Anda di halaman 1dari 11

LAMPIRAN B – 6

A. URAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN DRAINASE

SPESIFIKASI KONSTRUKSI UNTUK PEKERJAAN DRAINASE BETON


a. MATERIAL
1.1. Semen
Semen yang digunakan adalah semen portland tipe 1 yang sesuai dengan SNI 15-2049-2004 dan ASTM
C150.
1.2. Agregat
Agregat harus memenuhi persyaratan SNI 03-1750-1990 dan ASTM C-33. Sampel agregat harus
diambil dari sumbernya dan diuji baik di lokasi atau lokasi lain dengan persetujuan PIHAK PERTAMA.
a. Agregat yang kemungkinan menyebabkan reaksi agregat alkali tidak boleh digunakan. Sampel
agregat harus diuji sesuai dengan ASTM C289-94. Agregat yang berpotensi reaktif harus diuji lebih
lanjut sesuai dengan ASTM C227-90.
b. Hasil analisis ayakan dari percobaan laboratorium harus diserahkan oleh PIHAK KEDUA untuk
persetujuan PIHAK PERTAMA.
c. Agregat yang gagal memenuhi persyaratan ASTM C33 tetapi yang telah diuji dengan uji khusus atau
layanan aktual untuk menghasilkan beton dengan kekuatan dan daya tahan yang memadai dapat
digunakan jika disetujui oleh PIHAK PERTAMA.
d. Kecuali ditentukan agregat lain atau disetujui oleh PIHAK PERTAMA, ukuran nominal maksimum
agregat tidak boleh melebihi:
 Seperlima dari dimensi tersempit antara sisi bentuk.
 Sepertiga dari kedalaman slab.
 Tiga perempat dari jarak bersih minimum antara masing-masing baja tulangan.

1.3. Air
a. Air yang digunakan untuk pencampuran beton dan perawatan harus memenuhi persyaratan SNI-
2847-2002 bagian 5.4 dan ASTM C94.
b. Air juga harus bebas dari minyak, asam, garam, alkali, dan bahan organik yang merusak.

1.4. Campuran Beton (Admixtures)


a. Campuran beton yang akan digunakan dalam beton harus mendapat persetujuan terlebih dahulu
dari PIHAK PERTAMA dan harus sesuai dengan standar berikut atau setara dengan persetujuan:
pengurangan air, perlambatan, dan percepatan pencampuran sesuai dengan ASTM C494.
b. PIHAK KEDUA harus memasukkan uji campuran percobaan untuk menentukan komposisi
campuran dan perbandingan berat campuran yang ditambahkan ke beton.
c. Laporan / sertifikat bahan campuran yang digunakan oleh PIHAK KEDUA harus dilaporkan kepada
PIHAK PERTAMA.

1.5. Mutu Beton


a. Kekuatan tekan minimum beton pada 28 hari harus mengikuti persyaratan di bawah ini:

Tabel-1 Kekuatan Tekan Minimum


fc’,
MUTU DIGUNAKAN UNTUK
KUAT TEKAN MINIMUM

9,8 9,8 Mpa (10kg/cm2) Lean Concrete

21,7 21,7Mpa (250kg/cm2) Main Concreate


*) kecuali dinyatakan sebaliknya pada gambar desain
Semua nilai harus diuji dengan metode kuat tekan silinder berdasarkan ASTM C39.

b. Nilai penurunan beton (slump) di lokasi harus memenuhi persyaratan pada tabel di bawah ini:

Tabel-2 Nilai Slump Beton


Slump (mm)
Tipe Konstruksi
Minimum Maksimum
Plat, Balok, Dinding, kolom 7,5 (15)* 15 (30) *
Pembetonan Massal 2,5 7,5

*) Nilai-nilai dalam tanda kurung adalah untuk beton akan ditempatkan dengan metode pemompaan **
**) Mungkin berbeda sesuai dengan kebutuhan perangkat beton

Slump maksimum yang ditunjukkan pada Tabel-2 dapat ditingkatkan 25 mm untuk metode
konsolidasi selain getaran.

1. Baja Tulangan
Baja tulangan harus sesuai dengan:
a. Baja ulir sesuai dengan ASTM A615 grade 60 atau SNI 07-2052-2002 BjTD 40 atau setara
b. Baja polos sesuai dengan ASTM A615 grade 40 atau SNI 07-2052-2002 BjTP 24 atau setara
c. Wiremesh harus sesuai dengan ASTM A 185 atau SNI-07-2052-2002 atau setara

PIHAK KEDUA harus memberikan sertifikat pabrik dan sertifikat uji untuk setiap pengiriman untuk
digunakan dalam pekerjaan dan harus diperiksa oleh PIHAK PERTAMA untuk kesesuaian
dengan spesifikasi dan disimpan sebagai bagian dari prosedur Jaminan Kualitas milik PIHAK
PERTAMA.

Setelah pengiriman baja tulangan, dua spesimen dari masing-masing ukuran batang atau
wiremesh dengan panjang 60 cm harus diserahkan kepada PHAK PERTAMA dan dibawa ke
otoritas pengujian yang disetujui untuk pengujian dengan biaya PIHAK KEDUA.
b. PENANGANAN DAN PENYIMPANAN BAHAN
1. Semen harus dikirim ke lokasi dalam kondisi tertutup dan dalam kemasan pabrikan asli.
2. Semen harus disimpan di gudang atau silo untuk mencegah kerusakan. Gumpalan, penyapuan,
dicampur dengan air, atau semen kotor tidak diizinkan untuk digunakan. Lantai area penyimpanan
harus berada minimal 30 cm di atas permukaan tanah dan harus dilapisi dengan beton tanpa serat
atau kayu keras untuk mencegah penyerapan air.
3. Timbunan agregat harus diatur dengan cara menghindari pemisahan yang berlebihan dan untuk
mencegah kontaminasi dengan bahan lain atau dengan ukuran agregat lainnya.
4. Bahan pasir harus dibiarkan mengalir sampai memiliki kadar air yang seragam sebelum digunakan.
5. Baja tulangan tidak boleh diletakkan langsung di tanah, beton atau kayu dapat digunakan sebagai
alas untuk menjaga baja tetap bersih dari kontaminasi tanah.
6. Bahan campuran (admixtures) harus disimpan seperti yang direkomendasikan oleh pabrikan dan
diuji selama tahap campuran uji coba.

c. CAMPURAN BETON (CONCRETE MIXING)


1. Desain Campuran dan Uji Coba Campuran (Mix Design and Trial Mix)
a. PIHAK KEDUA harus menyerahkan dokumen desain campuran dan campuran uji coba empat
minggu sebelum pengecoran beton dan juga harus melakukan uji campuran untuk menjaga
kekuatan tekan beton, slump, dan persyaratan lain yang terkait dengan dokumen ini.
b. Dokumen desain campuran dan campuran uji coba harus berisi informasi sebagai berikut :
o Tipe gradasi agregat
o Sumber uji agregat dan laboratorium
o Sumber air dan uji laboratorium
o Kapasitas tangki air dan jenis alat pengukur air
o Jenis dan merek semen
o Berat masing-masing komponen yang akan digunakan
o Target kuat tekan beton
o Campuran beton (Admixture) akan digunakan
o Hasil desain campuran dan campuran percobaan
c. PIHAK PERTAMA akan menyaksikan selama proses campuran uji coba

2. Pengembangan Beton dan Peralatan


a. PIHAK KEDUA harus menggunakan sistem batching plant di tempat, jika memungkinkan, atau
campuran siap untuk pencampuran beton dengan persetujuan PIHAK PERTAMA.
b. Mixer harus dilengkapi dengan hopper pengisian dan wadah untuk air, yang dilengkapi dengan alat
pengukur yang secara akurat dan otomatis mengontrol jumlah air yang digunakan dalam setiap
campuran.
c. Mixer harus kosong sebelum memasukan bahan dari pencampuran beton berikutnya. Jika mixer
tidak digunakan dalam 30 menit atau pencampuran berikutnya menggunakan kualitas beton yang
berbeda, maka mixer harus dibersihkan dan dicuci sebelum digunakan kembali.
d. Ketepatan alat untuk pencampuran beton harus dikontrol minimal seminggu sekali dengan akurasi
yang diterima ± 1%.

d. SELIMUT BETON
Selimut beton minimum harus memenuhi persyaratan dalam tabel di bawah ini:

Tabel-1 Selimut Beton Minimum


Selimut Beton Minimum
Lokasi Seilmut Minimum (mm)
Beton kontak langsung dengan tanah, 85
pengecoran langsung ke tanah
Beton kontak langsung dengan tanah, 65
pengecoran langsung ke bekisting
Kolom dan Balok
- Tulangan Utama 50
- Binders, stirrups, ties 40
Dinding, Slab 25, tapi tidak kurang dari diameter tulangan
25, tetapi tidak kurang dari dua kali diameter
Di semua ujung tulangan tulangan atau kurang dari 85 untuk beton yang
kontak dengan tanah

e. PENGANGKUTAN DAN PENGIRIMAN BETON


1. Penggunaan concrete pump diperbolehkan dalam pekerjaan pengecoran. PIHAK KEDUA harus
menyerahkan data berikut untuk persetujuan PIHAK PERTAMA:
a. Tipe peralatan
b. Komposisi serta penyangga pipa pompa.
c. Prosedur pengisian ulang dan pengosongan pipa
d. Prosedur pengoperasian pompa
e. Prosedurnya jika ada keterlambatan pengadaan beton campuran.
2. Saat menggunakan pompa beton, diameter dalam pipa harus lebih kecil dari 3 kali agregat diameter
maksimum yang digunakan. Pipa aluminium tidak diizinkan untuk digunakan.
3. Batas waktu setelah pencampuran beton untuk menempatkan beton adalah sebagai berikut:
Tabel-4 Batas Waktu untuk Menempatkan Beton

Mutu Beton Temperatur Waktu Maksimum

Beton mutu tinggi 25 C dan lebih kecil 45 menit


(Desain rencana 30 Mpa) Lebih besar 25C 30 menit
Beton Biasa 25 C dan lebih kecil 60 menit
(Desain rencana 25 Mpa) Lebih besar 25C 60 menit

4. PIHAK KEDUA harus menyerahkan prosedur pengiriman campuran beton untuk memastikan kontinuitas
pasokan beton campuran yang dikirim dari Batching Plant ke lokasi proyek dan mencegah beton dari
segregasi.

f. PENEMPATAN BETON
1. Sebelum dilakukan inspeksi oleh PIHAK PERTAMA saat ingin melakukan pengecoran, PIHAK
KEDUA harus memastikan terlebih dahulu beberapa hal sebagai berikut :
a. Pastikan bagian dalam bekisting bebas dari semua benda asing dan genangan air. Bagian
dalam bekisting harus dibasahi sebelum pengecoran.
b. Pastikan bekisting, sambungan bekisting dan penyangganya sudah terpasang dengan baik,
stabil, dan kaku.
c. Pastikan posisi baja tulangan, jarak antar baja tulangan, ukuran baja tulangan, dan selimut beton
sudah dipasang sesuai dengan gambar desain atau spesifikasi yang telah ditentukan.
d. Pastikan jenis beton yang dikirim sesuai dengan jenis beton yang sudah ditentukan
e. Periksa semua peralatan untuk pencampuran dan pengangkutan beton harus dalam keadaan
bersih.
2. Pengecoran dapat dilakukan setelah seluruh kesiapan pengecoran diperiksa dan disetujui oleh
PIHAK PERTAMA.
3. Beton harus dicor dengan kecepatan sedemikian rupa sehingga beton dalam keadaan plastis
saat mengalir dan masuk ke celah-celah di antara tulangan.
4. Beton yang sebagian sudah mengeras atau terkontaminasi oleh benda asing tidak boleh
digunakan.
5. Beton harus dicor secara terus menerus di antara sambungan konstruksi. Beton segar batch
selanjutnya harus disiapkan di lokasi pengecoran sebelum terjadi initial set pada beton yang
telah dituang sebelumnya.
6. PIHAK KEDUA harus menyediakan bahan dan tenaga kerja untuk membuat konstruksi
tambahan jika terjadi hujan atau gangguan pasokan beton. Penambahan sambungan konstruksi
harus disetujui oleh PIHAK PERTAMA.
7. Beton harus disimpan sedekat mungkin pada posisi terakhirnya untuk menghindari pemisahan
karena pengerjaan ulang atau pengaliran. Jarak maksimum beton yang mengalir secara
horizontal adalah 1,5 m.
8. Semua beton harus dikonsolidasikan secara menyeluruh dengan cara yang sesuai, lebih baik
dilakukan getaran selama pengecoran, dan harus dikerjakan secara menyeluruh di sekitar
tulangan, baut angkur, perlengkapan tertanam lainnya, dan ke sudut-sudut bekisting. Sejumlah
vibrator cadangan yang memadai harus disiapkan selalu di lokasi selama semua operasi
pengecoran beton.
9. Apabila beton menunjukkan cacat struktural, PIHAK PERTAMA berhak untuk menginstruksikan
pembongkaran dan penggantian berdasarkan tingkat kerusakan. Beton yang hanya
memperlihatkan cacat permukaan harus dikikis dan diperbaiki, dirawat dengan aditif perbaikan
beton yang disetujui. Pekerjaan perbaikan harus mengacu pada bagian 14. Metode detail harus
diserahkan kepada PIHAK PERTAMA untuk persetujuan.
10. Beton bertulang struktural tidak boleh ditempatkan langsung di atas tanah, sehingga alasnya
harus disediakan terlebih dahulu.
11. Ketinggian jatuh beton tidak boleh melebihi 1,5 meter. Talang sementara harus disediakan untuk
menghindari segregasi beton di mana ketinggian jatuhnya beton melebihi 1,5 meter.

g. PEMADATAN BETON
1. Memadatkan beton harus menggunakan vibrator mekanik selama pengecoran dilakukan untuk
menjaga kualitas kepadatan beton dan untuk menghindari segregasi. Getaran tidak boleh
berdampak merusak pada bekisting dan tulangan.
2. Vibrator yang digunakan dapat berupa vibrator listrik atau pneumatik yang beroperasi pada
frekuensi 7.000 hingga 10.500 getaran per menit untuk kepala getaran dengan diameter 80-150
mm dan pada frekuensi 8.000 hingga 13.500 getaran per menit untuk diameter kepala getaran
30-60 mm atau lebih besar.
3. Vibrator harus dimasukkan dan dilepas dari beton secara perlahan. Getaran harus dilakukan
terus menerus sampai massa beton menjadi plastis, mortar mulai muncul ke permukaan dan
gelembung udara berhenti muncul. Getaran berlebihan dapat menyebabkan segregasi
permukaan harus dihindari.
4. Vibrator eksternal yang dijepit pada bekisting tidak boleh digunakan. Pemadatan dengan tangan
tidak diizinkan.

h. PERAWATAN BETON
1. Semua permukaan beton yang terbuka harus tetap lembab selama 7 hari dengan
menyemprotkan air atau dibanjiri dengan air pada permukaan beton.
2. Permukaan beton harus ditutup dengan kain goni basah, kain katun atau bahan yang sesuai,
seperti senyawa curing, segera setelah menyelesaikan permukaan. Bahan penutup dapat
dilepas ketika beton sudah cukup keras
3. Jika perlu, senyawa pengawet dapat digunakan dengan persetujuan PIHAK PERTAMA.
Senyawa pengawet harus dari jenis yang tidak akan memiliki efek buruk pada lapisan yang
diaplikasikan pada beton atau pada permukaan beton.
4. PIHAK KEDUA harus melindungi beton yang masih dalam proses perawatan dari segala kondisi
pembebanan. Perhatian khusus harus diambil ketika pemongkaran beskisting pada kolom lebih
awal.
5. Dalam kondisi cuaca panas, perawatan/curing harus segera dimulai setelah pengecoran beton
untuk menghindari hilangnya kelembaban.

i. ALAS BETON (LEAN CONCRETE)


1. Lean concrete harus dipasang di bawah semua fondasi, kecuali dinyatakan lain pada gambar.
2. Kekuatan tekan minimum lean concrete harus 9.8Mpa pada 28 hari kecuali dinyatakan lain pada
gambar desain. Ketebalan harus mengacu pada gambar.
3. Untuk memberikan permukaan yang keras dan bersih, tanah harus dipadatkan dengan baik dan
bebas dari tanah loose sebelum pengecoran lean concrete.
4. Untuk menghindari gangguan tanah oleh hujan atau air tanah, lapisan lean concrete harus dicor
segera setelah penggalian, jika memungkinkan.

j. PENGETESAN BETON
Kualitas beton harus dipertahankan dengan pengujian kualitas. PIHAK KEDUA harus menyediakan
tenaga kerja, bahan, dan semua peralatan untuk melakukan uji slump, uji kuat tekan, uji persentase
lumpur, dan hammer test. Semua metode dan prosedur uji beton harus diserahkan untuk
persetujuan PIHAK PERTAMA.

1. Campuran percobaan beton


a. Sebelum dimulainya pekerjaan beton, PIHAK KEDUA harus melakukan campuran percobaan untuk
menentukan jenis dan proporsi campuran semen, agregat kasar, agregat halus, air dan campuran aditif.
b. PIHAK KEDUA harus menyerahkan kepada PIHAK PERTAMA dokumen proporsi desain campuran.
c. PIHAK KEDUA harus melaporkan hasil uji kuat tekan spesimen campuran beton ke PIHAK PERTAMA.

2. Uji Kuat Tekan


Tes kuat tekan (selama aktivitas konstruksi) harus dilakukan sesuai dengan prosedur berikut:
a. Uji kuat tekan harus dilakukan oleh peralatan yang disetujui oleh PIHAK PERTAMA, dan harus sesuai
dengan ASTM C-39.
b. Sampel beton untuk membuat spesimen uji kuat tekan harus sesuai dengan ASTM C-172.
c. Usia uji kekuatan berumur harus 7 hari dan 28 hari
d. Setiap set sampel uji harus mengandung setidaknya dua spesimen, masing-masing spesimen untuk
setiap tes pada usia yang diberikan. Setidaknya satu set pengujian harus dilakukan untuk setiap 60
meter kubik beton. Jumlah sampel dan persyaratan tes yang sama juga berlaku setiap hari sekali
berdasarkan mutu pengecoran. Frekuensi Pengambilan Sampel Beton Minimum yang Dibutuhkan
dapat dilihat di ACI-318 Ch. 5 Sect. R5.6.2.1.
e. Setidaknya tiga set spesimen dari masing-masing mutu harus dilakukan untuk pengecoran setiap hari.
f. PIHAK KEDUA harus membuat sebuah kotak berisi air di lokasi proyek untuk melakukan perawatan
beton untuk setiap spesimen beton silinder.
g. Kekuatan beton dapat dianggap baik jika persyaratan berikut terpenuhi:
1. Nilai kekuatan rata-rata dari semua spesimen yang digunakan dalam tiga uji kekuatan berturut-
turut (rata-rata sembilan atau lebih silinder) sama dengan atau melebihi kekuatan yang
ditentukan.
2. Nilai yang diperoleh dalam uji kekuatan masing-masing (rata-rata tiga silinder atau lebih) tidak
kurang di bawah kekuatan yang ditentukan lebih dari 3,5 Mpa.
h. Jika hasil pengujian 28 hari (atau 56 hari untuk beton menggunakan semen tipe V) tidak memenuhi
kekuatan tekan yang diperlukan, PIHAK PERTAMA berhak meminta pengujian hammter test dan
atau uji coring pada struktur beton.

3. Uji Penurunan (Slump Test)


a. Slump test harus sesuai dengan ASTM C 143 kecuali ditentukan spesifikasi lain.
b. Frekuensi slump test ditentukan berdasarkan kondisi cuaca dan pada kondisi operasi mixer; namun,
pengujian harus dilakukan setidaknya dua kali sehari, sekali di pagi hari dan sekali di sore hari.
c. Slump test dilakukan setelah beton sudah keluar dari mixer dan siap untuk dicor. Jika pengecoran beton
menggunakan pompa beton, sampel yang digunakan untuk slump test harus beton yang keluar di ujung
pipa.
d. PIHAK PERTAMA berhak untuk meminta slump test setiap pengecoran beton
e. Batasan untuk hasil slump test ditunjukkan pada Bagian 4.5 Tabel-2, kecuali ditunjukkan pada gambar,

k. PENGECORAN PADA CUACA PANAS


1. Suhu udara maksimum pada saat pengecoran beton harus 32˚C.
2. Jika suhu udara sekitar melebihi 32˚C, suhu beton harus dijaga serendah mungkin dengan
menghindari paparan sinar matahari langsung ke agregat selama proses pengecoran.
Bekisting harus disemprotkan terlebih dahulu dengan air bersih untuk menurunkan suhu dan
menjaga air keluar dari bekisting.

l. PERBAIKAN PERMUKAAN BETON

Penambalan pada daerah yang tidak sempurna, keropos dengan campuran adukan semen (cement mortar)
setelah pembukaan acuan, hanya boleh dilakukan setelah mendapat persetujuan dan sepengetahuan
PIHAK PERTAMA. Jika ketidaksempurnaan itu tidak dapat diperbaiki untuk menghasilkan permukaan yang
diharapkan dan diterima PIHAK PERTAMA, maka harus dibongkar dan diganti dengan pembetonan kembali
atas beban biaya PIHAK KEDUA. Ketidaksempurnaan yang dimaksud adalah susunan yang tidak teratur,
pecah atau retak, ada gelembung udara, keropos, berlubang, tonjolan dan yang lain yang tidak sesuai
dengan bentuk yang diharapkan atau diinginkan. Jenis cacat pada beton diantaranya sebagai berikut :
1. Retak Struktur
Apabila retak struktur akibat Pergerakan stuktur karena pondasi, defleksi (mulai susut) balok atau gempa
bumi. Pada retak seperti ini, bata didalam dinding biasanya sudah pecah, hingga retak terjadi di dalam
plester dan aciannya. Retak yang terjadi adalah biasanya tegak lurus atau diagonal menyamping. Celah
retak akan terbuka terus apabila struktur kembali bergerak.
Apabila terjadi retak struktur pada bangunan, maka harus mendapat persetujuan dari PIHAK PERTAMA
untuk memperbaikinya, dan semua biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki akibat retak struktur
tersebut, menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA.
2. Retak rambut
Penyebab terjadinya retak rambu yaitu :
 Saat memulai pengerjaan acian, plesteran tidak dibasahi terlebih dahulu. Sehingga acian tidak dapat
menempel sempurna pada plesteran.
 Memakai komposisi plesteran yang kurang baik sehingga saat kering menjadi menyusut dan
menimbulkan celah di tembok.
 Saat pengerjaan acian, kondisi plesteran belum kering sempurna. Sehingga saat proses hidrasi, uap
air terhalang acian/cat dan muncul celah tembok dinding bangunan untuk jalan keluar uap air.

Apabila terjadi retak rambut pada bangunan, maka harus mendapat persetujuan dari PIHAK PERTAMA
untuk memperbaikinya, dan semua biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki akibat retak rambut
tersebut, menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA.

Tabel 5 Lebar Retak Maksimum Yang di Izinkan

3. Beton Menggelembung
Penyebab beton menggelembung yaitu akibat bekisting yang tidak cukup kuat untuk menahan coran
beton. Oleh karena itu, sebelum melakukan pengecoran harus dilakukan inspeksi segala hal termasuk
bekisting, kuat atau tidak untuk menahan beton yang akan di cor dan harus mendapat persetujuan dari
pihak PIHAK PERTAMA.

B. BEKISTING
Bekisting harus sesuai dengan persyaratan yang diberikan dalam ACI 347 dan harus sesuai dengan poin
berikut :
1. PIHAK KEDUA harus menyerahkan bahan, desain, dan metode pemasangan bekisting untuk
menjaga kualitas hasil pemasangan dan keselamatan kerja.
2. Sebelum pekerjaan beton dimulai, bekisting harus dibersihkan secara menyeluruh dan bebas dari
semua debu, kotoran, dan kotorang lainnya. Bukaan sementara harus disediakan jika diperlukan
untuk mengalirkan air dan sampah.
3. Bekisting harus dibuat dari multiplex. Ketebalan multiplex minimum 12mm pada pekerjaan Bak
Kontrol dan 9mm pada pekerjaan U-Ditch. Ketebalan kayu minimum 25 mm.. Material lainnya yang
sama dapat digunakan sesuai persetujuan PIHAK PERTAMA.
4. Multiplex yang digunakan sebagai bekisting harus ditopang di sepanjang tepian, rafter, dan stiffener
juga harus dipasang untuk menjaga kelurusan elemen beton saat pengecoran dan vibrating dilakukan.
5. Scaffolding meliputi semua jenis elemen seperti stiffeners, balok, pengikatan dan tiang,
termasuk temporary support untuk pemasangan bekisting, harus dapat menahan bekisting
beton dan beban pengecoran tanpa menyebabkan penurunan.
6. Elemen bracing harus dipasang untuk mencegah gerakan scaffolding pada arah horizontal,
transversal, dan longitudinal.
7. Selama pemasangan beton, bekisting harus diperiksa untuk defleksi yang berlebihan atau
tanda-tanda stress lainnya.
8. Release agent harus dari jenis yang tidak memiliki efek yang merugikan pada setiap
pelapisan untuk diterapkan pada beton atau permukaan beton.
9. Waktu untuk melepas bekisting dan scaffolding didasarkan pada kondisi cuaca, kekuatan
beton, jenis struktur, dan beban yang mungkin terjadi. Waktu minimum untuk melepas
bekisting dan scaffolding, kecuali ditentukan lain oleh PIHAK PERTAMA selama tahap
konstruksi, dapat diambil :
Tabel-5 Waktu Minimum untuk Melepas Bekisting dan Scaffolding
Elemen Clear Span antar L.L < D.L L.L > D.L
Support ( C.S ) ( Hari ) ( Hari )
Beam dan C.S <= 3.0 7 4
Girder Soffit 3.0 < C.S <= 6.0 14 7
6.0 < C.S 21 14
Lantai C.S <= 3.0 4 3
Slab 3.0 < C.S <= 6.0 7 4
6.0 < C.S 10 7

C. Pekerjaan pembuatan Drainase U-dicth 50 x 70


Drainase adalah sistem saluran pembuangan air hujan yang menampung dan mengalirkan air hujan dan
air buangan yang berasal dari daerah terbuka maupun dari daerah terbangun. Jika dilihat dari fungsinya,
drainase berfungsi untuk menampung, mengalirkan, dan memindahkan air hujan secepat mungkin dari
daerah tangkapan ke badan penerima.

Dalam pekerjaan penyiapan infrastruktur pemboran ini, terdapat 1 (satu) jenis saluran drainase yang
digunakan. saluran drainase pengumpul (beton bertulang).

a. Lingkup Pekerjaan
Secara umum lingkup pekerjaan saluran drainase antara lain:

1. galian tanah,
2. bekisting,
3. beton mutu fc’ 21,7 MPa,
4. besi tulangan beton ulir,
5. penimbunan dan backfill concrete.
Tahapan pelaksanaan konstruksi saluran drainase dibagi menjadi beberapa tahapan diantaranya:

D. Pekerjaan Galian
Untuk pekerjaan galian saluran drainase ini, dibagi menjadi beberapa tahapan pekerjaan yaitu:

1. Galian tanah

Lingkup pekerjaan galian adalah penggalian material, pembentukan dan perapihan galian sesuai alur,
elevasi, kemiringan, dan ukuran yang tercantum dalam gambar. Pekerjaan galian dilakukan oleh Operator,
serta diawasi oleh pengawas dan juru ukur yang berpengalaman. Sebagai control terhadap hasil galian,
galian sesuai alur, elevasi, kemiringan dan ukuran yang disyaratkan, juru ukur akan memasang bowplank
pada interval jarak tertentu sebagai acuan. Peralatan yang digunakan, sebagai berikut:
 excavator,

 dump truck,

 alat ukur, dan

 alat bantu.
Tahapan pelaksanaan pekerjaan dijelaskan sebagai berikut:
a. Memasang patok pada interval jarak tertentu dengan elevasi, ukuran dan kemiringan sesuai
dengan gambar kerja.
b. Memeriksa kesiapan peralatan dan tenaga kerja. Lalu memasang rambu pengaman di sekitar
lokasi pekerjaan bila diperlukan.
c. Melaksanakan penggalian berpedoman pada patok/bowplank yang dipasang juru ukur.
d. Hasil galian diangkut ke lokasi stock pile atau dibuang ke lokasi yang disetujui.
e. Memeriksa ukuran, elevasi, kemiringan memanjang dan melintang galian. Bila belum sesuai
lakukan perapihan.
f. Setelah pekerjaan selesai, hasil galian diperiksa elevasinya oleh juru ukur, agar tidak terjadi
kesalahan.
g. Hasil pekerjaan galian akan ditinjau oleh PIHAK PERTAMA untuk menentukan apakah pekerjaan
galian telah sesuai dengan gambar serta spesifikasi teknis dan apakah pekerjaan selanjutnya
dapat dimulai apa tidak.
h. Urugan Pasir
Sebelum mengurug dengan pasir, tanah dasar harus dipadatkan, diratakan dahulu dan
dibersihkan dari kotorangan (air, puing kayu dll) yang dapat mempengaruhi kepadatan pasir. Bila
diperlukan pemadatan dapat menggunakan stamper. Urugan pasir dihampar untuk alas beton
lantai kerja dengan tebal sesuai digambar kerja.

E. Pekerjaan Pembetonan

2. Pekerjaan Beton

a. Melihat kondisi lapangan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pengecoran secara
konvensional (bidang pengecoran tidak datar), maka beton dicetak ditempat (precast) dengan
mutu beton fc’ 21,7 MPa dan tulangan sesuai gambar kerja dengan mutu BJ 37 (fy = 240 MPa, fu
= 370 MPa)
b. Lantai Kerja
Sebelum dilaksanakan penyetelan pembesian, dasar lantai dicor dengan beton tak bertulang
sebagai lantai kerja dengan mutu beton fc’ 9,8 Mpa dengan tebal sesuai digambar kerja.
Ukuran kedalaman disesuaikan dengan gambar rencana atau sesuai peil permukaan perkerasan
disekitarnya.

3. Pelaksanaan

Setelah pelaksanaan penggalian terselesaikan, maka dilaksanakan pekerjaan pembetonan. Beton dibuat
segmen demi segmen yang masing-masing 5-7 meter atau sesuai dengan kebutuhan panjang tiap segmen
saluran. Satu segmen terdiri dari bagian lantai dinding dan bagian atas lantai. Gambar 10 menunjukkan
potongan melintang saluran drainase pengumpul. Pelaksanaan pengecoran dimulai dari beberapa segmen
lantai dan dilanjutkan dengan pekerjaan lainnya. Tahapan pekerjaan saluran drainase dijelaskan sebagai
berikut :
a. Persiapan lokasi
b. Pemasangan pembesian
c. Pemasangan bekisting
d. Pekerjaan pengecoran
e. Curing dan
f. Pembongkaran bekisting.

a. Persiapan Lokasi

Lokasi pembetonan harus ditempatkan sehingga mobilisasi beton ke lokasi pembangunan dapat
diakomodasi dengan baik.

b. Pemasangan Baja Tulangan


Pembesian untuk Bak kontrol pengumpul terdiri dari wiremesh M6-150 & M8-150 dengan diameter sesuai
gambar. Pemasangan pembesian ini dilaksanakan sesuai desain dengan jumlah dan jarak pembesian
sesuai dengan yang ditentukan. Pemasangan pembesian diikat dengan kawat bendrat sehingga tidak
mudah bergeser ataupun berubah posisi/lepas. Pekerjaan pembesian menggunakan alat sebagai berikut:
 bar cutter,

 bar bender,

 genset,

 flat bed truck, dan

 gunting besi manual dan alat bantu lainnya.

c. Pemasangan Bekisting Multipleks

Bekisting bisa dipasang setelah besi selesai dipasang dan diinspeksi oleh PIHAK PERTAMA. Untuk
menjaga selimut beton, maka pada besi terluar dipasang beton decking dengan ketebalan sesuai desain
selimut beton yang ditentukan. Bekisting yang dipasang menggunakan papan kayu atau Multipleks 9 mm
dan dipasang secara manual dengan handtools oleh tukang terampil.

Bekisting bisa dipasang setelah besi selesai dipasang dan diinspeksi oleh PIHAK PERTAMA. Untuk
menjaga selimut beton, maka pada besi terluar dipasang beton decking dengan ketebalan sesuai desain
selimut beton yang ditentukan. Bekisting yang dipasang menggunakan papan kayu atau Multipleks 9 mm
dan dipasang secara manual dengan handtools oleh tukang terampil.

d. Pengecoran

Setelah bekisting diperiksa dimensi, selimut beton, dan kondisi vertikalnya, kemudian selanjutnya
dilakukan pekerjaan pengecoran. Pekerjaan pengecoran menggunakan alat sebagai berikut:
 pengaduk semen atau mobil pengaduk semen,

 penggetar beton, dan

 peralatan bantu lainnya.

e. Curing

Segera setelah permukaan cor difinishing, dilakukan curing. Curing permukaan atas beton menggunakan
karung goni basah yang ditutupkan ke permukaan beton. Beton tetap dijaga basah selama minimal 7 hari
secara terus menerus. Untuk permukaan vertikal, curing dilakukan segera setelah bekisting dibuka.
Curing dilakukan dengan curing compound yang disemprotkan secara merata ke permukaan beton
dengan alat pompa penyemprot hama.

f. Pembongkaran Bekisting

Pembongkaran bekesting dilakukan paling cepat setelah umur beton 2 (dua) hari segera setelah
bekesting dibongkar permukaan difinishing dan dicuring.
F. Pekerjaan Gorong-Gorong Drainase Cellar Type Nestable Flange E.100

a. Gorong-gorong Type Nestable Flange E100 adalah gorong-gorong corrugated steel pipe
tipe dua tangkup yang merupakan type paling sederhana dan serba guna untuk gorong-
gorong dengan diameter rencana 0.6 m dengan ketebalan plat 3,5 mm, Yield strength : 230
MPA minimum, pelapisan anti karat dengan hot dip galvanized dengan ketebalan lapisan
610 gr/ m2 sesuai dengan AS (Australian Standard) 1650, ASTM A-123 dan SPHC JIS 3131
SS 400, SSI (Standar Industri Indonesia) 1187 – 84. Baut dan Mur : Baut sesuai AS
(Australian Standard) 1252 – 1973, Mur sesuai AS (Australian Standard) 1112. Grade 4.6.
b. Pipa baja bergelombang (corrugated) dapat dirakit di lokasi penempatannya atau dirakit di
dalam galian parit yang telah disiapkan dan dapat juga dirakit diluar galian untuk kemudian
setelah dirangkai diturunkan dengan alat angkat ke titik rencana pemasangan.
c. Lokasi yang akan dipasang harus dibersihkan dengan cermat dan teliti, dibersihkan dari
humus, sampah, lumpur, semua kotoran – kotoran, benda – benda tajam/runcing serta
penghalang lainnya yang dapat mengganggu proses/kegiatan instalasi.
d. PIHAK KEDUA harus teliti dan memperhatikan lubang – lubang baut pada plat, karena salah
penempatan dapat mengakibatkan antar lubang tidak bertemu.
e. Pemasangan sistem knock down dimulai dari hilir dan harus sesuai dengan gambar layout
plate dari pabrik yang diberikan pada saat pengiriman barang.
f. Setelah selesai proses instalasi gorong – gorong Pipa baja bergelombang di timbun dengan
tanah ketebalan sesuai rencana. Tanah di atas gorong – gorong diratakan menggunakan
alat berat dan dipadatkan.
g. Sebelum pipa baja gelombang diletakkan pada lubang galian, dasar lubang galian terlebih
dahulu diberi lapisan urugan pasir setebal 10 cm.
h. Pipa baja bergelombang (corrugated) yang telah dirakit lebih dahulu harus diturunkan ke
tempatnya dengan tali baja (sling) dan pipa tidak boleh terlalu panjang karena dapat
menyebabkan tertekuknya sambungan. Perhatian khusus harus diberikan untuk
menghindari kerusakan pada ujung pipa dan kemungkinan jatuhnya pipa selama
pengangkutan dan pemasangan.
i. Semua pipa baja bergelombang (corrugated) yang dirakit harus dibaut dengan tepat dan
alur sambungan harus terpasang dengan benar untuk menghindari adanya regangan yang
berlebihan.

G. Perlengkapan Kerja dan Keselamatan


1. Pagar sementara, pagar pembatas, barikade, lampu dan tindakan perlindungan lainnya yang diperlukan
untuk keselamatan pekerjaan dan personel harus disediakan dan dipelihara oleh PIHAK KEDUA selama
pekerjaan berlangsung.

Anda mungkin juga menyukai