Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

MEKANIKA FLUIDA DAN HIDROLIKA

OLEH :

NAMA : SOFRI MUDAKIR

NPM : 121052220118139

KELAS : SIPIL 3

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIL

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALUKU UTARA

T.A 2022 - 2023


KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan Rahmat – Nya penulis mampu
menyelesaikan tugas ini guna memenuhi Tugas Mata Kuliah “Mekanika Fluida
dan Hidrolika”. Dalam penulisan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan
yang penulis hadapi, namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
materi tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan Dosen Pembimbing,
sehingga kendala – kendala yang penulis hadapi dapat teratasi.
Tugas ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Mekanika
Fluida dan Hidrolika”, yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber informasi, dan referensi. Tugas ini disusun oleh penulis dengan berbagai
rintangan. Baik itu yang datang dari diri penulis maupun yang datang dari luar.
Namun, dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya
tugas ini dapat terselesaikan.
Semoga tugas ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Teknik Sipil,
Universitas Muhammadiyah Maluku Utara. Penulis sadar bahwa Tugas ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen mata kuliah
“Mekanika Fluida dan Hidrolika” penulis meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan tugas di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca.

Ternate, 18 Mei 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

1.2. Defenisi Mekanika Fluida

1.3. Defenisi Fluida

1.4. Sifat-Sifat Fluida

1.5. Istilah dalam Mekanika Fluida

BAB II PENGAPUNGAN DAN PENGAMBANGAN


2.1. Pengapungan
2.2. Benda Terapung
2.3. Pengambangan
BAB III TRANSLASI DAN ROTASI MASSA CAIRAN
3.1. Pengertian Translasi
3.2. Rotasi Massa Cairan

BAB IV ANALISIS DIMENSIONAL DAN KESERUPAAN HIDROLIK


4.1. Analisis Dimensional
4.2. Keserupaan Hidrolik

BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mekanika fluida adalah disiplin ilmu bagian dari bidang mekanika terapan
yang mengkaji perilaku dari zat – zat cair dan gas dalam keadaan diam ataupun
bergerak. Bidang mekanika ini jelas mencakup berbagai persoalan yang sangat
bervariasi, mulai dari kajian mengenai aliran darah di saluran–saluran kapiler
(yang hanya berdiameter beberapa micron) sampai pada kajian aliran minyak
mentah yang melewati Alaska melalui pipa berdiameter 4ft sepanjang 800 mil.
Pipa biasanya memiliki penampang melintang berbentuk lingkaran yang
digunakan untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh (Triatmojo
1996 : 25). Fluida yang dialirkan melalui pipa bisa berupa zat cair atau gas dan
tekanan bisa lebih besar atau lebih kecil dari tekanan atmosfer. Apabila zat cair di
dalam pipa tidak penuh maka aliran termasuk dalam aliran saluran terbuka atau
karena tekanan di dalam pipa sama dengan tekanan atmosfer, aliran temasuk
dalam pengaliran terbuka. Karena mempunyai permukaan bebas, maka fluida
yang dialirkan adalah zat cair. Tekanan dipermukaan zat cair disepanjang saluran
terbuka adalah tekanan atmosfer.
Dalam analisis pipa kususnya pipa hubungan seri perlu ditinjau tinggi
energi, debit aliran, kecepatan aliran, kehilangan energi sekunder, dan
karakteristik pipa. Sekarang ini analisis pada pipa hubungan seri masih
dilakukan dengan cara manual sehingga memakan waktu yang cukup lama.
Untuk itu diperlukan suatu aplikasi yang dapat mengatasi masalah tersebut.
Aplikasi tersebut harus terkomputerasi agar dapat melakukan perhitungan dengan
cepat dan akurat.
1.2. Definisi Mekanika Fluida
Mekanika fluida adalah cabang mekanika yang mempelajari mengenai
pergerakan dari fluida. Pergerakan ini diamati dalam bentuk cairan maupun gas.
Dalam mekanika fluida juga dipelajari fluida yang tidak dalam keadaan bergerak
atau diam. Sebagian besar bahasan dalam mekanika fluida berkaitan dengan
mekanika kontinum. Secara garis besar, mekanika fluida terbagi menjadi statika
fluida yang mempelajari fluida dalam keadaan diam, dan dinamika fluida yang
mempelajari fluida dalam keadaan bergerak. Khusus pada dinamika fluida
digunakan pendekatan matematika dan bukti empiris guna penyelesaian masalah.
Contoh aplikasi dari mekanika fluida yaitu:
1) artesis yang merupakan mata air yang keluar sendiri tanpa perlu dipompa;
2) pantulan pasca-gletser yang merupakan kenaikan permukaan Bumi akibat
hilangnya permukaan salju yang menutupinya, biasanya terjadi di
daerah Skandinavia.
1.3. Definisi Fluida

Fluida atau zat alir adalah segala jenis zat yang dapat mengalir dalam


wujud gas maupun cairan. Berdasarkan pergerakannya, fluida dibedakan menjadi
fluida statik dan fluida dinamik. Fluida adalah sub-himpunan dari fase benda,
termasuk cairan, gas, plasma, dan padat plastik. Fluida memiliki sifat tidak
menolak terhadap perubahan bentuk dan kemampuan untuk mengalir (atau
umumnya kemampuannya untuk mengambil bentuk dari wadah mereka). Sifat ini
biasanya dikarenakan sebuah fungsi dari ketidakmampuan mereka
mengadakan tegangan geser dalam ekuilibrium statik. Konsekuensi dari sifat ini
adalah hukum Pascal yang menekankan pentingnya tekanan dalam
menggolongkan bentuk fluida. Fluida adalah zat atau entitas yang terdeformasi
secara berkesinambungan apabila diberi tegangan geser walau sekecil apapun
tegangan geser itu.

Berdasarkan arah tekanan menuji garis alirnya, fluida dibagi menjadi 2


jenis, yaitu fluida Newtonian dan fluida non-Newtonian. Fluida juga dibagi
menjadi cairan dan gas. Cairan membentuk permukaan bebas (yaitu, permukaan
yang tidak diciptakan oleh bentuk wadahnya), sedangkan gas tidak dapat
membentuk permukaan secara bebas.

1.4. Sifat-Sifat Fluida


Fluida ada 2 macam: cairan dan gas. Watak dari fluida adalah mengalir, mengisi
ruangan yang mewadahinya. Beberapa diantara sifat-sifat fluida adalah:
1. Densitas (massa jenis) dan berat spesifik: Densitas adalah massa per satuan
volume, sedangkan berat spesifik adalah berat per satuan volume.
2. Tekanan: Dalam hal ini, ada tekanan absolut dan ada juga tekanan alat ukur
(gauge pressure). Yang disebut terakhir tidak lain adalah tekanan absolut
dikurangi tekanan atmosfir (1 atm). Tekanan fluida biasanya diukur dengan
manometer (cairan) atau barometer (gas).
3. Temperatur (suhu), panas spesifik (specific heat), konduktivitas termal, dan
koefisien ekspansi termal: Panas spesifik adalah jumlah energi panas yang
diperlukan untuk menaikkan satu satuan massa sebesar satu derajat.
Konduktivitas termal menunjukkan kemampuan fluida untuk menghantarkan
(mengkonduksikan) panas. Sedangkan koefisien ekspansi termal
menghubungkan antara temperatur dan densitas pada tekanan konstan.
4. Compressibility: Dalam hal ini, fluida bisa dibagi menjadi compressible fluid
dan incompressible fluid. Secara umum, cairan bersifat incompressible
sedangkan gas bersifat compressible. Kemampuan suatu fluida untuk bisa
dikompresi biasanya dinyatakan dalam bulk compressibility modulus.
Istilah compressible fluid dan incompressible fluid hendaknya dibedakan dengan
istilah compressible flow dan incompressible flow. Compressible flow adalah
aliran dimana densitas fluidanya tidak berubah didalam medan aliran (flow field),
misalnya aliran air. Sedangkan incompressible flow adalah aliran dimana
densitas fluidanya berubah didalam medan aliran, misalnya aliran udara.
5. Viskositas: menunjukkan resistensi satu lapisan untuk meluncur (sliding)
diatas lapisan lainnya. Definisi lain dari viskositas dikaitkan dengan ada tidaknya
geseran (shear). Dengan demikian, viskositas berhubungan langsung dengan
besarnya friksi dan tegangan geser yang terjadi pada partikel-partikel fluida.
Dalam hal ini, fluida bisa dibedakan menjadi viscous fluid dan inviscid fluid
(kadangkala disebut juga nonviscous fluid atau frictionless fluid). Sebetulnya,
semua fluida pasti memiliki viskositas betapapun kecilnya. Namun ketika
viskositasnya sangat kecil dan bisa diabaikan, maka biasanya diasumsikan
sebagai inviscid fluid.
6. Tegangan permukaan (surface tension): adalah besarnya gaya tarik yang
bekerja pada permukaan fluida (cair). Definisi lainnya adalah: intensitas daya
tarik-menarik molekular per satuan panjang pada suatu garis manapun dari
permukaan fluida. Dimensi dari tegangan permukaan adalah gaya per panjang.
Contoh bagaimana efek dari tegangan permukaan adalah, jika sebuah pisau silet
diletakkan secara perlahan diatas air maka pisau silet tersebut tidak akan
tenggelam akibat adanya tegangan permukaan air.
1.5. Istilah dalam Mekanika Fluida
LAMINER dan TURBULEN
Laminer Adalah aliran fluida yang ditunjukkan dengan gerak partikel-partikel
fluidanya sejajar dan garis-garis arusnya halus. Dalam aliran laminer, partikel-
partikel fluida seolah-olah bergerak sepanjang lintasan-lintasan yang halus dan
lancar, dengan satu lapisan meluncur secara mulus pada lapisan yang
bersebelahan. Sifat kekentalan zat cair berperan penting dalam pembentukan
aliran laminer. Aliran laminer bersifat steady maksudnya alirannya tetap. “Tetap”
menunjukkan bahwa di seluruh aliran air, debit alirannya tetap atau kecepatan
aliran tidak berubah menurut waktu. 
Turbulen Kecepatan aliran yang relatif besar akan menghasilakan aliran yang
tidak laminar melainkan komplek, lintasan gerak partikel saling tidak teratur
antara satu dengan yang lain. Sehingga didapatkan Ciri dari lairan turbulen: tidak
adanya keteraturan dalam lintasan fluidanya, aliran banyak bercampur, kecepatan
fluida tinggi, panjang skala aliran besar dan viskositasnya rendah. Karakteristik
aliran turbulen ditunjukkan oleh terbentuknya pusaran-pusaran dalam aliran,
yang menghasilkan percampuran terus menerus antara partikel partikel cairan di
seluruh penampang aliran.
Untuk membedakan aliran apakah turbulen atau laminer, terdapat suatu angka
tidak bersatuan yang disebut Angka Reynold (Reynolds Number). Angka ini
dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Re = (4 v R)/ϑ
Dimana:
Re = Angka Reynold (tanpa satuan)
V = Kecepatan rata-rata (ft/s atau m/s)
R = Jari-jari hydraulik (ft atau m)
ϑ = Viskositas kinematis, tersedia dalam tabel sifat-sifat cairan (ft2/s atau m2/s
Menurut hasil percobaan oleh Reynold, apabila angka Reynold kurang daripada
2000, aliran biasanya merupakan aliran laminer. Apabila angka Reynold lebih
besar daripada 4000, aliran biasanya adalah turbulen. Sedang antara 2000 dan
4000 aliran dapat laminer atau turbulen tergantung pada faktor-faktor lain yang
mempengaruhi
BAB II
PENGAPUNGAN DAN PEGAMBANGAN

2.1. Pengapungan
Pengapungan atau flotasi adalah suatu cara untuk memisahkan campuran
zat padat dengan air berdasarkan perbedaan daya pembahasan. Partikel dengan
pembahasan lebih besar akan tenggelam (mengendap), sedangkan yang daya
pembahasannya kecil akan mengapung sebagai busa. Agar mengendap dengan
baik, ukuran partikel itu harus besar.
Sumber lain menjelaskan bahwa pengapungan adalah suatu proses ketika
zat padat, zat cair atau zat terlarut dibawa ke permukaan larutan dengan
memanfaatkan gelembung udara. Zat yang diapungkan menempel pada
permukaan gelembung udara, sehingga terangkat ke permukaan larutan yang
untuk selanjutnya dapat dipisahkan dari larutan. Proses pengapungan dengan
memasukkan udara ke dalam air akan membentuk partikel-partikel terlarut di
dalam air berkumpul membentuk flok-flok, sehingga menyebabkan ukuran
partikel-partikel tersebut menjadi lebih besar dan mudah terangkat oleh
gelembung-gelembung udara. Terjadinya pengapungan merupakan hasil interaksi
antara gelembung-gelembung udara dengan suatu fase tersebar, ketika kecepatan
gaya dorong ke atas sangat tergantung pada gaya gravitasi dan sebar (disperse).
Pengapungan juga dipengaruhi oleh konsentrasi permukaan dari fase
tersebar (terdispersi) dan pemakaian bahan kimia sebagai penurun tegangan
antara fase tersebar terhadap media air. Proses pengapungan membutuhkan
beberapa bahan: antara lain pembuatan busa, zat pembasah, minyak hidrokarbon
untuk melindungi lapisan-lapisan, pengatur pH, Pengaktif (aktivator) dan
pengawaaktif (deaktivator) (agar bahan yang satu benar-benar dibasahi, dan
bahan yang lain benar-benar tidak dibasahi).

Prinsip archimedes telah


digunakan oleh manusia
selama kurang lebih 2200
tahun. Hukum Archimedes
mengatakan bahwa apabila
sebuah benda
sebagian atau seluruhnya
terbenam kedalam air, maka
benda tersebut akan
mendapat gaya tekan yang
mengarah keatas yang
besarnya sama dengan
berat air yang dipindahkan
oleh bagian benda yang
terbenam tersebut. Titik
lewat mana benda ini
bekerja disebut pusat
pengapungan (Central
Bouyancy). Titik ini terletak di
pusat berat cairan yang
dipindahkan
Prinsip archimedes telah
digunakan oleh manusia
selama kurang lebih 2200
tahun. Hukum Archimedes
mengatakan bahwa apabila
sebuah benda
sebagian atau seluruhnya
terbenam kedalam air, maka
benda tersebut akan
mendapat gaya tekan yang
mengarah keatas yang
besarnya sama dengan
berat air yang dipindahkan
oleh bagian benda yang
terbenam tersebut. Titik
lewat mana benda ini
bekerja disebut pusat
pengapungan (Central
Bouyancy). Titik ini terletak di
pusat berat cairan yang
dipindahkan
Prinsip archimedes telah
digunakan oleh manusia
selama kurang lebih 2200
tahun. Hukum Archimedes
mengatakan bahwa apabila
sebuah benda
sebagian atau seluruhnya
terbenam kedalam air, maka
benda tersebut akan
mendapat gaya tekan yang
mengarah keatas yang
besarnya sama dengan
berat air yang dipindahkan
oleh bagian benda yang
terbenam tersebut. Titik
lewat mana benda ini
bekerja disebut pusat
pengapungan (Central
Bouyancy). Titik ini terletak di
pusat berat cairan yang
dipindahkan.
Prinsip archimedes telah
digunakan oleh manusia
selama kurang lebih 2200
tahun. Hukum Archimedes
mengatakan bahwa apabila
sebuah benda
sebagian atau seluruhnya
terbenam kedalam air, maka
benda tersebut akan
mendapat gaya tekan yang
mengarah keatas yang
besarnya sama dengan
berat air yang dipindahkan
oleh bagian benda yang
terbenam tersebut. Titik
lewat mana benda ini
bekerja disebut pusat
pengapungan (Central
Bouyancy). Titik ini terletak di
pusat berat cairan yang
dipindahkan.
Prinsip archimedes telah
digunakan oleh manusia
selama kurang lebih 2200
tahun. Hukum Archimedes
mengatakan bahwa apabila
sebuah benda
sebagian atau seluruhnya
terbenam kedalam air, maka
benda tersebut akan
mendapat gaya tekan yang
mengarah keatas yang
besarnya sama dengan
berat air yang dipindahkan
oleh bagian benda yang
terbenam tersebut. Titik
lewat mana benda ini
bekerja disebut pusat
pengapungan (Central
Bouyancy). Titik ini terletak di
pusat berat cairan yang
dipindahkan.
Prinsip archimedes telah
digunakan oleh manusia
selama kurang lebih 2200
tahun.
Prinsip archimedes telah
digunakan oleh manusia
selama kurang lebih 2200
tahun.
Prinsip archimedes telah
digunakan oleh manusia
selama kurang lebih 2200
tahun.
Prinsip archimedes telah
digunakan oleh manusia
selama kurang lebih 2200
tahun.
Prinsip archimedes telah
digunakan oleh manusia
selama kurang lebih 2200
tahun.
Prinsip archimedes telah digunakan oleh manusia selama kurang lebih
2200tahun. Hukum Archimedes mengatakan bahwa apabila sebuah
bendasebagian atau seluruhnya terbenam kedalam air, maka benda tersebut
akanmendapat gaya tekan yang mengarah keatas yang besarnya sama
denganberat air yang dipindahkan oleh bagian benda yang terbenam tersebut.
Titiklewat mana benda ini bekerja disebut pusat pengapungan
(CentralBouyancy). Titik ini terletak di pusat berat cairan yang dipindahkan.
2.2. Benda Terapung
Hanya sebagian benda tersebut terbenam, dan sebagian tersembul
dipermukaan. Bagian yang terbenam adalah volume yang dipindahkan.

FB = (Pg) (volume yang dipindahkan) = berat benda terapung


Contoh soal:
Sebuah benda berbentuk prisma 203,2 mm, tebalnya dikali 203,2 mm, lebar
dikali 406,4 mm, panjangnya ditimbang dalam air pada kedalaman 508 mm dan
beratnya didapat 48,93 N. Berapakah beratnya diudara dan rapat relatifnya ?

Jawab:

Dengan melihat ke diagram benda bebas dalam Gambar 3-2, ∑  = 0 ,

maka : w – PV bersih – 48,93 N = 0 atau (1) w = 48,93 + PV bersih

Gaya apung PV = berat cairan yang didesak


= 1000(203,2 x 203,2 x 406,4) x 10-9 x 9,81

= 164,62 N

Maka dari (1), w = 48,93 + 164,62 = 213,55 N dan rp rl = 213,55/164,62


= 1,30

2.2. Pengambangan dan Pengapungan

Sebuah benda dikatakan mengapung apabila sebagian benda


cenderunglebih banyak diatas, sedangkan sebuah benda dikatakan
mengambangapabila benda yang tenggelam cenderung lebih banyak
berada dibawahpermukaan air. Apabila benda yang dimasukkan ke dalam
fluida, terapungataupun mengambang, maka volume fluida yang
dipindahkan = volumebagian benda yang tercelup dalam fluida
tersebut. Titik penerapan gayaapung pada benda dikenal sebagai pusat apung.
Hal itu selalu terletak padapusat gravitasi dari volume fluida yang dipindahkan.
 Jenis Kesetimbangan dari Benda Terapung
1. Keseimbangan Stabil
Jika sebuah benda diberi gaya eksternal untuk melakukan
perpindahandan benda itu kembali keposisi semula, maka itu
disebut keseimbanganstabil
2. Kesetimbangan Tidak Stabil
Jika sebuah benda diberi gaya maka benda tersebut tidak kembali
padaposisi awal dan tidak menempati posisi yang diharapkannya.
3. Kesetimbangan Netral
Jika sebuah benda yang diberi gaya eksternal untuk
melakukanperpindahan, sehingga benda tersebut menempati
posisi baru namuntetap diam dalam posisi baru, dapat
dikatakan memiliki keseimbanganyang netral.
BAB III
TRANSLASI DAN ROTASI MASSA CAIRAN

3.1. Pengertian translasi


Translasi adalah transformasi (atau perubahan) setiap titik dengan
jarak dan arah yang tetap. Dalam vector, translasi atau pergeseran
adalah penambahan setiap titik (x,y) dengan vector tertentu (a,b)
sehingga menghasilkan (x + a, y + b).
Suatu fluida dapat mengalami translasi dan rotasi dengan percepatan
tetap tanpa ada gerak relatif diantara partikel-partikel. Keadaan ini
merupakan salah satu keseimbangan relatif dan fluida itu bebas dari
gesekan. Pada umumnya tidak ada gerakan antara fluida dan bejana
tempatnya.
Fluida dapat mengalami translasi dan rotasi dengan percepatan tetap
tanpa ada gerak relatif antara partikel-partikel, ini merupakan
keseimbangan relatif dan fluida tersebut bebas dari geseran.
3.2. Rotasi massa cairan
Rotasi adalah transformasi dengan cara memutar objek dengan titik pusat
tertentu atau memutar objek terhadap titik tertentu dibidang xy. Bentuk dan
ukuran objek tidak berubah. Untuk melakukan rotasi perlu diketahui sudut rotasi
titik rotasi dimana objek dirotasi.
Arah rotasi:
A. Nilai positif dari sudut rotasi menentukan arah rotasi berlawanan dengan
jarum jam
B. Dan sebaliknya nilai negative akan memutar objek searah jarum jam.
BAB IV
ANALISIS DIMENSIONAL DAN KESERUPAAN HIDROLIK

4.1. Analisis Dimensional


Beberapa persoalan yang dijumpai dalam mekanika fluida telah
dipecahakan dengan menganalisa persoalan yang sudah diformulasikan secara
matematis. Dalam soal yang demikian, baik variabel yang berpengaruh
maupun hubungan antara variabel tersebut telab diketahui. Seringkali
formulasi demikian diperoleh dengan menggunakan anggapan
penyederhanaan. Untuk memperhitungkan efek yang diabaikan, dalam
pendekatan selanjutnya digunakan koefisien yang ditentukan secara
eksperimental. Hal ini seringkali merupakan cara penyelesaian yang praktis,
karena penyelesaian persamaan yang memperhitungkan efek yang diabaikan
tadi sangal rumit dan sukar dipecahkan.
Sebagai contoh , persamaan Navier-stokes pada umumnya tidak dapat
dipecahkan secara kwantitatif. kecuali untuk beberapa hal yang sederhana
Cara lain yang dapat digunakan sebagai penyelesaian pendekatan diperoleh
dengan mencoba menentukan secara umun bagaimana koefisien yang dapat
ditetapkan secara eksperimental tersebut bergantung pada variabel yang
mempengaruhi persoalan. Cara demikian ini, yang akan diuraikan lebih lanjut
dalam boo illi dan dikenal sebagai analisa dimensional, dipergunakan bila
variabel yang mempengaruhi suatu gejala fisik diketahui, akan tetapi
hubungan antara masing-masing belum diketabui.
a) variabel fisik yang ditinjau, yang timbul akibat gerak benda dalam
fluida atau sebaliknya, misalnya gaya, tegangan geser, dan sebagainya.
b) Variabel geometri benda saluran atau kedua-duanya, seperti ukuran
panjang, bentuk, dan sebagainya.
c) Variabel yang menyangkut gerak benda dalam fluida atau sebaliknya
misalnya kecepatan V, pereepatan a dan sebagainya.
d) Variabel yang menyatakan sifid fluida, misalnya massajenis 0, tekanan
p, viskositas M-tegangan permukaall 0, dan sebagainya.
Dengan analisa dimensional, gejala fisik dapat diformulasikan sebagai
hubungan antara variabel yang berpengaruh ini, yang telah dikelompokkan
dalam serangkaian kelompok bilangan yang tak berdimensi. jumlah kelompok
bilangan yang tak berdimensi ini jauh lebih sedikit dari jumlah variabel yang
semula. Cara ini sangat berguna dalam metoda analisa persoalan secara
eksperimental, terutama karena jumlah eksperimen yang harus dilakukan
dapat.diperkecil, dan eksperimennya sendiri dapat lebih disederhanakan.
Sebagai contoh, tinjau persoalan yang dibadapi untuk menentukan gaya
tahanan D dari suatu bola berdiameter d dan. yang permukaannya licin yang
bergerak dengan kecepatan V, di dalam fluida viskos yang illkompresibel.
Variabel geometri benda adalah d, variabel gerak benda adalah V, variabel
yang menyatakan sifat fluida adalah p dan p. sedangkan besarm.1isik yang
ditinjau adalah gaya tahanan D. perlu diperhatikan, bahwa langkah pertama
yang penting di sini adalah pengenalan variabel yang berpengaruh ini, dan
dengan berdasarkan pada analisn, observasi dan anggapan penyederhanaan,
jumlah variabel yang diperhitungkan hanyalah variabel yang penting saja.

4.1. Analisis Dimensional


keserupaan dalam pengertian yang umum berarti indikasi adanya keadaan
tertentu yang diketahui antara dua fenomena. Dalam mekanika fluida,
hubungan ini merupakan hubungan aliran sesungguhnya dengan aliran
yang menyangkut model yang batas-batasnya serupa secara geometris tetapi
lebih keeil ukurannya.walaupun demikian perlu dijelaskan, bahwa dalam
mekanika fluida berlaku pula hukum keserupaan untuk aliran dengan batas
yang tidak serupa. Misalnya, ada hubungan keserupaan antara aliran subsunik
kompressibel ( M < 1) sekitas suatu benda dengan aliran inkompresibel
sekitar benda yang kedua yang bentuknya serupa dengan benda peertama
yang diseformasikan menurut cara tertentu, dan ini dikenal sebagai aturan
kesempaan Gotherl. Demikian pula dalam
hidrologi diperlukan suatu model dari sungai-sungai yang pandangan atasnya
serupa, tetapi dalamnya tidak serupa. Selanjutnya akan dibahas aliran secara
geometris. Dua aliran yang mempunyai garis arus yang sempa disebut aliran
yang serupa secara kinematis. Karena batas benda merupakan garis arus,
tentunya aliran yang serupa kinematis harus pula serupa secara geometris.
Akan tetapi hal sebaliknya belum tentu benar. disim digambarkan garis arus
sekitar benda yang berbentuk belah ketupak dalam aliran dua dimensi.
menunjukkan aliran subsonik, M < l. aliran super sonik,M < l. Dapat dilihat
bahwa garis alurnya tidak serupa.
Selanjutnya dua aliran dikatakan serupa secara dinarnis, bila distribusi
gaya pada kedua aliran adalah sedemikian, sehingga pada titik yang
berkorespondensi, gaya yang sejenis ( misalnya gaya geser, tekanan, dan
sebagainya) saling sejajar. dan memunyai perbandingan yang sarna dengan
pada pasangan tink yang berkorenspondensi lainnya. Selanjutnya angka
perbandingan inl juga sarna untuk jenis gaya yang lain. Karena gaya seperti
gaya angkat dan tahanan untuk skala sebenamya biasanya diramalkan dengan
mengukur gaya. yang serupa pada model-model yang lebih kecil, jelaslan
mengapa keserupaan dinamis sangat penting dalam pengujian.
Akan ditunjukkan bahwa keserupaan dinamis mensyaratkan
dipenuhinya keserupaan kinematik, dan syarat bahwa distribusi massa
adalah sedemikian sehingga. perbandingan massa jenis pada titik dalam
aliran yang berkorespondensi mempunyai harga yang sarna pada setiap
pasang titik. Aliran yang memenuhi syarat yang terakbir ini disebut
aliran distribusi masa yang serupa. Syarat keserupaan kinematis berarti
babwa kecepatan dan percepatan pada titik yang berkorespondensi,
adalah sejajar dan perbandingan besar harga mutlaknya adalah kobstan.
Aliran yang serupa secara kinematis dan mempunyai distribus masa
yang serupa, dari hukum newton, juga mempunyai gaya resultan yang
perbandingan harga mutlaknya sarna untuk titik yang saling
berkorespondensi. Selain itu pada tink yang berkorespondensi juga
sejajar. Jadi aliran yang serupa secara kinematis dan distribusi masanya
serupa memenuhi syarat keserupaan.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai