Anda di halaman 1dari 30

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA II

“RECOVERY DAN SUPPORTIVE ENVIROMENT”

DISUSUN OLEH :

AHMAD ZAKI 21230069P

MICO FERNANDO 21230095P

RAHMA JENI. 21230111P

SISKA IRAWATI. 21230106P

FEBRIYANTI. 21230087P

DOSEN PEMBIMBING
Ns.Dilfera Hermiati, S.Kep., M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim,

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Recovery dan Supportive enviroment”
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ns.Dilfera Hermiati, S.Kep.,
M.Kep selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa II.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sangat diharapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.

Kepahiang, Desember 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................................2

C. Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................3

A. Konsep Recovery.........................................................................................................3

B. Manfaat dan Peran Perawat pad Pemberian Terapi pada Proses Penyembuhan.........4

C. Karakteristik Recovery .............................................................................................17

D. Model Recovery .......................................................................................................17

E. Supportive Environment............................................................................................19

F. jenis-jenis terapi lingkungan......................................................................................20

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...............................................................................................................23

B. Saran..........................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kesehatan jiwa sebagai bagian integral dari kesehatan merupakan
perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat
menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain (Depkes RI, 2002). Berbagai transformasi
dan transisi berbagai bidang kehidupan mengakibatkan perubahan gaya hidup,
pola perilaku, dan tata nilai kehidupan.Penyebab gangguan jiwa biasanya
bukan karena faktor tunggal tetapi bisa daribadan (somatogenik), lingkungan
sosial (sosiogenik), dari psike (psikogenik), maupun kultural (Maramis,
2009). Gejala gangguan jiwa meliputi gangguanpenampilan dan perilaku,
gangguan bicara dan bahasa, gangguan proses berpikir, sensorium dan fungsi
kognitif, gangguan emosi/perasaan, gangguan persepsi, gangguan psikomotor,
gangguan kemauan, gangguan kepribadian, dan gangguan pola hidup
(Maramis, 2009). Orang dengan gangguan jiwa berat yang mendapatkan
dukungan tepat dan secara individual, dapat pulih dari penyakitnya dan
memiliki kehidupan yang memuaskan serta produktif. Recovery merupakan
proses dimana seseorang mampu untuk hidup, bekerja, belajar dan
berpartisipasi secara penuh dalam komunitasnya. Recovery berimplikasi
terhadap penurunan atau pengurangan gejala secara keseluruhan (Ware et al,
2008 dalam Stuart 2013). Keperawatan termasuk dalam posisi yang ideal
dalam memberikan perawatan dengan menggabungkan banyak terapi
komplementer untuk mengatasi gejala yang dialami oleh klien dengan
gangguan jiwa. Di samping itu terapi komplementer yang diberikan dapat
memberdayakan klien dalam memperkuat hubungan antar perawat dan klien
dalam meningkatkan proses pemulihan. Tindakan pada keluarga merupakan
terapi yang ditujukan untuk melibatkan keluarga dan mendorong mereka
untuk menjadi peserta aktif dalam ritmen dan pemulihan, sehingga
meningkatkan keterampilan koping pada klien dan keluarga mereka. Peran
Perawat dalam terapi keluarga yaitu untuk mendorong hubungan keluarga
yang sehat melalui psikoedukasi, penguatan kekuatan, konseling sportif, dan
rujukan untuk terapi dan dukungan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan recovery?
2. Bagaimana peran perawat pada pemberian terapi recovery?
3. Bagaimana karakteristik recovery?
4. Apa saja model recovery pada keperawatan jiwa?
5. Apa yang dimaksud dengan supportive environment?
6. Apa saja jenis-jenis kegiatan supportive environmnt?

C. Tujuan
1. Untuk mempelajari definisi recovery.
2. Untuk mempelajari peran perawat pada pemberian terapi recovery.
3. Untuk mempelajari karakteristik recovery.
4. Untuk mempelajari model recovery.
5. Untuk mempelajari definisi supportive environment.
6. Untuk mempelajari jenis-jenis kegiatan supportive environment
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Recovery

Orang dengan gangguan jiwa berat yang mendapatkan dukungan tepat dan
secara individual, dapat pulih dari penyakitnya dan memiliki kehidupan yang
memuaskan serta produktif. Recovery merupakan suatu proses perjalanan mencapai
kesembuhan dan transformasi yang memampukan seseorang dengan gangguan jiwa
untuk hidup bermakna di komunitas yang dipilihnya untuk mencapai potensi yang
dimilikinya (USDHHS, 2006 dalam Stuart, 2013). Recovery merupakan proses dimana
seseorang mampu untuk hidup, bekerja, belajar dan berpartisipasi secara penuh dalam
komunitasnya. Recovery berimplikasi terhadap penurunan atau pengurangan gejala
secara keseluruhan (Ware et al, 2008 dalam Stuart 2013).
Kekuatan diri merupakan pondasi dari dukungan dan sistem recovery yang
berpusat pada diri sendiri dan motivasi diri. Aspek terpenting dari recovery
didefinisikan oleh setiap individu dengan pertolongan dari pemberi layanan kesehatan
jiwa dan orangorang yang sangat penting dalam kehidupannya (Stuart, 2010). Individu
menerima dukungan pemulihan melalui aktivitas yang didefinisikan sebagai
rehabilitasi, yang merupakan proses menolong seseorang kembali kepada level fungsi
tertinggi yang dapat dicapai. Recovery gangguan jiwa merupakan gabungan pelayanan
sosial, edukasi, okupasi, perilaku dan kognitif yang bertujuan pada pemulihan jangka
panjang dan memaksimalkan kecukupan diri (Stuart, 2013)
Sejumlah praktik berbasis bukti mendukung dan meningkatkan pemulihan
meliputi : tritmen asertif komunitas komunitas, dukungan bekerja, manajemen dan
pemulihan penyakit, tritmen terintegrasi untuk mendampingi kejadian berulang
gangguan jiwa dan penyalahgunaan zat, psikoedukasi keluarga, manajemen
pengobatan. Dukungan pemulihan dalam asuhan keperawatan jiwa meliputi bekerja
dengan tim tritmen multidisiplin yang meliputi psikiater, psikolog, pekerja sosial,
konselor, terapis okupasi, pakar konsumen dan teman sejawat,manajer kasus,
pengacara keluarga, pakar pengambil kebijakan. Dukungan ini juga membutuhkan
perawat untuk berfokus pda tiga elemen yaitu : individu, keluarga dan komunitas
(Stuart, 2013)

B. Manfaat dan Peran Perawat Pada Pemberian Terapi pada Proses


Penyembuhan

Pemberian terapi adalah berbagai pendekatan penenganan klien gangguan jiwa


yang bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah perilaku klien dengan gangguan jiwa
dengan perilaku mal adaptifnya menjadi perilaku yang adaptif. Perawat sebagai terapis
mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan
dengan memberikan berbagai macam terapi Generalis maupun Spesialis.
Dalam pemberian terapi perawat seabagai terapis senantiasa berdasarkan pada
kompetensi yang dia miliki dan kondisi pasien yang menjadi titik tolak terapi atau
penyembuhan.
Efektivitas terapi komplementer dan alternatif (CAM) telah banyak dibuktikan
oleh klinisi yang merujuk klien ke praktisi CAM baik sebagai terapi tunggal ataupu
terapi tambahan dalam terapi konvensional. Terapi CAM dapat memberi dampak
penting dalam praktik keperawatan kesehatan jiwa. Terapi alternatif telah banyak
dirasakan bermanfaat, aman, hemat biaya, dan mudah dilaksanakan di tatanan kesehtan
jiwa. Terapi alternatif komplementer (CAM) dapat dilakukan oleh perawat (Stuart,
2013).
Keperawatan termasuk dalam posisi yang ideal dalam memberikan perawatan
dengan menggabungkan banyak terapi CAM untuk mengatasi gejala yang dialami
oleh klien dengan gangguan jiwa. Disamping itu terapi CAM yang memberdayakan
klien dapat memperkuat hubungan antar perawat dan klien dalam meningkatkan proses
pemulihan (Stuart, 2013).

1. Terapi Generalis
1. Terapi Psikofarmakologi

Psikofarmakologi merupakan sebuah standar yang telah ditetapkan dalam


menangani penyakik-penyakit neurobiologis. Namun, obat tidak dpat berjalan
sendiri dalam menangani masalah personal, social atau komponen lingkungan
klien atau respon terhadap penyakit. Kondisi-kondisi tersebut membutuhkan
pendekatan yang terintegrasi dan komperensif dalam merawat individudan
gangguan jiwa.
A. Peran perawat dalam psikofarmakologi
a) Pengkajian Klien

Pada proses kolaborasi pemberian obat sangat penting melakukan


pengkajian dasar klien termvsuk riwayat, kondisi fisik dan asil
laboratorium , evaluasi kesehatan jiwa, pengkajian social budaya dan
yang paling utama adalah riwayat pengobatan untuk dilengkapi pada
setiap klien sebelum diberikan pengobatan.
b) Kordinasi Tritmen Modalitas
Perawat memiliki peran penting dalam merancang program tritmen
yang komprehensif. Pilihan tritmen yang paling tepat pada setiap
klien bersifat individu dan merupakan gambaran dari rencana
tritmen. Kordinasi dalam melakukan perawatan merupakan tanggung
jawab utama perawat yang bersamasama dengan klien dalam
membina hubungan terapiutik sebagai bagian dari tim pelayanan
kesehatan
c) Pemberian Obat
Perawat memiliki peran penting terhadap pengealaman klien dalam
mendapatkan pengobatan psikofarmakologi. Pada beberapa
pelayanan perawat bertugas menentukan jadwal dosis berdasarkan
dosis kebutuhan obat seta kebutuhan klien, mengatur pemberian obat
dan selalu waspada terhadap efek serta penanganan efek obat.
d) Monitor Efek Obat
Perawat berperan penting dalam memantau efek obat psikofarmaka.
Peran dalam memantau efek obat seperti membuat standarisasi
pengukuran efek obat terhadap target gejala, mengevaluasi dan
meminimalisasi efek samping, mengatasi reaksi berlawanan dan
mencatat efek obat terhadap konsep diri klien, kepercayaan serta
keyakinannya terhadap perawatan. Obat harus diberikan sesuai
dengan dosis yang direnkomendasikan dan dalam jumlah yang tepat
sebelum menentukan apakah memiliki dampak terapiutik yang
adekuat pada klien.
e) Edukasi Pengobatan
Perawat merupakan pemegan posisi utama dalam memberikan
edukasi pada klien dan keluarga tentang pengobatan. Edukasi
meliputi pemberian informasi lengkap kepada klien dan keluarga
sehingga mereka dapat memahami, mendiskusikan dan
menerimanya. Edukasi tentang obat merupakan kunci penting agar
efektif dan aman dalam mengonsumsi obat-obat psikotropika,
kolaborasi klien dalam merencanakan tritmen dan kepatuhan klien
terhadap regimen terapi obat.
2. Terapi Kejang Listrik (Elektroconvulsive Therapis)
Terapi kejang listrik (elektroconvulsive therapis / ECT) pertama kali
dilakukan pada tahun 1938 sbagai tritmen untuk klien skizofrenia, ketika
diyakini bahwa klien epilepsy jarang mengalami skizofrenia, dan dianggap
bahwa pemberian kejang biasa menyembuhkan skizofrenia.
Terapi Kejang listrik adalah pengobatan dengan pemberian kejang
yang cukup berat melalui alat yang diindukdi pada klien yang yang dibius
dengan memeberikan arus listrik melalui elektroda yang dipasang pada klien
(Manked et al,2010).
ECT merupakan tritmen gangguan jiwa yang efektif dan umumnya
dapat ditoleransi dengan baik oleh klien. Dalam beberapa kasus, stelah
program awal tritmen sukses, pemiliharaan ECT ditambah dengan
pemberian obat antridepresan: untuk bulan pertama setelah remisi program
remisi trigmen dilakukan seminggu sekali, kemudian berkurang secara
bertahap menjadi sebulan sekali (perbulan) (APA, 2001).
Indikasi utama ECT adalah depresi berat (Weiner dan Falcone,2011).
Beberapa ahli menganggap terapi ini digunakan sebagai standar emas untuk
mengatasi kodisi depresi yang bertahan (Nahas dan Anderson,2011).
Tingkat respon terhadap ECT 80% atau lebih untuk sebagian besar klien
lebih baik daripada tingkat respon terhadap obat antidepresan, sehingga
terapi dianggap sebai antidepresan yang paling efektif (Keltner dan
Boschini,2009).
A. Peran perawat

Perawat kesehatan jiwa memiliki peran penting dalam melakukan


ECT. Peran ini meliputi tindakan keperawatan mandiri dan kolaborasi.
Dukungan Emosi dan Pendidikan. Asuhan keperawatan diberikan
kepada klien dan keluarga setelah dijelaskan bahwa ECT merupakan
pilihan program tritmen. Peran paling penting perawat adalah
memberikan kesempatan bagi klien untuk untuk mengespresikan
perasaan, termasuk masalah yang terkait dengan mitos atau yang
berkaitan dengan ECT. Perawat dapat mengajarkan klien dan keluarga,
mempertimbangkan ansietas, kesiapan untuk belajar, dan kemampuan
untuk memahami penjelasan yang diberikan. Asuhan Keperawatan
Sebelum Prosedur Tritmen, pemberian asuhan keperawatan ini
meliputi peninjauan kembali proses konsultasi, memastikan bahwa
setiap kelainan hasil tes laboratorium telah ditangani, dan memeriksa
bahwa peralatan dan perlengkapan yang diperlukan telah memadai dan
berfungsi. Asuhan keperawatan selama prosedur, klien harus dibawah
ke ruan tritmen, baik dengan berjalan kaki atau dibawah dengan
menggunakan kursi roda, didampingi seorang perwat dan dengan
siapapun klien merasa nyaman. Perawat harus tetap mendapingi klien
selama pelaksanaan terapi untuk memberikan dukungan pada klien.
Asuhan keperawatan setelah prosedur, ruang pemulihan harus
berdekatan dengan dengan ruang tritmen untuk memudahkan akses staf
anastesi keluar masuk dalam keadaan darurat. Setelah klien berada
diruan pemulihan perawat harus harus mengokservasi klien sampai
benar-benar pulih. Perawat harus meyakinkan kodisi klien dan secara
periodic mengorentasikan klien. Pemberian penjelasan yang singkat,
sangat membantu klien dalam proses pemulihan. Perawat harus
menjelaskan bahwa sebagian besar masalah memori akan hilang dalam
beberapa minggu.
3. Terapi Tindakan Pada Keluarga
Tindakan pada keluarga merupakan terapi yang ditujukan untuk
melibatkan keluarga dan mendorong mereka untuk menjadi peserta aktif
dalam ritmen dan pemulihan, sehingga meningkatkan keterampilan koping
pada klien dan keluarga mereka. Peran Perawat dalam terapi keluarga yaitu
untuk mendorong hubungan keluarga yang sehat melalui psikoedukasi,
penguatan kekuatan, konseling sportif, dan rujukan untuk terapi dan
dukungan. Perawat sudah dipersiapkan dengan baik untuk meningkatkan
fungsi keluarga dalam pengaturan klinis tradisional dan nontradisional.
Perawat harus mengintegrasikan teori berbasis keluarga dengan ilmu
tindakan pada keluarga dalam program klinis, memberikan dan
mempromosikan tindakan pada keluarga berbasis-bukti, dan advokasi untuk
keluarga dan penggantian pihak ketiga untuk tindakan pada keluarga.
i. Advokasi Keluarga merupakan model bekerja dengan orang tua dan
anggota keluarga untuk membantu mereka bertindak sebagai
advokat dengan dan atas nama anggotakeluarga yang memiliki
ketidakmampuan
ii. Praktik yang berorientasi pada keluarga mengacu pada tindakan
tertentu pada keluarga dan kerangka konseptual yang lebih luas
untuk tindakan yang mencakup asuhan keperawatan yang berpusat
pada keluarga.

iii. Ilmu tindaka keluarga merupakan area keilmuan yang didefinisikan


dengan penelitian dalam mengubah perilaku keluarga.
4. Iktisas Terapi Kelompok
Kelompok menawarkan berbagai hubungan antara anggota karena setiap
anggota kelompok akan berinteraksi satu sama lain dengan pemimpin
kelompok. Anggota kelompok berasal dari berbagai latar belakang dan
masing-masing memiliki kesempatan untuk belajar dari orang lain diluar
lingkaran sosialnya.mereka dihadapkan dengan rasa iri hati, daya tarik, daya
saing, dan banyak emosi lainnya dan perasaan yang diungkapkan oleh orang
lain (Yalom,2005).
Kelompok terapiutik memiliki tujuan bersama yaitu kelompok memiliki
tujuan kelompok untuk membantu anggota yang secara konsisten terlibat
dalam engidentifikasi hubungan destruktif dan mengubah perilaku
maladaptive mereka.
• Peran Perawat

Perawat sebagai pemimpin kelompok harus dapat mengkordinir dan


mempelajari kelompok dan berpartisipasi di dalamnya pada waktu
bersamaan. Pemimpin harus selalu memantau kelompok dan bila
diperlukan, membantu kelompok mencapai tujuannya. Kualitas
pemimpin perawat yang efektif merupakan kualitas yang sama
pentingnya dalam hubungan terapiutik, secara khusus kemampuan
perawat meliputi sikap responsive dan aktif berimpati, ketulusan,
dan kemampuan konfrontasi.

2. Terapi Spesialis

1) Guided Imagery

Guided Imagery merupakan program yang mengarahkan pikiran dengan


memandu imajinasi seseorang terhadap situasi santai, fokus pada
kondisi untuk mengurangi stres dan meningkatkan kenyaman serta
suasana hati (Stuart, 2013). Klien yang menerima GI memiliki tingkat
kenyamanan yang lebih tinggi dan tingkat depresi, ansietas dan stres
yang lebih rendah dibandingkan dengan klien yang tidak menerima GI
(Apostolo dan Kolcaba, 2009). Selain itu teknik imagery telah
digunakan dalam berbagai kondisi dan populasi. Nyeri dan kanker
adalah dua kondisi di mana teknik imagery telah membantu baik pada
orang dewasa ataupun anak-anak (Lindquist, 2014).

2) Music Intervention

Terapi musik digunakan dengan menerapkan unsur-unsur penyembuhan


untuk memenuhi kebutuhan spesifik pada individu. Di Amerika Serikat
dan di seluruh dunia, terapis musik bekerja di berbagai fasilitas dan
perawatan kesehatan. Meskipun terapis musik secara khusus dilatih
untuk menggunakan musik dalam berbagai cara terapi, ada banyak
situasi di mana perawat dapat menerapkan intervensi musik ke dalam
rencana perawatan pasien (Lindquist, 2014).

Musik dan proses fisiologis (detak jantung, tekanan darah, gelombang


otak, suhu tubuh, pencernaan, dan hormon adrenal) melibatkan irama
dan getaran yang terjadi secara rutin, berkala dan terdiri dari osilasi
(Crowe, 2004 dalam Lindquist, 2014). Intervensi musik memberikan
pasien / klien stimulus menghibur yang dapat membangkitkan sensasi
menyenangkan sambil memfokuskan perhatian individu ke musik bukan
pada pikiran stres, nyeri, ketidaknyamanan, atau rangsangan lingkungan
lainnya (Lindquist, 2014).

3) Humor

Psikoterapis Steven Sultanoff menjelaskan bahwa perbedaan utama


antara komedi-klub humor dan humor terapi. Tujuan dari menggunakan
humor terapi sebagai terapi komplementer harus jelas untuk
kepentingan klien atau pasien, bukan untuk terapis/perawat sebagai
kepuasan pribadi atau hanya untuk kesenangan "(Steven Sultanoff, 2012
dalam Lindquist, 2014). Humor terapi telah didefinisikan sebagai setiap
intervensi yang mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan dengan
merangsang ekspresi. Intervensi ini dapat meningkatkan kesehatan,
sebagai terapi komplementer, memfasilitasi penyembuhan atau
mengatasi baik fisik, emosi, kognitif, sosial, dan spiritual "(AATH, 2000
dalam Lindquist, 2014).

4) Yoga

Yoga merupakan kegiatan yang mengatur tubuh secara fisik dan


emosional dengan menggunakan berbagai posisi tubuh, latihan
peregangan, kontrol nafas dan meditasi. Teknik pernapasan yang
digunakn dalam yoga dapat berhubungan dengan stimulasi saraf vagus
dan menyeimbangkan sistem saraf otonom. Kegiatan yoga dapat ini
dapat mengurangi agitasi dan aktivitas pada beberapa klien depresi saat
berlatih meditasi (Stuart, 2013).

Sebuah studi menunjukkan bahwa yoga dua kali seminggu selama 8


minggu diberikan tritmen standar untuk gangguan makan lebih
bermanfaat dalam mengurangi gejala gangguan makan daripada tritmen
standar saja. Setelah selesai yoga, klien mengalami sedikit rangsangan
terhadap makanan dan cara makan, sehingga hal ini menunjukkan
efektivitas yoga dalam memfokuskan pikiran dan tidak terokupasi pada
pemikiran obsesif patologis (Stuart, 2013).

5) Biofeedback

Biofeedback merupakan suatu tindakan dimana respon fisiologis, seperti


detak jantung, hantaran kulit, suhu kulit, dan aktivasi otot dipantau
dengan tujuan mengajarkan klien untuk secara sadar mengatur proses
tersebut. EEG Biofeedback dikenal juga sebagai neuroterapi/
neurofeedback adalah biofeedback tertentu yang menstransmisikan
sinyal electroencephalogram (EEG) dan memberikan informasi tentang
aktivitas neuron di korteks serebral. Melalui pengkondisian operan atau
belajar, klien diajarkan menggunakan informasi tentang otak untuk
mengubah atau meningkatkan fungsinya (Stuart, 2013). Perawat
profesional ideal untuk memberikan biofeedback karena
pengetahuannya tentang fisiologi, psikologi, kesehatan dan penyakit di
negaranya. Perawat menggunakan biofeedback harus disertifikasi oleh
Sertifikasi Biofeedback International Alliance (BCIA, www.bcia.org),
yang menawarkan sertifikasi dalam biofeedback umum, neurofeedback,
dan biofeedback disfungsi otot panggul (Lindquist, 2014).

6) Meditation

Meditasi kesadaran (Mindfulness meditation) mengajarkan klien


berfokus pada pengalaman mereka. Klien diajarkan untuk menyadari
sensasi, pikiran dan perasaan yang dialami saat ini yang bertujuan untuk
memungkinkan diri mengamati pengalaman membuat tujuan, tidak
menghakimi, serta menerima cara dan menemukan sifat yang lebih
dalam dari pengalaman (Tusaie dan Edds, 2009 dalam Stuart, 2013).
Praktik meditasi harus diawasi pada klien dengan masalah kesehatan
jiwa tertentu karena terapi ini memiliki potensi untuk menginduksi
tingkat kesadaran tertentu. Pendekatan meditasi yang berbeda dapat
menghasilkan efek merangsang yang dapat membangkitkan mania pada
klien bipolar (Stuart, 2013).

7) Prayer

Stabile (2013) mendefinisikan doa sebagai komunikasi antara manusia


dan Tuhan, komunikasi timbal balik yang meliputi berbicara kepada
Tuhan (Lindquist, 2014). Banziger, Van Uden, dan Janssen (2008)
mencatat bahwa orang dapat melihat doa sebagai kerjasama dengan
Tuhan di mana mereka berada dalam kontak dan persekutuan dengan
Tuhan. Doa dapat dilakukan secara individual, dalam suatu kelompok,
atau sebagai bagian dari iman atau komunitas agama (Lindquist, 2014).
Sejumlah penelitian telah mendokumentasikan efektivitas doa sebagai
strategi koping. Dari tinjauan studi tentang doa, Holywell dan Walker
(2009) menyimpulkan bahwa doa adalah strategi koping yang
membantu untuk menengahi antara agama dan kesejahteraan (Lindquist,
2014).

8) Journaling

Istilah journal, buku harian, menulis reflektif, dan menulis ekspresif


sering digunakan secara bergantian. Diari lebih sering fokus pada
rekaman peristiwa dan pertemuan, sedangkan journal berfungsi sebagai
alat untuk merekam proses kehidupan seseorang (Cortright 2008 dalam
Lindquist, 2014). Peristiwa dan pengalaman yang dicatat dalam jurnal
berisi refleksi seseorang tentang peristiwa dan makna pribadi yang
pernah dialami mereka. Dalam penulisan jurnal, interaksi antara sadar
dan tidak sadar sering terjadi. Bentuk penulisan ekspresif seperti puisi,
cerita, dan pesan memo adalah metode individu dapat menggunakan
untuk mengeksplorasi perasaan batin dan pikiran (Lindquist, 2014).

9) Storytelling

Mendongeng/bercerita didefinisikan sebagai seni atau tindakan bercerita


(Dictionary.com, 2013). Sebuah cerita adalah narasi, baik benar atau
fiktif, dalam bentuk prosa atau ayat yang dirancang untuk menarik,
menghibur, atau menginstruksikan pendengar atau pembaca.
Penggunaan cerita di layanan kesehatan, penelitian kesehatan, dan
pendidikan tidak terbatas. Perawat dapat menggunakan cerita dalam
beberapa situasi di masa hidup untuk berbagai tujuan. Cerita dapat
digunakan dalam terapi keluarga dan dapat membantu anggota dalam
memasuki makna dari masa lalu, sekarang, dan masa depan serta
membantu pasien untuk "membuat makna" dan penyembuhan (Roberts,
1994 dalam Lindquist, 2014).

10) Animal- Assisted Therapy

Terapi dengan bantuan hewan didefinisikan sebagai intervensi yang


diarahkan pada tujuan yang menggunakan ikatan manusia-hewan
sebagai bagian integral dari proses pengobatan (American Veterinary
Medical Association, 2012). Meskipun berbagai spesies hewan dan
keturunan, seperti kucing, burung, kelinci, kuda, dan lumba-lumba,
yang terlibat dalam AAT, anjing memiliki persentase tertinggi dari
hewan yang digunakan untuk AAT (Hart, 2000). Beberapa kunci dari
AAT adalah: (a) tujuan dan sasaran tertentu yang ditetapkan untuk
setiap pasien, (b) mengukur kemajuan, (c) interaksi didokumentasikan.
Tujuan dirancang oleh seorang perawat, terapis okupasi, terapi fisik,
konselor, dokter, atau profesional perawatan kesehatan lainnya yang
menggunakan AAT dalam proses pengobatan (American Veterinary
Medical Association, 2012). Sebuah tujuan fisik misalnya peningkatan
mobilitas dengan berjalan dengan anjing. Contoh tujuan kognitif
termasuk peningkatan ekspresi verbal (melalui interaksi normal dengan
hewan) dan peningkatan memori jangka panjang (melalui mengingat
nama dan aktivitas hewan pada kunjungan terakhir).
11) Massage
Pijat istilah berasal dari kata Yunani massein, yang berarti uleni (Calvert,
2002). Kata Arab massal atau mash, untuk menekan lembut, juga berarti
pijat (Goodall-Copestake, 1919). Keperawatan merupakan salah satu
disiplin ilmu pertama yang menggunakan pijat. Dokter, terapis fisik,
terapis pijat, dan bahkan cosmetologists juga menggunakan pijat. Orang-
orang Yunani dan Romawi dipengaruhi dokter untuk menggunakan pijat.
Terapis fisik menggunakan pijat di kedokteran olahraga untuk
mengurangi rasa sakit, merehabilitasi, dan meningkatkan kinerja fisik
bagi para atlet (Brummitt 2008).

12) Tai Chi

Tai Chi yang berarti puncak tertinggi, adalah seni bela diri tradisional
Cina (Koh, 1981) dan latihan pikiran-tubuh. Teknik ini melibatkan
serangkaian cairan, terus menerus, anggun, postur yang menari, dan
gerakan yang dikenal sebagai bentuk (Yang, 2010 dalam Lindquist,
2014). Ada beberapa gaya Tai Chi yang saat ini dipraktekkan; Chen
(cepat dan lambat gerakan besar), Yang (memperlambat gerakan besar),
Wu (pertengahan mondar-mandir, gerakan kompak), dan Sun (cepat,
gerakan kompak) (Jou, 1983 dalam Lindquist, 2014). Setiap gaya
memiliki protokol karakteristik yang berbeda dari gaya lain dalam
postur atau bentuk, urutan gerakan, kecepatan, dan tingkat
kesulitan.Namun memiliki prinsip-prinsip dasar yang sama (Yang, 1991
dalam Lindquist, 2014).

13) Terapi Relaksasi (Terapi Pijat)

Teknik relaksasi adalah teknik untuk menurunkan respon relaksasi


sebagai mekanisme protektif terhadap stress yang menurunkan denyut
nadi, metabolism laju pernafasan dann tonus otot. Relaksasi adalah
suatu kondisi untuk membebaskan fisik dan mental dari tekanan atau
stress. Teknik relaksasi memberikan kemapuan kepada individu untuk
dapat mengontrol dirinya sendiri ketika terjadi ketidak nyamanan atau
nyeri dan memperbaiki keadaan fisik dan stress emosional (Potter &
Perry, 2002). Salah satu teknik relaksasi adalah terapi pijat (Sharon et.
All, 2000 dikutip dari Wahyuni, 2002). Terapi pijat adalah terapi
relaksasi dengan memberikan tekanantekanan tertentu pada anggota
badan.

Peran Perawat Dalam Terapi Pijat

Perawat dapat melakukan terapi pijat untuk mengatasi kondisi-kondisi


ketidak nyamanan yang dialami paien, diantaranya:
• Rasa sakit

Pijat sering digunakan untuk mengurangi rasa sakit. Sejumlah


penelitian telah menemukan bahwa pijat dapat mengurangi rasa sakit,
Dalam review penelitian tentang penggunaan pijat dan aromaterapi
pada penderita kanker, Wang dan Keck (2004) melaporkan
berkurangnya rasa sakit pada pasien pasca operasi, dan Mok dan Woo
(2004) menemukan bahwa pijat juga dapat mengurangi rasa sakit pada
pasien stroke
• Mengatasi masalah istirahat tidur

Pada pasien dilakukan pijatan sebelum tidur sehingga meningkatkan


relaksasi atau rasa nyaman pada pasien, sehingga pasien dapat
beristirahat dengan tenang.

14) Exercise (Olah Raga)

Aktivitas fisik didefinisikan sebagai "mengerakan tubuh yang bertujuan


untuk pengeluaran kalori" (American College of Sports Medicine,
2006). Secara umum pengertian olahraga adalah sebagai salah satu
aktivitas fisik maupun psikis seseorang yang berguna untuk menjaga
dan meningkatkan kualitas kesehatan seseorang. Latihan fisik sangat
bermanfaat bagi kesehatan, diantaranya:
• Mengurangi risiko kematian dini

• Mengurangi risiko kematian dini akibat penyakit jantung

• Mengurangi risiko diabetes tipe 2

• Mengurangi risiko tekanan darah tinggi

• Mengurangi tekanan darah tinggi pada individu hipertensi

• Mengurangi risiko kanker usus

• Mengurangi perasaan gelisah dan putus asa

• Membantu dalam mengontrol berat badan

• Membantu dalam penguatan dan pemeliharaan otot, sendi, dan tulang

• Membantu orang dewasa yang lebih tua dengan keseimbangan dan


mobilitas
• Memupuk perasaan kesejahteraan psikologis
Peran Perawat
Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien tentang pentingnya
berolahraga, perawat juga dapat selalu memotivasi pasien untuk
dapat melakukan olah raga rutin sesuai kondisi pasien. Perawat dapat
membantu pasien untuk berkonsultasi dengan dokter untuk
menentukan olahraga apa yang tepat dengan kondisi pasien dan
dapat pasien lakukan secara mandiri.

15) Aromaterapi

Styles (1997) mendefinisikan aromaterapi sebagai penggunaan minyak


esensial untuk tujuan terapi yang mencakup pikiran, tubuh, dan jiwa-
luas, definisi yang konsisten dengan praktik keperawatan holistik.
Institute Cancer Nasional mendefinisikan aromaterapi sebagai
"penggunaan terapi menggunakan minyak dari bunga,
tumbuhtumbuhan, dan pohon-pohon untuk perbaikan fisik, emosional,
dan spiritual kesejahteraan "(National Cancer Institute [NCI], 2012).

Peran Perawat

Perawat memiliki peran penting dalam membantu pasien untuk


membedakan di antara berbagai produk botani yang mudah tersedia.
Pasien sering bingung dengan pilihan yang dapat digunakan , dan yang
terpenting adalah bahwa perawat memahami perbedaan dari kandungan
dari minyak yang digunakan, pemberian saran pada pasien bertujuan
untuk keselamatan pasien. Perawat harus menyadari pedoman
keselamatan umum untuk pendidikan pasien dan dalam praktek. Ini
termasuk:
i. Hindari minyak esensial dari nyala api langsung, minyak tersebut
tidak stabil dan sangat mudah terbakar.
ii. Simpan minyak esensial di tempat yang sejuk jauh dari sinar
matahari; menggunakan wadah kaca berwarna biru atau gelap. Tutup
wadah segera setelah digunakan. Minyak atsiri dapat mengoksidasi
pada suhu yang panas, cahaya, dan oksigen dan dapat mengubah
kandungan bahan kimianya
iii. Sadarilah bahwa minyak esensial dapat menodai pakaian dan bahan
tekstil, minyak esensial murni juga dapat merusak bahan plastik.
Lakukan tindakan pencegahan yang tepat.
iv. Jauhkan minyak esensial dari anak-anak dan hewan peliharaan
kecuali kita yakin bahwa minyak esensial tersebut memang aman
untuk anak- anak dan hewan peliharaan. Pelajari literatur berisi kasus
efek samping atau kematian yang berhubungan dengan penggunaan
yang tidak benar atau tertelan pada anak-anak dan hewan peliharaan
(Halicioglu, Astarcioglu, Yaprak, & Aydinlioglu, 2011).
v. Gunakan minyak esensial dari pemasok terkemuka. Mencari nasihat
dari aromaterapis terlatih atau rekomendasi dari penyedia klinis
aromaterapi. Jika menggunakan minyak esensial dalam percobaan
klinis atau penelitian, hasil tes verifikasi kandungan bahan kimia
harus diperoleh.
vi. Perawatan khusus diperlukan bila menggunakan minyak esensial
pada orang-orang yang memiliki riwayat asma yang parah atau
beberapa alergi.
vii. Penggunaan minyak esensial relatif aman bila digunakan dengan
benar, sensitifitas dan iritasi kulit dapat terjadi. Dalam kasus ini,
minyak esensial yang masih tersisa harus dihapus dengan minyak
atau susu, dibilas dengan air, dan penggunaannya harus dihentikan.
Kebanyakan reaksi seperti ini dapat mengatasi masalah tersebut;
Namun, penyedia layanan kesehatan harus berkonsultasi jika terjadi
nyeri/gatal parah yang berkelanjutan.
viii. Jika minyak esensial masuk ke mata, bilas dengan susu atau
pembawa minyak pertama dan kemudian dengan air.
16) Obat herbal
Herbal dan produk-produk alami terkait seperti rempah-rempah,
banyak digunakan untuk pengobatan di dunia. Penggunaan herbal
untuk pengobatan penyakit dan menjaga kesehatan bisa digunakan
pada banyak budaya didunia setidaknya sejak 2.500 tahun yang lalu.
Sebagai contoh, di sM abad ke-5, Hippocrates direkomendasikan
daun dan kulit kayu dari willow tree (genus Salix) untuk rasa sakit
dan peradangan. obat-obatan herbal, atau terapi nabati, terus
menduduki tempat penting dalam banyak tradisi penyembuhan
dunia.
Peran Perawat
Perawat perlu mengkaji apakah pasien menggunakan ramuan herbal
tertentu, selain mengetahui jenis ramuan yang digunakan, dosis
masing-masing ramuan, dan fungsi yang dari ramuan tersebut,
mengumpulkan informasi mengenai durasi penggunaan herbal juga
akan membantu dalam menilai pasien dan memberikan perawatan
terbaik. Perawat juga perlu untuk memberikan pemahaman pada
pasien karena banyak kesalahan pemahaman tentang obat herbal
bahwa herbal tidak memiliki efek samping karena mereka alami.
Namun, herbal memang memiliki efek samping dan mungkin
beracun atau beracun jika tidak digunakan dengan tepat. Masalah
lainnya adalah kebiasaan pasien menggunakan tumbuh-tumbuhan
sebagai pengganti obat yang sudah diberikan oleh dokter.
17) Functional Foods and Nutraceuticals
Menurut Haller (2010), istilah nutraceutical diambil dari kata-kata
nutrisi dan farmasi. Awalnya diciptakan oleh Dr Stephen DeFelice,
nutraceuticals didefinisikan sebagai "makanan, atau bagian dari
makanan, yang berfungsi untuk pengobatan atau memiliki manfaat
untuk kesehatan, termasuk pencegahan dan pengobatan penyakit
"(National Nutraceutical Pusat, 2012). Kategori nutraceutical
termasuk suplemen makanan seperti Ginkgo biloba, makanan
fungsional seperti produk susu, dan makanan makanan lainnya yang
nantinya dapat di tambahkan dengan nutraceuticals (National
Nutraceutical Pusat, 2012). Nutraceuticals adalah makanan yang
menawarkan manfaat bagi kesehatan (Haller, 2010).
18) Terapi Cahaya
Terapi cahaya didefinisikan sebagai paparan yang dilakukan dengan
menggunakan spektrum cahaya atau cahaya terang untuk mengobati
kondisi seperti gangguan afektif musiman atau seasonal affective
disorder (SAD). Terapi ini berbeda dengan fototerapi , yang
digunakan untuk mengobati kondisi seperti hiperbilirubinemia atau
psoriasis (Lam, 1998). Gangguan afektif musiman (SAD) merupakan
gangguan mood yang sering terjadi pada saat musim dingin yang
gelap dan biasanya menghilang dengan sendirinya saat musim
semi dan dapat terjadi berulang-ulang dari tahun ke tahun. Menurut
Pedoman Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental, edisi ke-5
(DSM - 5; American Psychiatric Association, 2013), SAD
dikategorikan dengan indikator depresi berat. Pasien dengan SAD
pengalaman episode utama depresi yang cenderung berulang pada
waktu tertentu dalam setahun (Amerika Psychiatric Association,
2013).
19) Healing Touch
Semua budaya, baik kuno dan modern, telah mengembangkan
beberapa bentuk terapi sentuh sebagai bagian dari keinginan
masyarakat untuk menyembuhkan dan perawatan untuk banyak
kondisi kesehatan. Bukti tertulis tertua penggunaan sentuhan untuk
meningkatkan penyembuhan berasal dari Asia lebih dari 5.000 tahun
yang lalu (Hover-Kramer, Mentgen, & Scandrett- Hibdon, 1996;
Jackson & Keegan, 2009; Krieger, 1979). Dunia keperawatan telah
menggunakan sentuhan sepanjang sejarah dan perawat hari ini
mengintegrasikan banyak teknik sentuhan dalam prakteknya. Salah
satu terapi ini adalah Healing Touch, yang sekarang memiliki lebih
dari 50.000 orang yang telah dilatih di seluruh dunia, dengan hampir
2.000 praktisi bersertifikat dan 200 bersertifikat instruktur selama 23
tahun terakhir (Healing Touch Internasional, 2012a)
C. Karakteristik Recovery

1. Peran dan fungsi keperawatan jiwa yang kompeten

2. Hubungan yang terapeutik antara perawat dengan klien

3. Konsep model keperawtaan jiwa

4. Model stress adaptasi dalam keperawatan jiwa

5. Keadaan-keadaan biologis dalam keperawatan jiwa

6. Keadaan-keadaan psikologis dalam keperawatan jiwa

7. Keadaan-keadaan social budaya dalam keperawatan jiwa

8. Keadaan-keadaan lingkungan dalam keperawatan jiwa

9. Keadaan-keadaan legal etika dalam keperawatan jiwa

10. Penatalaksanaan proses keperawatan dengan standar-standar


keperawatan

11. Aktualisasi peran perawatan jiwa melalui standar penampilan


standar-standar professional.

D. Model Recovery
1) Mental Health Recovery Model & The Recovery Model in
Psychiatric Nursing
Selama ini kita mengetahui bahwa recovery sama halnya dengan
kembali sehat atau sembuh terhadap suatu penyakit, tetapi dalam
kesehatan jiwa kita sepakati bahwa recovery memiliki arti yang
berbeda. Recover Model pada kesehatan jiwa tidak berfokus pada
pengobatan, tetapi sebagai gantinya lebih menekankan dapat hidup
beradaptasi dengan sakit jiwa yang sifatnya kronis. Pada model ini
lebih menekankan kepada hubungan sosial, pemberdayaan, strategi
koping, dan makna hidup.
Peplau (1952 dalam Varcarolis 2013) menciptakan teori bahwa
pentingnya hubungan interpersonal terapeutik, model recovery
berubah dari hubungan nurse-patient menjadi nurse-partner.
Berdasarkan penelitian Hanrahan et al (2011 dalam Varcarolis
2013) menyatakan pentingnya meningkatkan peran individu dan
keluarga dalam proses recovery. Caldwell et al (2010 dalam
Varcarolis 2013) menegaskan perawat jiwa harus mengajarkan
tenaga kesehatan lain tentang konsep recovery dan menyarankan
cara memberdayakan pasien dan memajukan proses recovery.

2) Models, Theories, and Therapies in Current Practice

No Theorist Model/Theory Focus of Nursing

Membantu pasien kembali


1 Dorothy Johnson Behavioral system
pada keadaan seimbang ketika
mengalami stess melalui
pengurangan atau
menghilangkan sumber stress
dan mendukung proses adaptif
(Johnson, 1980)

Membangun hubungan
2 Imogene King Goal attainment
interpersonal dan membantu
pasien untuk mencapai tujuan
nya berdasakan peran nya
dalam konteks sosial (King,
1981)
Membangun hubungan
4 Betty Neuman System Model
perawat-pasien untuk
membantu menghadapi respon
stres (1982)

Mengatasi defisit perawatan


5 Dorothes Orem Self-Care Deficit
diri dan mendorong pasien
untuk terlibat secara aktif pada
perawatan diri mereka (Orem,
2001)
Menggunakan hubungan
Interpersonal
6 Hildegard Peplau interpersonal sebagai
Relations
alat terapeutikuntuk
menyembuhkan dan mengurangi
kecemasan (Peplau, 1992)

Transpersonal Caring merupakan prosedur dan


7 Jean Watson
Caring tugas penting; membangun
hubungan perawat-pasien

sehingga menghasilkan

Therapeutic Outcome
(Watson, 2007)

E. Supportive Environment

1. Pengertian Terapi Lingkungan

Terapi lingkungan adalah suatu tindakan penyembuhan pasien dengan


gangguan jiwa melalui manipulasi unsur yang ada di lingkungan dan
berpengaruh terhadap penyembuhan pasien ganguan jiwa Terapi
lingkungan(terapi Milleu) didefinisikan sebagai tujuan penggunaan
lingkungan untuk tujuan terapeutik. setiap interaksi dengan pasien
terlihat memiliki hasil yang berpotensi menguntungkan dalam
mempromosikan fungsi optimal (Wilson,1992)

2. Tujuan Terapi Lingkungan

a) Meningkatkan pengalaman positif pasien khususnya yang


mengalami gangguan mental, dengan cara membantu individu
dalam mengembangkan harga diri.

b) Meningkatkan kemampuan untuk berhubungan denagan orang lain.

c) Menumbuhkan sikap percaya pada orang lain.

d) Mempersiapkan diri kembali kemasyarakat.

e) Mencapai perubahan yang positif

F. Jenis-jenis kegiatan terapi lingkungan

1. Terapi Rekreasi rekreasi

Terapi rekreasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan pada waktu


luang, bertujuan agar pasien dapat melakukan kegiatan secara
konstruktif dan menyenangkan juga mengembangkan kemampuan
hubungan social. Di dalam ruang perawatan yang b ertugas sebagai
pemimpin terapi adalah perawat, dimana perawat harus menyesuaikan
kegiatan dengan tingkat umur pasien. Contohnya, kegiatan yang
banyak mengeluarkan tenaga seperti bulu tangkis, berenang, basket,
dan lain-lain diberikan kepada pasien dengan tingkatan umur remaja,
sedangkan untuk kegiatan yang tidak banyak mengeluarkan tenaga
seperti bermain catur, karambol, kartu, dan sebagainya dapat
diberikan kepada pasien dengan tingkatan umur dewasa (orangtua)

2. Terapi kreasi seni

Dalam terapi ini perawat berperan sebagai leader dan bekerja sama
dengan orang lain yang ahli dalam bidangnya karena harus
disesuaikan dengan bakat dan minat, beberapa diantaranya adalah
1) Dance therapy / menari
Terapi yang menggunakan bentuk ekspresi non verbal dengan gerakan tub
uhdengan tujuan mengkomunikasikan tentang perasaan dan kebutuhan
pasien.
2) Terapi musik
Suatu terapi yang dilakukan melalui music dengan tujuan untuk memberik
an kesempatan kepada para pasien dalam mengekspresikan perasaannya
seper ti kesepian, sedih, dan bahagia
3) Terapi menggambar/melukis
Terapi menggambar/melukis dapat memberikan kesempatan pada pasien
untuk mengekspresikan tentang apa yang sedang terjadi pada dirinya.
Selain itu terapi ini juga dapat membantu menurunkan keteganggan dan
pasien dapat memusatkan pikiran pada kegiatan.
4) Literatur/biblio therapy
Terapi ini bertujuan untuk mengembangkan wawasan diri pasien dan
merupakan cara untuk mengeksprasikan perasaan/pikiran sesuai dengan
norma yang ada.Kegiatan dalam terapi ini dapat berupa membaca seperti
novel, buku- buku,majalah, dan kemudian bahan bacaan didiskusikan
bersama oleh para pasien.
2. Pet therapy
Pet therapy bertujuan menstimulasi respon pasien yang tidak mampu
melakukan hubungan interaksi dengan orang lain dan biasanya
mereka merasa kesepian, dan menyendiri. Terapi menggunakan
sarana binatang yang dapat memberikan respon menyenangkan
kepada pasien dan sering kali digunakan pada pasien anak dengan
autistic.
3. Plant therapy
Terapi ini mengajarkan pasien untuk memelihara mahluk hidup dan
membantu pasien membina hubungan yang baik antar pribadi yang
satu dengan yang lain. Objek yang digunakan dalam terapi ini adalah
tanaman/tumbuhan.
Peran Keluarga dalam Terapi Lingkungan
a) Keluarga harus memiliki pengetahuan, pengalaman
tentang kejiwaan dan gangguan serta terapi agar pasien
mendapatkan kebutuhan yang terbaik.
b) Komunikasi terbuka antara penderita dan anggota keluarga.
c) Keluarga juga harus bersikap bersahabat atau berteman.
d) Pencipta lingkungan yang aman dan nyaman.

Peran Perawat dalam Terapi Lingkungan

a) Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman.


b) Menyelenggarakan proses sosialisasi.
c) Sebagai teknis perawatan.
d) Sebagaileader atau pengelola.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Recovery merupakan suatu proses perjalanan mencapai


kesembuhan dan transformasi yang memampukan seseorang dengan
gangguan jiwa untuk hidup bermakna di komunitas yang dipilihnya untuk
mencapai potensi yang dimilikinya. Aspek terpenting dari recovery
didefinisikan oleh setiap individu dengan pertolongan dari pemberi
layanan kesehatan jiwa dan orangorang yang sangat penting dalam
kehidupannya. Recovery gangguan jiwa merupakan gabungan pelayanan
sosial, edukasi, okupasi, perilaku dan kognitif yang bertujuan pada
pemulihan jangka panjang dan memaksimalkan kecukupan diri. Sejumlah
praktik berbasis bukti mendukung dan meningkatkan pemulihan meliputi :
tritmen asertif komunitas komunitas, dukungan bekerja, manajemen dan
pemulihan penyakit, tritmen terintegrasi untuk mendampingi kejadian
berulang gangguan jiwa dan penyalahgunaan zat, psikoedukasi keluarga,
manajemen pengobatan. Keperawatan termasuk dalam posisi yang ideal
dalam memberikan perawatan dengan menggabungkan banyak terapi
CAM untuk mengatasi gejala yang dialami oleh klien dengan gangguan
jiwa. Disamping itu terapi CAM yang memberdayakan klien dapat
memperkuat hubungan antar perawat dan klien dalam meningkatkan
proses pemulihan.

Selama ini kita mengetahui bahwa recovery sama halnya dengan


kembali sehat atau sembuh terhadap suatu penyakit, tetapi dalam
kesehatan jiwa kita sepakati bahwa recovery memiliki arti yang
berbeda. Recover Model pada kesehatan jiwa tidak berfokus pada
pengobatan, tetapi sebagai gantinya lebih menekankan dapat hidup
beradaptasi dengan sakit jiwa yang sifatnya kronis. Pada model ini lebih
menekankan kepada hubungan sosial, pemberdayaan, strategi koping, dan
makna hidupTerapi lingkungan adalah suatu tindakan penyembuhan
pasien dengan gangguan jiwa melalui manipulasi unsur yang ada di
lingkungan dan berpengaruh terhadap penyembuhan pasien ganguan
jiwa.Tujuan terapi lingkungan:meningkatkan pengalaman positif
pasien ,meningkatkan kemampuan untuk berhubungan denagan orang
lain,menumbuhkan sikap percaya pada orang lain,mempersiapkan diri
kembali kemasyarakat,mencapai perubahan yang positif. Jenis-jenis
kegiatan terapi lingkungan :terapi rekreasi rekreasi,terapi kreasi seni, pet
therapy, plant therapy.

B. SARAN

Sebagai masyarakat hendaklah kita menerima kembali orang


dengan gangguan jiwa yang telah sehat dan mengikutsertakan mereka
dalam kegiatan-kegiatan sosial agar mereka merasa berarti kembali dan
sebagai seoarang perawat hendakalah kita memberiakan yang aman dan
nyaman pada pasien saat pemberian terapi agar yang diberiakan berjalan
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Varcarolis, M. Elizabeth. (2013). Essentials of Psychiatric Mental Health


Nursing; A Communication Approach to Evidence-Based Care
Second Edition. ELSEVIER

Anda mungkin juga menyukai