Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fenomena perpindahan panas merupakan salah satu fenomena yang ada di
dalam kehidupan sehari-hari. Pembahasan mengenai perpindahan panas ini pun
menjadi hal penting dalam berbagai macam bidang baik itu bidang sains, teknologi
maupun bidang industri. Bidang teknologi industri misalnya, banyak
menggunakan prinsip-prinsip dasar proses perpindahan panas. Secara umum
proses perpindahan panas dari suatu sistem atau benda kesistem atau benda lain
terdiri atas tiga mekanisme yaitu perpindahan panas/energisecara konduksi,
konveksi, dan radiasi. Ilmu konsep perpindahan panas berbeda dengan
termodinamika. Ilmu termodinamika hanya menjelaskan bagaimana cara energi
itu berpindah dari suatu benda ke benda lain, sedangkan pada ilmu
perpindahan panas selain menjelaskan bagaimana cara energi panas
tersebut berpindah juga dapat memprediksi laju alir perpindahan panas yang
terjadi pada kondisi-kondisi tertentu.
Heat Exchabger merupakan alat penukar kalor yang sangat penting dalam
proses industri. Prinsip kerja heat exchanger adalah perpindahan panas dari fluida
panas menjadi fluida dingin. Heat exchanger dapat digunakan untuk
memanaskan dan mendinginkan fluida Sebelum fluida masuk ke dalam reaktor,
umumnya fluida dimasukkan terlebih dahulu ke dalam alat penukar kalor agar
suhu fluida sesuai dengan spesifikasi jenis reaktor yang digunakan. Pada dunia
industri, heat exchanger merupakan unit alat yang berperan dalam berbagai unit
operasi, misalnya dalam industri obat-obatan farmasi, industri perminyakan,
industri makanan-minuman, dll.
Alat Penukar kalor (heat exchanger) adalah alat yang banyak digunakan
dalam industri, khususnya industri proses manufaktur, dan industri kimia. Alat
penukar kalor adalah suatu alat yang dapat menghasilkan perpindahan kalor dari
suatu fluida ke fluida lain. Proses perpindahan kalor itu terjadi antara dua fluida
yang dipisahkan oleh suatu batas dan mempunyai temperatur yang berbeda. Salah
satu kontruksi alat penukar kalor yang banyak digunakan adalah jenis shell and
tube.
Alat heat exchanger umumnya banyak digunakan dalam industri proses,
sekurang-kurangnya 60% dari semua heat exchanger yang digunakan, karena
dapat didesain untuk menjalankan lebih banyak tekanan dan temperatur seperti
yang di jumpai dalam industri proses. Heat exchanger ini juga dapat
dikontruksikan dari bermacam-macam material

B. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum modul 6 tentang shell and tube heat
exchanger ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu merangkai dan mengoperasikan peralatan Shell and Tube
Head Exchanger.
2. Mahasiswa memahami fenomena fisik counter flow pada Shell and Tube Head
Exchanger.
3. Mahasiswa mengetahui karakteristik sesungguhnya Shell and Tube Head
Exchanger.
4. Mahasiswa mampu menghitung koefisien perpindahan panas dari laju
perpindahan panas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Perpindahan Panas
Perpindahan panas dapat juga disebut perpindahan kalor. Perpindahan kalor
merupakan perpindahan energi yang terjadi pada benda atau material yang
memiliki temperatur tinggi ke benda atau material yang bertemperatur lebih
rendah. Dari termodinamika telah diketahui bahwa energi yang pindah itu
dinamakan kalor atau panas (heat) Ilmu perpindahan kalor tidak hanya mencoba
menjelaskan bagaimana energi kalor itu berpindah dari suatu benda ke benda lain,
tetapi juga dapat meramalkan laju perpindahan yang terjadi pada kondisi- kondisi
tertentu. Kenyataan bahwa di sini yang menjadi sasasran analisis ialah masalah
laju perpindahan, inilah yang membedakan ilmu perpindahan kalor dengan ilmu
termodinamika. Termodinamika membahas sistem dan kesetimbangaan; ilmu ini
dapat digunakan untuk meramalkan energi yang diperlukan untuk mengubah
sistem dari suatu keadaan seimbang ke keadaan seimbang Jainnya, tetapi tidak
dapat meramalkan kecepatan perpindahan itu. Hali ini disebabkan karena pada
waktu proses perpindahan itu berlangsung, sistem tidak berada dalam keadaan
seimbang. Ilmu perpinadahan kalor melengkapi hukum pertama dan kedua hukum
termodinamika, yaitu dengan memberikan beberapa kaidah percobaan yang dapat
dimanfaatkan untuk menentukan perpindahan energi. Sebagaimana juga dalam
ilmu termodinamika, kaidah-kaidah percobaan yang digunakan dalam
permasalahan perpindahan kalor cukup sederhana, dan dapat dengan mudah
dikembangkan sehingga mencakup berbagai ragam situasi praktis. Energi dapat
berpindah dalam bentuk kalor dari suatu zat ke lingkungannya atau zat lain apabila
diantara kedua zat tersebut berbeda temperaturnya. Jadi beda temperatur
merupakan potensial utama terjadinya perpindahan energi dalam bentuk kalor.
Dari hasil studi pustaka diperoleh bahwa ada tiga cara perpindahan kalor yaitu:
1. Perpindahan kalor secara konduksi
2. Perpindahan kalor secara konveksi
3. Perpindahan kalor secara radiasi
Dimana masing-masing sistem memiliki ciri atau karakter tertentu sesuai dengan
prosesnya. Dalam suatu peristiwa, tiga cara perpindahan kalor tersebut dapat
terjadi secara bersamaan.
1. Konduksi (Conduction)

Konduksi adalah perpindahan kalor melalui zat penghantar tanpa disertai


perpindahan bagian-bagian zat itu. Perpindahan kalor dengan cara konduksi
pada umumnya terjadi pada zat padat. Suatu zat dapat menghantar kalor
disebut konduktor, seperti berbagai jenis logam. Sedangkan zat penghantar
kalor yang buruk disebut isolator, pada umumnya benda-benda non logam.
Contoh konduksi adalah memanaskan batang besi di atas nyala api. Apabila
salah satu ujung besi dipanaskan, kemudian ujung yang lain dipegang, maka
semakin lama ujung yang dipegang semakin panas. Hal ini menunjukkan
bahwa kalor atau panas berpindah dari ujung besi yang dipanaskan ke ujung
besi yang dipegang (Kusuma, 2017).

Konduksi juga dapat didefinisikan sebagai perpindahan kalor dari suatu


daerah yang memiliki temperatur lebih tinggi ke daerah yang memiliki
temperature lebih rendah di dalam suatu medium (padat, cair, atau gas) atau
antara medium yang berlainan kontak fisik secara langsung. Pada aliran kalor
secara konduksi, molekul-molekul pada daerah bertemperatur tinggi akan
memindahkan bagian dari energi yang dimilikinya kepada molekul–
molekul bertemperatur rendah. Perpindahan energi tersebut dapat berlangsung
dengan tumbukan elastis (elasticimpact), misalnya dalam fluida atau dengan
difusi dari elektron-elektron yang bergerak lebih cepat dari daerah yang
bertemperatur tinggi ke daerah yang bertemperatur lebih rendah misalnya
pada logam-logam. Perpindahan kalor induksi pada ahkirnya akan menuju
kesetimbangan temperature
2. Konveksi (Convection)
Konveksi terjadi ketika aliran atau fluida (gas atau cairan) membawa panas
bersama dengan aliran materi. Aliran fluida dapat terjadi karena proses
eksternal, seperti gravitasi atau gaya apung akibat energi panas
mengembangkan volume fluida. Konveksi paksa terjadi ketika fluida dipaksa
mengalir menggunakan pompa, kipas, atau cara mekanis lainnya. Panas atau
kalor adalah energi yang berpindah akibat perbedaan suhu, dimana panas
bergerak dari daerah bersuhu tinggi ke daerah bersuhu rendah. Setiap
benda memiliki energi dalam yang berhubungan dengan gerak acak dari
atom-atom atau molekul penyusunnya. Energi dalam ini berbanding
lurusterhadap suhu benda, ketika dua benda dengan suhu berbeda berdekatan,
maka akan bertukar energy internal sampai suhu kedua benda tersebut
seimbang. Material dengan nilai konduktivitas tinggi maka daya hantarnya
semakin bagus sedangkan material dengan konduktivitas yang rendah maka
daya hantarnya semakin berkurang sehingga lebih cocok sebagai isolator
(Rimpassa, 2019).

q
m,cp

aliran

Gambar 2.1. Perpindahan panas konveksi

Perpindahan energy dari suatu permukaan yang temperaturenya di atas


temperaturnya di atas temperature sekitarnya dan angkutan energy. Karena
terjadinya dalam arah gradient temperature sebagai akibat gerakan massa
partikel-partikel zat yang mengalir. Konveksi adalah bentuk dari transfer
energi diantara permukaan padat dan fluida yang bergerak dan terkandung
efek kombinasi konduksi dan fluida bergerak.

q=h . A . ∆ t …………………...…………… (1)


Keterangan:
q = Laju perpindahan panas konveksi (W)
h = Koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2K)
A = Luas penampang (m2)
∆ T = Perubahan atau perbedaan temperature (℃ )

Tanda minus (-) digunakan untuk memenuhi hukum II thermodinamika,


sedangkan panas yang dipindahkan selalu mempunyai tanda positif (+).
Koefisien pindah panas permukaan h, bukanlah suatu sifat zat, akan tetapi
menyatakan besarnya laju pindah panas didaerah dekat pada permukaan itu.

Gambar 2.2. Perpindahan Panas Konveksi


Perpindahan konveksi paksa dalam kenyataanya sering dijumpai, kaarena
dapat meningkatkan efisiensi pemanasan maupun pendinginan satu fluida
dengan fluida yang lain.
3. Radiasi (Radiation)

Berlainan dengan mekanisme konduksi dan konveksi, dimana perpindahan


energi terjadi melalui bahan antara, kalor juga dapat berpindah melalui daerah-
daerah hampa. Mekanismenya adalah sinaran atau radiasi electromagnet
(Irawati, 2019).

Proses perpindahan panas mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke


benda bertemperatur lebih rendah bila benda tersebut terpisah di dalam ruang.
Energy radiasi bergerak dengan kecepatan 3 ×108 m/s dan gejala-gejalanya
sepertti menyerupai radiasi cahaya. Perpindahan panas radiasi adalah
perpindahan panas yang terjadi tanpa melalui media perantara (padat dan
fluida). Persamaan untuk mencari perpindahan panas radiasi adalah sebagai
berikut

qrad¿ ε A σ ¿Ts4-Tsur4) ……………….…………… (2)


Keterangan:
qrad = Laju perpindahan panas radiasi (W)
ε = Emvitas bahan
A = Luas Permukaan (m2)
σ = Konstantan Stefan – Boltzman (5,67 x 10-8 W/m2k4)
Ts = Temperatur permukaan (K)
Tsur = Temperatur lingkungan (K)

Perpindahan panas (heat transfer) merupakan disiplin ilmu yang


mempelajari bagaimana panas dapat berpindah dari suatubenda ke benda lainnya
melalui berbagai macam medium perambatan. Panas dapat berpindah dari suatu
tempat ke tempat lain akibat adanya perbedaan suhu. Pada perpindahan panas
terdapat juga kalor yang merupakan salah satu bentuk energi, sehingga dapat
berpindah dari satu sistem ke sistem yang lain karena adanya perbedaan suhu.
Kalor mengalir dari sistem bersuhu tinggi ke sistem yang bersuhu lebih rendah.
Sebaliknya, setiap ada perbedaan suhu antara dua sistem maka akan terjadi
perpindahan kalor. Perpindahan kalor adalah salah satu ilmu yang mempelajari apa
itu perpindahan panas, bagaimana panas yang ditransfer, dan bagaimana relevansi
juga pentingnya proses tersebut (burhani, 2014).

B. Konduktivitas Thermal
Konduktivitas termal dapat didefinisikan sebagai ukuran kemampuan bahan
untuk menghantarkan panas. Konduktivitas termal adalah sifat bahan dan
menunjukkan jumlah panas yang mengalir melintasi satu satuan luas jika gradien
suhunya satu. Bahan yang mempunyai konduktivitas termal yang tinggi
dinamakan konduktor, sedangkan bahan yang konduktivitas termalnya rendah
disebut isolator. Konduktivitas termal berubah dengan suhu, tetapi dalam banyak
soal perekayasaan perubahannya cukup kecil untuk diabaikan. Nilai angka
konduktivitas termal menunjukkan seberapa cepat kalor mengalir dalam bahan
tertentu. Makin cepat molekul bergerak, makin cepat pula ia mengangkut energi.
Jadi konduktivitas termal bergantung pada suhu. Pada pengukuran konduktivitas
termal mekanisme perpindahannya dengan cara konduksi.

Gambar 2.3. Laju aliran kalor


dT E
q=−λ . A . dan q= ………………………… (3)
dt Axt
Keterangan:
q : Laju aliran panas tiap satuan luas A tiap satuan waktu t
E : Energi
A : Luas penampang lintang sampel
T : Suhu
λ : Konduktivitas termal
t : Waktu

C. Suhu

Suhu merupakan ukuran atau derajat panas atau dinginnya suatu benda atau
sistem. Suhu di definisikan sebagai suatu besaran fisika yang dimiliki bersama
antara dua benda atau lebih yang berada dalam kesetimbangan termal..Jika panas
dialirkan pada suhu benda, maka suhu benda tersebut akan turun jika benda yang
bersangkutan kehilangan panas. Akan tetpi hubungan antara satuan panas dengan
satuan suhu tidak merupakan suatu konstanta, karena besarnya peningkatan suhu
akibat penerimaan panas dalam jumlah tertentu akan dipengaruhi oleh daya
tampung panas (heat capacity) yang dimiliki oleh benda penerima tersebut.

Suhu adalah besaran fisika yang menyatakan derajat panas. Pemantauan


Suhu pada Heat Exchanger bertujuan untuk mencegah kerusakan pada alat-alat
yang digunakan, pengontrolan jalannya proses, dan mendapatkan mutu produk
atau kondisi operasi yang sesuai dengan keinginan (Parastiwi, 2018)

D. Heat Exchanger

Alat Penukar Panas (Heat exchanger) adalah peralatan utama untuk


perpindahan panas menggunakan fluida panas dan fluida dingin. Penukar panas
dirancang supaya dapat melakukan perpindahan panas antar fluida yang
berlangsung secara efisien. Aliran dari alat penukar panas dipisahkan menjadi dua
dan dioperasikan secara terus-menerus menggunakan Recuperator. Recuperator
digunakan pada sebagai temperatur tinggi pada preheater udara. Heater yang biasa
digunakan adalah jenis heat exchanger dengan tipe shell and tube. Alat penukar
panas (Heat Exchanger) secara tipikal diklarifikasikan berdasarkan susunan
alirannya (flow arrangement) dan tipe konstruksi. Penukar panas yang paling
sederhana adalah satu penukar panas yang mana fluida panas dan fluida dingin
bergerak pada arah yang sama atau berlawanan dalam sebuah pipa (Linsley, 1972)

Heat Exchanger (HE) adalah alat yang digunakan untuk memindahkan


panas dari sistem ke sistem lain tanpa perpindahan massa dan bisa berfungsi
sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Penukar panas dirancang sebisa
mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien.
Ada beberapa tipe aliran pada sebuah heat exchanger yaitu:

1. Counter current flow (aliran berlawanan arah)


Fluida panas dan fluida dingin masuk pada ujung yang berlawanan, mengalir
pada arah yang berlawanaan dan berakhir pada ujung yang berlawanan pula.
2. Paralel flow/co current flow (aliran searah)
Fluida panas dan fluida dingin masuk pada ujung yang sama, mengalir
dengan arah yang sama dan berakhir pada ujung yang sama.
3. Cross flow (aliran silang)
Pada kondisi ini terdapat dua buah kondisi, kedua buah fluida tak bercampur
(unmixed) dan salah satu dari fluida bercampur akan tetapi yang lainnya
tidak bercampur
4. Cross counter flow (aliran silang berlawanan)

Cross Flow Heat Exchanger adalah dua fluida yang mengalir di heat
exchanger tipe ini memiliki arah yang saling tegak lurus atau bersilangan. Secara
termodinamik, tipe ini memiliki efisiensi perpindahan panas yang lebih rendah
daripada tipe counterflow tetapi lebih tinggi daripada tipe paralelflow.
Perpindahan panas yang paling efisien terjadi pada sudut-sudut aliran. Tidak ada
resiko arus pendek aliran udara dan pertukaran kelembaban.
Alat penukar panas (heat exchanger) adalah suatu alat yang
digunakan untuk memindahkan panas antara dua buah fluida atau lebih
yang memiliki perbedaan temperature yaitu fluida yang bertemperatur
tinggi kefluida yang bertemperatur rendah. Perpindahan panas teesebut
baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Pada kebanyakan
sistem kedua fluida ini tidak mengalami kontak langsung. Kontak
langsung alat penukar kalor terjadi sebagai contoh pada gas kalor yang
terfluidisasi dalam cairan dingin untuk meningkatkan temperatur cairan
atau mendinginkan gas.

E. Shell and Tube Heat Exchanger

Shell and Tube Heat Exchanger merupakan alat penukar kalor yang paling
sering digunakan dalam industri karena mampu beroperasi pada temperatur dan
tekanan tinggi. Penukar panas jenis Shell and Tube Heat Exchanger terdiri atas
tiga komponen utama yaitu shell, tube, dan baffle. Shell dan tube berfungsi
sebagai tempat mengalir fluida panas dan fluida dingin, sementara baffle berfungsi
untuk meningkatkan perpindahan panas antarfluida dengan menghambat aliran
dalam shell. Selain itu shell and tube heat exchanger memiliki karakteristik
konstruksi yang kuat serta memiliki pemeliharaan yang mudah.

Proses perpindahan panas terjadi antara fluida yang mengalir dalam tube
(tabung) dengan fluida pada shell (selongsong) yang mengalir di luar tabung.
Aliran fluida pada shell yang berolak akan memberikan koefisien perpindahan
panas yang tinggi. Untuk memperoleh efek olakan pada aliran fluida tersebut
dipasang baffles (sekat-sekat). Selain itu, baffles berfungsi untuk mengarahkan
aliran dalam fluida di shell dan mengikat/mendukung tube bundle.

Jenis penukar kalor ini dapat digunakan pada laju aliran fluida yang relatif
besar, banyak digunakan di industri. Pada penukar kalor ini salah satu fluida akan
mengalir di dalam pipa-pipa sedangkan fluida yang lainnya dialirkan melalui
selongsong melintasi luar pipa., yaitu: Biasanya dalam selongsong dipasang sekat-
sekat atau baffles untuk menjamin fluida mengalir melalui selongsong dan
melintasi tabung, sehingga perpindahan panas yang terjadi akan lebih tinggi.
Beberapa jenis heat exchanger selongsong dan tabung dapat digolongkan menurut
jenis selongsongnya, menurut jenis susunan pipanya, dan menurut sekat
(bafflenya).

F. Klasifikasi Alat Penukar Kalor


Alat penukar kalor dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok yaitu
sebagai berikut :
1. Berdasarkan proses perpindahan kalor
a) Perpindahan kalor secara langsung
b) Perpindahan Kalor secara tak langsung
2. Berdasarkan kontruksi
a) Kontruksi tabung (tubular)
b) Kontruksi tipe pelat
c) Kontruksi dengan luas permukan diperluas
d) Kontruksi regenerative
3. Berdasarkan jenis aliran
a) Alat penukar kalor aliran sejajar (pararel flow)
b) Alat penukar kalor aliran berlawanan (counter flow)
c) Alat penukar kalor aliran silang (cross flow)
4. Berdasarkan pengaturan aliran
a) Aliran dengan satu pass
b) Aliran dengan multi pass
5. Berdasarkan banyaknya fluida yang digunakan
a) Dua jenis fluida
b) Konveksi dua fasa
c) Kombinasi perpindahan kalor secara konveksi dan radiasi
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


B. Prosedur Percobaan

Prosedur percobaan pada praktikum yang akan dilakukan padad percobaan


kali ini yaitu adalah

1. Mengisi tangki air dengan air hingga pelampung atas terendam


2. Membuka katub aliran air sesuai dengan percobaan (parallel atau
countercurrent flow).
3. Menghubungkan mesin dan PC dengan listrik.
4. Menyalakan PC dan membuka aplikasi SCADA.
5. Menjalankan aplikasi SCADA dengan klik star pada aplikasi.
6. Menghidupkan instrument shell and tube dengan menekan tombol power pada
bagian depan instrument.
7. Menghidupkan heater dengan menekan tombol AR-1/set PID menjadi 50oC
lalu menceklis PID. (Temperatur yang telah di tentukan).
8. Membuka katup air dingin dengan kecepatan 2,5l/min, lihat pada tampilan SC-
2.
9. Setelah temperatur mencapai 50oC(yang telah ditentukan), Menghidupkan
pompa air panas dengan mengatur AB-1 menjadi 5 (yang telah di tentukan).
10. Menunggu selama 2 menit kemudian catat temperatur ST-1, ST-2, ST-3, ST-7
dan ST-16 serta catat kecepatan air SC-1 dan SC-2.
11. Mengulangi percobaan dari 7-10 dengan menaikkan temperatur ST-16 (AR-1)
60 oC, 70 oC dan 80 oC.
12. Matikan heater dan pompa melalui aplikasi setelah selesai. Dengan cara set nol
PID AR-1 dan AB-1.
13. Mengubah aliran air dingin dengan membuka dan menutup katub air masuk dan
keluar.
14. Hidupkan heater dengan menekan tombol AR-1/set PID menjadi 50oC lalu
ceklis PID. (Temperatur yang telah di tentukan).
15. Membuka katup air dingin dengan kecepatan 2,5l/min, dengan melihat pada
tampilan SC-2.
16. Hidupkan pompa air panas dengan mengatur AB-1 menjadi 5 (yang telah di
tentukan) setelah temperatur mencapai 50oC(yang telah ditentukan).
17. Menunggu selama 2 menit kemudian mencatat temperatur ST-1, ST-2, ST-3,
ST-7 dan ST-16 serta mencatat kecepatan air SC-1 dan SC-2.
18. Mengulangi percobaan dari 7-10 dengan menaikkan temperatur ST-16 (AR-1)
60 oC, 70 oC dan 80 oC.
19. Mematikan heater dan pompa melalui aplikasi setelah selesai. Mengatur nol
PID AR-1 dan AB-1.
20. Matikan PC
21. Menguras air yang tersisa dalam shell and tube.
DAFTAR PUSTAKA

burhani, K. (2014). Penge,bangan Media Pembelajaran Perpindahan {anas Radiasi


Dengan Variasi Beda Perlakuan Permukaan Spesimen Uji. Journal of
Mechanical Engineering Learning.

Irawati, E. (2019). Pengembangan Alat Peraga Perpindahan Kalor secara Konduksi,


Konveksi, dan Radiasi dalam Satu Set Alat berbasis Digital. Prosiding
Seminar Nasional .

Kusuma, G. (2017). Aplikasi Kalman Filter Dan Ensemble Kalman Filter Pada
Pendeteksian Gangguan Konduksi Panas Pada Keping Logam Berbentuk
Silinder. Jurnal. Jurnal Logik.

Linsley. (1972). Teknik Sumber Daya Air. Jakarta: Erlangga.

Parastiwi, A. (2018). PEMANTAUAN PERUBAHAN SUHU TERHADAP


PENGONTROLAN PADA HEAT EXCHANGER DENGAN SENSOR
PT100 BERBASIS. Jurnal ELTEK, Vol 16 No 02.

Rimpassa, H. (2019). ANALISIS KONVEKSI ALAMI DAN PAKSA DENGAN


VARIASI MATERIAL. 40Jurnal Teknik Mesin Vol. 8No.1Juni2019.

Anda mungkin juga menyukai