i
kelompok – kelompok belajar
5. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
kecil yang beranggota 4 siswa yang di beri nama
kelompok berbeda.
6. Setiap anggota kelompok mempunyai nomor yang
berbeda.
7. Setiap siswa yang mempunyai nomor yang sama
akan gabung dalam satu kelompok dan akan
menjadi kelompok ahli.
8. Siswa yang menjadi ahli akan mendapat topik
yang sama untuk mendiskusikan.
9. Siswa mendiskusikan topik sama dalam kelompok
ahli masing-masing
10. Guru membimbing siswa dalam kelompok ahli
11. Siswa diberi kesempatan bertanya dan memberi
tanggapan
12. Siswa kembali kelompok asal untuk menjelaskan
kepada teman–teman satu kelompok apa yang
telah dipelajarinya di kelompok ahli (setiap ahli
mendapat materi yang berbeda).
c. Kegiatan penutup 1. Evaluasi dan memberikan penghargaan
Evaluasi dan 2. Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang
memberikan bangun datar segi empat.
penghargaan 3. Siswa mengerjakan soal secara individu
4. Guru memberi tugas rumah dan
menginformasikan materi yang akan dipelajari
selanjutnya.
5. Setiap kelompok diberi penghargaan berdasarkan
keaktifan siswa
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunianya yang telah memberikan nikmat kesehata dan ilmu
pengetahuan sehingga saya bias menyelesaikan tugas makalah ini. Dan tak lupa
pula saya panjatkan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW beserta
para keluarganya, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen pembimbing mata
kuliah Strategi Pembelajaran Matematika, adapun makalah saya ini mengenai
“Model pembelajaran Jigsaw”. Semoga makalah saya yang sederhana ini
memberikan manfaat bagi para pembaca. Saya menyadari bahwa makalah saya ini
masih jauh dari kata kesempurnaan serta banyak kekurangan- kekurangannya,
oleh karena itu saya sangat menghargai kritik dan saran yang membangun dalam
perbaikan makalah ini.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Falsafah yang mendasari pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam
pendidikan ialah “homo homoni socius” (pembelajaran gotong-royong) yang
menekankan bahwa manusia adalah makhluk social. Pembelajaran kooperatif
terutama tipe jigsaw dianggap sangat cocok di terapkan di Indonesia karena
sesuai dengan budaya Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong royong.
Model pembelajaran jigsaw adalah suatu tehnik pembelajaran kooperatiff
dimana siswa, bukan guru yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam
pelaksanaan pembelajaran. Adapun tujuan dari model pembelajaran jigsaw ini
mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, serta menguasai
pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh bila mereka
mencoba untuk mempelajari semua materi secara sendirian.
Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning Teknik Jigsaw”
bahwa metode pembelajaran koopertif teknik jigsaw tidak sama dengan sekadar
belajar kelompok, tetapi ada unsure-unsur dasar yang membedakannya dengan
pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson
mangatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative
learning teknik jigsaw.
B. Rumusan Masalah
1. Apa sejarah model pembelajaran jigsaw?
2. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran jigsaw?
3. Apa saja ciri-ciri model pembelajaran jigsaw?
4. Apa saja langkah-langkah model pembelajaran jigsaw?
5. Apa kelebihan model pembelajaran jigsaw?
6. Apa kekurangan model pembelajaran jigsaw?
1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah model pembelajaran jigsaw.
2. Untuk mengetahui model pembelajaran jigsaw.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri model pembelajaran jigsaw
4. Untuk mengetahui langkah-langkah model pembelajaran jigsaw.
5. Untuk mengetahui kelebihan model pembelajaran jigsaw.
6. Untuk mengetahui kekurangan model pembelajaran jigsaw.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi
tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997)
Model pembelajaran jigsaw merupakan tipe model pembelajaran
kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4–6
orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan
bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari
dan menyampaikan materi tersebut kapada kelompok yang lain. (Arends, 1997)
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan
demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja
sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. (Lie,A. 1994)
Para anggota dari tim–tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu
untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik
pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswi itu
kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok
yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada tim ahli.
Pada model pembelajaran tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan
kelompok ahli. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan
siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam.
Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu
kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang
ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan
tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan
kepada anggota kelompok asal. Pendidik diwajibkan menguasai ilmu
pendidikan sebagai dasar dari keseluruhan kinerja profesionalnya. (Sadikin, A.,
Aina, M., & Hakim, N. 2018)
4
C. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Jigsaw
Adapun ciri-ciri pada model pembelajaran jigsaw yaitu:
1. Setiap anggota tim terdiri dari 4-6 orang yang disebut kelompok asal
2. Kelompok asal tersebut dibagi lagi menjadi kelompok ahli
3. Kelompok ahli dari masing-masing kelompok asal berdiskusi sesuai
keahliannya
4. Kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk saling bertukar informasi
5
9. Pada tahap selanjutnya, guru bisa menginstruksikan kelompok asal untuk
merangkum hasil diskusi dan menuliskannya pada kertas.
10. Sebelum pembelajaran diakhiri, diadakan diskusi dengan seluruh kelas,
masing2 anggota kelompok asal akan bergiliran mempresentasikan didepan
kelas mengenai hasil rangkuman dari keseluruhan subtopik yg telah mereka
diskusikan. Selanjutnya, guru menutup pembelajaran dengan memberikan
review terhadap topik yang telah dipelajari. (Nurhadi, Agus Gerrard. 2003)
6
jalannya diskusi.
3. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan
mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai
tenaga ahli.
4. Penugasan anggota kelompok untuk menjadi tim ahli sering tidak sesuai
antara kemampuan dengan kompetensi yang harus dipelajari.
5. Keadaan kondisi kelas yang ramai, sehingga membuat siswa kurang bisa
berkonsentrasi dalam menyampaikan pembelajaran yang dikuasainya.
6. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal jika
ada anggota yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas- tugas dan
pasif dalam diskusi.
7. Jika tidak didukung dengan kondisi kelas yang mumpuni (luas) metode sulit
dijalankan mengingat siswa harus beberapa kali berpindah dan berganti
kelompok.
8. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila penataan ruang belum
terkondisi dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga
menimbulkan gaduh serta butuh waktu dan persiapan yang matang sebelum
model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diuji cobakan oleh Elliot Aronson
dan teman-teman di Universitas Texas, kemudian diadaptasikan oleh Slavin dan
temen-teman di Universitas John Hopkins. Model pembelajaran jigasaw adalah
pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok dan bertanggung jawab atas
penguasaan materi belajar yang ditugaskan kepadanya lalu mengajarkan bagian
tersebut kepada anggota kelompok lain.
8
DAFTAR PUSTAKA