Anda di halaman 1dari 66

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Untuk mencetak tenaga kerja yang profesional dan berkualitas, Program Studi

Teknik Sipil Universitas PGRI Palembang mengharuskan mahasiswanya yang telah

lulus minimal 110 sks mata kuliah untuk melakukan Kerja Praktek. Dengan adanya

Kerja Praktek ini, mahasiswa tidak hanya menerima pendidikan di bangku kuliah saja

yang berupa teori, tetapi juga diharapkan bisa menerapkan teori yang didapat selama

kuliah di lapangan sehingga mahasiswa mendapatkan gambaran nyata mengenai

dunia pekerjaan konstruksi sebagai bekal setelah wisuda nantinya.

Kerja Praktek ini memiliki banyak sekali dampak positif bagi mahasiswa Teknik

Sipil, salah satu yang paling utama adalah mahasiswa dapat memperluas pengetahuan

serta menambah banyak sekali pengalaman yang akan sangat berguna saat bekerja

nanti. Untuk itu, mahasiswa yang melaksanakan kegiatan Kerja Praktek ini harus

bersungguh-sungguh selama proses Kerja Praktek ini berlangsung.

Penulis melakukan Kerja Praktek di PT. Hutama Karya Infrastruktur dalam Proyek

Pembangunan Jalan Tol Ruas Simpang Indralaya – Muara Enim, Seksi Simpang

Indralaya – Prabumulih Zona 6 selama kurang lebih satu bulan. Adapun tinjauan yang

penulis pilih pada Kerja Praktek ini yaitu pelaksanaan pekerjaan box culvert di STA

3+850.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apa saja alat yang digunakan dalam proses pembuatan box culvert ?

2. Material apa yang digunakan dalam proses pembuatan box culvert ?

1
3. Bagaimana proses pembuatan box culvert ?

4. Apa fungsi Box culvert ?

1.3 Pembatasan Masalah

Adapun yang menjadi tinjauan dalam pelaksanaan pekerjaan yang ditemui di

lapangan pada pekerjaan box culvert dan wing wall box culvert pada jalan tol

Indralaya-Prabumulih selama 1 bulan di lapangan, serta berpedoman pada gambar

kerja dan lampiran-lampiran lainnya.

1.3 Tujuan Kerja Praktek

1. Mengetahui alat yang digunakan dalam proses pembuatan box culvert.

2. Mengetahui material yang digunakan dalam proses pembuatan box culvert.

3. Mengetahui proses pembuatan box culvert.

4. Mengetahui fungsi box culvert.

1.4 Manfaat

1. Menambah ilmu dan pengalaman baru yang tidak didapatkan dari bangku

kuliah.

2. Mengetahui hambatan yang terjadi di lapangan selama mengikuti Kerja

Praktek.

3. Menjalin relasi dengan para pekerja lapangan dan teman-teman dari

universitas lain yang juga sedang melaksanakan Kerja Praktek.

4. Mendapat gambaran nyata mengenai dunia pekerjaan konstruksi.


1.5 Pandangan Ilmiah Referensi

Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya terkait permasalahan dan analisis

yang dilakukan terkait topik yang diangkat dapat menjadi referensi dalam penyusunan

yang akan dilakukan. Berikut beberapa analisis kajian yang pernah dilakukan oleh

penelitian terdahulu, antara lain :

Pertama, dari modul DASAR-DASAR PERENCANAAN DRAINASE JALAN

oleh DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN

KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK). Pada

modul ini berisi pembahasan dalam garis besar mengenai prinsip-prinsip perencanaan

drainase jalan raya, meliputi drainase permukaan dan drainase bawah permukaan.

Kedua sistem tersebut direncanakan dengan maksud untuk mengendalikan ”air”

sebagai upaya memperkecil pengaruh buruk air terhadap perkerasan jalan maupun

subgrade (tanah dasar). Modul ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan

mengenai jenis-jenis bangunan drainase permukaan, cara mempercepat pembuangan

air dari permukaan jalan, pengumpulan data lapangan, bagan alir analisa hidrologi

untuk menentukan debit aliran, bagan alir perhitungan hidrolika untuk penetapan

dimensi selokan, bagan alir perhitungan hidrolika untuk penetapan dimensi gorong-

gorong, perhitungan debit aliran dengan analisa hidrologi, perhitungan dimensi

bangunan drainase permukaan dengan analisa hidrolika, pengaruh air tanah terhadap

daya dukung tanah dasar, bagaimana memperkecil pengaruh air infiltrasi terhadap

tanah dasar dan sistem drainase bawah permukaan.

Kedua, kajian ilmiah sains, teknologi dan arsitektur yang disusun oleh Tulus

Ariadi, Padusung Padusung, Didin Najimuddin yang berjudul Perencanaan Box

Culvert Pada Ruas Jalan Lito-Bageloka Kabupaten Sumbawa. Dalam


perancangannya Box culvert di ruas Lito – Bageloka perlu dilakukan perhitungan

yang akurat baik secara hidrologi maupun hidrolika. Karena lahan hijau yang ada di

daerah ini sudah beralih fungsi, selain itu kontur dari daerah ini sendiri berada pada

cekungan. Analisa hidrologi digunakan untuk memprediksi debit air yang masuk pada

kala ulang tertentu, biasanya 5 tahun atau 10 tahun untuk daerah komersial (SNI 03-

2406-1991, tentang tata cara perencanaan umum drainase perkotaan).

Analisa hidrolika digunakan untuk menentukan kapasitas saluran box culvert

dengan memperhatikan sifat-sifat hidrolika yang terjadi pada saluran drainase

tersebut. Sifat-sifat tersebut meliputi jenis aliran (steady atau unsteady), angka

kekasaran (manning) dan sifat alirannya (kritis, sub-kritis dan super kritis). Drainase

merupakan sebuah sistem yang dibuat untuk menanggulangi persoalan kelebihan air

yang berada di atas permukaan tanah. Kelebihan air dapat disebabkan intensitas hujan

yang tinggi atau akibat durasi hujan yang tinggi. Drainase adalah lengkungan atau

saluran air di permukaan atau dibawah tanah, baik yang terbentuk secara alami

maupun dibuat oleh manusia (wikipedia,2014). Bangunan sistem drainase terdiri dari

saluran penerima (interceptor drain), saluran pengumpul (collector drain), saluran

pembawa (conveyor drain), saluran induk (main drain) dan badan air penerima

(receiving water). Disepanjang sistem sering dijumpai bangunan lainnya, seperti

gorong-gorong,siphon, pelimpah, bangunan terjun dan stasiun pompa (Suripin, 2004).

Saluran Box Culvert adalah saluran goronggorong dari beton bertulang yang

berbentuk kotak yang memiliki sambungan pada setiap segmennya sehingga bersifat

kedap air. Box Culvert ini umumnya digunakan untuk saluran drainase. Ukuran yang

besar bisa digunakan sebagai jembatan (wikipedia, 2013).

Data hidrologi adalah kumpulan keterangan atau fakta mengenai fenomena

hidrologi (hydrologic phenomena), seperti besarnya : curah hujan, debit sungai, tinggi
muka air sungai, kecepatan aliran, konsentrasi sedimen sungai dan lain - lain akan

selalu berubah terhadap waktu. Debit rencana adalah debit yang dijadikan dasar

perencanan, yaitu besarnya debit banjir dalam periode ulang tertentu (QTh). Yang

dimaksud dengan debit banjir periode ulang tertentu adalah debit banjir yang rata –

rata terjadi satu kali dalam 1 tahun. Untuk mendapatkan debit banjir rencana dapat

dilakukan melalui dua cara yaitu melalui pengolahan data debit dan melalui

pengolahan data hujan.

Data curah hujan didapatkan dari stasiun hujan yang tersebar di daerah pengaliran

sungai. Data yang tercatat merupakan data curah hujan harian, yang kemudian akan

diolah menjadi data curah hujan harian maksimum tahunan. Baru setelah itu diubah

menjadi debit banjir rencana periode ulang tertentu. Pengukuran tinggi muka air

banjir dan kecepatan air banjirnya dilakukan per segmen dalam suatu penampang

melintang sungai (cross section). Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui desain Box Culvert yang sesuai dengan topografi ruas jalan LitoBageloka

dan besaran anggaran yang akan digunkan dalam membangun bangunan Box Culvert.

Ketiga, modul Perencanaan Drainase Permukaan Jalan oleh Ir. Adiwijaya,

PhD. Dari modul ini Petunjuk Desain Drainase Permukaan Jalan mengikuti pedoman

perencanaan drainase permukaan yang dikeluarkan DIREKTORAT JENDERAL

BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA NO.

008/T/BNKT/1990, yaitu :

1. Mengalirkan air hujan/air secepat mungkin keluar dari permukaan jalan dan

selanjutnya dialirkan lewat saluran samping; menuju saluran pembuang akhir.

2. Mencegah aliran air yang berasal dari daerah pengaliran disekitar jalan masuk ke

daerah perkerasan jalan.

3. Mencegah kerusakan lingkungan di sekitar jalan akibat aliran air.


4. Dalam garis besar, perencanaan selokan atau saluran drainase samping mencakup 3

(tiga) tahap proses sebagai berikut berikut:

a. Analisis hidrologi

b. Perhitungan hidrolika

c. Gambar Rencana Analisis hidrologis dilakukan atas dasar data curah hujan,

topografi daerah, karakteristik daerah pengaliran serta frekuensi banjir rencana. Hasil

analisis hidrologi adalah besarnya debit air yang harus ditampung oleh selokan

samping. Selanjutnya atas dasar debit yang kita peroleh maka dimensi selokan

samping dapat kita rencanakan berdasarkan analisa/perhitungan hidrolika.

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,

batasan masalah, tujuan dan manfaat dilaksanakan kerja praktik, pandangan

ilmiah terkait topik yang diangkat serta sistematika penulisan dari laporan

kerja praktik.

BAB II METODE OBSERVASI

Bab ini menjelaskan metode yang dipakai dalam pelaksanaan kerja praktik,

bab ini meliputi lama dan tempat observasi, bahan dan alat yang diobservasi

serta metode observasi yang digunakan dalam pengambilan data-data laporan

kerja praktik.

BAB III URAIAN UMUM PROYEK


Bab ini menjelaskan tentang tinjauan umum dan tinjauan khusus proyek.

Tinjauan umum meliputi sejarah perusahaan, struktur organisasi dan lokasi

kerja praktik. Tinjauan khusus meliputi deskripsi proyek, penanganan bahan

dan spesifikasi peralatan proyek, sistem pengendalian mutu dan manajemen

K3 serta tata letak tempat proyek dilaksanakan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan hasil observasi berupa pengertian, fungsi, jenis-jenis dari

box culvert, proses pembuatan box culvert serta penjelasan singkat mengenai

wingwall.

BAB V PENUTUP

Bab ini berupa kesimpulan yang merupakan hasil rangkuman dari tujuan

dilaksnakannya kerja praktek ini.


BAB II

METODE OBSERVASI

2.1 Waktu Observasi

Praktek kerja lapangan ini dilaksanakan selama lebih kurang 1 bulan yang dimulai

pada tanggal 24 Maret 2022 sampai tanggal 24 April 2022 .

2.2 Lama Observasi

Penulis melakukan peninjauan ke lokasi dari hari Senin – Sabtu, dari jam 9.00 –

15.00 WIB.

2.3 Tempat Obsevasi

Penulis melakukan Kerja Praktek di PT. Hutama Karya Infrastruktur dalam Proyek

Pembangunan Jalan Tol Ruas Simpaang Indralaya – Muara Enim, Seksi Simpang

Indralaya – Prabumulih Zona 6 selama kurang lebih satu bulan. Adapun tinjauan yang

penulis pilih pada Kerja Praktek ini yaitu pelaksanaan pekerjaan box culvert di STA

3+850.

2.4 Alat yang Ditinjau

Berikut alat yang ditinjau dalam pelaksanaan pekerjaan box culvert antara lain;

2.4.1 Alat Khusus Pekerjaan Tanah

1. Excavator

Excavator adalah tipe peralatan yang digunakan untuk pekerjaan –

pekerjaan seperti:

1) Menggali

2) Memuat
3) Mengangkat Material

Excavator memiliki dua jenis alat penggerak, yaitu ban dan crawler. Excavator yang

dilengkapi dengan crawler memungkinkannya untuk beroperasi pada permukaan

kasar atau kurang padat. Pada pengerjaan Jalan Tol Ruas Simpang Indralaya

Prabumulih. Excavator yang digunakan merk Kobelco SK200 20200. Untu k

kapasitas Bucket sebesar 0.90 (m3 ) , kedalaman gali maksimum 6.700 m, dengan

tinggi 3.03 m, panjang 9.45 m dan lebar 2.80 m. Jenis alat berat ini digunakan pada

konstruksi Jalan Tol Ruas Simpang Indralaya Prabumulih dengan fungsinya untuk

menggali atau memuat tanah ke atas truk pengangkut.

Sumber : Survei Lapangan

Gambar 2.1. Excavator Kobelco SK 200

2. Compactor

Compactor adalah alat berat yang digunakan untuk memadatkan tanah atau

material sedemikian hingga tercapai tingkat kepadatan yang diinginkan. Dari

beberapa komponen yang terdapat pada compactor, salah satunya adalah roda,

yang berhubungan langsung dengan tanah yang dipadatkan. Jenis roda tersebut

biasanya terbuat dari besi secara keseluruhan atau ditambahkan pemberat berupa

air atau pasir. Ada juga yang ditarik dengan alat penarik seperti bulldozer, atau

bisa menggunakan mesin penarik sendiri, yang berukuran kecil bisa menggunakan

tangan dengan mengendalikannya ke arah yang akan dipadatkan. Untuk


pemadatan pengaspalan biasanya menggunakan road roller, tire roller, tetapi

untuk pemadatan tanah biasanya menggunakan sheep foot roller atau drum roller.

Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi proses pemadatan yaitu berikut ini:

1. Gradasi material yang akan dipadatkan

2. Kadar air dari material (moisture content)

3. Usaha pemadatan (compactive effort)

Sumber : Survei Lapangan

Gambar 2.3. Compactor

2.4.2 Alat Khusus Bekisting

a) Phenol Film

Phenol film atau triplek yang digunakan sebagai alat bekisting memiliki ketebalan

2 cm.
Sumber : Survei Lapangan

Gambar 2.4. Phenol Film

b) Tie Rod Bekisting

Tie rod bekisting adalah alat bantu berupa besi yang ditujukan untuk

mengamankan bekisting dan berperan untuk menjaga bentuk beton ketika

proses pengecoran box culvert.

Sumber : Survei Lapangan

Gambar 2.5. Tie Rod Bekisting

c) Wing Nut Bekisting

Wing nut bekisting merupakan komponen kontruksi bangunan yang

mempunyai fungsi untuk penahan hollow/balok pada konstruksi bekisting.


Sumber : Internet Browsing

Gambar 2.6. Wing Nut Bekisting

d) Scaffolding

Scaffolding atau perancah adalah suatu alat berupa bagian-bagian yang

disusun dan dibentuk seperti tangga digunakan untuk menyangga papan dan

kayu bekisting bawah saat pelaksanaan pekerjaan balok.

Sumber : Survei Lapangan

Gambar 2.7. Scaffolding

2.4.3 Alat Khusus Pembesian

a) Mesin Bar Cutter


Bar Cutter adalah mesin potong besi yang digunakan untuk memotong besi.

Kapasitas mesin dapat beroperasi untuk besi ulir atau besi beton dengan

ukuran dan kapasitas mesin sebagai berikut :

Type 42 : Maksimal Potong Besi Diameter 32 mm.

Sumber : Survei Lapangan


Gambar 2.8. Mesin Cut Off

b) Alat Manual Pemotong Besi

Alat ini digunakan untuk memotong tulangan polos dengan cara manual. Alat

ini biasanya digunakan untuk tulangan yang akan dibuat begel/cincin.

Sumber : Survei Lapangan


Gambar 2.9. Alat Pemotong Tulangan Polos
2.4.4 Alat Pengecoran
a) Concrete Pump Truck
Alat berat ini digunakan sebagai alat penyaluran coran beton untuk

pengecoran pelat lantai dan balok. Kerja dari alat ini adalah terlebih dahulu

memasang boom pipe (Pipa kaku), kemudian memasang hose (selang lentur)

di paling ujung agar dapat menggerakan pipa tersebut saat pengecoran

dilakukan. Adukan beton yang berasal dari concrete mixer truck dimasukkan

ke dalam backend kit. Concrete pump adalah sebuah mesin/alat yang

digunakan untuk menyalurkan adonan beton segar dari bawah ke tempat

pengecoran atau tempat pengecoran yang letaknya sulit dijangkau oleh truck

mixer. Struktur beton bertulang banyak dipilih untuk bangunan tingkat tinggi,

maka diperlukan alat-alat konstruksi yang dapat menunjang proses

pembangunan tersebut. Concrete pump jenis mobile berupa alat pompa beton

yang menjadi satu kesatuan dengan truk sehingga lebih mudah untuk

berpindah tempat. Sedangkan concrete pump jenis fixed berupa alat pompa

beton yang biasanya dalam posisi menetap. Alat berat ini dapat dilihat pada

gambar di bawah.

Sumber : Survei Lapangan


Gambar 2.10. Concrete Pump Truck
b) Concrete Mixer Truck
Alat berat ini berupa truk molen yang mengangkut adonan beton ready mix

dari Batching Plant (Pabrik olahan beton) ke tempat lokasi proyek. Adukan

beton yang ada di dalam truk molen ini akan dimasukkan ke dalam backend

kit dari concrete pump truck dan akan diteruskan ke tempat pengecoran

dengan perlahan-lahan hingga coran beton di dalam molen habis. Truk mixer

yang digunakan yaitu truk berkapasitas 8 m3.

Sumber : Survei Lapangan

Gambar 2.11. Concrete Mixer Truck

c) Uji Quality – Cylinder

Beton yang datang selalu dicek slump dan diambil sampel silinder. Nilai

slump sesuai RKS untuk beton kelas C-1 adalah 7,5 ± 2,5 cm. Pada setiap

maksimum 15 m3 beton secara acak, diambil 2 sampel beton silinder untuk

diuji pada umur 7 hari dan 28 hari.


Sumber : Survei Lapangan
Gambar 2.9. Uji Quality
d) Concrete Vibrator
Vibrator untuk beton adalah alat yang digunakan ketika proses pengecoran

berlangsung. Alat ini memiliki fungsi untuk membuat beton yang otomatis

hasilkan konstruksi bangunan menjadi kokoh karena membuat beton menjadi

lebih padat, mengeluarkan udara yang terjebak didalam campuran beton, dan

mencegah beton menjadi keropos.

Sumber : Survei Lapangan


Gambar 2.10. Concrete Vibrator

2.5 Material yang Ditinjau


a) Beton F’C 20 Mpa
Beton yang digunakan pada pekerjaan box culvert memiliki kuat tekan

minimum sebesar 20 Mpa atau setara dengan beton mutu K250. Alat yang

digunakan untuk pekerjaan Beton Struktur f’c 20 MPa adalah concrete mixer
truck, concrete pump truck, excavator, dan concrete vibrator. Sedangkan

untuk material yang digunakan adalah batu pecah ukuran 2/3, batu pecah

ukuran 1/2, pasir dan semen. Beton yang datang selalu dicek slump dan

diambil sampel silinder. Nilai slump sesuai RKS untuk beton kelas C-1 adalah

7,5 ± 2,5 cm. Pada setiap maksimum 15 m 3 beton secara acak, diambil 2

sampel beton silinder untuk diuji pada umur 7 hari dan 28 hari. Adapun untuk

komposisi dari beton ini terdiri atas 384 kg semen, 692 kg pasir, 1039 kg

kerikil, 215 liter air dengan ration 0,56 w/c.

b) Beton Kelas E

Beton kelas E atau beton dengan mutu K-125 adalah beton kelas I yang

digunakan dalam proses pembetonan pekerjaan struktur secara umum. Akan

tetapi, meskipun mutu beton jenis ini digunakan dalam pekerjaan non

struktural, dibutuhkan adanya keahlian khusus dalam proses pembuatannya.

Mutu K-125 mempunyai arti kuat tekan beton setelah umur 28 hari dari proses

pengecoran yang mencapai 125 kg per cm2. Pada umumnya jenis beton mutu

K-125 diaplikasikan pada pembetonan jalan, lantai kerja, teras rumah dan lain

sebagainya.

Pada intinya beton dengan mutu K-125 ini biasanya digunakan pada dasaran

lantai bangunan sebelum dilapisi dengan beton jenis struktural. Arti non

struktural pada beton mutu K-125 berhubungan dengan kegunaannya. Jenis

beton dengan sifat non struktural tidak digunakan dalam pengecoran yang

mengandung unsur struktural. Sebagai contoh adalah unsur struktural pada

besi. Dengan kata lain beton jenis K-125 tidak dipergunakan dalam

pengecoran konstruksi berat yang membutuhkan adanya penulangan secara

khusus. Dalam pembuatan beton jenis K-125, komposisi yang digunakan


antara lain semen, pasir, kerikil, air, fly as, dan W/C ratio. Yang kesemua

bahan komposisi tersebut telah disesuaikan dengan standar SNI. Komposisi

dalam pembuatan beton K-125 dapat berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan

dalam pengerjaan bangunan. Di dalam komposisi tersebut, maka ditentukan

perbandingan volume material campuran beton K-125 yang antara lain

pasir :3, semen: 1, air: 0,778, dan kerikil: 3,699.

c) Blinding Stone

Pasangan Batu Kosong (Blinding Stone) yang diguanakan sebagai pondasi dari

struktur harus disediakan sebagaimana yang ditunjukkan oleh Gambar atau

perintah dari Konsultan Pengawas. Komponen utama dari Pasangan Batu

Kosong (Blinding Stone) haruslah batu-kerakal atau batu pecah yang disetujui,

dengan ukuran maksimum sesuai dengan ketebalan pasangan batu kosong

(blinding stone) sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar. Tinggi

minimum dari setiap batu dipasang harus 7 cm. Batuharus disusun berdekatan

dengan tangan, sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar, dan

kemudian ditimbris dengan penumbuk mekanik. Potongan batu kecil ukuran

minimum 3 mm kemudian harus ditempatkan di antara batu-batu besar dan

permukaan bagian atas dibuat sampai elevasi akhir sebagaimana yang

ditunjukkan pada Gambar atau diperintahkan oleh Konsultan Pengawas.

Permukaan akhir kemudian harus dipadatkan seluruhnya dengan penumbuk

mekanis atau penggilas bergetar untuk dapat diterima oleh Konsultan

Pengawas. Kontraktor dapat mengajukan alternatif untuk proses yang

disebutkan di atas, didasarkan pada penggunaan batu pecah ukuran maksimum

kurang dari 5 cm. Persetujuan Konsultan pengawas untuk alternatif ini, dan

perubahan ketebalan maksimum harus yang harus dihampar dalam satu


lapisakan tergantung pada peralatan pemadatan yang diusulkan dan kesesuaian

untuk keterbatasan wilayah kerja yang tersedia.

Sumber : Survei Lapangan


Gambar 2.11. Blinding Stone

d) Besi
Tulangan besi yang digunakan pada box culvert ini terdiri atas besi yang
berukuran D19, D16, dan D13. Sedangkan untuk penulangan pada inlet/outlet
box culvert menggunakan besi D16 dan D13.

Sumber : Survei Lapangan


Gambar 2.11. Besi
2.6 Metode Observasi
Metode observasi kerja praktek lapangan dengan mengamati pekerjaan

yang sedang dilaksanakan di lapangan seperti metode pelaksanaan,


produktivitas, serta masalah yang sedang terjadi digunakan dengan

menggunakan pengumpulan data primer dan data sekunder. Kemudian dengan

mengumpulkan data primer dan data sekunder. Adapun data primer dan data

sekunder yaitu:

1) Data Primer

Data primer yaitu data-data yang dikumpulkan dengan melakukan

pengamatan dan pengambilan data langsung di lapangan. Pengumpulan data

primer yaitu berupa :

a) Melakukan observasi atau tinjauan langsung perkerjaan tersebut secara rutin

terhadap tahapanan-tahapan pelaksanaan pekerjaan Box Culvert.

b) Melakukan tanya jawab mengenai hal yang kurang dipahami tentang

pekerjaan yang sedang berlangsung kepada pelaksana pekerjaan di lapangan

khususnya tentang pekerjaan Box Culvert.

c) Data lapangan seperti rencana, persiapan dan pelaksanaan serta foto situasi

pelaksanaan pekerjaan mulai dari melakukan pengukuran secara langsung,

sistem kerja alat berat, hingga poses pelaksanaan pekerjaan Box Culvert.

2) Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder yaitu data-data pendukung yang diperoleh dari arsip

perusahaan berupa data profil gambar teknis dan sejarah perusahaan serta data

teknis proyek.

BAB III
URAIAN UMUM PROYEK
3.1 Tinjauan Umum

3.1.1 Sejarah singkat

Tahun 1990 merupakan tonggak informasi PT.Hutama Karya Dari

perusahaan swasta Hollandsche Beton Maatshappaij menjadi PN. Hutama Karya.

Sejak fase transformasi, PN Hutama Karya telah menghasilkan karya konstruksi

yang bernilai sejarah dan monumental seperti gedung DPR/MPR RI di senayan,

Jakarta; serta Monumen Patung Dirgantara di Pancoran, Jakarta, (www. PT.

Hutama Karya.com, 2022).

Tahun 1970 Menandai dimulainya teknologi Beton pra-tekan di

Indonesia. Dimana PN. Hutama Karya menjadi yang pertama kali mengenalkan

sistem prategang BBRV dari Swiss. Sebagai wujud dari eksistensi terhadap

teknologi ini PN. Hutama Karya membentuk Divisi khusus prategang. Pada

dekade ini pula Hutama Karya berubah status menjadi PT. Hutama Karaya

(Persero).

Tahun 1980 mengantisipasi tantangan bisnis konstruksi yang semakin

berkembang dan kompetitif PT. Hutama Karya kembali melakukan inovasi

melalui diversifikasi usaha dengan mendirikan Unit Bisnis HakaPole yaitu Pabrik

Tiang Penerangan Jalan Umum berbagai tipe dari baja bersegi delapan

(Oktagonal), sekaligus melakukan ekspansi usaha diluar negeri yang menjadi awal

inovasi teknologi konstruksi dengan diciptakannya LPBH-80 ‘SOSROBAHU’


(Landasan Putar Bebas Hambatan) oleh Dr.Ir.Tjokorda Raka Sukawati, (www.

PT. Hutama Karya.com, 2022).

Sejalan dengan pengembangan inovasi yang terus seiring dengan pesatnya

pengembengan dan kemajuan teknologi konstruksi, PT. Hutama Karya telah

mampu menghasilkan produk berteknologi tinggi berupa : Jembatan Bentang

Panjang (Suspension Cable Bridge, Balance Cantilever Bridge, Arch Steel Bridge,

Cable Stayed), kala itu, PT. Hutama Karya suskes memenuhi standar

internasional dalam hal kualitas, keselamtan kerja dan lingkungan dengan

didapatkannya sertifikasi ISO 9002:1994, OHSAS1800:19999.

Tahun 2000 memasuki era milenia dimana dinamika ekonomi semakin

besar, PT Hutama Karya (Persero) telah mereftalisasi diri dengan melakukan

pengembangan usaha untuk sektor sektor swasta dengan pembngaunan hight rice

building maupaun infrastruktur lainnya seperti jalan tol. PT Hutam Karya Resmi

menerima penugasan pemerintah untuk mengembangkan jalan tol Trans Sumatera

melalui peraturan presiden (perpres) nomor 100 tahun 2014 yang kemudian

diperbarui menjadi perpres nomor 117 tahun 2015, PT. HUTAMA KARYA

diberi amanah pengembangkan 2770 KM jalan tol di Sumatera dengan prioritas 8

ruas pertama hingga tahun 2019 sepanjang 650 KM, di saat ini pulalah PT

HUTAMA KARYA kembali mendirikan anak prusahaan baru di bidang

konstruksi infrastruktur jalan tol dan jembatan untuk mendukung mandat

pemerintah tersebut, (www. PT. Hutama Karya.com, 2022).


3.1.2 Struktur Organisasi

Struktur organisasi didefinisikan sebagai sebuah sarana penting yang

berguna untuk membantu mencapai tujuan dalam proyek. Struktur organisasi

merupakan suatu cara yang berguna dalam menempatkan sumber daya manusia

pada organisasi dalam hubungan yang saling terkait dan berinteraksi dalam upaya

mewujudkan tujuan organisasi yang ingin dicapai (Susilowati, 2016). Struktur

organisasi mencakup para penanggung jawab untuk mengatur material, peralatan,

modal dan lain-lain agar dapat bekerja seefisien mungkin. Susunan organisasi

memudahkan pembagian tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada setiap

tenaga kerja, (www. PT. Hutama Karya.com, 2022).

Proyek pembangunan jalan tol Simpang Indralaya – Muaraenim Seksi

Simpang Indralaya - Prabumulih tentu melibatkan beberapa unsur pelaksana

pembangunan yang menunjang dan mempunyai hubungan antara unsur yang satu

dengan yang lainnya. Unsur-unsur tersebut adalah pemilik proyek (owner),

perencana proyek, pelaksana proyek, dan pengawas proyek. Pemilk proyek

pembangunan jalan tol Simpang Indralaya – Muaraenim Seksi Simpang Indralaya

- Prabumulih sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah Republik Indonesia melalui

kementrian negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selaku kuasa pemegang

saham, PT Hutama Karya Infrastruktur (HKI) berkomitmen penuh menerapkan

tata kelola perusahaan kemudian menggunakan jasa PT. Hutama Karya

Infrastruktur sebagai kontraktor pelaksana dan menggunakan jasa PT. Aria Jasa

Reksatama sebagai konsultan pengawas, (www. PT. Hutama Karya.com, 2022).


Setiap unsur pelaksana pembangunan mempunyai tugas, wewenang, dan

tanggung jawab masing-masing sesuai dengan kedudukan serta kegiatan yang

dilakukan. Pelaksanaan unsur-unsur ini saling berkaitan antara satu dengan yang

lainnya dan saling berhubungan mengikuti pola hubungan kerja yang telah

ditetapkan.

Gambar 3.1
Struktur Organisasi pada Proyek PT. Hutama Karya

Secara umum, unsur pelaksana pembangunan yang terlibat yaitu pemilik

proyek (owner), konsultan perencana, dan kontraktor, (www. PT. Hutama

Karya.com, 2022). Berikut ini adalah beberapa tugas dan wewenang dari masing-

masing bagian:

a. Pemilik Proyek

Pemilik Proyek (owner) adalah pihak yang memiliki proyek dan

mempunyai hak dalam pemberian tugas. Pemilik proyek pembangunan jalan tol

Simpang Indralaya – Muaraenim Seksi Simpang Indralaya - Prabumulih disini


adalah pemerintah Republik Indonesia melalui kementrian negara badan usaha

milik Negara (BUMN) selaku kuasa pemegang saham, PT Hutama Karya Tugas

dan wewenang dari pemilik proyek adalah sebagai berikut:

1. Tugas Pemilik Proyek

a) Menyediakan biaya perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan proyek.

b) Mengadakan kegiatan administrasi

c) Memberikan tugas kepada kontraktor atau pelaksana proyek

d) Meminta pertanggung jawaban dari konsultasn pengawas

e) Menerima proyek yang telah selesai dikerjakan oleh kontraktor

2. Wewenang Pemilik Proyek

a) Membuat surat perintak kerja (SPK)

b) Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan yang telah direncanakan

c) Meminta pertanggung jawaban kepada para pelaksana proyek atas

pekerjaan konstruksi

d) Memutuskan hubungan kerja dengan pihak pelaksana proyek yang tidak

dapat melaksanakan pekerjaannya sesuai perjanjian kontrak.

b. Kontraktor Pelaksana

Kontraktor pelaksana adalah pihak yang ditunjuk berdasarkan pelelangan

untuk melakukan pembangunan proyek sesuai rencana, perhitungan dan

persyaratan yang telah dibuat oleh pemilik proyek. Kontraktor pelaksana

melaksanakan semua pekerjaan yang telah diberikan kepadanya sesuai dengan

kesepakatan dengan pemilik proyek. Tugas dari kontraktor pelaksana yaitu

melaksanakan pekerjaan kontruksi di lapangan. Kontraktor pelaksana di proyek


pembangunan jalan tol Simpang Indralaya – Muaraenim Seksi Simpang Indralaya

- Prabumulih adalah PT. Hutama Karya Infrastruktur, tugas dan wewenang dari

kontraktor pelaksana adalah sebagai berikut:

1. Melaksanakan tugas yang diberikan dengan mematuhi peraturan dalam

dokumen yang berkaitan dengan penyelenggaraan proyek.

2. Mengadakan konsultasi dengan divisi perencana serta mendapatkan

bimbingan maupun pengarahan dari divisi pengawas mengenai pelaksanaan

pekerjaan.

3. Menyusun rencana kerja proyek.

4. Menyediakan tenaga kerja, material, peralatan dan prasarana kerja yang

memadai.

5. Membuat detail pelaksanaan (shop drawing) dan membuat gambar akhir

pekerjaan (as built drawing).

6. Menjamin keamanan dan keselamatan kerja.

7. Membuat laporan harian, mingguan, dan bulanan.

8. Mengadakan pengujian terhadap hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan.

9. Mengadakan perbaikan, perubahan, rekonstruksi dan pembetulan terhadap

segala kesalahan selama masa pemeliharaan.

e. Konsultan Perencana

Konsultan perencana adalah perusahaan yang bergerak pada bidang jasa

konsultan dalam perencanaan proyek yang diinginkan owner. Konsultan

perencana dapat berupa perorangan atau badan usaha baik swasta maupun

pemerintah.
Konsultan perencana bertugas merencanakan struktur, mekanikal

elektrikal, arsitektur, landscape, rencana anggaran biaya (RAB) serta dokumen-

dokumen pelengkap lainnya. Konsultan perencana mendapatkan proyek melalui

proses lelang yang diadakan panitia tender pekerjaan konstruksi, (www. PT.

Hutama Karya.com, 2022).

Dalam Proyek pembangunan jalan tol ruas Indralaya – Muara Enim seksi

simpang Indralaya – Prabumulih yang berperan sebagai pemilik atau Owner

adalah PT. Cipta Sarana Marga. Berikut tugas dan wewenang Konsultan

Perencana:

Tugas Konsultan Perencana antara lain :

1. Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan pemilik

proyek (bisa piihak swasta maupun pemerintah).

2. Membuat gambar kerja pelaksanaan. Membuat rencana kerja dan syarat-

syarat pelaksanaan bangunan (RKS) sebagai pedoman pelaksanaan.

3. Membuat rencana Anggaran Biaya (RAB).

4. Memproyeksikan keinginan-keinginan atau ide-ide pemilik proyek ke

dalamdesain bangunan.

5. Melakukan perubahan desain bila terjadi peniyimpangan pelaksanaan

pekerjaan dilapangan yang tidak memungkinkan untuk dilaksanakan.

6. Mempertangggung jawabkan desain dan perhitungan struktur jika terjadi

kegagala konstrukis. Kemudian proses pelaksanaannya diserahkan kepada

konsultan pengawas

Adapun wewenang konsultan perencana adalah :


1. Mempertahankan desain dalam hal danya pihak-pihak pelaksana yang

melaksanakan pekerjaan tidak sesuai dengan rencana.

2. Menentukan warna dan jenis material yang akan digunakan dalam

pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

f. Konsultan Pengawas

Konsultan pengawas konstruksi berfungsi melaksanakan pengawasan pada

tahap konstruksi. Konsultan pengawas konstruksi mulai bertugas sejak ditetapkan

berdasarkan surat perintah kerja pengawasan sampai dengan penyerahan kedua

pekerjan oleh pemborong. Konsultan pengawas konstruksi dalam melaksanakan

tugasnya bertanggung jawab secara kontraktual kepada pemimpin proyek/bagian

proyek. Konsultan pengawas diproyek pembangunan jalan tol Simpang Indralaya

– Muaraenim Seksi Simpang Indralaya - Prabumulih, tugas dan wewenang

konsultan pengawas adalah sebagai berikut:

1. Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan kontruksi yang

akan dijadikan dasar dalam pengawasan pekerjaan di lapangan;

2. Mengawasi pemakaian bahan, peralatan dan metode pelaksanaan, serta

mengawasi ketepatan waktu, dan biaya pekerjaan kontruksi;

3. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan kontruksi dari segi kualitas, kuantitas dan

laju pencapaian volume/realisasi fisik;

4. Mengumpulkan data dan informasi di lapangan untuk memecahkan persoalan

yang terjadi selama pekerjaan konstruksi;

5. Menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secaraberkala, membuat laporan

mingguan dan bulanan pekerjaan pengawasan, dengan masukan hasil

rapat-
rapat lapangan, laporan harian, mingguan dan bulanan pekerjaan konstruksi

yang dibuat oleh pelaksana konstruksi;

6. Meneliti gambar-gambar untuk pelaksanaan (shopdrawings) yang diajukan

oleh pelaksana konstruksi;

7. Meneliti gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di lapangan (As-

Built Drawing ) sebelum serah terima ;

8. Menyusun daftar cacat/kerusakan sebelum serahterima I, mengawasi

perbaikannya pada masa pemeliharaan, dan menyusun laporan akhir

pekerjaan pengawasan;

9. Menyusun berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan, berita acara

pemeliharaan pekerjaan, dan serah terima pertama dan kedua pelaksanaan

konstruksi sebagai kelengkapan untuk pembayaran angsuran pekerjaan

konstruksi;

10. Bersama-sama penyedia jasa perencanaan menyusun petunjuk pemeliharaan

dan penggunaan bangunan;

11. Membantu pengelola kegiatan dalam menyusun Dokumen Pendaftaran;

12. Membantu pengelola kegiatan dalam penyiapan kelengkapan dokumen

Sertifikat Laik Fungsi (SLF) dari Pemerintah Kabupaten/Kota setempat.


Gambar 3.2 Struktur Organisasi Proyek PT. Hutama Karya Infrastruktur
(Kontraktor)
Sumber : PT. Hutama Karya Infrastruktur

Berikut ini adalah beberapa tugas dan wewenang dari masing-masing

bagian:
3.1.2 Project Manager

Project Manager atau manager proyek adalah orang profesional yang

dipilih untuk menggerakkan proses manajemen yang mengarah pada strategi

pengelolaan proyek untuk mencapai tujuan proyek itu sendiri, (www. PT. Hutama

Karya.com, 2022).

Secara umum seorang project manager memiliki tugas dan tanggung

jawab atas perencanaan, pengadaan dan pelaksanaan proyek. Sementara untuk

tugas khususnya meliputi

1. Mengontrol dan membuat time schedule yang akan dilaksanakan

2. Menentukan kebijaksanaan dalam pelaksanaan jasa managemen proyek

konstruksi

3. Mengatur dan membuat perencanaan segala kegiatan operasional proyek

4. Menandatangani berita serah terima pekerjaan

5. Memimpin dan melaporkan kegiatan pelaksanaan proyek kepada

konsultan pengawas

6. Menandatangani dan menyetujui semua dokumen untuk kebutuhan proyek

konstruksi

7. Menandatangani laporan bulanan terkait pelaksanaan proyek konstruksi

8. Menggelar rapat koordinasi dengan pihak luar untuk mendiskusikan

kebutuhan proyek

9. Menandatangani dan mengajukan pekerjaan tambahan (lembur) kepada

pemilik jika diperlukan.


3.1.3 Site Engineer

Site Engineer adalah posisi jabatan untuk membantu tugas manager

proyek yang memiliki tanggung jawab terhadap perencanaan teknis dan meterial

konstruksi, termasuk membuat perhitungan konstruksi yang dibutuhkan,

menyediakan seluruh shop drawing serta menentukan spesifikasi data teknis dan

volume pekerjaan konstruksi, (www. PT. Hutama Karya.com, 2022).

Adapun tugas lain seorang site engineer meliputi :

1) Memberikan rekomendasi usulan desain kontruksi kepada tim serta

mencari solusi dari permasalahan-permasalahan teknis yang dihadapi

dalam proses pengerjaan proyek.

2) Menyampaikan petunjuk teknis kepada tim dalam melaksanakan segala

pekerjaan sesuai bidang.

3) Memberikan penilaian terhadap perkembangan proses pengerjaan proyek.

4) Menjamin isi Kerangka Acuan Kerja (KAK) dapat terpenuhi sesuai

dengan ketentuan.

5) Membantu tim di lapangan dalam mgnendalikan kegiatan kontraktor agar

lebih efektif dan efisien.

6) Melakukan pengecekan terhadap semua laporan kinerja teknis yang ada

7) Menyusun rencana kerja semua staf dan pekerja yang terlibat, baik di

lapangan maupun laboratorium.


3.2 Quality Control

Quality Control adalah bagian yang bertanggung jawab untuk menentukan

kualitas dari hasil pelaksanaan pekerjaan serta melakukan pengawasan terhadap

mutu pekerjaan supaya menghasilkan pekerjaan yang baik pula, (www. PT.

Hutama Karya.com, 2022).

Adapun tugas lain seorang quality control meliputi :

1) Melakukan pengujian mutu atas material dan bahan yang digunakan

2) Menguji kelayakan peralatan pengendalian mutu yang digunakan

3) Melakukan pengujian atas hasil pekerjaan di lapangan

4) Memahami dan mempelajari spesifikasi teknis yang digunakan pada

proyek kontruksi

5) Mempelajari perencanaan mutu yang di implementasikan pada pekerjaan

6) Mempelajari metode kerja yang digunakan supaya hasilnya sesuai dengan

spesifikasi teknis

7) Mempersiapkan laporan terkait pengendalian atau pemeriksaan mutu

pekerjaan

8) Memeriksa dan menjaga kualitas pekerjaan dari subkontraktor agar sesuai

dengan spesifikasi teknis.

3.3 Drafter

Drafter adalah seorang juru gambar dalam struktur organisasi proyek yang

bertugas untuk menggambar atau memisualisasikan apa yang telah direncanakan

melalui suatu bidang gambar, (www. PT. Hutama Karya.com, 2022).

Adapun tugas spesifik lainnya seorang drafter meliputi :


1) Berkoordinasi dengan surveyor untuk menentukan titik koordinasi.

2) Mengembangkan gambar yang telah diberikan oleh konsultan desain.

3) Menggambar 3D maupun 2D.

4) Melakukan monitoring desain terhadap material penyusun berkoordinasi

dengan antar divisi maupun ke konsultan perencana.

3.4 Quantity Engineering

Quantity Engineer adalah bagian yang bertanggung jawab untuk menjamin

mutu material dan mutu hasil pelaksanaan oleh kontraktor telah memenuhi

ketentuan atau syarat dalam dokumen kontrak, (www. PT. Hutama Karya.com,

2022).

Selain itu tugas seorang tenaga quality engineer juga meliputi :

1) Menyusun perencanaan dan program pembangunan kontruksi.

2) Mengawasi dan melakukan pengendalian pelaksanaan fisik pekerjaan.

3) Menguasai dan memahami pasal-pasal yang tertera dalam dokumen

kontrak.

4) Membuat dan menghimpun semua data yang berhubungan dengan

pengendalian volume kerja.

5) Mengarsipkan berbagai macam surat seperti laporan harian, bulanan,

kemajuan pekerjaan, dll.

6) Melakukan pemantauan dan pengawasan secara ketat terhadap mutu

pekerjaan dan tidak mentolelir adanya penyimpangan-penyimpangan

pekerjaan.
7) Melakukan pengujian atau pengetesan terhadap material yang baru

didatangkan pihak kontraktor.

3.5 Staff Akuntansi

Staff Akuntansi adalah bagian yang memiliki tugas dan tanggung jawab

meliputi :

1) Menyusun dan membuat surat pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran

pembangunan.

2) Membuat laporan periodik atas penyimpanan, penerimaan dan

pengeluaran serta bertanggung jawab penuh terhadap semua pengelolaan

keuangan proyek.

3) Mengolah data yang bersifat kearsipan yang bersangkutan dengan

pembukuan.

3.6 Administrasi dan Umum

Administrasi dan Umum adalah bagian yang memiliki tanggung jawab dan

tugas meliputi :

1) Membantu kepala pelaksana bagian proyek.

2) Mengawasi dan mengkoordinasi tata laksana administrasi.

3) Menyediakan dan melaksanakan semua kebutuhan perlengkapan

administrasi dan peralatan kantor untuk menunjang kinerja dan kelancaran

proyek konstruksi.
3.7 Safety Health and Environment

Pada bagian ini memiliki tugas dan tanggung jawab terkait:

1) Membuat program kerja K3

2) Melakukan perencanaan dan implementasi K3 dalam lingkungan kerja

3) Membuat laporan dan menganalisa data statistik SHE

4) Memastikan berjalannya program dan membuat dokumentasi

5) Meninjau keselamatan kerja

6) Membuat pelatihan keselamatan kerja

7) Memastikan tenaga kerja bekerja sesuai SOP

8) Memeriksa peralatan kerja apakah masih layak untuk digunakan atau

sudah aus.

3.8 Lokasi Tempat Kerja Praktek

Tempat pelaksanaan kerja praktek dilakukan di Simpang Indralaya –

Muaraenim Seksi Simpang Indralaya Prabumulih lokasi pekerjaannya sendiri

berada pada STA 03+100 – 03+225. Lokasi tersebut dapat dilihat pada gambar

berikut;

Gambar 3.3 Lokasi Kerja Praktik


Sumber : Google Maps
3.9 Tinjauan Khusus

3.9.1 Deskripsi Kegiatan Proyek

Proyek pembangunan jalan tol Simpang Indralaya – Muaraenim Seksi

Simpang Indralaya - Prabumulih tentu melibatkan beberapa unsur pelaksana

pembangunan yang menunjang dan mempunyai hubungan antara unsur yang satu

dengan yang lainnya. Unsur-unsur tersebut adalah pemilik proyek (owner),

perencana proyek, pelaksana proyek, dan pengawas proyek. Pemilk proyek

pembangunan jalan tol Simpang Indralaya – Muaraenim Seksi Simpang Indralaya

- Prabumulih sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah Republik Indonesia melalui

kementrian negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selaku kuasa pemegang

saham, PT Hutama Karya Infrastruktur (HKI) berkomitmen penuh menerapkan

tata kelola perusahaan kemudian menggunakan jasa PT. Hutama Karya

Infrastruktur sebagai kontraktor pelaksana dan menggunakan jasa PT. Aria Jasa

Reksatama sebagai konsultan pengawas.

Setiap unsur pelaksana pembangunan mempunyai tugas, wewenang, dan

tanggung jawab masing-masing sesuai dengan kedudukan serta kegiatan yang

dilakukan. Pelaksanaan unsur-unsur ini saling berkaitan antara satu dengan yang

lainnya dan saling berhubungan mengikuti pola hubungan kerja yang telah

ditetapkan.

Data umum proyek merupakan suatu data yang menjelaskan tentang

proyek yang sedang berlangsung secara umum data umum pembangunan Jalan

Tol Simpang Indralaya – Muaraenim Seksi Simpang Indralaya Prabumulih adalah

sebagai berikut :
1. Paket Pekerjaan : Pelaksanaan Pembangunan Jalan Tol Ruas

Simpang Indralaya – Muaraenim Seksi

Simpang Indralaya – Prabumulih

2. Kontrak : Fixed Unit Price

3. Nilai Kontrak : Rp. 7.339.401.871.773,- (Incl. Ppn)

4. Tanggal Kontrak : 31 Juli 2019

5. Pengguna Jasa : PT. Hutama Karya (Persero)

6. Kontraktor Pelaksana : PT. Hutama Karya Infrastruktur

7. Konsultan Perencana : PT. Cipta Sarana Marga

8. Konsultan pengawas : PT. Aria Jasa Reksatama

9. Pembayaran : Contract Pre Financing (CPF)

10. Waktu Kontrak Awal : 730 hari sejak 31 Juli 2019 s/d 30 Juli 2021

11. Add II : 1035 hari sejak 31 Juli 2019 s/d 31 Mei 2022

12. MOS : Tidak Ada

13. Uang Muka : Tidak Ada

14. Jaminan Pelaksanaan : 10 %

15. Jaminan Pemeliharaan : 5%

Data teknis proyek merupakan suatu data yang menjelaskan tentang

rencana bangunan yang akan dibuat. Dalam hal ini data teknis proyek

pembangunan jalan tol Simpang Indralaya – Muaraenim Seksi Simpang Indralaya

_ Prabumulih. Adapun data teknis jalan tol tersebut sebagai berikut :

1. Panjang Mainroad : 64,500 km

2. Panjang Akses : 9,872 km


i

3. Kecepatan Rencana : 100 km/jam

4. Jumlah Lajur : 2x2 Lajur

(Tahap Awal)

2x3 Lajur

(Tahap Akhir)

5. Jumlah Simpang Susun : 2 Buah

6. Tipe Perkerasan : Flexible

3.9.2 Penanganan Bahan Proyek

Bahan-bahan yang terdapat pada proyek pembangunan ini terdiri

dari, agregat kasar dan agregat halus, semen portland, dan air sebagai

bahan beton dan pembuatan bekisting berupa papan multiplek dan kayu,

serta besi tulangan yang disiapkan. Penanganan setiap bahan ini diuraikan

sebagai berikut.

1. Agregat Halus (Pasir)

Pasir yang dipesan dari toko bangunan diletakkan di atas

permukaan tanah dengan keadaan kering. Kondisi pada pasir kasar ini

cukup bersih, tidak ada kotoran dari material lain di dalam pasir. Sesuai

dengan SNI 6880:2016 Pasal 4.1.4.2. menerangkan bahwa penyimpanan

agregat dilakukan untuk menghindari adanya segregasi dan mencegah

kontaminasi dari material lain, serta menyimpan agregat jauh dari saluran

air.

2. Agregat Kasar (Koral)


ii

Kerikil yang dipesan dari toko bangunan diletakkan di atas

permukaan tanah dekat dengan material pasir. Kondisi pada kerikil ini

cukup baik, tidak ada kotoran lumpur, dan ukuran butiran yang seragam.

Pada masalah pengiriman material baik pasir maupun kerikil, tidak ada

keterlambatan dalam pemesanan sehingga waktu pekerjaan seperti

pengecoran kolom, plesteran dinding, dan sebagainya dilaksanakan dengan

baik.

3. Semen Portland

Semen yang dipesan di toko bangunan, diletakkan di dalam

penyimpanan semen secara tertutup, sehingga sinar matahari dan hujan

dapat terhindari dan kualitas pada semen ini masih terjaga. Sesuai dengan

SNI 15-2049-2004 tentang penyimpanan dan transportasi menerangkan

bahwa semen disimpan di dalam bangunan kedap terhadap cuaca, sehingga

melindungi semen dari kelembaban dan menghindari terjadinya

penggumpalan.

4. Besi Tulangan

Baja tulangan ulir dan polos yang dipesan dari toko bangunan

diletakkan di atas permukaan tanah. Besi tulangan yang dipesan dalam

kondisi bersih dan tidak ditemukan adanya retak-retak. Namun,

meletakkan besi tulangan di atas tanah menyebabkan besi mengalami karat

karena besi tersebut terkena langsung dengan air dan udara. Namun besi

tersebut masih bisa digunakan asalkan karat pada besi tidak terlalu

menyebar dan penyimpanan besi tidak terlalu lama. Dalam SNI 07-2052-
iii

2002 Pasal 5.2 menyebutkan syarat mutu baja tulangan polos, permukaan

batang baja tersebut harus rata dan tidak bersirip, dan tulangan ulir di

permukaan batang tersebut harus bersirip teratur.

3.9.3 Spesifikasi Peralatan Kegiatan Proyek

1. Excavator

Spesifikasi dari mesin ini yaitu;

- Nama Excavator : Kobelco SK200 20200.

- Kapasitas Bucket (m3) : 0.90.

- Kedalaman Gali Maksimum (m) : 6.700.

- Tinggi (Transportasi) (m) : 3.03.

- Panjang (Transportasi) (m) : 9.45.

- Lebar (Transportasi) (m) : 2.80.

2. Mesin Cut Off

Spesifikasi dari mesin ini, yaitu :

Nama alat : Makita 2414NB Mesin Potong

Besi 14 Inch

Diameter Pisau : 14’’

Arbor : 1º

Max. Cutting Capacity (at 90 º) : 4-1/2º

Max. Cutting Capacity (at 45 º) : 4-1/2º

No Need Speed : 3.800 RPM


iv

Overall Length : 19-3/4º

Net Weight : 40,6 lbs

Shipping Weight : 41,8 lbs

Kondisi alat : Produktivitas kerja cukup baik

3. Concrete Pump Truck (Pompa Beton)

Spesifikasi dari alat ini, yakni :

Jarak vertikal yang bisa dijangkau : 16,4 meter

Maksimal jarak horizontal kotor : 13 meter

Maksimal jarak horizontal bersih : 10,5 meter

Panjang truk pompa : 7,5 meter

Lebar truk pompa : 2,3 meter

4. Concrete Mixer Truck

Spesifikasi dari alat ini, yakni :

Nama alat : Sany SY308C-8(R Dry) 8 m3

Truck Mixer

Berat kotor : 32.400 kg

Diameter putaran minimal : 16 m

Daya terukur/Kecepatan Rev : 202/2200 kW/rpm

Torsi maksimum : 1000/1500 N.m/rpm

Kapasitas pencampuran : 8 m3

Kecepatan buangan : ≥5m3/min

Kecepatan pengisian : ≥8m3/min

Kapasitas Tangki Air : 450 L


v

Motor : Rexroth AA2FM80/61W

5. Compactor

Nama : Dynapac Seismic

Kecepatan (m/min) : 20 – 25

Tanjakan maks : 24

Kekuatan tumbukan : 5 – 8T

Mesin : Robin EY 20 (5 HP)

Ukuran plat (mm2) : 410 x 460

Compactor : SSC 35

Getaran : 5.400

3.10 Sistem Pengendalian Mutu

1. Pengertian Pengendalian Mutu

Pengendalian mutu (Quality Control) adalah suatu usaha

pengawasan dan bertindak pada pelaksanaan pekerjaan yang bertujuan

untuk mengecek apakah hasil pekerjaan sesuai dengan ketentuan yang

telah ditetapkan atau disepakati (Agus Ahyari. 2002).

Menurut Soeharto (2001), Quality Control adalah semua kegiatan

yang berhubungan dengan pemantauan dan pengkajian hasil proyek baik

hasil atau final untuk menentukan apakah telah memenuhi persyaratan

yang ditentukan, kemudian mengidentifikasi cara untuk menghilangkan

sebab terjadinya penyimpangan.

3.11 Sistem Manajemen K3


vi

Pada bagian ini memiliki tugas dan tanggung jawab terkait:

a) Penetapan Komitmen dan Kebijakan K3

b) Perencanaan (Pemenuhan Kebijakan, Tujuan dan Sasaran

Penerapan K3)

c) Penerapan Rencana K3 secara Efektif dengan

mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung

yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan dan

sasaran K3

d) Pengukuran, Pemantauan, dan Pengevaluasian Kinerja K3

e) Peninjauan Secara Teratur dan Peningkatan Penerapan

SMK3 secara berkesinambungan

f) Kebijakan (Policy)

g) Pemeriksaan dan tindakan perbaikan (Checking and

corrective action)

h) Perencanaan (Planning)

i) Penerapan dan operasionil (Implementation and operation)

j) Tinjauan Manajemen (Management review)

k) Perbaikan berkelanjutan (Continual improvement)


vii

Gambar 3.4 struktur K3


Sumber : PT.Hutama Karya infastruktur

3.12 Tata Letak Tempat Kegiatan Proyek

Berikut merupakan tata letak tempat proyek yang lebih spesifik

pada lokasi dibangunnya pengerjaan jalan tol Proyek Pembangunan Jalan

Tol Ruas Simpang Indralaya Prabumulih Zona 6 STA 00 – 100.


viii

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengertian Box Culvert

Box culvert merupakan salah satu aliran air yang dibuat di bawah

jalan atau jembatan yang dipergunakan sebagai jalur penghubung

seperti jalan, saluran air (drainase), pipa gas, pipa kabel listrik, dan

lain sebagainya. Box culvert digunakan untuk mengalirkan air yang

mengalir di parit-parit melalui saluran bawah tanah. Pada dasarnya box

culvert adalah sebuah konstruksi yang menyerupai “pipa” persegi atau

persegi panjang yang terbuat dari beton bertulang guna untuk

memperkuat konstruksi memikul beban di atasnya. Box culvert ini

biasanya dibangun untuk menghubungkan antara parit sebelah kiri

jalan ke sebelah kanan jalan. Pembangunan box culvert ini sering

dilakukan di tempat-tempat yang sering tergenang. Hal ini dilakukan

agar tidak terjadi genangan air di tepi jalan. Atau mungkin juga untuk

menghindari terjadinya peluapan air dari parit hingga ke jalan.

Pengerjaannya ada berupa cor di tempat dan banyak juga terbuat dari

beton pra cetak (precast). Tipikal perancangan konstruksi box culvert

disesuaikan dengan beberapa hal, seperti : kondisi lapangan, kegunaan,

estetika, kekuatan, dan ekonomis. Pembangunan box culvert

membutuhkan waktu yang tidak terlalu lama. Namun membutuhkan

beberapa hari untuk tahap perencanaan. Tahapan ini dilakukan agar

tidak terjadi kesalahan dalam pembangunan nantinya. Selain dari itu,


ix

perencanaan ini merupakan rancangan yang digunakan untuk memberi

gambaran bagaimana sistematis dalam pengerjaan box culvert tersebut.

Tahapan itu meliputi tahap perencanaan, tahap perakitan besi, tahap

penggalian tanah, tahap pengecoran dan tahap penimbunan.

4.2 Manfaat dan Fungsi Box Culvert

Ada banyak fungsi yang kita ketahui dari box culvert, berikut ini

beberapa manfaat serta fungsi pengaplikasian box culvert pada suatu

proyek :

1) Box Culvert untuk Saluran Pembuangan Saniter/Drainase

Box culvert ini adalah perangkat berupa saluran yang

didalamnya mengalir limbah saniter, maupun limbah air kotor

untuk disalurkan ke sungai terdekat. Dalam merancang box culvert

jenis ini penting diperhatikan adalah topografi setempat untuk

menghasilkan kemiringan yang optimum, sehingga jalannya

limbah tidak tersendat, jenis box culvert yang digunakan dapat

berupa Precast.

2) Box Culvert untuk Terowongan Utilitas

Box culvert jenis ini fungsinya untuk melindungi berbagai

macam utilitas, seperti utilitas saluran air bersih, utilitas kabel

PLN, utilitas kabel telepon dan utilitas kabel Telkom. Box culvert

jenis ini biasanya terletak di bawah tanah dan fungsinya untuk

melindungi berbagai utilitas tersebut, sehingga pada umumnya box


x

culvert jenis ini berukuran kecil dan menggunakan box culvert

precast. Box culvert jenis ini harus memiliki ketahanan yang baik

terhadap iar, serangan binatang pengerta dan bukan struktur yang

mudah terbakar mengingat pentingnya utilitas yang ada dalam box

culvert tersebut.

3) Box Culvert untuk Irigasi

Box Culvert untuk irigasi/saluran air adalah perangkat yang

memiliki kekuatan struktur yang tinggi untuk dapat menyalurkan

air yang melewati gorong-gorong tersebut. Box culvert jenis ini

sering didapati di bawah jalan tol yang melintasi kawasan

persawahan yang membutuhkan pengairan yang memadai, pada

dasarnya dimensi dari box culvert ini berukuran besar karena

disesuaikan dengan saluran irigasi yang telah ada dan pengerjaan

box culvert jenis ini menggunakan metoda pengecoran di tempat

(cast in place).

4) Box Culvert Cekungan Penangkap Air

Box culvert jenis ini biasanya dugunakan sebagai perangkat

untuk menyalurkan air yang mengalirkan air untuk melewati

sebuah jalan raya, jalan kereta api atau bendungan. Sehingga

bagian atasnya sering dimanfaatkan sebagai jembatan atau jalan

raya. Selain bentuk kotak ada bentuk lain yaitu Arch Culvert yang

menggabungkan kekuatan struktur dan estetika (keindahan). Arch


xi

culvert menjadi alternatif pilihan bentuk gorong-gorong atau

mengganti struktur jembatan konvensional.

Sumber : Internet browsing

Gambar 4.1 Arch Culvert

5) Box Culvert untuk Lorong Bawah Tanah (akses lalu lintas)

Box culvert yang digunakan sebagai akses lalu lintas adalah

lorong yang fungsinya menghubungkan jalan lama yang telah

dibuat namu jalan tersebut terhalang oleh struktur lainnya yang

berada di atas jalan tersebut, biasanya status jalan tersebut adalah

jalan kolektor yang dilalui kendaraan dengan jumlah yang besar,

selain sebagai penghubung box culvert juga sebagai jalur alternatif

untuk mengurangi kemacetan.

4.3 Tahapan Pembuatan Box Culvert

1. Tahap perencanaan

Tahap perencanaan meliputi perencanaan dana yang dibutuhkan,

bahan-bahan yang akan digunakan hingga tempat yang akan


xii

dibangun box culvert. Dalam tahap ini tentu saja pemborong harus

bekerja sama dengan tukang yang akan mengerjakan box culvert

tersebut. Pada umumnya tahap perencanaan membuthkan waktu

yang relatif lebih lama jika dibandingkan dengan

pembangunannya.

2. Penyediaan Bahan

Setelah tahap perencanaan sudah benar-benar matang, tahap

selanjutnya adalah penyediaan bahan-bahan pembuatan box

culvert. Bahan ini meliputi kayu, papan, paku, semen, pasir, besi

dan lain-lain. Bahan-bahan ini harus disediakan dengan sebaik-

baiknya agar tidak terjadi kekurangan selama pembangunan.

3. Tahap Perakitan Besi dan Pembuatan Kerangka

Tahap ini merupakan tahap terpenting yang harus dilakukan.

Karena pembuatan kerangka dan perakitan besi akan menemtukan

bentuk dari box culvert yang akan dibuat. Perakitan besi berfungsi

sebagai otot box culvert. Dengan adanya besi-besi ini akan

memperkuat box culvert.

4. Tahap Penggalian

Tanah Penggalian tanah ini harus disesuaikan dengan perencanaan

yang telah dibuat. Dan yang terpenting adalah penggalian tanah ini
xiii

harus sesuai dengan kerangka yang telah dibentuk. Usahakan

jangan sempit dan jangan terlalu longgar.

Gambar 4.2 Galian Struktur

Sumber :

Gambar 4.3 Galian Struktur

5. Granular Backfill

Setelah dilakukan pekerjaan galian, selanjutnya dilakukan pekerjaan

penimbunan atau pengisian bekas galian. Backfill termasuk pekerjaan


xiv

timbunan pilihan karena material yang digunakan untuk timbunan ini

terdiri dari bahan tanah, tanah berbatu atau tanah berpasir. Fungsi dari

pekerjaan backfill ini adalah untuk mengisi galian yang tersisa dari suatu

pekerjaan konstruksi.

Sumber : Survei

Gambar 4.4 Granular Backfill

6. Memasang Batu Kosong (Blinding Stone)

Setelah backfill telah padat, dilakukan pemasangan batu kosong

setinggi 200mm.

Sumber : Survei

Gambar 4.5 Pemasangan Blinding Stone


xv

7. Lean Concrete

Membuat lean concrete atau Lantai kerja dengan beton K-125 setinggi

100mm. LC merupakan beton tanpa tulangan yang digunakan sebagai

lantai kerja struktur box culvert.

Sumber :

Gambar 4.6 Lean Concrete

8. Pembesian dan Bekisting Pelat Bawah Box Culvert

Pembesian atau pemasangan besi tulangan yang telah difabrikasi untuk

struktur pelat bawah box culvert. Pada proses pembesian ini harus

dilakukan dengan pengawasan agar jarak dan ukuran besi yang

digunakan sesuai dengan spesifikasi. Metode pembesian pelat bawah

dimulai dengan memasang beton decking minimal tebal 7 cm.

Kemudian pembesian lapis bawah dan dilanjutkan pemasangan besi

lapis atas. Setelah pembesian selesai dilanjutkan dengan pemasangan

bekisting pada pelat bawah box culvert.


xvi

Sumber : Survei

Gambar 4.7 Pembesian Pelat Bawah

Sumber : Survei Lapangan

Gambar 4.8 Bekisting Pelat Bawah

9. Pengecoran Pelat Bawah Box Culvert

Pengecoran pelat bawah dengan menggunakan beton ready mix,

dilontarkan dengan concrete pump dan didistribusikan dengan truck

mixer. Diusahakan untuk mengambil  beton di batching plant terdekat

agar kualitas tidak berkurang. 


xvii

Sumber : Survei

Gambar 4.8 Pengecoran Pelat Bawah

10 Bekisting Dinding Box Culvert

Pemasangan tulangan horizontal dinding box culvert dan

pemasangan bekisting dinding box culvert yang telah difabrikasi.

Bahan yang digunakan untuk bekisting adalah multiplek phennol film.

Sumber : Survei Lapangan

Gambar 4.9 Bekisting Dinding


xviii

11 Pengecoran Dinding Box Culvert

Dilakukan pengecoran dinding menggunakan concrete pump dan

truck mixer. Pengecoran dinding biasanya tidak bisa dilakukan

langsung sampai atas melainkan dibagi menjadi beberapa tahap

pengecoran untuk menghindari ketidakmampuan bekisting dalam

menahan beban. Setelah 24 jam, bekisting bisa dibuka kembali. 

Sumber : Survei Lapangan

Gambar 4.10 Pengecoran Dinding

12 Perancah dan Bekisting Pelat Atas Box Culvert

Persiapan perancah dan bekisting pelat atas. Perancah yang digunakan

adalah scaffolding. Setelah bekisting sudah jadi, Pembesian mulai

dipasang di atas bekisting dan jangan lupa beton decking juga

diletakkan dibawah tulangan besi. 


i

Sumber : Survei Lapangan

Gambar 4.11 Pembesian Pelat Atas

Sumber : Survei

Gambar 4.12 Bekisting Pelat Atas

13. Pengecoran Pelat Atas Box Culvert

Metode atau langkah berikutnya adalah pengecoran beton dengan

ready mix dan menggunakan concrete pump.


ii

Sumber : Survei Lapangan

Gambar 4.13 Pengecoran Pelat Atas

14. Tahapan Penimbunan dan Pemadatan

Tahap penimbunan menurut beberapa ahli, penimbunan yang baik

dilakukan adalah ketika box culvert sudah berusia 2-3 minggu. Karena

dalam waktu ini box culvert akan kering dengan sempurna.

Sumber : Survei

Gambar 4.14 Pemadatan


iii

4.4 Wing Wall

Box culvert dilengkapi dengan konstruksi sayap atau wing wall,

biasanya wing wall berada di setiap sisi kanan dan kiri pada box

culvert. Wing wall sebenarnya sangat berfungsi pada box culvert

karena dapat membuat arah aliran air menjadi lebih teratur. Wing wall

juga dapat mengatur debit air lebih stabil jika debit air pada box culvert

meningkat. Wing wall juga dapat menahan beban yang diberikan

dibagian sisi-sisinya. Beban yang ditahan oleh wing wall bisa berupa

tanah timbunan yang diletakkan pada bagian sisi-sisinya.

Sumber : Survei Lapangan

Gambar 4.15 Wing Wall

4.5 Kendala dan Permasalahan

Dalam setiap pekerjaan kita akan menemukan berbagai macam

permasalahan. Namun masalah tersebut bukan untuk dihindari, tapi


iv

harus dicari jalan keluarnya. Segala sesuatu memang tidak sempurna,

kita akan selalu dihadapkan pada suatu bentuk permasalahan,

hambatan dan persoalan. Selama pelaksanaan pekerjaan, timbul

beberapa masalah yang menyebabkan terhambatnya kemajuan proyek

tersebut. Masalah-masalah yang timbul dibagi dalam beberapa

kategori, yaitu :

1) Faktor Cuaca

Faktor alam yang menyebabkan terhambatnya kemajuan pekerjaan

adalah hujan. Dalam pelaksanaan pekerjaan, cukup sering mengalami

turun hujan. Air hujan dapat mengakibatkan terjadinya genangan pada

lahan pekerjaan dan memperlambat pekerjaan lainnya, misalnya galian

menjadi berat saat pengangkutan, pemaparan material, dan pengecoran

tidak dapat dilakukan lebih cepat. Selain itu faktor cuaca seperti hujan

juga dapat menyebabkan berhentinya suatu pekerjaan dengan alasan

keamanan.

2) Faktor Keselamatan Kerja

Seperti pada umumnya proyek-proyek di Indonesia, keselamatan kerja

para pekerja kurang diperhatikan yang dapat dilihat dari perlengkapan

perlindungan keselamatan kerja yang tidak dipakai oleh beberapa

pekerja, baik itu sepatu, helm proyek, dan baju pekerja yang

menandakan pekerja itu sendiri.

Dalam beberapa kasus, kontraktor mendapatkan beberapa teguran

dari supervisi lapangan dengan tidak mengutamakan keselamatan kerja


v

seperti penggunaan helm kerja, rompi pekerja atau baju pekerja

khusus. Memang dalam hal ini sudah seperti biasa dilakukan, namun

cuaca yang mungkin berubah-ubah membuat pekerja kurang nyaman

menggunakan perlengkapan yang ada.

3) Faktor Peralatan

Faktor peralatan yang menyebabkan terhambatnya kemajuan

proyek adalah alat-alat pekerjaan box culvert yang digunakan biasanya

terjadi kerusakan yang dapat menghambat proses pekerjaan box culvert

dan tidak sesuai dengan jadwal yang ada.

4.6 Alternatif dan Solusi

Adanya permasalahan, selalu diusahakan untuk mencari jalan

keluar yang terbaik. Dalam hal ini ada beberapa alternatif yang dapat

dilakukan oleh pihak kontraktor, antara lain :

1) Faktor Cuaca

Untuk mengatasi jam kerja yang berkurang saat turun hujan, maka

jam kerja yang terpotong akan dialihkan hingga sore hari

(pemberlakuan jam lembur), atau hari minggu, namun perlu

diperhatikan, pemberlakuan jam lembur ini tidak boleh terlalu sering

dilakukan karena dikhawatirkan akan mengurang kualitas dari hasil

pekerjaan akibat keterbatasan pengawasan maupun tenaga kerja.

2) Faktor Keselamatan Kerja


vi

Perlu adanya penumbuhan kesadaran pada para pekerja maupun

kontraktor akan pentingnya perlengkapan keselamatan kerja dalam

setiap pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Hal ini dapat disosialisasikan

dan diawasi oleh pemerintah melalui Departemen tenaga Kerja dan

Transmigrasi.

3) Faktor Peralatan

Untuk peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan box

culvert sebaiknya dilakukan cadangan peralatan tersebut agar

pelaksanaan pekerjaannya tidak terhambat.


vii

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil dari tinjauan pelaksanaan pekerjaan box culvert dapat ditarik

kesimpulan bahwa:

1) Alat yang digunakan dalam proses pembuatan box culvert :

a. Pada pekerjaan tanah : excavator dan compactor

b. Pada pekerjaan bekisting : phenol film, tie rod bekisting,

wingnut bekisting, dan scaffolding

c. Pada pekerjaan pembesian : bar cutter dan alat manual

pemotong besi.

d. Pada pekerjaan pengecoran : concrete pump truck, concrete

mixer truck, dan concrete vibrator.

2) Material yang digunakan dalam proses pembuatan box culvert : beton

FC 20 Mpa, beton kelas E, blinding stone, dan besi.

3) Fungsi box culvert :

a. Untuk saluran pembuangan saniter/drainase

b. Untuk terowongan utilitas

c. Untuk irigasi

d. Untuk cekungan penangkap air

e. Untuk lorong bawah tanah (akses lalulintas)

4) Tahapan pembuatan box culvert :


viii

a. Perencanaan

b. Penyediaan bahan

c. Perakitan besi dan pembuatan kerangka

d. Penggalian

e. Granular backfill

f. Pemasangan batu kosong

g. Pembuatan lean concrete

h. Pembesian, bekisting dan pengecoran

i. Penimbunan dan pemadatan

5.2 Saran

1) Pengawasan pelaksanaan pekerjaan harus ditingkatkan supaya hasil

pekerjaan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2) Pengendalian pekerja yang kurang disiplin dalam proses pekerjaan

guna menghindari human error.

3) Keselamatan kerja hendaknya lebih ditingkatkan seperti helm,

masker, sepatu proyek serta bimbingan keselamatan kerja sesuai

tahapan-tahapan pekerjaan untuk menghindari kecelakaan kerja.

DAFTAR PUSTAKA
ix

PT Hutama Karya (Persero). (2019). Retrieved from www.hutamakarya.com

(diakses pada 27 September 2022).

Departemen Pekerjaan Umum. (2005). Dasar-Dasar Perencanaan Drainase

Jalan. Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi. 2017. Modul

Pemahaman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Konstruksi (SMK3K). Kementrian PUPR.

Ariadi, Tulus, Padusung, dan Didin Najimuddin. (2020). Perencanaan Box

Culvert Pada Ruas Jalan Lito-Bageloka Kabupaten Sumbawa.

(Universitas Samawa). Diakses dari

http://www.e-journallppmunsa.ac.id/index.php/sainteka/article/download/

290/278/832

Saputri, Faiga Narindra. (2018). Analisis Risiko Kecelakaan Kerja Menggunakan

Metode Bowtie dalam Proses Pengecoran Dinding Box Culvert

Menggunakan Concrete Pump di PT Waskita Karya. (Skripsi, Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan Jakarta). Diakses dari

https://repository.binawan.ac.id/280/1/K3%20-%20FAIGA

%20NARINDRA%20SAPUTRI%20-%202018%20repo.pdf

Hendri, M Deri. (2020). Pelaksanaan Pengerjaan Pile Head dan Full Slab Pada

Proyek Jalan Tol Indralaya-Prabumulih Seksi 1. (Laporan Kerja Praktek,

Universitas Bina Darma Palembang). Diakses dari

http://repository.binadarma.ac.id/1596/1/File%20Laporan%20KP.pdf
x

Adiwijaya. (2016). Modul Perencanaan Drainase Permukaan Jalan. URL :

https://simantu.pu.go.id/epel/edok/66dbb_Perencanaan_Drainase_Permuk

aan_Jalan.pdf. Diakses tanggal 5 Oktober 2022.

Subiyanto, Bayu Aditya. (2014). Konstruksi Underpass. URL :

https://id.scribd.com/doc/236971573/10-Bab-II-Box-Culvert. Diakses

tanggal 8 Oktober 2022.

https://www.sanyglobal.com/id_id/truck-mixer/427.html

Anda mungkin juga menyukai