DISUSUN OLEH :
Adi Kuswara (119170001)
Rene Harioh Galih (119170006)
Rahmat Ervan Nurhuda (119170008)
Dwi Andrianto (119170010)
Angga Jihan Pratama (119170020)
Muhammad Naufal Ammar (119170026)
LEMBAR ASISTENSI
Nama Anggota : Adi Kuswara (119170001)
Rene Harioh Galih (119170006)
Rahmat Ervan Nurhuda (119170008)
Dwi Andrianto (119170010)
Angga Jihan Pratama (119170020)
Muhammad Naufal Ammar (119170026)
Kelompok : 11
Modul : 4 (Osborne Reynold)
NO TANGGAL KETERANGAN PARAF
1 29 oktober 2021 judul modul mekanika fluida bukan
perpindahan panas
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karakteristik dan jenis profil aliran pada saluran tertutup merupakan faktor
penting dalam proses pengaliran fluida. Jenis profil aliran yang terjadi dibedakan
menjadi aliran laminar, transisi dan turbulen. Untuk mengetahui karakteristik
profil aliran pada fluida dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melalui
pengamatan dan perhitungan (teoritis). Pengamatan dapat dilakukan dengan cara
melihat pergerakan aliran yang terjadi, keadaan yang dapat terjadi adalah aliran
membentuk garis lintasan yang teratur untuk aliran laminar dan aliran yang tidak
teratur atau membentuk garis putus-putus untuk aliran turbulen. Sedangkan
dengan perhitungan dapat menggunakan persamaan bilangan Reynolds (Re).
Pesawat Osbourne Reynold digunakan untuk mengamati aliran fluida pada
pengaliran dalam pipa/aliran tertekan sifat aliran fluida dalam pipa dapat
dibedakan menjadi:
1. Aliran laminer aliran fluida yang bergerak dalm lapisan-lapisan atau lamina-
lamina dengan suatu lapisan meluncur secara lancar pada lapisan yang
bersebelahan dengan saling tukar momentum secara moleculer saja.
2. Aliran transisi aliran peralihan dari laminar menjadi turbulen ataudari
turbalen menjadi laminer.
3. Aliran turbulen: bergerak dengan gerakan partikel-partikel flunds yang
sangat tidak menentu dengan saling tukar momentum dalan arah melintang
yang dahsyat.
Pada dasarnya jenis aliran yang terjadi pada percobaan Osborne Reynolds
dipengaruhi oleh kecepatan aliran air terhadap waktu dan volume dimana akan
didapatkan bilangan Reynolds. Bilangan Reynold mengambil nama dari
penelitinya Prof Osbourne Reynold (Inggris, 1812-1912), adalah suatu bilangan
yang dipakai untuk menentukan jenis aliran laminar, transisi, atau turbulen. Pada
percobaan ini aliran yang diamati terdiri atas dua komponen yaitu air dan tinta
hitam. Sifat-sifat aliran akan diamati secara visual untuk kemudian diselidiki
besaran-besaran yang berhubungan. Dari percobaan ini diharapkan dengan
melihat indikasi dengan zat pewarna tinta kita bisa meliltat model aliran yang
disebabkan oleh besarnya penganih anus terhadap keadaan.
B. Tujuan
Adapun tujuan percobaan ini adalah:
1. Mahasiswa dapat memperlajari sifat aliran dengan mengamati prilaku dari
suatu filament pewarna yang diinjeksikan ke dalam aliran fluida.
2. Mahasiswa dapat menunjukkan ketergantungan aliran terhadap bilangan
Reynolds
3. Mahasiswa dapat mempelajari perubahan dari aliran laminar ke turbulen
dengan memvariasikan kecepatan aliran.
4. Mahasiswa dapat mempelajari pengaruh viskositas terhadap perilaku aliran
dengan memvariasikan temperature atau dengan mengganti dengan fluida lain
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara lebih khusus bagi para ahli dan praktisi yang lebih berkecimpung
dalam satu jenis fluida saja yaitu air. Ilmu hidrolika oleh para ahli dan praktisi
dipakai sebagai alat untuk pemahaman, pengembangan dan eksploitasi bidang
sumber daya air khususnya dalam rekayasa. Pengembangan sistem sosial dan
sistem ekonomi mempunyai ketergantungan yang besar terhadap pengembangan
infrastruktur fisik. Hidrolika dapat dibedakan dalam dua bidang yaitu
hidrostatika yang mempelajari zat cair dalam keadaan diam dan hidrodinamika
yang mempelajari zat cair bergerak. Di dalam hidrodinamika dipelajari zat cair
ideal, yang tidak mempunyai kekentalan dan tidak termampatkan. Sebenarnya zat
cair ideal tidak ada di alam. Tetapi anggapan zat cair ideal perlu dilakukan
terutama untuk memudahkan analisis perilaku gerat zat cair. Air mempunyai
kekentalan dan pemampatan (pengaruh volume karena pertambahan tekanan)
yang sangat kecil, sehingga pada kondisi tertentu dapat dianggap sebagai zat cair
ideal
C. Bilangan Reynold
D. Fluida
Fluida merupakan zat yang dapat mengalir yang mempunyai partikel yang
mudah bergerak dan berubah bentuk tanpa pemisahan massa. Ketahanan fluida
terhadap perubahan bentuk sangat kecil sehingga fluida dapat dengan mudah
mengikuti bentuk ruang. Berdasarkan wujudnya, fluida dapat dibedakan menjadi
dua yaitu: fluida cair dan fluida gas. Untuk mengerti aliran fluida maka harus
mengetahui beberapa sifat dasar fluida. Sifat–sifat dasar fluida tersebut yaitu;
kekentalan, kerapatan, berat jenis, tekanan, temperatur. Karakteristik struktur
aliran internal (dalam pipa) sangat tergantung dari kecepatan rata-rata aliran
dalam pipa, densitas, viskositas dan diameter pipa. Aliran fluida (fluida atau gas)
dalam pipa mungkin merupakan aliran laminer atau turbulen. Pada aliran
laminer, partikel-partikel fluida seolah -olah bergerak sepanjang lintasan yang
halus dan lancar dengan kecepatan fluida rendah dan viskositasnya tinggi.
Sedangkan aliran turbulen, partikel - partikel fluida bergerak secara acak dan
tidak stabil dengan kecepatan fluida tinggi dan viskositasnya rendah. Hal tersebut
ditunjukkan oleh percobaan Osborne Reynolds. Menurut hasil percobaan
Reynold, untuk membedakan apakah aliran itu turbulen atau laminar dapat
menggunakan bilangan tak berdimensi yang disebut dengan bilangan Reynold.
(Arijanto, 2015)
Dalam beberapa hal dapat dibuat anggapan pendekatan yang cukup sesuai
dengan pengamatan dan pengalaman sesungguhnya sedemikian rupa sehingga
persyaratan aliran pada saluran ini dapat diterima untuk penyelesaian analisa
hidrolika teoritis. Saluran buatan adalah saluran yang dibentuk oleh manusia,
seperti saluran pelayaran, saluran pembangkit listrik, saluran irigasi dan talang,
parit pembuangan, pelimpah tekanan, saluran banjir, saluran pengangkutan kayu,
selokan dan sebagainya, termasuk model saluran yang dibuat di laboratorium
untuk keperluan penelitian. Sifat-sifat hidrolik saluran seperti ini dapat diatur
menurut keinginan atau dirancang untuk memenuhi persyaratan tertentu. Oleh
karena itu, penerapan teori hodrolika untuk saluran buatan dapat membuahkan
hasil yang cukup sesuai dengan kondisi sesungguhnya, dan dengan demikian
cukup teliti untuk keperluan perancangan praktis. Pada berbagai keadaan dalam
praktek teknik saluran terbuka buatan diberi istilah yang berbeda-beda, antara
lain:
1. Saluran, biasanya panjang dan merupakan saluran landai yang dibuat di
tanah, dapat dilapisi pasangan batu maupun tidak, beton, semen, kayu,
maupun aspal.
2. .Talang, merupakan selokan dari kayu, logam beton, atau pasangan batu,
biasanya disanggah atau terletak di atas permukaan tanah, untuk
mengalirkan air berdasarkan perbedaan tinggi tekanan.
3. Got miring, adalah selokan yang curam.
4. Terjunan, hampir sama dengan got miring, namun perubahan tinggi air
terjadi dalam jarak pendek.
5. Gorong-gorong, merupakan selokan tertutup yang pendek, dipakai untuk
mengalirkan air melalui tanggul jalan kereta api maupun jalan raya.
6. Terowongan air terbuka, adalah selokan tertutup yang cukup panjang,
dipakai untuk mengalirkan air menembus bulit atau setiap gundukan tanah.
H. Sifat-sifat Fluida
Fluida adalah zat yang bisa mengalir, yang mempunyai partikel yang mudah
bergerak dan berubah bentuk tanpa pemisahan massa. Tahanan fluida terhadap
peubahan bentuk sangat kecil, sehingga fluida dapat dengan mudah mengikuti
brntuk ruangan/ tempat yang membatasinya. Fluida dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu zat cair dan gas.
Zat cair dan gas mempunyai sifat-sifat serupa, yang terpenting adalah sebagai
berikut:
1. Apabila rungan lebih besar dari volume zat cair, kan terbentuk permukaan
bebas horizontal yang berhubunhan dengan atmosfer
2. Mempunyai rapat massa dan berat jenis
3. Dapat dianggap tidak termampatkan
4. Mempunyai viskositas atau kekentalan
5. Mempunyai kohesi, adhesi dan tegangan permukaan (Triatmodjo, 2009)
I. Tekanan
Tekanan dapat dihubungkan dengan satuan volume dan suhu. Semakin tinggi
tekanan di dalam suatu tempat dengan volume yang sama, maka suhu akan
semakin tinggi. Hal ini dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa suhu di
pegunungan lebih rendah daripada di dataran rendah, karena di dataran rendah
tekanan lebih tinggi. Tekanan fluida dipancarkan dengan kekuatan yang sama ke
semua arah dan bekerja tegak lurus pada suatu bidang. Tekanan pada suatu titik
dalam sebuah massa fluida dapat diartikan sebagai tekanan mutlak atau dapat
juga diartikan sebagai tekanan pengukuran. Tekanan mutlak diukur relatif
terhadap suatu keadaan hampa sempurna, sedangkan tekana pengukuran diukur
relatif terhadap tekanan atmosfer setempat.
Pressure drop adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan penurunan
tekanan dari satu titik di dalam pipa atau aliran air. "Penurunan Tekanan" adalah
hasil dari gaya gesek pada fluida seperti yang mengalir melalui tabung. Gaya
gesek disebabkan oleh resistensi terhadap aliran. Pada aliran satu fase, pressure
drop dipengaruhi oleh Reynold number yang merupakan fungsi dari viskositas,
densitas fluida dan diameter pipa. Adapun rumus tekanan adalah sebagai berikut:
𝐹
𝑃=
𝐴
Dimana:
P = Tekanan (Pa).
F = Gaya (N).
Gambar 2.1. (a) Eksperimen untuk mengilustrasikan jenis aliran (b) Guratan zat
pewarna yang khas. (Sumber: Munson,et al., 2002)
K. Viskositas
Viskositas suatu fluida adalah suatu sifat yang sangat penting dalam
penganalisaan tingkah laku fluida dan gerakan fluida dekat batas padat.
Viskositas merupakan hasil dari gaya-gaya antara molekul yang timbul pada saat
lapisan-lapisan fluida berusaha menggeser satu dengan lainnya. Shearing stress
(tegangan geser) antara rapisan-rapisan fluida nonturbulen yang bergerak pada
saluran lurus dapat ditentukan. Viskositas kinematis adalah merupakan
perbandingan antara koefisien viskositas (viskositas dinamis) dengan density
(Munson, 2016)
Gambar 2.2. Perilaku fluida ditempatkan di antara dua plat sejajar
Pada suatu kasus fluida bergerak sepanjang permukaan tetap misalnya dinding
pipa. Pada suatu jarak sebesar y dari permukaan, fluida memiliki kecepatan u
relatif terhadap permukaan. Gerak relative tersebut menyebabkan suatu tegangan
geser (shear stress) 𝜏 yang cenderung memperlambat gerakan fluida sehingga
kecepatan di dekat permukaan berkurang menjadi lebih kecil dari u. Tegangan
geser tersebut menghasilkan suatu gradient kecepatan du/dy yang besarnya
proporsional terhadap tegangan yang diberikan. Konstanta proporsionalitas
antara tegangan geser dengan gradient kecepatan tersebut disebut koefisien
viskositas dan persamaan nya ditulis dengan:
𝜏 = 𝜇 𝑑𝑢 𝑑𝑦 ................................................ (4.7)
Persamaan (1) merepresentasikan suatu model dari situasi dimana
lapisanlapisan fluida bergerak satu diatas yang lain, yang disebut aliran laminar.
Untuk kondisi tersebut, eksperimen menunjukkan bahwa persamaan (1) berlaku
dan bahwa nilai u konstan untuk suatu fluida tertentu pada temperature tertentu.
Gambar 2.3. Variasi linier tegangan geser terhadap laju regangan geser untuk
fluida umum
Dapat terlihat bahwa tegangan geser dan gradient kecepatan memiliki
hubungan yang tetap, yang ditentukan hanya oleh viskositas fluida. Namun
demikian, eksperimen juga menunjukkan bahwa hal ini hanya berlaku pada
kecepatan rendah. Jika kecepatan meningkat diatas suatu nilai tertentu,
gangguan- gangguan kecil akan menghasilkan eddy-eddy di dalam aliran dan
menyebabkan percampu ran antara lapisan-lapisan dengan berenergi tinggi dan
lapisan-lapisan berenergi rendah pada fluida. Hal ini disebut aliran turbulen dan
pada kondisikondisi ini didapati bahwa hubungan antara tegangan geser dan
gradient kecepatan akan bergantung pada banyak faktor selain viskositas fluida.
Sifat aliran akan sama sekali berbeda karena pertukaran energy diantara
lapisanlapisan sekarang tergantung pada kekuatan dari eddy-eddy dan bukan
hanya viskositas. Persamaan (1) masih tetap berlaku, namun koefisiennya tidak
lagi merepresentasikan viskositas fluida tetapi sekarang disebut dengan “eddy
viscosity” yang mana nilainya tidak lagi konstan utuk fluida pada temperature
tertentu. Nilai dari “eddy viscosity” ini tergantung pada kondisi di hulu aliran dan
lebih besar daripada koefisien viskositas fluida, maka pada kecepatan fluida yang
sama, tegangan geser yang terjadi pada aliran turbulen akan lebih besar daripada
aliran laminar. Kita telah melihat bahwa aliran laminar merupakan hasil dari
gaya-gaya viskos dan bahwa aliran turbulen adalah terkait dengan gaya-gaya
inersia. Hal ini kemudian dirumuskan oleh Reynolds bahwa jenis aliran yang
terjadi adalah tergantung pada rasio dari gaya-gaya inersia dan viskos. Rasio
tersebut dinyatakan dalam suatu variable tak berdimensi, disebut dengan
bilangan Reynolds.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
2. Stopwatch
B. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan pada percobaan kali ini adalah sebagai berikut:
Kecepatan Jenis
Volume V Debit Q Bilangan
Waktu t Aliran v Menuru
No (liter) (m³/s) Reynolds
(s) t Teori
(m/s)
64,4 0,0004 6,21118 × 10−6 0,000719303 8,8604 laminar
61,94 0,0004 6,45786 × 10−6 0,00256353 9,21228 laminar
−6
1 62,26 0,0004 6,42467 × 10 0,00205424 9,16495 laminar
B. Perhitungan
1. Menghitung Debit Rata-rata
a. Aliran Laminar
0,0004 𝑙 3
𝑄1 = = 6,21118 × 10−6 𝑚 ⁄𝑠
64,4 𝑠
0,0004 𝑙 3
𝑄2 = = 6,45786 × 10−6 𝑚 ⁄𝑠
61,94 𝑠
0,0004 𝑙 3
𝑄3 = = 6,42467 × 10−6 𝑚 ⁄𝑠
62,26 𝑠
Q rata − rata
3
( 6,21118 × 10−6 + 6,45786 × 10−6 + 6,42467 × 10−6 ) 𝑚 ⁄𝑠
=
3
−6 𝑚3⁄
= 6,36457 × 10 𝑠
b. Aliran Transisi
0,0004 𝑙 3
𝑄1 = = 2,003 × 10−5 𝑚 ⁄𝑠
19,97 𝑠
0,0004 𝑙 3
𝑄2 = = 2,21361 × 10−5 𝑚 ⁄𝑠
18,07 𝑠
0,0004 𝑙 3
𝑄3 = = 1,77384 × 10−5 𝑚 ⁄𝑠
22,55 𝑠
Q rata – rata
3
(2,003 × 10−5 + 2,21361 × 10−5 + 1,77384 × 10−5 ) 𝑚 ⁄𝑠
=
3
3
= 1,99682 × 10−5 𝑚 ⁄𝑠
c. Aliran Turbulen
0,0004 𝑙 3
𝑄1 = = 7,67754 × 10−5 𝑚 ⁄𝑠
5,21 𝑠
0,0004 𝑙 3
𝑄2 = = 7,64818 × 10−5 𝑚 ⁄𝑠
5,23 𝑠
0,0004 𝑙 3
𝑄3 = = 8,31601 × 10−5 𝑚 ⁄𝑠
4,81 𝑠
Q rata − rata
3
(7,67754 × 10−5 + 7,64818 × 10−5 + 8,31601 × 10−5 ) 𝑚 ⁄𝑠
=
3
−5 𝑚3⁄
= 7,88058× 10 𝑠
b. Aliran Transisi
3
2.003 × 10−5 𝑚 ⁄𝑠
𝑉1 = = 0,00231963 𝑚⁄𝑠
1 2
4 (3,14)(0,011 𝑚 )
3
2,21361 × 10−5 𝑚 ⁄𝑠
𝑉2 = = 0,00256353 𝑚⁄𝑠
1 2
4 (3,14)(0,011 𝑚 )
3
1,77384 × 10−5 𝑚 ⁄𝑠
𝑉3 = = 0,00205424 𝑚⁄𝑠
1 2
4 (3,14)(0,011 𝑚 )
c. Aliran Turbulen
3
7,67754 × 10−5 𝑚 ⁄𝑠
𝑉3 = = 0,00889119 𝑚⁄𝑠
1 2
4 (3,14)(0,011 𝑚 )
3
7,64818 × 10−5 𝑚 ⁄𝑠
𝑉3 = = 0,00885719 𝑚⁄𝑠
1 2
4 (3,14)(0,011 𝑚 )
3
8,31601 × 10−5 𝑚 ⁄𝑠
𝑉3 = = 0,00963058 𝑚⁄𝑠
1 2
4 (3,14)(0,011 𝑚 )
(0,00963058 + 0,00885719 + 0,00889119) 𝑚⁄𝑠
𝑉𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
= 0,00912632 𝑚⁄𝑠
b. Aliran Transisi
0,00231963 𝑚⁄𝑠 × 0,011 𝑚
𝑅𝑒1 = 2 = 28,57327
0,893 × 10−6 𝑚 ⁄𝑠
0,00256353 𝑚⁄𝑠 × 0,011 𝑚
𝑅𝑒2 = 2 = 31,57764
0,893 × 10−6 𝑚 ⁄𝑠
0,00205424 𝑚⁄𝑠 × 0,011 𝑚
𝑅𝑒3 = 2 = 25,3042
0,893 × 10−6 𝑚 ⁄𝑠
28,57327 + 31,57764 + 25,3042
𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 28,48504
3
Log Re1 = Log(28,57327 ) = 1,45596
Log Re2 = Log (31,57764) = 1,49938
Log Re3 = Log (25,3042) = 1,40319
1,45596 + 1,49938 + 1,40319
𝐿𝑜𝑔 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 1,45284
3
c. Aliran Turbulen
0,00889119 𝑚⁄𝑠 × 0,011 𝑚
𝑅𝑒1 = 2 = 109,52194
0,893 × 10−6 𝑚 ⁄𝑠
0,00885719 𝑚⁄𝑠 × 0,011 𝑚
𝑅𝑒2 = 2 = 109,10312
0,893 × 10−6 𝑚 ⁄𝑠
0,00963058 𝑚⁄𝑠 × 0,011 𝑚
𝑅𝑒3 = 2 = 118,63
0,893 × 10−6 𝑚 ⁄𝑠
118,63 + 109,10312 + 109,52194
𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 112,41835
3
Log Re1 = Log(109,52194) = 2,0395
Log Re2 = Log (109,10312) = 2,03784
Log Re3 = Log (118,63) = 2,07419
2,0395+2,03784+2,07419
Log rata-rata = = 2,05051
3
b. Aliran Transisi
64
𝑓1 = = 2,23986
28,57327
64
𝑓2 = = 2,02675
31,57764
64
𝑓3 = = 2,52922
25,3042
2,23986 + 2,02675 + 2,52922
𝑓𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 7,22315
3
Log f1= Log (2,23986) =0,350221
Log f2 = Log (2,02675) = 0,3068
Log f3 = Log (2,52922) = 0,402987
0,350221+0,3068+ 0,402987
Log rata-rata = = 0,353336
3
c. Aliran Turbulen
64
𝑓1 = = 0,584358
109,52194
64
𝑓2 = = 0,586601
109,10312
64
𝑓3 = = 0,539493
118,63
0,584358 + 0,586601 + 0,539493
𝑓𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 7,22315
3
Log f1= Log (0,584358) = 0,233321
Log f2 = Log (0,586601) = 0,231657
Log f3 = Log (0,539493) = 0,268014
0,233321 + 0,231657 + 0,268014
𝐿𝑜𝑔 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 0,244331
3
C. Pembahasan
Re vs Q
8000
Bilangan Reynold
6000
4000
2000
0
0 0.00001 0.00002 0.00003 0.00004 0.00005
Debit (m3/s)
Grafik 4.1. Hubungan Re dengan Q pada 3 aliran
0 Log F vs Log Re
0 1 2 3 4
-0.5
-1
Log F
-1.5
-2
-2.5
Log Re
Grafik 4.2. Hubungan Log F dan Log Re
Setelah praktikum ini dilakukan dan diperoleh beberapa data hasil yang
digunakan sebagai bahan perhitungan. Pada pecobaan kali ini dilakukan
pengambilan 3 kali data untuk setiap peningkatan debit air kecil, sedang, dan
besar. Adapun ketiga jenis aliran tersebut yaitu aliran laminer, berdasarkan teori
aliran laminer memiliki bilangan Reynolds < 2000. Pada percobaan diperoleh
bilangan Reynolds sebesar pada percobaan 1 adalah 8,8604 pada percobaan 2
adalah 9,21228 dan percobaan 3 adalah 9,16495. Dengan tampak visual tinta
bergerak membentuk satu garis lurus dan aliran tenang. Kemudian aliran
transisi berdasarkan teori aliran transisi memiliki bilangan Reynolds sebesar
2000-4000 sedangkan diperoleh bilangan Reynolds pada percobaan 1 sebesar
28,57327, pada percobaan 2 sebesar 31,57764, dan pada percobaan 3 sebesar
25,3042. Dimana ketiga hasil percobaan menunjukkan nilai bilangan Reynold
untuk aliran transisi. Tampak visualnya menunjukkan tinta menyebar kesegala
arah namun terputus-putus. Aliran turbulen, berdasarkan teori aliran turbulen
memiliki bilangan Reynolds sebesar > 4000 serta pada percobaan didapat hasil
untuk percobaan 1 adalah 109,52194, pada percobaan 2 adalah 109,10312 pada
percobaan 3 adalah 118,63. Dari ketiga percobaan menunjukkan bahwa aliran
tersebut adalah aliran turbulen. Untuk tampak visual, aliran ini membentuk pola
aliran yang tidak teratur, bergelombang dan tinta menyebar kesegala arah, dan
debit yang tinggi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum Osborne Reynolds mahasiswa dapat
menyimpulkan beberapa hal yaitu:
1. Untuk menentukan sifat suatu aliran dapat digunakan persamaan Osborne
reynold, yang membuat aliran tersebut dapat di identifikasi apakar bersifat
laminar, turbular, ataupun transisi.
2. Sifat suatu aliran dapat juga di tentukan dengan mengamati suatu perilaku
sebuat fluida melalui percobaan sederhana menggunakan suatu filament
pewarna yang diinjeksikan ke suatu aliran fluida.
3. Suatu aliran dapat mengalami sebuah perubahan sifat yang di karenakan
kecepatan suatu aliran yang menyebabkan Reynolds numbernya berubah
yang otomatis merubah sifat alirannya juga karena laminar (Re<Re4000).
4. Suatu viskositas fluida dapat mempengaruhi sifat suatu aliran karena
pengaruh koefisien geseknya.
B. Saran
Saran yang dapat dituliskan setelah melakukan praktikum Osborne
Reynolds ini adalah:
1. Sebaiknya membaca modul terlebih dahulu sebelum melakukan praktikum.
2. Memperhatikan video praktikum dengan seksama dalam proses praktikum
agar dapat memahami praktikum kali ini.
3. Mempersiapkan jaringan internet terbaik supaya lancar dalam proses
praktikum online.
4. Untuk format penulisan laporan praktikum lebih jelas lagi sebelum
praktikum dimulai.
DAFTAR PUSTAKA
Arijanto. (2015). Analisa Pengaruh Kekentalan Fluida Air dan Minyak Kelapa Pada
Performansi Pompa. Semarang: Universitas Diponegoro.