Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM MS3134 MEKANIKA FLUIDA

Modul 4 Osborne Reynolds

DISUSUN OLEH :
Adi Kuswara (119170001)
Rene Harioh Galih (119170006)
Rahmat Ervan Nurhuda (119170008)
Dwi Andrianto (119170010)
Angga Jihan Pratama (119170020)
Muhammad Naufal Ammar (119170026)

LABORATORIUM KONVERSI ENERGI


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2021
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA


Jalan Terusan Ryacudu, Desa Way Hui, Kecamatan Jati Agung,
Lampung Selatan 35365 Telepon:(0721) 8030188, Email:
pusat@itera.ac , Website: http://www.itera.ac.id

LEMBAR ASISTENSI
Nama Anggota : Adi Kuswara (119170001)
Rene Harioh Galih (119170006)
Rahmat Ervan Nurhuda (119170008)
Dwi Andrianto (119170010)
Angga Jihan Pratama (119170020)
Muhammad Naufal Ammar (119170026)
Kelompok : 11
Modul : 4 (Osborne Reynold)
NO TANGGAL KETERANGAN PARAF
1 29 oktober 2021 judul modul mekanika fluida bukan
perpindahan panas
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karakteristik dan jenis profil aliran pada saluran tertutup merupakan faktor
penting dalam proses pengaliran fluida. Jenis profil aliran yang terjadi dibedakan
menjadi aliran laminar, transisi dan turbulen. Untuk mengetahui karakteristik
profil aliran pada fluida dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melalui
pengamatan dan perhitungan (teoritis). Pengamatan dapat dilakukan dengan cara
melihat pergerakan aliran yang terjadi, keadaan yang dapat terjadi adalah aliran
membentuk garis lintasan yang teratur untuk aliran laminar dan aliran yang tidak
teratur atau membentuk garis putus-putus untuk aliran turbulen. Sedangkan
dengan perhitungan dapat menggunakan persamaan bilangan Reynolds (Re).
Pesawat Osbourne Reynold digunakan untuk mengamati aliran fluida pada
pengaliran dalam pipa/aliran tertekan sifat aliran fluida dalam pipa dapat
dibedakan menjadi:

1. Aliran laminer aliran fluida yang bergerak dalm lapisan-lapisan atau lamina-
lamina dengan suatu lapisan meluncur secara lancar pada lapisan yang
bersebelahan dengan saling tukar momentum secara moleculer saja.
2. Aliran transisi aliran peralihan dari laminar menjadi turbulen ataudari
turbalen menjadi laminer.
3. Aliran turbulen: bergerak dengan gerakan partikel-partikel flunds yang
sangat tidak menentu dengan saling tukar momentum dalan arah melintang
yang dahsyat.

Pada dasarnya jenis aliran yang terjadi pada percobaan Osborne Reynolds
dipengaruhi oleh kecepatan aliran air terhadap waktu dan volume dimana akan
didapatkan bilangan Reynolds. Bilangan Reynold mengambil nama dari
penelitinya Prof Osbourne Reynold (Inggris, 1812-1912), adalah suatu bilangan
yang dipakai untuk menentukan jenis aliran laminar, transisi, atau turbulen. Pada
percobaan ini aliran yang diamati terdiri atas dua komponen yaitu air dan tinta
hitam. Sifat-sifat aliran akan diamati secara visual untuk kemudian diselidiki
besaran-besaran yang berhubungan. Dari percobaan ini diharapkan dengan
melihat indikasi dengan zat pewarna tinta kita bisa meliltat model aliran yang
disebabkan oleh besarnya penganih anus terhadap keadaan.

B. Tujuan
Adapun tujuan percobaan ini adalah:
1. Mahasiswa dapat memperlajari sifat aliran dengan mengamati prilaku dari
suatu filament pewarna yang diinjeksikan ke dalam aliran fluida.
2. Mahasiswa dapat menunjukkan ketergantungan aliran terhadap bilangan
Reynolds
3. Mahasiswa dapat mempelajari perubahan dari aliran laminar ke turbulen
dengan memvariasikan kecepatan aliran.
4. Mahasiswa dapat mempelajari pengaruh viskositas terhadap perilaku aliran
dengan memvariasikan temperature atau dengan mengganti dengan fluida lain
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi dan Ruang Lingkup Hidrolika


Hidrolika dan Mekanika Fluida adalah bagian daripada mekanika terpakai
(Applied Mechanics) yang mempelajari statika dan dinamika dari cairan dan gas.
Semua ilmu yang mempelajari momentum dan energi dan lain-lainnya yang
biasa dipakai pada ilmu mekanika berlaku pula di sini, tetapi mekanika fluida
lebih banyak menyelidiki terhadap arus dari cairan, Hidrolika (Hydraulics dari
bahasa Yunani yang berarti “air”) adalah ilmu yang mempelajari/ menyelidiki
tentang pengaliran air. Cairan/ zat cair tidak mempunyai tahanan tetap terhadap
gaya yang bekerja padanya, ini mengakibatkan selalu terjadi perubahan bentuk
dan mengambil bentuk sesuai dengan tempat pengalirannya. Hidrolika
merupakan salah satu bagian dari cabang ilmu mekanika fluida. Hidrolika
dipakai untuk studi, penelitian dan aplikasi dari hampir semua aspek dari sifat-
sifat dan tingkah laku fluida yang berhubungan dengan para ahli
rekayasa/engineers (Soedrajat, 1983)

Secara lebih khusus bagi para ahli dan praktisi yang lebih berkecimpung
dalam satu jenis fluida saja yaitu air. Ilmu hidrolika oleh para ahli dan praktisi
dipakai sebagai alat untuk pemahaman, pengembangan dan eksploitasi bidang
sumber daya air khususnya dalam rekayasa. Pengembangan sistem sosial dan
sistem ekonomi mempunyai ketergantungan yang besar terhadap pengembangan
infrastruktur fisik. Hidrolika dapat dibedakan dalam dua bidang yaitu
hidrostatika yang mempelajari zat cair dalam keadaan diam dan hidrodinamika
yang mempelajari zat cair bergerak. Di dalam hidrodinamika dipelajari zat cair
ideal, yang tidak mempunyai kekentalan dan tidak termampatkan. Sebenarnya zat
cair ideal tidak ada di alam. Tetapi anggapan zat cair ideal perlu dilakukan
terutama untuk memudahkan analisis perilaku gerat zat cair. Air mempunyai
kekentalan dan pemampatan (pengaruh volume karena pertambahan tekanan)
yang sangat kecil, sehingga pada kondisi tertentu dapat dianggap sebagai zat cair
ideal

B. Pengertian dan Fungsi Pompa


Pompa merupakan peralatan utama maupun sebagai pendukung utama yang
sangat penting dalam dunia industri. Pemakaian pompa yang pada awalnya hanya
terbatas pada penyediaan air untuk keperluan seharihari, tetapi seiring dengan
berkembangnya teknologi di industri saat ini, pompa banyak digunakan untuk
kebutuhan di berbagai sektor industri terutama di industri proses, industri kimia,
industri tekstil, industri minyak, industri pembangkitan tenaga listrik, irigasi,
perusahaan air bersih, untuk pelayanan gedung dan lain-lain. Pompa berfungsi
mengkonversikan energi mekanis poros dari penggerak mula menjadi energi
potensial atau tekanan fluida (zat) cair. Pompa digunakan untuk mengangkat zat
cair dari tempat yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi atau mengalirkan
cairan ke tempat yang menghasilkan tekanan atau ketinggian tertentu, dimana
tidak dimungkinkannya cairan tersebut mengalir secara alami. Pompa juga dapat
digunakan untuk mensirkulasikan cairan, misalnya air pendingin atau pelumas
yang melewati mesin-mesin dan peralatan. Penggunaan pompa yang demikian
luas dengan berbagai macam jenis dan bentuknya, memerlukan pengetahuan
yang cukup tentang berbagai penerapan dan pemilihan jenis atau tipe pompa
yang tepat sesuai dengan kebutuhan, kondisi dan lingkungan operasi yang
dilayaninya. Pengetahuan yang diperlukan tersebut mulai dari tujuan
penggunaannya, jenis dan sifat zat cair yang dipompakan, keadaan lingkungan,
karakteristik head dan kapasitasnya, pemilihan penggeraknya, bahkan sampai
pada konstruksi, pemasangan/instalasi dan perawatannya

C. Bilangan Reynold

Pada tahun 1839,Hagen (AS) mengamati bahwa fluida bergerak dalam


lapisan dengan gradien kecepatan. Dia mengamati bahwa gradien kecepatan
dalam pipa melingkar mengikuti hukum parabola, dengan laju alir rendah, jenis
aliran ini disebut laminar, ketika laju alir aliran fluida tinggi, penyediaan
kecepatan memiliki bentuk yang jauh lebih datar dan aliran jenis ini dikenal
sebagai turbulent. Kecepatan rata-rata yang menghasilkan aliran turbulen lebih
besar dari pada aliran laminar, cairan yang diberikan pada saluran tertentu.
Untuk kedua arus, penumpukan kecepatan berada di sepanjang radius pipa, dan
kecepatan maksimum terjadi di garis tengah. Osborne Reynolds melakukan
eksperimen pada tahun 1883 (Manchester) bahwa pada aliran laminar, arus
fluida tetap sejajar. Hal ini ditunjukkan dengan bantuan filamen zat warna yang
disuntikkan ke dalam aliran yang tetap utuh pada kecepatan aliran rendah di
dalam tabung. Seiring kecepatan aliran meningkat (melalui katup kontrol),
sebuah titik tercapai dimana filamen pewarna pada mulanya mulai terombang-
ambing kemudian warnanya menyebar ke seluruh penampang yang
menunjukkan bahwa partikel cair tidak lagi bergerak secara tertib namun
menempati posisi relatif yang berbeda di bagian hilir berturutturut. Osborne
Reynolds menemukan bahwa kemunculan aliran laminar dan turbulen dalam
sebuah pipa. (Hamid, 2011)

D. Fluida
Fluida merupakan zat yang dapat mengalir yang mempunyai partikel yang
mudah bergerak dan berubah bentuk tanpa pemisahan massa. Ketahanan fluida
terhadap perubahan bentuk sangat kecil sehingga fluida dapat dengan mudah
mengikuti bentuk ruang. Berdasarkan wujudnya, fluida dapat dibedakan menjadi
dua yaitu: fluida cair dan fluida gas. Untuk mengerti aliran fluida maka harus
mengetahui beberapa sifat dasar fluida. Sifat–sifat dasar fluida tersebut yaitu;
kekentalan, kerapatan, berat jenis, tekanan, temperatur. Karakteristik struktur
aliran internal (dalam pipa) sangat tergantung dari kecepatan rata-rata aliran
dalam pipa, densitas, viskositas dan diameter pipa. Aliran fluida (fluida atau gas)
dalam pipa mungkin merupakan aliran laminer atau turbulen. Pada aliran
laminer, partikel-partikel fluida seolah -olah bergerak sepanjang lintasan yang
halus dan lancar dengan kecepatan fluida rendah dan viskositasnya tinggi.
Sedangkan aliran turbulen, partikel - partikel fluida bergerak secara acak dan
tidak stabil dengan kecepatan fluida tinggi dan viskositasnya rendah. Hal tersebut
ditunjukkan oleh percobaan Osborne Reynolds. Menurut hasil percobaan
Reynold, untuk membedakan apakah aliran itu turbulen atau laminar dapat
menggunakan bilangan tak berdimensi yang disebut dengan bilangan Reynold.
(Arijanto, 2015)

E. Perancangan sistem pengendalian


Sistem pengendalain sebenarnya umumunya nonlinear. Bagaimanapun, jika
mereka dapat diperkirakan oleh metode matematika linear, kita dapat
mengunakan satu atau lebih dari metode pengembangan desain. Dalam
praktiknya, spesifik kinerja memberikan saran pada sistem tertentu pada
penggunaan metode. Jika spesifik kinerja yang diberikan dalam istilah dari
karakteristik transient-response dan atau frequency domain pengukuran kinerja,
maka kita tidak punya pilihan tetapi menggunakan pendekatan konvensial
berdasarkan pada the root-locus dan atau metode frequency-response. Ketika
merancang desain sistem pengendalian melalui pendekatan the root-locus dan
frequency-response adalah dengan cara teknik usaha, perancangan sistem dalam
konteks teori pengendalian modern menggunakan formulasi matematika dari
masalah dan pengaplikasian teori matematika untuk merancang masalah dalam
sistem yang dapat memberikan banyak masukan dan banyak keluaran dan dapat
tepat waktu. Dengan mengaplikasikan teori pengendalian modern, perancangan
dapat dimulai dari index performansi, bersama dengan kendalakendala yang
diberikan pada sistem, dan untuk proses perancangan sistem yang stabil oleh
prosedur analisis yang lengkap. Keuntungan dari perancangan berdasarkan teori
pengendalian modern adalah bahwa itu memungkinkan perancangan sistem
pengendalian yang optimal dengan memperhatikan indek kerja.
F. Konsep Dasar Aliran pada Saluran Terbuka
Saluran terbuka adalah saluran dimana air mengalir dengan permukaan
bebas. Pada semua titik sepanjang aliran tekanan pada permukaan bebas adalah
sama yaitu tekanan atmosfer. Akibat dari tekanan pada permukaan air yang
besarnya tetap maka aliran tidak disebabkan oleh perbedaan tekanan tetapi
disebabkan oleh perbedaan energi potensial karena kemiringan saluran
(Soedrajat, 1983). Aliran pada saluran terbuka merupakan aliran yang
mempunyai permukaan yang bebas. Permukaan yang bebas itu merupakan
pertemuan dua fluida dengan kerapatan  (density) yang berbeda. Biasanya pada
saluran dua fluida itu adalah udara dan air dimana kerapatan udara jauh lebih
kecil daripada kerapatan air. Gerakan air pada saluran terbuka berdasarkan efek
dari gravitasi bumi dan distribusi tekanan di dalam air umumnya bersifat
hidrostatis. Distribusi tekanan bersifat hidrostatis karena kuantitasnya tergantung
dari berat jenis aliran dan kedalaman. Karena berat jenis aliran dapat
diasumsikan tetap, maka tekanan hanya tergantung dari kedalamannya; semakin
dalam tekanannya semakin besar. Namun pada beberapa kondisi bisa ditemukan
distribusi tekanan tidak hidrostatis

G. Jenis-Jenis Saluran Terbuka


Menurut asalnya, saluran terbuka dapat digolongkan menjadi saluran alam
(natural) dan saluran buatan (artifical). Saluran alam meliputi semua alur air yang
terdapat secara alamiah di bumi, mulai dari anak selokan kecil di pegunungan,
selokan kecil, kali, sungai kecil ke sungai besar, sampai ke muara sungai. Aliran
air di bawah tanah dengan permukaan bebas juga dianggap sebagai saluran
terbuka alamiah. Sifat-sifat hidrolik saluran alam biasanya sangat tidak menentu.

Dalam beberapa hal dapat dibuat anggapan pendekatan yang cukup sesuai
dengan pengamatan dan pengalaman sesungguhnya sedemikian rupa sehingga
persyaratan aliran pada saluran ini dapat diterima untuk penyelesaian analisa
hidrolika teoritis. Saluran buatan adalah saluran yang dibentuk oleh manusia,
seperti saluran pelayaran, saluran pembangkit listrik, saluran irigasi dan talang,
parit pembuangan, pelimpah tekanan, saluran banjir, saluran pengangkutan kayu,
selokan dan sebagainya, termasuk model saluran yang dibuat di laboratorium
untuk keperluan penelitian. Sifat-sifat hidrolik saluran seperti ini dapat diatur
menurut keinginan atau dirancang untuk memenuhi persyaratan tertentu. Oleh
karena itu, penerapan teori hodrolika untuk saluran buatan dapat membuahkan
hasil yang cukup sesuai dengan kondisi sesungguhnya, dan dengan demikian
cukup teliti untuk keperluan perancangan praktis. Pada berbagai keadaan dalam
praktek teknik saluran terbuka buatan diberi istilah yang berbeda-beda, antara
lain:
1. Saluran, biasanya panjang dan merupakan saluran landai yang dibuat di
tanah, dapat dilapisi pasangan batu maupun tidak, beton, semen, kayu,
maupun aspal.
2. .Talang, merupakan selokan dari kayu, logam beton, atau pasangan batu,
biasanya disanggah atau terletak di atas permukaan tanah, untuk
mengalirkan air berdasarkan perbedaan tinggi tekanan.
3. Got miring, adalah selokan yang curam.
4. Terjunan, hampir sama dengan got miring, namun perubahan tinggi air
terjadi dalam jarak pendek.
5. Gorong-gorong, merupakan selokan tertutup yang pendek, dipakai untuk
mengalirkan air melalui tanggul jalan kereta api maupun jalan raya.
6. Terowongan air terbuka, adalah selokan tertutup yang cukup panjang,
dipakai untuk mengalirkan air menembus bulit atau setiap gundukan tanah.

H. Sifat-sifat Fluida

Fluida adalah zat yang bisa mengalir, yang mempunyai partikel yang mudah
bergerak dan berubah bentuk tanpa pemisahan massa. Tahanan fluida terhadap
peubahan bentuk sangat kecil, sehingga fluida dapat dengan mudah mengikuti
brntuk ruangan/ tempat yang membatasinya. Fluida dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu zat cair dan gas.

Zat cair dan gas mempunyai sifat-sifat serupa, yang terpenting adalah sebagai
berikut:

1. Kedua zat ini tidak melawan perubahan bentuk


2. Kedua zat ini tidak mengadakan reaksi terhadap gaya geser, yaitu gaya yang
bekerja sejajar dengan permukaan lapisan-lapisan zat cair atau gas yang
mencoba untuk menggeser lapisan-lapisan tersebut antara satu terhhadap yang
lain. Oleh karena itu, apabila ada sentuhan sedikit saja, dua lapisan yang
saling berdampingan akan bergerak antara satu terhadap yang launnya

Zat cair mempunyai beberapa sifat sebagai berikut :

1. Apabila rungan lebih besar dari volume zat cair, kan terbentuk permukaan
bebas horizontal yang berhubunhan dengan atmosfer
2. Mempunyai rapat massa dan berat jenis
3. Dapat dianggap tidak termampatkan
4. Mempunyai viskositas atau kekentalan
5. Mempunyai kohesi, adhesi dan tegangan permukaan (Triatmodjo, 2009)

I. Tekanan
Tekanan dapat dihubungkan dengan satuan volume dan suhu. Semakin tinggi
tekanan di dalam suatu tempat dengan volume yang sama, maka suhu akan
semakin tinggi. Hal ini dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa suhu di
pegunungan lebih rendah daripada di dataran rendah, karena di dataran rendah
tekanan lebih tinggi. Tekanan fluida dipancarkan dengan kekuatan yang sama ke
semua arah dan bekerja tegak lurus pada suatu bidang. Tekanan pada suatu titik
dalam sebuah massa fluida dapat diartikan sebagai tekanan mutlak atau dapat
juga diartikan sebagai tekanan pengukuran. Tekanan mutlak diukur relatif
terhadap suatu keadaan hampa sempurna, sedangkan tekana pengukuran diukur
relatif terhadap tekanan atmosfer setempat.
Pressure drop adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan penurunan
tekanan dari satu titik di dalam pipa atau aliran air. "Penurunan Tekanan" adalah
hasil dari gaya gesek pada fluida seperti yang mengalir melalui tabung. Gaya
gesek disebabkan oleh resistensi terhadap aliran. Pada aliran satu fase, pressure
drop dipengaruhi oleh Reynold number yang merupakan fungsi dari viskositas,
densitas fluida dan diameter pipa. Adapun rumus tekanan adalah sebagai berikut:
𝐹
𝑃=
𝐴

Dimana:

P = Tekanan (Pa).

F = Gaya (N).

A = Luas Penampang (m2).

J. Aliran Laminer dan Turbulen


Dalam aliran laminar, partikel-partikel fluidanya bergerak di sepanjang
lintasan-lintasan lurus, sejajar dalam lapisan-lapisan atau laminae. besarnya
kecepatan-kecepatan dari laminaer yang berdekatan tidak sama. Aliran laminar
diatur oleh hukum yang menghubungkan tegangan geser ke laju perubahan
bentuk sudut, yaitu hasil kali kekentalan fluida dan gradient kecepatan atau t = μ
du/dy. Kekentalan fluida tersebut dominant dan karenanya mencegah setiap
kecenderungan menuju kondisi-kondisi turbulen. Aliran laminer dimana
pergerakan dari partikel-partikel fluida sangat tidak menentu karena mengalami
percampuran serta putaran partikel antarlapisan, yang mengakibatkan saling
tukar momentum dari satu bagian fluida kebagian fluida yang lain dalam skala
yang besar (Kartasapoetra, 1990). Konstanta proporsionalitas antara tegangan
geser dengan gradient kecepatan tersebut disebut koefisien viskositas dan
persamaan nya ditulis dengan :
t = μ du/dy………………………….(4.1)

Persamaan (1) merepresentasikan suatu model dari situasi dimana lapisanlapisan


fluida bergerak satu diatas yang lain, yang disebut aliran laminar. Untuk kondisi
tersebut, eksperimen menunjukkan bahwa persamaan (1) berlaku dan bahwa nilai
u konstan untuk suatu fluida tertentu pada temperature tertentu.

Gambar 2.1. (a) Eksperimen untuk mengilustrasikan jenis aliran (b) Guratan zat
pewarna yang khas. (Sumber: Munson,et al., 2002)

K. Viskositas
Viskositas suatu fluida adalah suatu sifat yang sangat penting dalam
penganalisaan tingkah laku fluida dan gerakan fluida dekat batas padat.
Viskositas merupakan hasil dari gaya-gaya antara molekul yang timbul pada saat
lapisan-lapisan fluida berusaha menggeser satu dengan lainnya. Shearing stress
(tegangan geser) antara rapisan-rapisan fluida nonturbulen yang bergerak pada
saluran lurus dapat ditentukan. Viskositas kinematis adalah merupakan
perbandingan antara koefisien viskositas (viskositas dinamis) dengan density
(Munson, 2016)
Gambar 2.2. Perilaku fluida ditempatkan di antara dua plat sejajar
Pada suatu kasus fluida bergerak sepanjang permukaan tetap misalnya dinding
pipa. Pada suatu jarak sebesar y dari permukaan, fluida memiliki kecepatan u
relatif terhadap permukaan. Gerak relative tersebut menyebabkan suatu tegangan
geser (shear stress) 𝜏 yang cenderung memperlambat gerakan fluida sehingga
kecepatan di dekat permukaan berkurang menjadi lebih kecil dari u. Tegangan
geser tersebut menghasilkan suatu gradient kecepatan du/dy yang besarnya
proporsional terhadap tegangan yang diberikan. Konstanta proporsionalitas
antara tegangan geser dengan gradient kecepatan tersebut disebut koefisien
viskositas dan persamaan nya ditulis dengan:
𝜏 = 𝜇 𝑑𝑢 𝑑𝑦 ................................................ (4.7)
Persamaan (1) merepresentasikan suatu model dari situasi dimana
lapisanlapisan fluida bergerak satu diatas yang lain, yang disebut aliran laminar.
Untuk kondisi tersebut, eksperimen menunjukkan bahwa persamaan (1) berlaku
dan bahwa nilai u konstan untuk suatu fluida tertentu pada temperature tertentu.

Gambar 2.3. Variasi linier tegangan geser terhadap laju regangan geser untuk
fluida umum
Dapat terlihat bahwa tegangan geser dan gradient kecepatan memiliki
hubungan yang tetap, yang ditentukan hanya oleh viskositas fluida. Namun
demikian, eksperimen juga menunjukkan bahwa hal ini hanya berlaku pada
kecepatan rendah. Jika kecepatan meningkat diatas suatu nilai tertentu,
gangguan- gangguan kecil akan menghasilkan eddy-eddy di dalam aliran dan
menyebabkan percampu ran antara lapisan-lapisan dengan berenergi tinggi dan
lapisan-lapisan berenergi rendah pada fluida. Hal ini disebut aliran turbulen dan
pada kondisikondisi ini didapati bahwa hubungan antara tegangan geser dan
gradient kecepatan akan bergantung pada banyak faktor selain viskositas fluida.
Sifat aliran akan sama sekali berbeda karena pertukaran energy diantara
lapisanlapisan sekarang tergantung pada kekuatan dari eddy-eddy dan bukan
hanya viskositas. Persamaan (1) masih tetap berlaku, namun koefisiennya tidak
lagi merepresentasikan viskositas fluida tetapi sekarang disebut dengan “eddy
viscosity” yang mana nilainya tidak lagi konstan utuk fluida pada temperature
tertentu. Nilai dari “eddy viscosity” ini tergantung pada kondisi di hulu aliran dan
lebih besar daripada koefisien viskositas fluida, maka pada kecepatan fluida yang
sama, tegangan geser yang terjadi pada aliran turbulen akan lebih besar daripada
aliran laminar. Kita telah melihat bahwa aliran laminar merupakan hasil dari
gaya-gaya viskos dan bahwa aliran turbulen adalah terkait dengan gaya-gaya
inersia. Hal ini kemudian dirumuskan oleh Reynolds bahwa jenis aliran yang
terjadi adalah tergantung pada rasio dari gaya-gaya inersia dan viskos. Rasio
tersebut dinyatakan dalam suatu variable tak berdimensi, disebut dengan
bilangan Reynolds.
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat Dan Bahan


Adapun alat dan bahan pada percobaan kali ini adalah sebagai berikut:
1. Meja Hidrolik

Gambar 3.1. Meja Hidrolik

2. Stopwatch

Gambar 3.2. Stopwatch


3. Gelas Ukur

Gambar 3.3. Gelas Ukur


4. Tinta

Gambar 3.4. Tinta

5. Satu Set Alat Osborne Reynolds

Gambar 3.5. Satu set alat Osborne Reynolds

B. Prosedur Percobaan

Adapun prosedur percobaan pada percobaan kali ini adalah sebagai berikut:

1. Memastikan peralatan telah terinstalasi dengan benar sesuai manual book


2. Menutup valve pewarna (dye) da nisi pewarna ke dalam reservoirnya
3. Menghubungkan temperature control module ke sumber listrik yang
sesuai,jangan hidupkan modul sebelum air mengalir pastikan semua pipa dan
konektor tersambung aman
4. Membuka katup suplai air dan buka discharge valve (katup dibagian tengan
pipa) sebagian
5. Mengatur suplai air sampai level pada tangki tepat diatas overflow pipe dan
dijaga pada level ini oleh sedikit aliran yang keluar melalui overflow pipe.
Pada setiap kondisi overflow haruslah sedemikian sehingga dapat
mempertahan kan head konstan di dalam tangki
6. Membuka dan mengatur dye injector valve (katup injector pewarna cairan)
untuk memperoleh filament halus dari pewarna di dalam aliran yang mengalir
ke bawah melalui pipa kaca. Jika pewarna terdispersi di dalam pipa kurangi
debit aliran dengan mentup discharge valve dan mengatur supai seperlunya
untuk mempertahankan head di dalam tangka. Suatu kondisi aliran laminar
tercapai pada saat filament pewarna turun melewati sepanjang penuh pipa
tanpa gangguan.
7. Meningkatkan debit dengan membuka discharge valve sampai gangguan-
gangguan pada filament pewarna terlihat. Ini dapat dianggap sebagai titik
awal transisi ke aliran turbulen. Naikkan debit suplai air untuk
mempertahankan head di dalam tangka.
8. Mencatat temperatur air menggunakan thermometer, kemudian ukur debit
dengan mencatat waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan suatu volume
air tertentu dari discharge valve
9. Meningkatkan debit air lagi sampai gangguan-gangguan meningkat
sedemikian sehingga filament pewarna terdifusi dengan cepat. Eddyeddy kecil
akan terlihat tepat di atas titik dimana filament pewarna tersebar secara
sempurna. Ini dapat dianggap sebagai permulaan dari aliran turbulen penuh.
Catat temperatur dan debit sebagaimana langlah “h”
10. Menurunkan debit air perlahan sampai pewarna tepat kembali ke bentuk
filament yang steady dimana hal tersebut merepresentasikan aliran laminar.
Catat temperatur dan debit aliranAlirkan air melalui selang pada area
pendingin dengan kecepatan 2 l/min lihat pada tampilan SCADA SC-2.
11. Menghidupkan daya resistor pemanas dengan set SW-1 pada PID Analog
menjadi 40 watt kemudian ceklis. (tunggu hingga stabil).
12. Mengamati temperatur ST1-ST11 ketika temperatur ST1 berada pada 60-80
oC, catat temperatur pada ST1-ST11 jika
ST1>ST2>ST3>ST4>ST5>DT6>ST7>ST8>ST9 >ST10>ST11. I.
13. Matikan heater dengan cara set SW-1 pasa PID Analog menjadi 0, dan tunggu
hingga temperatur pada ST5 menjadi 40oC
14. Mengulangi percobaan G-I dengan mengganti Benda uji terdiri dari copper,
dan stainless steel dengan ukuran 10 mm dan 25mm.
15. Mematikan heater dengan cara set SW-1 pasa PID Analog menjadi 0.
16. Menutup aplikasi dan matikan PC serta matikan Instrumentasi.
17. Menutup kran air pada yang mengalir ke mesin.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Pembahasan


Dalam praktikum ini telah didapat hasil atau data yang terdapat pada tabel 1
yaitu data hasil praktikum
Tabel 1. Data Hasil Praktikum

Kecepatan Jenis
Volume V Debit Q Bilangan
Waktu t Aliran v Menuru
No (liter) (m³/s) Reynolds
(s) t Teori
(m/s)
64,4 0,0004 6,21118 × 10−6 0,000719303 8,8604 laminar
61,94 0,0004 6,45786 × 10−6 0,00256353 9,21228 laminar
−6
1 62,26 0,0004 6,42467 × 10 0,00205424 9,16495 laminar

Rata-Rata 6,36457 × 10−6 0,000737067 9,07921 laminar


−5
19,97 0,0004 2,003 × 10 0,00231963 28,57327 transisi
18,07 0,0004 2,21361 × 10−5 0,00256353 31,57764 transisi
2 22,55 0,0004 1,77384 × 10−5 0,00205424 25,3042 transisi
Rata-Rata 1,99682 × 10−5 0,00231247 28,48504 transisi
5,21 0,0004 7,67754 × 10 0,00889119 109,52194 turbulen
5,23 0,0004 7,64818 × 10 0,00885719 109,10312 turbulen
−5
3 4,81 0,0004 8,31601 × 10 0,00963058 118,63 turbulen
7,88058×
Rata-Rata 0,00912632 112,41835 turbulen
10−5

Tabel 2. Data Aliran

No. Koefisien Gesekan F Log f (10−3 ) Log Re (10−3 )


7,22315 0,858727 0,947453
Laminar
6,94725 0,841813 0,964367
0,84405 0,96213
6,98313
1. Rata-Rata 7,05118 0,848197 0,957983
1,45596
2,23986 0,350221
1,49938
Transisi 2,02675 0,3068
1,40319
2,52922 0,402987
2. Rata-Rata 7,22315 0,353336 1,45284
0,584358 0,233321 2,0395
Turbulen 0,586601 0,231657 2,03784
0,539493 0,268014 2,07419
2,05051
3. Rata-Rata 7,22315 0,244331

B. Perhitungan
1. Menghitung Debit Rata-rata
a. Aliran Laminar
0,0004 𝑙 3
𝑄1 = = 6,21118 × 10−6 𝑚 ⁄𝑠
64,4 𝑠
0,0004 𝑙 3
𝑄2 = = 6,45786 × 10−6 𝑚 ⁄𝑠
61,94 𝑠
0,0004 𝑙 3
𝑄3 = = 6,42467 × 10−6 𝑚 ⁄𝑠
62,26 𝑠
Q rata − rata
3
( 6,21118 × 10−6 + 6,45786 × 10−6 + 6,42467 × 10−6 ) 𝑚 ⁄𝑠
=
3
−6 𝑚3⁄
= 6,36457 × 10 𝑠

b. Aliran Transisi
0,0004 𝑙 3
𝑄1 = = 2,003 × 10−5 𝑚 ⁄𝑠
19,97 𝑠
0,0004 𝑙 3
𝑄2 = = 2,21361 × 10−5 𝑚 ⁄𝑠
18,07 𝑠
0,0004 𝑙 3
𝑄3 = = 1,77384 × 10−5 𝑚 ⁄𝑠
22,55 𝑠
Q rata – rata
3
(2,003 × 10−5 + 2,21361 × 10−5 + 1,77384 × 10−5 ) 𝑚 ⁄𝑠
=
3
3
= 1,99682 × 10−5 𝑚 ⁄𝑠

c. Aliran Turbulen
0,0004 𝑙 3
𝑄1 = = 7,67754 × 10−5 𝑚 ⁄𝑠
5,21 𝑠
0,0004 𝑙 3
𝑄2 = = 7,64818 × 10−5 𝑚 ⁄𝑠
5,23 𝑠
0,0004 𝑙 3
𝑄3 = = 8,31601 × 10−5 𝑚 ⁄𝑠
4,81 𝑠
Q rata − rata
3
(7,67754 × 10−5 + 7,64818 × 10−5 + 8,31601 × 10−5 ) 𝑚 ⁄𝑠
=
3
−5 𝑚3⁄
= 7,88058× 10 𝑠

2. Menghitung kecepatan aliran rata-rata


a. Aliran Laminar
3
6,21118 × 10−6 𝑚 ⁄𝑠
𝑉1 = = 0,000719303 𝑚⁄𝑠
1 2
4 (3,14)(0,011 𝑚 )
3
6,45786 × 10−6 𝑚 ⁄𝑠
𝑉2 = = 0,00074787 𝑚⁄𝑠
1 2
(3,14)(0,011 𝑚 )
4
3
6,42467 × 10−6 𝑚 ⁄𝑠
𝑉3 = = 0,000744027 𝑚⁄𝑠
1 2
4 (3,14)(0,011 𝑚 )
(0,000719303 + 0,00074787 + 0,000744027) 𝑚⁄𝑠
𝑉𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
= 0,000737067 𝑚⁄𝑠

b. Aliran Transisi
3
2.003 × 10−5 𝑚 ⁄𝑠
𝑉1 = = 0,00231963 𝑚⁄𝑠
1 2
4 (3,14)(0,011 𝑚 )
3
2,21361 × 10−5 𝑚 ⁄𝑠
𝑉2 = = 0,00256353 𝑚⁄𝑠
1 2
4 (3,14)(0,011 𝑚 )

3
1,77384 × 10−5 𝑚 ⁄𝑠
𝑉3 = = 0,00205424 𝑚⁄𝑠
1 2
4 (3,14)(0,011 𝑚 )

(0,00231963 + 0,00256353 + 0,00205424) 𝑚⁄𝑠


𝑉𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
= 0,00231247 𝑚⁄𝑠

c. Aliran Turbulen
3
7,67754 × 10−5 𝑚 ⁄𝑠
𝑉3 = = 0,00889119 𝑚⁄𝑠
1 2
4 (3,14)(0,011 𝑚 )
3
7,64818 × 10−5 𝑚 ⁄𝑠
𝑉3 = = 0,00885719 𝑚⁄𝑠
1 2
4 (3,14)(0,011 𝑚 )
3
8,31601 × 10−5 𝑚 ⁄𝑠
𝑉3 = = 0,00963058 𝑚⁄𝑠
1 2
4 (3,14)(0,011 𝑚 )
(0,00963058 + 0,00885719 + 0,00889119) 𝑚⁄𝑠
𝑉𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
= 0,00912632 𝑚⁄𝑠

3. Menghitung bilangan Reynolds (Re) dan Log


a. Aliran Laminar
0,000719303 𝑚⁄𝑠 × 0,011 𝑚
𝑅𝑒1 = 2 = 8,8604
0,893 × 10−6 𝑚 ⁄𝑠
0,00074787 𝑚⁄𝑠 × 0,011 𝑚
𝑅𝑒2 = 2 = 9,21228
0,893 × 10−6 𝑚 ⁄𝑠
0,000744027 𝑚⁄𝑠 × 0,011 𝑚
𝑅𝑒3 = 2 = 9,16495
0,893 × 10−6 𝑚 ⁄𝑠
8,8604 + 9,21228 + 9,16495
𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 9,07921
3
Log Re1 = Log(8,8604) = 0,947453
Log Re2 = Log (9,21228) = 0,964367
Log Re3 = Log (9,16495) = 0,96213
0,947453+0,96213+0,964367
Log rata-rata = = 0,957983
3

b. Aliran Transisi
0,00231963 𝑚⁄𝑠 × 0,011 𝑚
𝑅𝑒1 = 2 = 28,57327
0,893 × 10−6 𝑚 ⁄𝑠
0,00256353 𝑚⁄𝑠 × 0,011 𝑚
𝑅𝑒2 = 2 = 31,57764
0,893 × 10−6 𝑚 ⁄𝑠
0,00205424 𝑚⁄𝑠 × 0,011 𝑚
𝑅𝑒3 = 2 = 25,3042
0,893 × 10−6 𝑚 ⁄𝑠
28,57327 + 31,57764 + 25,3042
𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 28,48504
3
Log Re1 = Log(28,57327 ) = 1,45596
Log Re2 = Log (31,57764) = 1,49938
Log Re3 = Log (25,3042) = 1,40319
1,45596 + 1,49938 + 1,40319
𝐿𝑜𝑔 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 1,45284
3

c. Aliran Turbulen
0,00889119 𝑚⁄𝑠 × 0,011 𝑚
𝑅𝑒1 = 2 = 109,52194
0,893 × 10−6 𝑚 ⁄𝑠
0,00885719 𝑚⁄𝑠 × 0,011 𝑚
𝑅𝑒2 = 2 = 109,10312
0,893 × 10−6 𝑚 ⁄𝑠
0,00963058 𝑚⁄𝑠 × 0,011 𝑚
𝑅𝑒3 = 2 = 118,63
0,893 × 10−6 𝑚 ⁄𝑠
118,63 + 109,10312 + 109,52194
𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 112,41835
3
Log Re1 = Log(109,52194) = 2,0395
Log Re2 = Log (109,10312) = 2,03784
Log Re3 = Log (118,63) = 2,07419
2,0395+2,03784+2,07419
Log rata-rata = = 2,05051
3

4. Menghitung Koefisien Gesek (f) dan Log (f)


a. Aliran Laminar
64
𝑓1 = = 7,22315
8,8604
64
𝑓2 = = 6,94725
9,21228
64
𝑓3 = = 6,98313
9,16495
7,22315 + 6,94725 + 6,98313
𝑓𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 7,05118
3
Log f1= Log (7,22315) = 0,858727
Log f2 = Log (6,94725) = 0,841813
Log f3 = Log (6,98313) = 0,84405
0,858727 + 0,841813 + 0,84405
𝐿𝑜𝑔 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 0,848197
3

b. Aliran Transisi
64
𝑓1 = = 2,23986
28,57327
64
𝑓2 = = 2,02675
31,57764
64
𝑓3 = = 2,52922
25,3042
2,23986 + 2,02675 + 2,52922
𝑓𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 7,22315
3
Log f1= Log (2,23986) =0,350221
Log f2 = Log (2,02675) = 0,3068
Log f3 = Log (2,52922) = 0,402987
0,350221+0,3068+ 0,402987
Log rata-rata = = 0,353336
3

c. Aliran Turbulen
64
𝑓1 = = 0,584358
109,52194
64
𝑓2 = = 0,586601
109,10312
64
𝑓3 = = 0,539493
118,63
0,584358 + 0,586601 + 0,539493
𝑓𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 7,22315
3
Log f1= Log (0,584358) = 0,233321
Log f2 = Log (0,586601) = 0,231657
Log f3 = Log (0,539493) = 0,268014
0,233321 + 0,231657 + 0,268014
𝐿𝑜𝑔 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 0,244331
3

C. Pembahasan

Re vs Q
8000
Bilangan Reynold

6000

4000

2000

0
0 0.00001 0.00002 0.00003 0.00004 0.00005
Debit (m3/s)
Grafik 4.1. Hubungan Re dengan Q pada 3 aliran
0 Log F vs Log Re
0 1 2 3 4
-0.5

-1
Log F

-1.5

-2

-2.5
Log Re
Grafik 4.2. Hubungan Log F dan Log Re

Setelah praktikum ini dilakukan dan diperoleh beberapa data hasil yang
digunakan sebagai bahan perhitungan. Pada pecobaan kali ini dilakukan
pengambilan 3 kali data untuk setiap peningkatan debit air kecil, sedang, dan
besar. Adapun ketiga jenis aliran tersebut yaitu aliran laminer, berdasarkan teori
aliran laminer memiliki bilangan Reynolds < 2000. Pada percobaan diperoleh
bilangan Reynolds sebesar pada percobaan 1 adalah 8,8604 pada percobaan 2
adalah 9,21228 dan percobaan 3 adalah 9,16495. Dengan tampak visual tinta
bergerak membentuk satu garis lurus dan aliran tenang. Kemudian aliran
transisi berdasarkan teori aliran transisi memiliki bilangan Reynolds sebesar
2000-4000 sedangkan diperoleh bilangan Reynolds pada percobaan 1 sebesar
28,57327, pada percobaan 2 sebesar 31,57764, dan pada percobaan 3 sebesar
25,3042. Dimana ketiga hasil percobaan menunjukkan nilai bilangan Reynold
untuk aliran transisi. Tampak visualnya menunjukkan tinta menyebar kesegala
arah namun terputus-putus. Aliran turbulen, berdasarkan teori aliran turbulen
memiliki bilangan Reynolds sebesar > 4000 serta pada percobaan didapat hasil
untuk percobaan 1 adalah 109,52194, pada percobaan 2 adalah 109,10312 pada
percobaan 3 adalah 118,63. Dari ketiga percobaan menunjukkan bahwa aliran
tersebut adalah aliran turbulen. Untuk tampak visual, aliran ini membentuk pola
aliran yang tidak teratur, bergelombang dan tinta menyebar kesegala arah, dan
debit yang tinggi.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum Osborne Reynolds mahasiswa dapat
menyimpulkan beberapa hal yaitu:
1. Untuk menentukan sifat suatu aliran dapat digunakan persamaan Osborne
reynold, yang membuat aliran tersebut dapat di identifikasi apakar bersifat
laminar, turbular, ataupun transisi.
2. Sifat suatu aliran dapat juga di tentukan dengan mengamati suatu perilaku
sebuat fluida melalui percobaan sederhana menggunakan suatu filament
pewarna yang diinjeksikan ke suatu aliran fluida.
3. Suatu aliran dapat mengalami sebuah perubahan sifat yang di karenakan
kecepatan suatu aliran yang menyebabkan Reynolds numbernya berubah
yang otomatis merubah sifat alirannya juga karena laminar (Re<Re4000).
4. Suatu viskositas fluida dapat mempengaruhi sifat suatu aliran karena
pengaruh koefisien geseknya.

B. Saran
Saran yang dapat dituliskan setelah melakukan praktikum Osborne
Reynolds ini adalah:
1. Sebaiknya membaca modul terlebih dahulu sebelum melakukan praktikum.
2. Memperhatikan video praktikum dengan seksama dalam proses praktikum
agar dapat memahami praktikum kali ini.
3. Mempersiapkan jaringan internet terbaik supaya lancar dalam proses
praktikum online.
4. Untuk format penulisan laporan praktikum lebih jelas lagi sebelum
praktikum dimulai.
DAFTAR PUSTAKA

Arijanto. (2015). Analisa Pengaruh Kekentalan Fluida Air dan Minyak Kelapa Pada
Performansi Pompa. Semarang: Universitas Diponegoro.

Hamid, A. (2011). Modul 3: Mekanika Fluida 1. Universitas Mercu Buana.

Soedrajat, A. (1983). Mekanika Fluida & Hidrolik. Bandung: Nova.

Triatmodjo, B. (2009). Hidrologi Terapan Cetakan Ke-2. . Yogyakarta: Beta Offse.

Anda mungkin juga menyukai