Anda di halaman 1dari 2

IBADAH YANG SEJATI

Roma 12:1-8

Pada pasal-pasal sebelumnya Paulus menjelaskan bahwa keselamatan adalah anugerah Allah, manusia
diselamatkan karena iman dan bukan karena perbuatan baik. Tidak ada seorangpun yang akan selamat
dari kutuk dosa, sebab manusia hanya dapat selamat karena dibenarkan oleh Allah melalui penebusan di
dalam Kristus Yesus.

Lebih lanjut Paulus menyatakan dalam nas khotbah kita kali ini bahwa orang-orang yang diselamatkan itu
memiliki kehidupan yang benar-benar berbeda yakni adanya penguasaan diri dengan tidak serupa dengan
dunia ini, sebab harus mempersembahkan tubuh menjadi persembahan yang hidup, kudus yang berkenan
kepada Allah.

Hidup orang yang telah diselamatkan itu adalah mengenakan hidup yang baru, yakni mengenakan Kristus
dalam hidup kita dan menanggalkan hidup lama beserta kebiasaan-kebiasaannya (Rm. 13:12-14; Gal.
3:27), dengan demikian kita mempersembahkan hidup untuk rencana Allah yang besar untuk keselamatan
manusia dan bukan lagi mengikuti keinginan daging.

Sehingga iman bukan hanya sekedar penerimaan anugerah Allah saja, namun iman itu akan membawa
pembaharuan akal budi, yakni mempersembahkan hidup bagi Tuhan. Dengan demikian akan
memancarkan hidup yang tidak serupa dengan dunia ini, yakni dunia yang dikuasai oleh kejahatan (Kis.
2:40; Gal. 1:4) dan sarat dengan kuasa iblis (Yoh. 12:31; 1 Yoh. 5:19). Maka nasehat Paulus dalam 2 Kor.
13:5 patut untuk kita renungkan: “Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman”, sebab
iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati (Yak.2:17).

Dengan mempersembahkan tubuh – seluruh kehidupan kita kepada Allah, kita akan memasuki yang
namanya Ibadah yang sejati, yakni ibadah yang tidak terbatas gerak dan ruang. Apapun yang kita perbuat
dan lakukan dalam kehidupan kita adalah dalam rangka – bekerja untuk Tuhan. Maka ibadah yang sejati
itu tidak hanya sampai pada kebaktian minggu, maupun kebaktian dalam persekutuan yang lain lagi,
namun kebaktian dalam persekutuan itu sendiri akan meluas berdampak bagi kehidupan kita dengan
memperlihatkan kehidupan yang bersekutu dengan Allah, itulah ibadah yang sejati.

Lebih lanjut nasehat Paulus untuk mempersembahkan tubuh sebagai implikasi dari iman yang adalah
esensi dari ibadah yang sejati harus terlebih dahulu terlihat dari kehidupan sesama mereka yang percaya
kepada Kristus (ay.3). Implikasi iman kepada Kristus akan nyata terlihat dalam kehidupan jemaat dengan
adanya satu tujuan hidup yang jelas, yakni walaupun memiliki karunia yang berbeda-beda dari Allah, kita
sedang berbuat dalam satu tubuh di dalam Kristus.
Ada 3 prinsip yang harus dijalankan dalam kehidupan jemaat:
1. Kita adalah anggota seorang terhadap yang lain
Setiap jemaat memiliki karunia yang berbeda-beda, semuanya memiliki keunikan dan peran
tersendiri dalam tubuh Kristus. Sehingga setiap anggota adalah sama di hadapan Tuhan. Maka
tidak ada alasan untuk memegahkan diri ataupun menyombongkannya menganggap diri lebih dari
yang lain.
2. Karunia itu adalah untuk dilakukan sesuai dengan iman
Tuhan karuniakan berbagai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda dalam jemaat, dan karunia
itu diberikan bukan untuk disimpan ataupun dinikmati sendiri, namun Tuhan memberikannya
supaya dapat dipergunakan untuk saling menolong dan membantu. Maka kita mempersembahkan
hidup kita menjadi persembahan yang hidup, kudus dan yang berkenan kepada Tuhan. Kita
melakukan yang terbaik kepada Tuhan sesuai dengan karunia yang diberikan bagi kita.
3. Melakukan karunia itu dengan hati yang iklas, rajin dan penuh sukacita
Apapun karunia yang kita miliki lakukanlah dengan iklas, rajin dan penuh sukacita. Jangan
lakukan dengan terpaksa ataupun karena alasan-alasan tertentu kita melakukan sesuatu.

Apapun yang kita lakukan dalam kehidupan kita adalah bekerja dan berbuat untuk Tuhan dan bukan untuk
manusia (Kolose 3:23). Dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan selalu ada saja yang namanya
hambatan dan tantangan, disinilah kita juga akan dikuatkan untuk mampu menghadapi semuanya sebab
kita berbuat adalah untuk Tuhan. Jika kita bekerja dan berbuat apapun itu, jika kita melakukannya untuk
manusia kita pasti akan putus asa dan mundur ketika ada halangan dan tantangan, namun karena kita
melakukan segala sesuatu adalah untuk Tuhan, itulah ibadah yang sejati, semuanya adalah untuk
kemuliaan Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai