Anda di halaman 1dari 10

PROGRAM KERJA

KOMITE PENGENDALIAN RESISTENSI


ANTIMIKROBA
RSUD SUMBAWA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUMBAWA


2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta Hidayah-Nya sehingga “Program Kerja Pengendalian Resistensi
Antimikroba (PPRA) “ di Rumah Sakit Umum Daerah Sumbawa ini dapat
diselesaikan.
Program pengendalian resistensi Antimikroba merupakan program yang
sangat penting dilakukan untuk menanggulangi masalah resistensi antimikroba.
Dengan adanya PPRA, maka pengendalian resistensi antimikroba dapat berjalan
dengan baik serta bisa menekan angka resistensi antimikroba secara perorangan
melalui program-program yang sudah diwujudkan.
Besar harapan kami, program kerja yang telah direncanakan dapat menjadi
acuan dalam melaksanakan program PPRA selama tahun 2022, sehingga dapat
bermanfaat untuk pengaturan fungsi dan organisasi Komite dan Tim Pengendalian
Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit Umum Daerah Sumbawa.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terciptanya program kerja ini. Kami menyadari bahwa program ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, masukan dan saran semua pihak sangat kami harapkan
guna tercapai perbaikan dimasa yang akan datang.

Sumbawa, Januari 2022

Tim Penyusun
I.Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Resistensi mikroba terhadap antimikroba (selanjutnya ditulis sebagai
resistensi antimikroba) adalah kemampuan mikroba untuk tetap bertahan hidup
terhadap kerja antimikroba. Penyakit infeksi disebabkan oleh masuk dan
berkembangbiaknya mikroba pathogen (bakteri, virus, jamur, atau mikroba lain)
didalam tubuh yang disertai respon tubuh untuk melawannya. Resistensi
antimikroba telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia, dengan berbagai
dampak merugikan dapat menurunkan mutu pelayanan kesehatan, peningkatan
durasi pengobatan, mobiditas dan mortalitas. Muncul dan berkembangnya resistensi
antimikroba terjadi karena selection pressure yang sangat berhubungan dengan
penggunaan antimikroba dan penyebaran mikroba resisten (spread). Penggunaan
yang salah (misuse) dan penggunaan berlebihan (overuse) menyebabkan proses
resistensi ini semakin cepat. Tekanan seleksi resistensi dapat dihambat dengan cara
menggunakan secara bijak, sedangkan proses penyebaran dapat dihambat dengan
cara mengendalikan infeksi secara optimal.

Berbagai cara perlu dilakukan untuk menanggulangi masalah resistensi


anti mikroba baik di tingkat perorangan maupun institusi. Upaya pengendalian
resistensi antimikroba secara global dilakukan oleh WHO dengan salah satunya
mengeluarkan sebuah strategi global pengendalian resistensi antimikroba pada
tahun 2001. Upaya penanggulangan resistensi antimikroba juga dilakukan pada
tingkat regional, salah satunya adalah di Asia yang dilakukan oleh Asia-Pasific
Economic Cooperation (APEC). Di Indonesia sendiri terdapat suatu upaya
pengendalian resistensi antimikroba melalui peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 8 tahun 2015 tentang Program Pengendalian Resistensi
Antimikroba di Rumah Sakit (PPRA).

Dalam rangka melaksanakan PPRA di rumah sakit Umum Daerah


Sumbawa perlu disusun program kerja PPRA setiap tahun.

1.2. Tujuan
A. Tujuan Umum

Sebagai acuan dalam pelaksanaan program pengendalian resistensi antimikroba


di rumah sakit, agar berlangsung secara baku, terpadu, berkesinambungan,
terukur, dan dapat dievaluasi.
B. Tujuan khusus

1. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran seluruh staf, pasien dan keluarga


tentang kebijakan penggunaan antibiotik di rumah sakit.

2. Mengendalikan berkembangnya mikroba resisten akibat tekanan seleksi


oleh antibiotik melalui strategi penggunaan antibiotik secara bijak.

3. Mencegah penyebaran mikroba resisten melalui peningkatan ketaatan


prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi

II. Kegiatan Pokok


Kegiatan pelaksanaan PPRA di RS Umum Daerah Sumbawa dilakukan
melalui beberapa tahapan:
1. Tahap persiapan
a. Identifikasi kesiapan infrastruktur rumah sakit termasuk kesiapan
fungsi infrastruktur tersebut dalam pelaksanaan PPRA yang meliputi:
1. Klinisi pewakilan SMF
2. Keperawatan
3. Instalasi farmasi
4. Laboratorium mikrobiologi klinik
5. Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
6. Komite Farmasi dan Terapi (KFT)
Tugas dan fungsi masing-masing infrastruktur dalam mendukung
pelaksanaan PPRA adalah sbb seperti yang tercantum dalam Pedoman
Nasional PPRA Rumah Sakit berkaitan pengendalian resistensi
antimikroba.
b. Penyusunan kebijakan dan panduan/ pedoman
1. Pedoman pengendalian resistensi antimikroba di RSUD Sumbawa
2. Panduan penggunaan antibiotik profilaksis dan terapi
3. Panduan pengelolaan, pemeriksaan dan pelaporan pemeriksaan
mikrobiologi.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Sosialisasi tentang PPRA
b. Menetapkan pilot project pelaksanaan PPRA, meliputi:
1. Pemilihan pilot project ruang ICU
2. Penunjukkan penanggung jawab dan tim pelaksana pilot project
3. Pembuatan rencana kegiatan PPRA selama 1 tahun
c. Pelaksanaan pilot project PPRA
1) KSM yang ditunjuk menetapkan panduan penggunaan antibiotik
(PPAB) dan algoritme penanganan penyakit infeksi.
2) Melakukan sosialisasi PPAB di SMF yang ditunjuk untuk
pelaksanaan pilot project
3) Selama penerapan pilot project, bila ada kasus sulit maka dilakukan
forum kajian kasus terintegrasi.
4) Melakukan pengolahan dan analisis data yang meliputi:
a) Data pola penggunaan antibiotik
b) Data kuantitas dan kualitas penggunaan antibiotic
c) Data pola mikroba dan pola resistensi
d. Monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap:
a) Laporan evaluasi pelaksanaan PPRA (pilot project)
b) Laporan pola mikroba dan pola resistensinya
c) Laporan penggunaan antibiotik secara kuantitas dan kualitas
e. Laporan kegiatan PPRA kepada direktur RS untuk perbaikan pelayanan
dan kebijakan/ pedoman/ panduan dan rekomendasi perluasan
penerapan PPRA di rumah sakit.
f. Mengajukan rencana kegiatan dan anggaran tahunan PPRA kepada
direktur RS.

III. Indikator mutu PPRA


Dampak keberhasilan PPRA di evaluasi menggunakan indikator sbb:
1. Staf medis yang tersosialisasi (pilot project) memiliki pemahaman terkait
program pengendalian antimikroba dan prinsip pengendalian infeksi.
2. Perbaikan kuantitas penggunaan, definisi: menurunnya konsumsi
(berkurangnya jumlah dan jenis yang digunakan dalam terapi empiris
maupun definitif).
3. Perbaikan pola sensitifitas dan penurunan mikroba multiresisten yang
tergambar dalam pola kepekaan antibiotik secara periodik setiap tahun.
4. Peningkatan mutu penganan kasus infeksi secara multidisiplin, melalui
forum kajian kasus infeski terintegrasi.
IV. Cara Melaksanakan Kegiatan

No TUJUAN STRATEGI SASARAN PIC Dateline

1 Training dan edukasi 1) Refresment sosialisasi SK KPRA & PPRA Semua petugas yang Komite Agustus
penggunaan antibiotic melakukan PPRA 2022
2) Refresment sosialisasi PPK masing-
secara rasional masing SMF pelayanan terhadap
pasien
3) Membagikan leaflet, pamflet, website,
televisi dan yang lainnya sebagai media
Informasi.
2 Rapat KPRA Melaksanakan rapat tiap 6 bulan kegiatan Anggota KPRA Komite Juni dan
KPRA PPRA Desember

3 Perhitungan 1) Melakukan perhitungan penggunaan Jumlah dan jenis Farmasi Januari -


penggunaan antimikroba secara kuantitatif (DDD/100 penggunaan AB pada klinis Desember
antibiotika secara patient days): berkurangnya jumlah dan pilot project
kuantitas dan kualitas jenis antibiotik yang digunakan sebagai
tearpi empiris dan definitive.
untuk meningkatkan
penggunaan 2) Melakukan pengumpulan data dasar kasus
antibiotika secara yang diikuti selama implementasi unit
rasional yang menjadi “pilot project” dan dicatat
dalam LPD
3) Melakukan ekstrak data, analisa data
dengan metode Gyssen
4) Melakukan pelatihan terkait reviewer
antibiotik secara kualitatif bagi anggota
PPRA yang belum bersertifikat.

4 Pola sensitivitas 1) Pelaporan pola kuman secara periodik PKS dengan Rumah Laboratorim Setiap
antibiotik dan mikroba setiap 1 tahun. sakit yang telah mikrobiologi tahun
multiresisten yang 2) Pelaporan kejadian MDRO memiliki klinik
tergambar dalam pola 3) Menyajikan hasil pola kuman setiap 1 antibiogram
tahun
kepekaan antibiotik

5 Menurunkan angka 1) Meningkatkan kewaspadaan standar Pelaksanaan contact Komite/Tim Januari -


infeksi dirumah sakit precaution pada PPI Desember
2) Melaksanakan kewaspadaan kontak
yang disebabkan oleh kasus MDRO
terhadap kasus MDRO
Multi Drug Resistant
Organism (MDRO). 3) Pengelolaan lingkungan
4) Dekolonisasi pasien dengan MDRO
5) Tatalaksana Kejadian Luar Biasa (KLB)
MDRO

6 Meningkatkan mutu 1) Koordinasi dengan Manager on Duty kasus infeksi berat Komite Insidentil
penanganan kasus (MOD) daftar pasien dengan kasus infeksi dilakukan kajian PPRA
infeksi secara berat yang memerlukan kajian kasus secara multidisiplin
multidisiplin, melalui infeksi terintegrasi dan terintegrasi
forum kajian kasus 2) Melaksanakan kajian kasus infeksi yang
infeksi terintegrasi. melibatkan multidisiplin ilmu secara
terintegrasi
V. Rencana Jadwal Kegiatan KPRA Tahun 2022

N WAKTU PELAKSANAAN
KEGIATAN PIC
o Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Training dan SMF/bagia
1
edukasi n
2 Rapat KPRA Mba Diah
Surveillance
awal:
1.Data Farmasi
3
kuantitas Klinis
penggunaan
antibiotik
Penatalaksanaa
Komite/Ti
4 n infeksi terkait
m PPI
MDRO
Pilot project
implementasi
PPRA (ICU)
1.implementasi
5 PPRA
AB sesuai
panduan
2.Diskusi kasus
sulit
laporan
6 kegiatan PPRA KPRA
pada direktur
VI. Rencana Kerja Anggaran (RKA) KPRA Tahun 2022

NO URAIAN KEGIATAN SARANA HARGA JUMLAH TOTAL


SATUAN

1 Edukasi program pengendalian Leaflet PRA 5.000 100 500.000


antimikroba

2 Edukasi AMR oleh pakar Pelatihan external 5.000.000 5.000.000 x 2 10.000.000


bersertifikat. atau internal

3 Pengumpulan data DDD dan ATK (kertas, 200.000 2 400.000


metode Geyssen pulpen, printer,
print form LPD)

4 Rapat KPRA setiap 6 bulan Konsumsi 20.000 10 x 2 400.000

5 Pelaporan kasus MDRO dan Print laporan dan 20.000 20 x 2 800.000


pola kuman jilid

6 Kajian kasus infeksi Konsumsi 15.000 15 x 10 2.250.000

7 Pelaporan hasil kegiatan KPRA Print dan jilid 50.000 2 100.000


laporan

TOTAL 14.450.000
VII. Monitoring dan Evaluasi Program Pengendalian Antimikroba Rasional
1. Minutes of Meeting (MOM) rapat KPPRA.
2. Pelaporan pola penggunaan antibiotika secara kuantitas dan kualitas. yang
dkirimkan kepada direktur.
3. Pelaporan mikroba multiresisten setiap ada kejadian, dan pelaporan pola
kuman secara periodik setiap 1 tahun sekali.
4. Pelaporan kegiatan komite PPRA setiap 1 tahun sekali kepada direktur.

Mengetahui Sumbawa Besar, 1 Januari 2022


Direktur RSUD Sumbawa Ketua Komite PPRA

dr. Dede Hasan Basri dr. Yolanda Puspita, Sp. MK


NIP. 19720601 200909 1 001 NIP. 19840702 201408 2 002

Anda mungkin juga menyukai