Anda di halaman 1dari 7

JURNAL PENELITIAN

di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ekonomi Pendidikan”


Dosen Pengampu:

di susun oleh:
Eka Agustinil Alawiyah
Nim: 211D10146

PROGRAM PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI ARGOPURO JEMBER
No.10, Tegal Boto Lor, Sumbersari, Kec. Sumbersari, Kabupaten Jember, Jawa Timur Jl.
Jawa 68121

SENTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK


KURANG BERUNTUNG DI INDONESIA
Abstrak
Jumlah anak kurang beruntung di Indonesia cukup besar. Mereka
sebagian besar tinggal di pedesaan. Kurang beruntungnya mereka di
sebabkan oleh kurangnya informasi, dan pengetahuan, kurangnya
memperoleh pengetahuan emosional, kurangnya fasilitas dan kemampuan
ekonomi bagi mereka yang tinggal di pedesaan.
Mereka yang kurang beruntung adalah anak-anak usia sekolah dasar
(7-12 tahun) yang tidak mempunyai kesempatan memperoleh Pendidikan
formal di karenakan alas an ekonomi orang tua nya dan lingkungannya.
Damapk kemiskinan ini menyebabkan potensi anak dalam belajar dan ber
kreatifitas tidak berkembang.
Presentase jumlan anak yang kurang beruntung cukup besar.
Akibatnya, hal itu ada kaitannya dengan ketidakseimbangan antara jumlah
anak dengan dengan kebutuhan hidup keluarga dan mengakibatkan
besarnya jumlah anak yang kurang beruntung di Indonesia dalam hal
pendididkan formal.

I. PENDAHULUAN

Latar belakang dan rasional proposal serta tema lokakarya Pendidikan anak
miskin di Indonesia menyebutkan:
“Bila di bandingkan dengan anak kota, maka jauh sekali perbedaan dengan
anak-anak desa yang mempunyai banyak kekurangan. Di banding dengan anak
kota, anak desa kurang percaya pada dirinya sendiri, kurang dinamis dan kurang
kreatif.”
Dari pengamatan secara selintas, maka dapat di sebutkan bahwa kekurangan
itu dapat di sebabkan oleh beberapa hal:

a. Belajar
Kurangnya informasi yang bisa di dapat oleh mereka yang tinggal di desa
(kurangnya fasilitas membaca bagi anak-anak desa terutama koran, atau
majalah dan buku bacaan-bacaan yang bersifat mendidik).

b. Bermain
Kurangnya kesempatan bagi anak-anak di desa untuk mendapatkan
pengalaman emosional yang bisa mendorong perkembangan pribadi
mereka.

c. Berpenghasilan
Kurangnya fasilitas atau rendahnya kemampuan ekonomi orang tua dari
anak-anak yang tinggal di desa. Sekalipun secara teoritis Pendidikan dasar
cukup murah di Indonesia, namun masih banyak anak-anak desa yang
masih belum mampu menyelesaikan Pendidikan dasarnya.
Sejauh mana pengamatan itu di dukung oleh data maka berikut ini akan di coba
menguggkapkannya.
Dilihat dari fasilitas Pendidikan yang tersedia, kota lebih banyak dan lebih
baik di bandingkan dengan keadaan di pedesaan. Berbagai jenjang dan ragam
sekolah jauh lebih banyak di bandingkan dengan di pedesaan. Diliat dari fasilitas
sumber belajat termasuk perpustakaan, media elektronik, komunikasi social,
kebutuhan sehari-hari dan transportasi, daerah kota lebih baik keadaannya
daripada daerah pedesaan. Permasalah yang di hadapi penduduk desa yaitu
kekurangan pangan dan gizi, terutama anak balita akibatnya tak jarang dari anak
balita di pedesaan banyak yang berstatus stunting, penduduk yang jarang dan
erpencar-pencar, tingkat kesehatan yang rendah, dan banyaknya remaja yang
putus sekolah, menunjukkan bahwa keadaan di desa kurang menguntungkan
daripada keadaan di kota.
Keadaan tersebut sangat berpengaruh terhadap upaya memperoleh
pengetahuan melalui program Pendidikan. Kurangnya fasilitas Pendidikan,
menyebabkan potensi yang di miliki oleh anak-anak di pedesaan kurang optimal.
Kekurangan pangan dan gizi akan sangat berpengaruh pada perkembangan
kemampuan (intelegasi) anak di pedesaan. Kemampuan yang rendah
menghambat dalam usaha belajar mereka di sekolah. Tingkat kesehatan yang
yang rendah, akan mengganggu pertumbuhan jasmani anak-anak di pedesaan,
dan juga akan menghambat usaha-usaha Pendidikan di daerah pedesaan.
Kemudian penduduk jarang atau terpencar-pencar, menyebabkan sulitnya
membangun sekolah yang representatip. Jarak sekolah dengan pemukiman murid
jauh, keadaan jalan yang kurang baik, menyebabkan Pendidikan terganggu.
Masuk sekolah terlambat., besarnya absensi siswa dan sebagainya. Rendahnya
tingkat pendapatan dapat menyebabkan besarnya putus sekolah dan rendahnya
angka lulusan untuk melanjutkan ke tingkat Pendidikan yang lebih tinggi.

II. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah Pendidikan itu?


Pendidikan adalah usaha untuk membantu seseorang yang umumnya
belum dewasa untuk mencapai kedewasaan. Dewasa ini dapat di bedakan
dalam arti khusus dan dalam arti umum.
Dalam arti khusus yaitu sebagai bimbingan atau pertolongan yang di
berikan untuk mencapai tujuan Pendidikan. Dalam arti umum sebagai
usaha yang jalankan oleh orang atau sekelompok orang untuk
mempengaruhi orang atau kelompok lain untuk meningkatkan taraf hidup
yang berkualitas.
2. Tujuan
Dikarenakan masalah yang kita hadapi yaitu cukup besarnya jumlah
anak yang kurang beruntung (terutama di pedesaan) maka tujuan kegiatan
Pendidikan disini adalah mengupayakan agar mereka juga berkembang
potensinya dengan baik layaknya anak-anak yang beruntung. Meskipun
bentuk dan pola pendidikannya berbeda dengan Pendidikan formal.

III. METODE PENELITIAN


Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif untuk menjelaskan
penyebab kurang beruntungnya Pendidikan anak di Indonesia terutama di
pedesaan. Metode kualitatif ini adalah suatu metode untuk
mendeskripsikan dan menganalisis data hasil penelitian. Pengumpulan
data di lakukan pada kondisi alamiah dan Teknik pengumpulan data lebih
banyak pada observasi.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Rupanya anak miskin di Indonesia adalah anak-anak usia sekolah dasar
(7-12 tahun) yang tidak memperoleh kesempatan Pendidikan formal
karena alasan ekonomi orang tua nya ataupun lingkungannya.
Dampak kemiskinan itu menyebabkan potensi anak dalam belajar,
bergaul dan kreatifitasnya tidak berkembang. Mereka tidak mendapatkan
kesempatan belajar yang nyaman dan tak ada sentuhan kasih sayang, dan
mungkin gelap masa depannya.
Pendapat orang tua yang serba kekurangan juga menyebabkaan
kurangnya perhatian orang tua terhadap anak karena setiap harinya
memikirkan bagaimana caranya agar kebutuhan keluarga bisa terpenuhi.

Pembahasan
Sasaran didik yang kita hadapi adalah anak-anak yang di kategorikan
kurang beruntung. Dilihat pengalaman belajar formalnya mungkin
beragam dari belum mengenyam sekolah sampai putus sekolah (dasar).
Putus sekolah inipun beragam sejak pengalaman setahun sampai 5 tahun.
Kondisi ini menuntut sarana dan sumber belajar yang berbeda dan
bertingkat. Dilihat dari social dan ekonominya mungkin mereka hidup di
tengah keluarga besar dan kurang mampu. Kegiatan sehari-harinya
mungkin beragam dari membantu tugas orang tua nya sampai kepada tugas
memperoleh tambahan nafkah bagi keluarganya.
Menghadapi kondisi seperti itu dapat di bayankan mereka tidak melihat
arti pentingnya Pendidikan formal. Bahakan sebaliknya terbayang sekolah
adalah beban dan menghambat kehidupan keluarga mereka.
Tidak terbayang bahwa sekolah adalah investasi kehidupan masa
depan, dan tak akan terbayang sekolah adalah jalan dan kunci pembuka
pengetahuan dan keterampilan yang akan di gunakan untuk kehidupannya
kelak.
Oleh karena itu sentuhan utama yang di harapkan pada anak-anak
yang kurang berunrung ini adalah sentuhan kemanusiaan dan kasih sayang
dari hati ke hati membawanya kearah terdorong untuk mau belajar
(motivasi) kearah tertarik perhatiannya, kea rah bermain, belajar dan
bekerja (yang berpenghasilan). Bila sentuhan itu menuju kesana maka
prinsip-prinsip belajar yang perlu di tekankan bagi anak-anak kurang
beruntung ini adalah:
a. Prinsip motivasi
Motif merupakan daya dorong bagi peserta didik untuk melaksanakn
sesuatu. Daya dorong ada yang berasal dari dalam dri siswa (intrinsic)
dan ada yang berasal akibat rangsangan dari luar (ekstrinsik). Keduanya
berperan dalam kegiatan belajar siswa (peserta didik)
Motivasi dari dalam peserta didik mendorong rasa ingin maju,
sedangkan motivasi dari luar dapat berupa pujian ataupun sentuhan
kasih saying. Yang menjadi peran sebagai motivator untuk
mengembangkan motivasi peserta didik yaitu guru.

b. Prinsip pemusatan perhatian


Agar supaya kegiatan belajar mengajar pada anak-anak yang kurang
beruntung ini menarik perhatiannya maka bahan pelajaran di buat
dengan pola tertentu sesuai dengan kemampuan mereka agar dapat
menghubungkan bagian-bagian yang relavan dengan kondisi mereka.

c. Prinsip belajar sambil bermain


Bermain merupakan aktivitas anak yang menyenangkan. Sehingga
kesempatan belajar sambil bermain bagi anak anak yang kurang
beruntung adalah sentuhan kasih sayang pada mereka yang mungkin
jarang di peroleh sehari-harinya. Suasana seperti itu di harapkan akan
mendorong mereka lebih aktif belajar dan akhirnya meningkatkan hasil
belajar. Itulah sebabnya perlu di ciptakan suasana gembira dan
menyenangkan dalam bentuk kegiatan bermain kreatif.

d. Prinsip hubungan sosial


Dalam kegiatan belajar peserta didik perlu di bimbing untuk dapat
bekerjasama, karena perkembangan kepribadian mereka banyak di
pengaruhi oleh lingkungan sosial. Oleh hal itu kegiatan belajar lebih
berhasil jika di lakukan secara bersama-sama daripada di kerjakan
secara individu. Oleh karena itu, latihan bekerja sama sangat penting
untuk mengetahui masing-masing kelebihan dan kekurangannya dan
menciptakan suasana kerjasama.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat di simpulkan bahwa penyebab
kurang beruntungnya anak usia sekolah dasar di sebabkan oleh beberapa
faktor seperti kurangnya informasi, dan pengetahuan, kurangnya
memperoleh pengetahuan emosional, kurangnya fasilitas dan kemampuan
ekonomi bagi mereka. Keadaan ekonomi orang tua menjadi faktor
penyebab putus sekolah di karenakan tidak adanya biaya untuk memenuhi
kebutuhan sekolah anak.
Saran
Kepada Lembaga swadaya masyarakat yang bermaksud
mengembangkan Pendidikan bagi anak-anak yang kurang beruntung di
sebabkan untuk:
1. Mengkaji untuk memilih daerah binaan sebagai tempat pembinaan bagi
anak-anak yang kurang beruntung.
2. Mengkaji potensi lingkungan geografis dan social yang mungkin di
ciptakan jenis latihan keterampilan tertentu bagi peserta didik kurang
beruntung.
3. Bekerjasama dengan pemerintah daerah, Lembaga social, dan Lembaga
swadaya masyarakat yang lain.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Bintarto R, Interaksi desa kota dan permasalahannya


Jurnal lokakarya Pendidikan anak miskin di Indonesia.
Imam Barnadib, Beberapa hal tentang pendidikan
Saiduharjo, Pengaruh program keluarga berencana nasional terhadap
Penilaian anak, jurnal Pendidikan no. 2 IKIP

Anda mungkin juga menyukai