan mempunyai distribusi normal. Ada beberapa cara yang dapat
10

digunakan untuk menguji apakah residual mempunyai distribusi normal atau tidak. Beberapa
metode uji normalitas yang dapat digunakan antara lain melalui histogram dan juga uji jarque-bera.
1. Histogram residual.
metode ini adalah metode grafis yang paling sederhana yang digunakan untuk mengetahui apakah
betuk dari probability distribution function (PDF) drai variabel random berbentuk distribusi normal
atau tidak. Jika histogram residual menyerupi Gambar distribusi normal maka dapat dikatakan
bahwa residual berdistribusi normal. Bentuk Gambar dari distribusi normal ini menyerupai lonceng
seperti distribusi t sebelumnya dimana jika Gambar distribusi normal tersebut dibagi dua maka akan
mempunyai bagian yang sama.
2. Uji jarque bera
Metode ini didasarkan kepada sampel besar yang diasumsikan bersifat asymptotic.
Hipotesis pengujiannya adalah
Ho : mempunyai residual atau faktor penganggu yang tidak berdistribusi normal
H1 : mempunyai residual atau factor pengganggu berdistribusi normal
Dimana pengambilan keputusan dalam pengujian ini adalah :
Probabilitas dari JB-test > a (misal 5%) maka Ho ditolak atau error term terdistribusi normal
Probabilitas dari JB-test < a (misal 5%) maka Ho diterima atau error term tidak terdistribusi normal
Uji Autokorelasi
Secara harfiah auto korelasi berarti adanya korelasi antara anggota observasi dengan observasi lain
yang berlainan waktu atau jika dikaitkan dengan asumsi OLS dapat dinyatakan bahwa autokorelasi
adalah korelasi antara satu variabel gangguan dengan variabel gangguan lainnya. Sedangkan asumsi
OLS yang paling penting adalah ntidak adanya hubungan antara variabel gangguan dengan variabel
gangguan lainnya. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi atau tidak dapat dilakukan dengan
menggunakan metode Durbin Watson (DW) atau metode Breusch-Godfrey.
Metode durbin Watson adalah salah satu metode yang cukup popular digunakan untuk mendeteksi
adanya autokorelasi yang dikembangkan oleh Durbin-Watson. Metode ini popular karena mudah
dilakukan. Namun uji ini mempunyai berbagai macam kelemahan seperti : 1). uji ini hanya ebrlaku
jika variabel independen yang bersifat nonstokastik, 2). Hanya berlaku jika hubungan autokorelasi
antar residual dalam order pertama autoregresif yang lebih tinggi, 3. )model ini tidak dapat
digunakan dalam kasus moving average dari residual yang lebih tinggi.
Dikarenakan kelemahan-kelemahan itulah maka Breusch dan godfrey mengembangkan uji
autokorelasi yang lebih umum dikenal dengan nama uji lagrange Multiplier (LM). Dimana hipotesis
dalam pengujian ini adalah :
Ho : tidak terjadi autokorelasi
H1 : terjadi autokorelasi
Pengambilan keputusan dengan menggunakan uji ini adalah :
a. Nilai probabilitas Chi-square > a (misal 5%) berarti tidak terjadi autokorelasi atau Ho
diterima
b. Nilai probabilitas Chi-square > a (misal 5%) berarti terjadi autokorelasi atau Ho tidak
diterima.
Uji Multikolineritas
Multikolineritas adalah hubungan linier antara variabel independen di dalam regresi. Model yang
mempunyai standart error besar dan nilai statistik t yang rendah. Dengan demikian merupakan
indikasi awal adanya multikolineritas dalam model. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa model
yang digunakan kurang baik. Jika hal ini terjadi maka nila R2 akan menjadi tinggi namun hanya
sedikit variabel yang independen yang signifikan. Salah stau cara yang digunakan dalam mendeteksi
multikolineritas adalah dengan uji variance inflation factor (VIF) dan juga dnegan melihat matriks
korelasi dari variabel bebas. Pegambilan keputusan dalam mendeteksi multikolineritas dengan
melihat matriks korelasi yaitu :
1. Koefisien korelasi < 0,90 maka tidak terjadi multikolineritas atau Ho diterima
2. Koefisien korelasi > 0,90 maka terjadi multikolineritas atau Ho ditolak

Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas adalah jika variabel gangguan mempunyai varian yang tidak konstan.
Heterokedastisitas dapat memberikan dampak tidak efisiennya proses estimasi, namun hasil estimasi
tetap konsisten dan bias sehingga membuat uji t dan uji F menjadi menyesatkan. Untuk mendeteksi
adanya heterokedastisitas ini dapat dilakukan dengan uji park test, Breusch-pagan-godfrey dan
11

white general heterokedastisity (Nachrowi, 2006). Jika menggunakan uji Breusch-pagan-godfrey


maka pengambilan keputusannya adalah jika :
1. Pro chi square > a (misal 5%) maka tidak terjadi heterokedastisitas atau Ho diterima
2. Pro chi square < a (misal 5%) maka terjadi heterokedastisitas atau Ho ditolak

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Statistik
Persamaan Regresi Data Panel
Analisis regresi linier berganda dimaksudkan untuk menguji sejauh mana pengaruh
variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel independen pada penelitian ini
adalah Tenaga Kerja Sektor Informal (X1), Pengangguran (X2) dan Pendidikan (X3). Sedangkan
variabel dependennya adalah Pertumbuhan Ekonomi (Y). Berdasarkan hasil perhitungan yang
dilakukan dengan menggunakan statistik tabel, maka didapatkan persamaan regresi berganda
dengan menggunakan fixed effect model sebagai berikut:
Yit = β0 + β1X1it + β2X2it+ β3X3it + μit
Yit = 4.867122 - 0.001236 X1it - 0.004417 X2it + 014633 X3it + μit
Dimana:
X1 : Tenaga Kerja Sektor Informal
X2 : Tingkat Pengangguran Terbuka
X3 : Angka Partisipasi Sekolah Perguruan Tinggi
Y : Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)

Tabel 4.3 Hasil Regresi Data Panel Menggunakan Fixed Effect Model
Dependent Variable: Y
Method: Panel Least Squares
Date: 22/06/19 Time: 00:27
Sample: 2015 2018
Periods included: 4
Cross-sections included: 33
Total panel (balanced) observations: 132

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.


C 4.867122 0.057668 84.3994 0.0000
TK_Informal -0.001236 0.000712 -1.734981 0.0860
TPT -0.004417 0.002125 -2.078772 0.0403
APS_PT 0.014633 0.001126 12.99056 0.0000
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.974941 Mean dependent var 1.565152
Adjusted R-squared 0.966545 S.D. dependent var 0.618515
S.E. of regression 0.113131 Akaike info criterion -1.307194
Sum squared resid 12.29938 Schwarz criterion -0.009727
Log likelihood 1162.219 Hannan-Quinn criter -0.820081
F-statistic 116.1155 Durbin-Watson stat 1.553078
Prob. (F-statistic) 0.000000
Sumber: Output pengolahan data menggunakan E-Views 10

Berdasarkan persamaan regresi tersebut, dapat di analisis pengaruh masing-masing variabel


independen terhadap variabel dependen antara lain:
12

a. Konstanta sebesar 4.867122 yang menyatakan bahwa apabila nilai dari Tenaga Kerja
Sektor Informal, Pengangguran, dan Pendidikan adalah tidak konstan maka nilai variable
Pertumbuhan Ekonomi adalah sebesar 4.867122
b. Nilai koefisien regresi X1 memiliki hubungan negatif -0.001236 untuk variable Tenaga
Kerja Informal. Artinya apabila terjadi peningkatan pada variabel Tenaga Kerja Informal
sebesar 1 persen maka variabel Pertumbuhan Ekonomi akan mengalami penurunan sebesar
-0.001236 persen.
c. Nilai koefisien regresi X2 memiliki hubungan negatif -0.004417 untuk variable
Pengangguran. Artinya apabila terjadi peningkatan pada variabel Pengangguran sebesar 1
persen maka nilai variabel Pertumbuhan Ekonomi akan mengalami penurunan sebesar -
0.004417 persen.
d. Nilai koefisien regresi X3 memiliki hubungan positif 0.014633 untuk variable Angka
Partisipasi Sekolah Perguruan Tinggi. Artinya apabila terjadi peningkatan pada variabel
Angka Partisipasi Sekolah Perguruan Tinggi sebesar 1 persen maka nilai variabel
Pertumbuhan Ekonomi akan mengalami peningkatan sebesar 0.014633 persen.
Uji Statistik t / Parsial
Uji t atau uji parsial dilakukan untuk menguji apakah variabel independen (Tenaga Kerja Informal,
Pengangguran, dan Pendidikan) masing-masing signifikan terhadap variabel dependen.
Tabel 4.4 Nilai t- Statistik
Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
X1 -0.001236 0.000712 -1.734981 0.0860
X2 -0.004417 0.002125 -2.078772 0.0403
X3 0.014633 0.001126 12.99056 0.0000

Berdasarkan hasil Uji t menunjukkan bahwa secara individu, keseluruhan variabel independen
signifikan mempengaruhi variabel dependen
a. Pengaruh Tenaga Kerja Informal terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa variabel PDRB memiliki t-hitung sebesar
-1.734 dengan probabilitas 0.0860 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Tenaga Kerja
Informal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
b. Pengaruh Pengangguran terhadap Tingkat Kemiskinan
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa variabel Pengangguran yang diukur
dengan indikator pengangguran terbuka memiliki t-hitung sebesar -2.078 dengan probabilitas
0.0403 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Pengangguran berpengaruh secara
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
c. Pengaruh Pendidikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa variabel pendidikan yang diukur dengan
indikator angka partisipasi sekolah perguruan tinggi memiliki t-hitung sebesar 12.990 dengan
probabilitas 0.000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pendidikan berpengaruh
secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Uji Statistik F / Stimultan
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen mempunyai
pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen. Dari hasil regresi
Pengaruh Tenaga Kerja Informal, Pengangguran, dan Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
di Indonesia Tahun 2015-2018 diperoleh nilai F-hitung sebesar 116.1155 diperoleh nilai Prob F-
hitung sebesar 0,0000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen
(Tenaga Kerja Informal, Pengangguran, dan Pendidikan) secara bersama-sama (simultan)
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Pertumbuhan Ekonomi).
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi atau Goodness of fit digunakan untuk mengukur seberapa jauh
tingkat kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Nilai koefisien Determinasi (R²)
memiliki kelemahan mendasar yaitu adanya bias terhadap jumlah variabel independen yang
dimaksukkan dalam model. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan koefisien determinasi yang
disesuaikan (adjusted R²).
13

Tabel 4.5 Uji Koefisien Determinasi


R-Squared 0.974941
Adjusted R – Squares 0.966545
Sumber: Output pengolahan data menggunakan E-Views 10

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh nilai adjusted R-squared sebesar 0.9665. Hal ini
berarti bahwa, 96,65 persen tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 2015-2018 dapat
dijelaskan oleh variabel tenaga kerja informal, pengangguran terbuka, angka partisipasi sekolah
perguruan tinggi. Sedangkan sisanya sebanyak 3,35 persen dijelakan oleh variabel lain di luar model
atau faktor-faktor lain diluar penelitian ini.
Pengaruh Tenaga Kerja Informal (X1) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y) di Indonesia
Variabel tenaga kerja informal dalam penelitian ini menyatakan bahwa tenaga kerja
informal berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut
dapat diartikan bahwa semakin tinggi tenaga kerja informal maka pertumbuhan ekonomi akan
semakin menurun. Menurut hasil olah regresi data panel yang telah dilakukan, ditemukan bahwa
koefisien regresi untuk variable tenaga kerja informal (X1) adalah sebesar -0.001236 maka dapat
disimpulkan apabila terjadi peningkatan variabel (X1) sebanyak satu persen maka akan terjadi
penurunan pertumbuhan ekonomi sebanyak -0.001236 persen.
Sehingga dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi tenaga kerja informal, maka hal tersebut
menunjukkan adanya penurunan kualitas perekonomian karena para tenaga kerja informal umumnya
masuk pada sektor pertanian, perdagangan, dan jasa kemasyarakatan dengan tingkat pendapatan
yang rendah dan ketidakpastian jaminan kesejahteraan.

Pengaruh Pengangguran (X2) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y) di Indonesia


Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah angka yang menunjukkan banyaknya
pengangguran terhadap 100 penduduk yang masuk kategori angkatan kerja (BPS, 2017). Jumlah
pengangguran mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pertambahan penduduk. Dengan
pertambahan penduduk yang tinggi akan meningkatkan jumlah angkatan kerja (penduduk usia kerja)
yang kemudian besarnya angkatan kerja ini dapat menekan ketersediaan lapangan kerja di pasar
kerja. Sedangkan angkatan kerja itu sendiri terdiri dari dua komponen yaitu orang yang menganggur
dan orang yang bekerja.

Dalam hal ini jika dilihat bahwa tingkat pengangguran terbuka di perkotaan hanya
menunjukkan aspek-aspek yang tampak dari masalah kesempatan kerja di sebuah lapangan kerja
yang dciptakan masyarakat itu sendiri sedangkan di pedesaan lebih merujuk pada masyarakat yang
tidak memiliki lahan pribadi untuk mengembangkan ketrampilannya yang terbatas sehingga apabila
mereka tidak bekerja konsekuensinya adalah mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka
dengan baik, kondisi seperti ini membawa dampak menurunnya produktivitas sehingga memiliki
implikasi terhadap pertumbuhan ekonomi.

Variabel pengangguran dalam penelitian ini menyatakan bahwa pengangguran


berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut dapat diartikan
bahwa semakin tinggi pengangguran maka pertumbuhan ekonomi akan semakin menurun. Menurut
hasil olah regresi data panel yang telah dilakukan, ditemukan bahwa koefisien regresi untuk variable
pengangguran (X2) adalah sebesar -0.004417 maka dapat disimpulkan apabila terjadi peningkatan
variabel (X2) sebanyak satu persen maka akan terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi sebanyak -
0.004417 persen.

Apabila ditinjau dari sudut individu, pengangguran menimbulkan berbagai masalah


ekonomi dan sosial kepada yang mengalaminya. Keadaan pendapatan menyebabkan para
penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya. Apabila pengangguran di suatu negara
sangat buruk, kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi
kepada kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka panjang.

Pengaruh Pendidikan (X3) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y) di Indonesia


Pendidikan merupakan usaha sadar manusia untuk memperoleh keahlian maupun
keterampilan untuk mengembangkan diri di dalam maupun diluar sekolah dan berlangsung. seumur
14

hidup. Hubungan pendidikan dengan kemiskinan sangat berpengaruh, karena semakin tinggi
pendidikan seseorang, maka keahlian juga meningkat sehingga akan mendorong produktivitas kerja.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka pengetahuan dan keahlian juga akan meningkat
sehingga akan mendorong peningkatan produktivitas seseorang. Pada akhirnya seseorang yang
memiliki produktivitas yang tinggi akan memperoleh kesejahteraan yang lebih baik, yang dapat
diperlihatkan melalui peningkatan pendapatan maupun konsumsinya.

Variabel pendidikan dalam penelitian ini menyatakan bahwa pendidikan berpengaruh


positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut dapat diartikan bahwa semakin
tinggi pendidikan maka pertumbuhan ekonomi akan semakin meningkat. Menurut hasil olah regresi
data panel yang telah dilakukan, ditemukan bahwa koefisien regresi untuk variable pendidikan (X3)
adalah sebesar 0.014633 maka dapat disimpulkan apabila terjadi peningkatan variable pendidikan
(X3) sebanyak satu persen maka akan terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi sebanyak 0.014633
persen.
Teori Kuznet dalam Todaro (2011) menjelaskan pendidikan di banyak negara merupakan
cara untuk menyelamatkan diri dari kemiskinan. Dimana digambarkan dengan seorang miskin yang
mengharapkan pekerjaaan baik serta penghasilan yang tinggi maka harus mempunyai tingkat
pendidikan yang tinggi. Sehingga tingkat pendidikan sangat berpengaruh dalam meningkatkan
masalah pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan teori yang dikemukan oleh Arsyad (2016) mengatakan bahwa pendidikan (baik formal
maupun non formal) dapat berperan penting dalam mengurangi kemiskinan dalam jangka panjang,
baik secara tidak langsung, yaitu melalui perbaikan produktivitas dan efisiensi secara umum,
maupun secara langsung, yaitu melalui pelatihan golongan miskin dengan bekal ketrampilan yang
dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas mereka yang pada gilirannya akan mampu
meningkatkan pendapatan mereka. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka pengetahuan
dan keahlian juga akan meningkat sehingga akan mendorong peningkatan produktivitas seseorang.
Pada akhirnya seseorang yang memiliki produktivitas yang tinggi akan memperoleh kesejahteraan
yang lebih baik, yang dapat diperlihatkan melalui peningkatan pendapatan maupun konsumsinya.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya maka beberapa kesimpulan
yang dapat diambil antara lain :
1. Variabel tenaga kerja informal tidak berpengaruh signifikan terhadap PDRB. Jika ada
kenaikan tenaga kerja informal maka PDRB akan semakin rendah.
2. Variabel pengangguran berpengaruh signifikan terhadap PDRB. Jika ada penurunan
tingkat pengangguran terbuka maka PDRB akan mengalami kenaikan.
3. Variabel pendidikan berpengaruh signifikan terhadap PDRB. Jika ada kenaikan pada angka
partisipasi sekolah perguruan tinggi maka PDRB juga akan mengalami kenaikan.
Saran
Berdasarkan hasil dari kesimpulan di atas maka saran untuk pihak yang berkepentingan adalah :
1. Bagi pemerintah diharapkan pemerintah meningkatkan investasi di sektor formal
dikarenakan sektor formal memiliki nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan sektor
informal sehingga para tenaga kerja diharapkan lebih masuk ke sektor formal dibandingkan
di sektor formal.
2. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat pengangguran terbuka yang menurunkan PDRB,
dimana pemerintah diharapkan mampu memberikan dorongan kemudahan dalam perluasan
aktivitas wirausaha/industri serta perluasan lapangan kerja.
3. Selanjutnya pemerintah diharapkan mampu memberikan kebijakan yang dapat eningkatkan
standar pendidikan hingga perguruan tinggi seperti adanya pemberian beasiswa pada
mahasiswa berprestasi. Serta membuka lembaga-lembaga pendidikan perguruan tinggi di
banyak daerah lain di Indonesia dengan kualifikasi yang lebih baik sehingga diharapkan
pemerataan pendidikan bisa menjangkau ke semua daerah di Indonesia secara merata.
Sehingga kualitas sumber daya manusia yang ada bisa meningkat dan dapat masuk ke
sektor lapangan pekerjaan yang lebih baik lagi sehingga diharapkan pada akhirnya
pertumbuhan ekonomi bisa meningkat.
15

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.


Azwar, S. (2013). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Boediono. (1981). Teori Pertumbuhan Ekonomi Seri Pengantar Ilmu Ekonomi. Yogyakarta: BPFE.
Boediono. (2009). Pertumbuhan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Bungin, M. B. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.
Damodar, G. N., & Porter, D. C. (2012). Dasar-dasar Ekonometrika (5 ed.). (R. C. Mangunsong,
Penerj.) Jakarta: Salemba Empat.
Danim, S. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.
Lincolin, A. (2002). Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Yogyakarta:
BPFE.
Mankiw, G. N. (2003). Teori Makro Ekonomi Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.
Mankiw, G. N. (2006). Teori Makro Ekonomi. (I. Nurmawan, Penerj.) Jakarta: Erlangga.
Nachrowi, N. D. (2006). Ekonometrika, untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga
Penerbit FE UI.
Rusmusi, I. M., & Dewi, A. S. (2014). Pengaruh Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi
terhadap Pengangguran di Indonesia 2001-2010. Jurnal Ekonomi-Regional, Volume 7
(Nomor 1).
Sukirno, S. (2000). Makroekonomi Modern. Jakarta: Raja Grafindo.
Sukirno, S. (2004). Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo.
Sukirno, S. (2012). Makroekonomi Modern: Perkembangan Pemikiran dari Klasik hingga
Keynesian baru. Jakarta: Raja Grafindo.
Badan Pusat Statistik. (2018). Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia 2018. Jakarta: Badan Pusat
Statistik Indonesia.
Badan Pusat Statistik. (2018). Keadaan Pekerja di Indonesia 2018. Jakarta: Badan Pusat Statistik
Indonesia.
Badan Pusat Statistik. (2018). Laporan Perekonomian Indonesia 2018. Jakarta: Badan Pusat
Statistik Indonesia.
Badan Pusat Statistik. (2018). Statistik Indonesia 2018. Jakarta: Badan Pusat Statistik Indonesia.
Badan Pusat Statistik. (2018). Statistik Pendidikan 2018. Jakarta: Badan Pusat Statistik Indonesia.
Subandi. (2011). Ekonomi Pembangunan (cetakan kesatu). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Suyoto, & Suwarso. (1994). Rumusan Hasil Diskusi Panel Nasional Tentang Penyuksesan Program
Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun. Malang: Universitas Merdeka.
Todaro, M. P. (1994). Ekonomi untuk Negara Berkembang (3 ed.). Jakarta: Bumi Aksara.
Todaro, M. P., & Smith, S. C. (2006). Pembangunan Ekonomi (edisi kesembilan, jilid I). Jakarta:
Erlangga

Anda mungkin juga menyukai