Anda di halaman 1dari 83

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN KEPATUHAN

MINUM OAT pada PENDERITA TUBERKULOSIS PARU di


PUSKESMAS MANGUNJAYA KABUPATEN BEKASI TAHUN 2022

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh

Retno Ayu Kusuma Wardhani

NIM 11181330000102

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1443 H / 2022

1
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

2
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

3
LEMBAR PENGESAHAN

4
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Alhamdulillah, puji dan syukur
kita panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan
anugerahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul
“HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN
KEPATUHAN MINUM OAT pada PENDERITA TUBERKULOSIS PARU
di PUSKESMAS MANGUNJAYA KABUPATEN BEKASI TAHUN 2021”
ini
dengan baik dan lancar. Shalawat dan salam senantiasa kita panjatkan kepada nabi
besar kita yaitu Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan kita
sebagai ummatnya. Laporan penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) agar dapat menyelesaikan
pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini, peneliti banyak


mendapat bantuan, bimbingan, semangat dan dorongan dari banyak pihak. Oleh
karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. dr. Hari Hendarto, Ph.d., Sp.PD-KEMD sebagai Dekan Fakultas


Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. dr Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT sebagai Ketua Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Nurul Hiedayati, Ph.d selaku dosen pembimbing I dan dr. Yona
Mimanda, Sp.PK selaku dosen pembimbing II yang telah banyak
memberikan waktu, tenaga dan pikiran beliau untuk mengarahkan penulis
dan teman seperjuangan penulis hingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini dengan sebaik-baiknya.
4. Dr. dr. Alyya Siddiqa, Sp.FK selaku penguji siding I dan dr. Erike
Anggraini Suwarsono, M.Pd. Sp.M.K selaku penguji sidang II atas waktu,
saran dan masukan agar penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik

5
5. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D, selaku penanggung jawab riset
angkatan 2018 Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Staf dosen FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
ilmu, pengetahuan serta pengalamannya kepada penulis dan teman-teman
sejawat penulis di FK UIN 2018
7. Keluarga tercinta Bapak Suharnoto, Ibu Ninik Sulistiani Mas Bagus
Kusuma Wardhana dan Kakak Rona Qurrotul Aina, Yang telah
memberikan banyak dukungan, doa dan kasih sayang kepada penulis.
8. Annisa Akmalia Juleresky selaku teman seperjuangan penulis serta
sahabat- sahabat kelompok belajar saya Amira Mega Pramesti, Astri
Amelia Youztima, Qothrunnada, Nagatha Goldy Melanie, Devira Niken
dan Zenna Aguscia yang saling mendukung, menyemangati dan
mendoakan tanpa henti.
9. Muhammad Ihsan Erianto yang dengan sabar memberikan semangat dan
dukungan agar bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
10. Teman-teman seperjuangan Mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2018 dan seluruh pihak yang telah memberikan
bantuannya, yang tak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Harapan dan doa terbaik penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah terlibat
dalam penelitian ini. Peneliti menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi
ini, oleh karena itu peneliti mohon maaf apabila terdapat kesalahan maupun
ketidaksempurnaan dalam skripsi ini. Semoga segala bentuk bantuan, bimbingan
dan arahan yang diberikan semua pihak dapat dibalas oleh Allah SWT. Demikian
laporan penelitian ini dibuat, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi yang
membaca.

Ciputat, 20 Maret 2022

Retno Ayu Kusuma Wardhani

6
ABSTRAK
Retno Ayu Kusuma Wardhani. Fakultas Kedokteran. HUBUNGAN
PENGETAHUAN dan MOTIVASI DENGAN KEPATUHAN MINUM OAT
PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS
MANGUNJAYA KABUPATEN BEKASI TAHUN 2021

Latar Belakang: Penyakit Tuberkulosis (TB) paru merupakan masalah kesehatan


masyarakat, bahkan di Indonesia menjadi pembunuh nomor satu diantara penyakit
menular lainnya. Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium Tuberkulosis.
Penyakit tuberkulosis dalam terapi pengobatannya membutuhkan waktu cukup
lama minimal 6 bulan, menyebabkan meningkatnya pasien TB paru yang tidak
teratur dan mengalami kebosanan, sehingga mengakibatkan putus berobat.
Tujuan: Mengetahui hubungan pengetahuan dan motivasi dengan kepatuhan
minum OAT pada penderita tuberkulosis paru di Puskesmas Mangunjaya
Kabupaten Bekasi. Metode: menggunakan desain analitik kategorik, pendekatan
Cross Sectional, besaran sampel menggunakan total sampling, populasi penelitian
didapatkan 46 bersedia menjadi responden, dan pengambilan data menggunakan
kuesioner. Hasil Penelitian: hasil pengolahan data pada responden yang memiliki
kepatuhan dan pengetahuan baik cenderung tinggi sebesar 80,4 %, dengan tingkat
rerata 24,35. Dan responden yang memiliki kepatuhan dan pengetahuan cukup
sebesar 19,6 %, dengan tingkat rerata 20,00 lebih rendah dibandingkan dengan
pengetahuan baik. Hasil Analisa Mann Whitney Test diperoleh derajat signifikansi
p value = 0,161 (p
> α, α = 0,05), maka tidak terdapat hubungan. Sedangkan responden yang
memiliki kepatuhan dan motivasi baik cukup tinggi sebesar 67,4 %, dengan
tingkat rerata 24,74. Dan responden yang memiliki kepatuhan dan motivasi cukup
sebesar 32,6
%, dengan tingkat rerata 29,20 lebih tinggi dibandingkan dengan motivasi baik.
Hasil Analisa Mann Whitney Test diperoleh derajat signifikansi p value = 0,001 (p
< α, α = 0,05), maka terdapat hubungan.

Kata Kunci : Mycobacterium Tuberkulosis, Kepatuhan Minum Obat OAT,


Puskesmas Mangunjaya Kabupaten Bekasi

7
ABSTRACT

Retno Ayu Kusuma Wardhani. Medical School. THE RELATIONSHIP OF


KNOWLEDGE AND MOTIVATION TO ANTI TUBERCULOSIS DRUGS
DRINKING COMPLIANCE IN PULMONARY TUBERCULOSIS
PATIENTS AT PUSKESMAS MANGUNJAYA, BEKASI REGENCY IN
2021

Background: Pulmonary tuberculosis (TB) is a public health problem that even in


Indonesia is the leading cause of death among other infectious diseases.
Mycobacterium tuberculosis causes this disease. The treatment of tuberculosis
requires a long time, including a minimum of 6 months, which results in more
regular pulmonary TB patients being bored and discontinuing treatment.
Objective: To examine the relationship between knowledge and motivation with
compliance to taking OAT in patients with pulmonary tuberculosis at the
Mangunjaya Health Center, Bekasi Regency. Method using a categorical analytic
design, cross sectional approach, the size of the sample using total sampling, the
study population obtained 46 willing to become respondents, and data collection
using a questionnaire. Results: The results of data processing on respondents who
have good compliance and knowledge tend to be high at 80.4%, with an average
level of 24.35. And respondents who have sufficient compliance and knowledge
are 19.6%, with an average level of 20.00 lower than those with good knowledge.
The results of the Mann Whitney Test analysis obtained that the degree of
significance of p value = 0.161 (p > , = 0.05), then there is no relationship.
Meanwhile, respondents who have good compliance and motivation are quite high
at 67.4%, with an average level of 24.74. And respondents who have sufficient
compliance and motivation are 32.6%, with an average level of 29.20 higher than
those with good motivation. The results of the Mann Whitney Test analysis
obtained that the degree of significance of p value = 0.001 (p < , = 0.05), then
there is a relationship.

Keywords: Mycobacterium Tuberculosis, Compliance with Taking OAT Drugs,


Puskesmas Mangunjaya Kabupaten Bekasi.

8
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA..............................................2
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................3
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................3
KATA PENGANTAR............................................................................................5
ABSTRAK..............................................................................................................7
DAFTAR ISI...........................................................................................................9
BAB I.....................................................................................................................11
PENDAHULUAN.................................................................................................11
1.1 Latar belakang............................................................................................11
1.2 Rumusan masalah......................................................................................12
1.3 Tujuan penelitian.......................................................................................13
1.4 Hipotesis penelitian....................................................................................13
1.5 Manfaat penelitian......................................................................................13
BAB II...................................................................................................................15
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................15
2.1 TUBERKULOSIS PARU.......................................................................15
2.1.1 Definisi..................................................................................................15
2.1.2 Mycobacterium Tuberkulosis................................................................15
2.1.3 Pengobatan TB paru..............................................................................15
2.2 Faktor-Faktor yang Berpengaruh.......................................................23
2.2.1 Kepatuhan minum OAT...................................................................23
2.2.2 Pengetahuan.....................................................................................29
2.2.3 Motivasi...........................................................................................33
2.3 KERANGKA TEORI............................................................................36
2.4 KERANGKA KONSEP........................................................................37
2.5 DEFINISI OPERASIONAL.................................................................37
BAB III..................................................................................................................40
METODE PENELITIAN....................................................................................40
3.1 Desain Penelitian........................................................................................40
3.2 Waktu dan Lokasi penelitian....................................................................40
3.3 Populasi dan Sampel penelitian................................................................40
3.3.1 Populasi.................................................................................................40
3.3.2 Sampel...................................................................................................40

9
3.3.3. Kriteria Sampel.....................................................................................41
3.4 Cara Kerja Penelitian................................................................................42
3.5 Instrumen penelitian..................................................................................42
3.6 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas..............................................................42
3.7 Pengolahan Data.........................................................................................43
3.8 Analisis Data...............................................................................................43
BAB 4....................................................................................................................45
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................45
4.1 Hasil Penelitian...........................................................................................45
4.1.1 Deskripsi Sampel Penelitian...................................................................45
4.2 Analisis Univariat.......................................................................................45
4.2.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden....................................45
4.2.2 Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Penelitian tentang
Tuberkulosis......................................................................................................49
4.2.3 Gambaran Tingkat Motivasi Responden Penelitian dalam Melakukan
Pengobatan Tuberkulosis................................................................................49
4.2.4 Gambaran Kepatuhan Responden Penelitian dalam Melakukan
Pengobatan Tuberculosis.................................................................................49
4.3.1 Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Minum OAT.................50
4.3.2 Hubungan Motivasi dengan Kepatuhan Minum OAT........................52
4.4 Pembahasan................................................................................................53
4.4.1 Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Minum Obat Anti
Tuberkulosis...................................................................................................53
4.4.2 Hubungan Motivasi dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis
................................................................................................................... 54
BAB V....................................................................................................................57
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................57
5.1. KESIMPULAN..........................................................................................57
5.2. SARAN.......................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................59
Lampiran 1...........................................................................................................70
Lampiran 2.........................................................................................................740
Lampiran 3...........................................................................................................74

10
BAB I

1.1 Latar belakang


PENDAHULUAN
Penyakit Tuberkulosis (TB) paru merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang bahkan di Indonesia menjadi pembunuh nomor satu
diantara penyakit menular lainnya. Penyakit ini adalah penyakit infeksi
menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberkulosis (MTB).
Bakteri MTB memiliki sifat yang di sebut dengan Basil Tahan Asam atau
biasa di sebut dengan BTA.1

Kasus TB di Jawa Barat pada tahun 2017 yang dilaporkan sebanyak


82.063 kasus, meningkat 13.16% dibandingkan tahun 2016 yaitu sebesar
72.558 kasus. Sedangkan di Kabupaten Bekasi diketahui oleh Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) pada tahun 2018 ada sebanyak 2.313
pasien, untuk tahun 2019 hingga Februari 2020 terdapat 76.313 pasien
yang terkena TBC.2 Salah satu indikator yang digunakan dalam
pengendalian TB adalah Case Detection Rate (CDR), yaitu proporsi
jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati terhadap
jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah
tersebut. CDR di Kabupaten Bekasi menunjukkan peningkatan yang
signifikan sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2015, yaitu dari 21%
menjadi 82,38%. Salah satu puskesmas yang berada di Kabupaten Bekasi
adalah Puskesmas Mangunjaya yang menyumbang cukup banyak pasien
TB di wilayah Kecamatan Tambun Selatan.3

Ketidakpatuhan meminum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) akan


mengakibatkan tingginya angka kegagalan pengobatan penderita TB paru,
sehingga akan meningkatkan risiko kesakitan, dan kematian. Menurut hasil
penelitian yang dilakukan oleh Pandapotan (2017) didapatkan angka
kepatuhan pada pasien TB paru dalam meminum OAT sebesar 26%.24
Rendahnya tingkat kepatuhan ini disebabkan oleh meningkatnya pasien

11
TB

12
paru yang tidak teratur dan lupa minum obat secara rutin, mengingat terapi
pengobatannya membutuhkan waktu yang cukup lama dengan kurun
waktu minimal 6 bulan, maka penderita TB paru berisiko mengalami
kebosanan yang cenderung mengakibatkan putus berobat.4

Keberhasilan suatu pengobatan pada penyakit TB di lihat dari


kepatuhan seseorang dalam minum OAT secara teratur. Hal ini tentu akan
memberikan dampak penyebab terjadinya kegagalan dalam pengobatan
dan berpotensi meningkatkan kemungkinan terjadinya resistensi obat atau
Multi Drugs Resistant (MDR) TB. Faktor yang memengaruhi
ketidakpatuhan pasien TB dalam minum obat meliputi faktor pendidikan,
pengetahuan, dan pendapatan. Kurangnya pengetahuan tentang TB salah
satu faktor risiko dan variabel. Motivasi juga merupakan salah satu kunci
keberhasilan penatalaksanaan dalam pengobatan TB semakin tinggi angka
motivasi maka akan semakin patuh dalam melaksanakan program
pengobatan TB dengan rutin meminum OAT.5

Jumlah kasus TB paru di Puskesmas Mangunjaya cukup tinggi


yaitu sebanyak 53 kasus pada tahun 2021 dan permasalahan lain yang
dihadapi, hal tersebut menjadi tantangan bagi peneliti untuk melakukan
penelitian tentang hubungan motivasi dan pengetahuan dengan kepatuhan
minum OAT pada penderita penyakit TB paru (BTA+) di Puskesmas
Mangunjaya.6 Hasilnya diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam menyusun langkah-langkah intervensi dan untuk
perencanaan penanggulangan TB paru yang lebih efektif dan efisien di
Puskesmas Mangunjaya.

1.2 Rumusan masalah


Bagaimana hubungan pengetahuan, motivasi, dengan kepatuhan
minum OAT pada penderita penyakit TB paru (BTA+) di Puskesmas
Mangunjaya Kabupaten Bekasi?

13
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis hubungan pengetahuan dan motivasi dengan


kepatuhan minum OAT pada pasien TB paru (BTA +) di Puskesmas
Mangunjaya Kabupaten Bekasi Tahun 2021

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui karakteristik responden penelitian pada penderita penyakit TB


paru (BTA+) di Puskesmas Mangunjaya Kabupaten Bekasi.

2. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan kepatuhan minum OAT pada


penderita penyakit TB paru (BTA+) di Puskesmas Mangunjaya Kabupaten
Bekasi

3. Mengetahui hubungan motivasi dengan kepatuhan minum OAT pada


penderita penyakit TB paru (BTA+) di Puskesmas Mangunjaya Kabupaten
Bekasi.

1.4 Hipotesis penelitian


1. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan minum OAT
pada penderita penyakit TB paru (BTA+) di Puskesmas Mangunjaya
Kabupaten Bekasi.

2. Terdapat hubungan antara motivasi dengan kepatuhan minum OAT pada


penderita penyakit TB paru (BTA+) di Puskesmas Mangunjaya Kabupaten
Bekasi.

1.5 Manfaat penelitian


1.5.1 Bagi Puskesmas
Sebagai masukan bagi dokter, farmasi, tenaga kesehatan, petugas
PMO (Pengawas Menelan Obat) dalam meningkatkan program pelayanan
kesehatan personil maupun masyarakat, khususnya dalam kepatuhan
minum OAT, motivasi dan peningkatan pengetahuan pasien TB paru di
Puskesmas Mangunjaya Kabupaten Bekasi.

14
1.5.2 Bagi penulis

Untuk meningkatkan pengetahuan dan menerapkan ilmu selama


kuliah di Fakultas Kedokteran UIN SH Jakarta

1.5.3 Bagi pendidikan


Menambah kepustakaan di perpustakaan Fakultas Kedokteran serta
menambah pengetahuan dan wawasan tentang pentingnya kepatuhan
minum OAT, pengetahuan diri dan motivasi.
1.5.4 Bagi masyarakat / Pasien

Dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, khususnya bagi


pasien TB-paru dalam, dengan harapan yang bersangkutan bisa patuh
terhadap program pengobatan, risiko pemberhentian minum obat dan
terjadinya resistensi obat dapat dihindari serta dapat memutus rantai
penularan lebih luas di masyarakat

15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TUBERKULOSIS PARU


2.1.1 Definisi
TB adalah suatu penyakit kronik menular yang disebabkan oleh
bakteri MTB, berbentuk batang, bersifat tahan asam sehingga dikenal
dengan Basil Tahan Asam (BTA). Sebagian besar kuman TB sering
ditemukan menginfeksi menyerang parenkim paru.7

Jika bakteri MTB pada penderita TB paru dapat dilihat


menggunakan mikroskop yang tersedia pada sediaan dahaknya terdapat
BTA positif sedangkan pada penderita memiliki BTA negatif tidak
terdapat lihat langsung dengan mikroskop.7

2.1.2 Mycobacterium Tuberkulosis


Mycobacterium Tuberkulosis adalah bakteri lurus atau berbentuk
batang sedikit melengkung, dengan ujung membulat, tidak bergerak, tidak
berubah bentuk kapsul, tidak membentuk spora. Ukuran bakteri ini
panjang 2-4 µm 0,2-05 mikron.5

Mycobacterium Tuberkulosis obligat aerobik, jadi masuk bakteri


ini selalu ada di lobus atas paru-paru pada penderita TB, banyak udara.
Bakteri ini adalah parasit yang menumpuk di dalam sel Makrofag memiliki
waktu produksi yang lebih lambat yaitu 15-20 jam. 5

2.1.3 Pengobatan TB paru


1. Tujuan :
a. Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktivitas pasien
b. Mencegah kematian pada seseorang terkena akibat TB aktif atau efek
lanjutan
c. Mencegah kekambuhan kembali tuberkulosis
d. Mengurangi penularan penyakit TB kepada orang lain
e. Mencegah terjadinya resistan obat pada pasien terkena TB.19

16
2. Prinsip pengobatan

a. Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat mengandung


minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi

b. Diberikan dalam dosis yang tepat

c. Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO sampai
selesai masa pengobatan.

d. Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam


tahap awal serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan.

3. Tahapan pengobatan.
a. Tahap Awal
Pengobatan diberikan setiap hari, bertujuan secara efektif
menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh dan meminimalisir
pengaruh dari Sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resisten sejak
pasien sebelum menerima pengobatan. Pengobatan selama 2 bulan.
b. Tahap Lanjutan
Bertujuan membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada dalam
tubuh, khususnya kuman persisten, sehingga dapat sembuh dan
mencegah terjadinya kekambuhan. Obat diberikan setiap hari selama 4
bulan.

Tabel 2.1 Dosis rekomendasi OAT lini pertama untuk orang dewasa

Dosis harian 3x per minggu


Dosis Maksimum Dosis Maksimum
(mg/KgBB) (mg) (mg/kgBB) (mg)
Isoniazid 5 (4-6) 300 10 (8-12) 900
Rifampisin 10 (8-12) 600 10 (8-12) 600
Pirazinamid 25 (20-30) - 35 (30-40) -
Etambutol 15 (15-20) - 30 (25-35) -
Streptomisin 15 (12-18) - 15 (12-18)

17
Catatan :

1) Pasien berusia diatas 60 tahun tidak dapat mentoleransi lebih dari 500-
700 mg perhari, beberapa pedoman merekomendasikan dosis 10 mg/kg
BB pada pasien kelompok usia ini. Pasien dengan berat badan di
bawah 50 kg tidak dapat mentoleransi dosis lebih dari 500-750 mg
perhari.
2) Semua pasien yang belum pernah diobati sebelumnya dan tidak
memiliki faktor resiko untuk resistensi obat harus mendapatkan
pengobatan lini pertama yang sudah disetujui WHO dengan
menggunakan obat yang terjamin kualitasnya.
3) Etambutol dapat tidak diberikan pada anak dengan status HIV negatif
dan memiliki TB tanpa kavitas.

c. Paduan obat standar untuk pasien dengan kasus baru.

Pasien dengan kasus baru diasumsikan peka terhadap OAT, kecuali :

1) Pasien tinggal di daerah dengan prevalensi tinggi resisten isoniazid atau


2) Terdapat riwayat kontak dengan pasien TB resisten obat. Pasien seperti
ini cenderung memiliki resistensi obat sama dengan sumber, sebaiknya
dilakukan uji kepekaan obat sejak awal pengobatan. Sementara
menunggu hasil uji, maka paduan sebaiknya dimulai.

Tabel 2.2 Paduan obat standar pasien TB kasus baru (dengan asumsi atau
diketahui peka OAT)

Fase Intensif Fase Lanjutan


RHZE 2 Bulan RH 4 Bulan

Catatan :

 Berdasarkan hasil penelitian meta analisis WHO merekomendasikan


paduan standar untuk TB paru kasus baru adalah 2RHZE/4RH
(Rekomendasi A)

18
 Jika tidak tersedia paduan dosis harian, dapat dipakai paduan
2RHZE/4R3H3 dengan syarat harus disertai pengawasan yang lebih
ketat secara langsung untuk setiap dosis obat (Rekomendasi B)
 Pada akhir fase intensif, bila hasil apusan dahak tetap positif maka fase
sisipan tidak lagi direkomendasikan namun dievaluasi untuk TB-RO
(uji kepekaan), sementara pengobatan diteruskan sebagai fase lanjutan.
(Rekomendasi A)

d. Pemantauan respon pengobatan

Semua pasien harus dipantau secara regular untuk memfasilitasi


pengobatan lengkap, identifikasi dan tatalaksana reaksi obat yang tidak
diinginkan, kemudian melaporkan gejala-gejala TB yang menetap atau
yang muncul kembali, efek samping OAT dan terhentinya pengobatan.

WHO merekomendasikan pemeriksaan sputum BTA pada akhir


fase intensif pengobatan, baik pada pasien BTA negatif maupun positif.
Hasil sputum BTA positif mengindikasikan :

1) Supervisi kurang baik pada fase inisial dari ketaatan pasien yang
buruk
2) Kualitas OAT buruk
3) Dosis OAT dibawah kisaran yang direkomendasikan
4) Resolusi lambat, karena pasien memiliki kavitas besar dan jumlah
kuman yang banyak
5) Adanya penyakit komorbid yang mengganggu ketaatan pasien atau
respon terapi
6) Obat tidak memberikan respon terhadap terapi OAT lini pertama,
karena M.TB resisten.

Bila hasil sputum BTA positif pada bulan kelima atau akhir
pengobatan menandakan pengobatan “gagal” dan perlu dilakukan
diagnosis cepat TB-MDR. Pada pasien sputum BTA negatif diawal
pengobatan dan tetap negatif pada akhir bulan kedua pengobatan, maka
tidak perlu dilakukan pemantauan dahak lebih lanjut.

19
e. Menilai respon OAT lini pertama pada pasien TB dengan riwayat
pengobatan sebelumnya
Pada pasien dengan OAT kategori 2, bila BTA masih positif
pada akhir fase intensif, maka dilakukan pemeriksaan TCM, biakan dan
uji kepekaan. Jika BTA sputum positif pada akhir bulan kelima dan
akhir pengobatan (bulan kedelapan), maka pengobatan dinyatakan gagal
dan dilakukan pemeriksaan TCM, biakan dan uji kepekaan. Hasil
pengobatan ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan
pada akhir pengobatan.
Tabel 2.3 Definisi hasil pengobatan.
HASIL DEFINISI
Sembuh Pasien TB paru dengan konfirmasi bakteriologi
positif pada awal pengobatan dan BTA sputum
negatif atau biakan negatif pada akhir
pengobatan dan memiliki hasil pemeriksaan
negatif pada salah satu pemeriksaan
sebelumnya.
Pengobatan Pasien TB yang telah menyelesaikan
lengkap pengobatan secara lengkap dan tidak memiliki
bukti gagal pengobatan tetapi juga tidak
memiliki hasil BTA sputum atau biakan negatif
pada akhir pengobatan dan satu pemeriksaan
sebelumnya, baik karena tidak dilakukan atau
karena hasilnya tidak ada.
Pengobatan Pasien TB dengan hasil pemeriksaan BTA
gagal sputum atau biakan positif pada bulan kelima
atau akhir pengobatan.
Meninggal Pasien TB yang meninggal dengan alasan
apapun sebelum dan selama pengobatan TB.
Putus obat Pasien TB yang tidak memulai pengobatan
setelah terdiagnosis TB atau menghentikan

20
pengobatan selama 2 bulan berturut-turut atau
lebih.
Tidak Pasien yang tidak memiliki hasil pengobatan
dievaluasi pada saat akhir pelaporan pengobatan,
termasuk pasien yang sudah pindah ke fasilitas
kesehatan lain dan tidak diketahui hasil
pengobatannya
oleh fasilitas kesehatan.
Keberhasilan Jumlah kasus dengan hasil pengobatan sembuh
pengobatan dan lengkap.

f. Efek samping OAT


Sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan
tanpa mengalami efek samping yang bermakna. Namun sebagian kecil
mengalami efek samping signifikan, sehingga mengganggu kegiatan
rutin, oleh karena itu pentingnya dilakukan pemantauan gejala klinis
pasien selama pengobatan, sehingga efek samping dapat terdeteksi dan
ditangani segera.
Klasifikasi ada 2 efek :
1. Minor
Sebaiknya melanjutkan pengobatan dan diberikan terapi simtomatik.
2. Mayor
Dilakukan paduan OAT atau OAT penyebab sebaiknya dihentikan
pemberiannya.

Tabel 2.4 Pendekatan berdasarkan gejala untuk mengobati efek


samping dari OAT.
EFEK KEMUNGKINAN PENGOBATAN
SAMPING OBAT PENYEBAB
BERAT
Ruam kulit dgn Streptomisin Hentikan OAT
atau tanpa gatal Isoniazid
Rifampisin

21
Pirazinamid
Tuli Streptomisin Hentikan
Streptomisin
Pusing vertigo Streptomisin Hentikan
dan nystagmus Streptomisin
Ikterik tanpa Streptomisin Hentikan OAT
penyakit hepar Isoniazid
(hepatitis) Rifampisin
Pirazinamid
Bingung (curigai Isoniazid, Hentikan OAT
gagal hati obat pirazinamid,
bila terdapat rifampisin Sebagian
ikterik) besar OAT
Gangguan Etambutol Hentikan Etambutol
penglihatan
(singkirkan
penyebab
lainnya)
Syok, purpura, Rifampisin Hentikan Rifampisin
gagal ginjal akut
(sangat jarang
terjadi, akibat
gangguan
imunologi)
Oligouria Streptomisin Hentikan
Streptomisin
RINGAN Lanjutkan OAT dan
cek dosis OAT
Anoreksia, Pirazinamid, Berikan obat dgn
mual, nyeri perut Rifampisin, Isoniazid bantuan sedikit
makanan atau
menelan obat

22
sebelum tidur, dan
sarankan utk
menelan pil secara
lambat dengan
sedikit air. Bila
gejala menetap atau
memburuk atau
muntah
berkepanjangan atau
terdapat tanda-tanda
pendarahan,
pertimbangkan
kemungkinan ETD
mayor dan rujuk ke
dokter ahli segera.
Nyeri sendi Isoniazid Aspirin atau obat
anti inflamasi non
steroid, atau
parasetamol
Rasa terbakar, Isoniazid Piridoksin 50-75
kebas atau mg/hari
kesemutan di
tangan dan kaki
Rasa mengantuk Isoniazid Obat dpt diberikan
sebelum tidur
Air kemih Rifampisin Pastikan pasien
berwarna diberitahukan
kemerahan sebelum mulai
minum obat dan bila
hal ini terjadi adalah
normal

23
Sindrom flu Pemberian Ubah pemberian
(demam, Rifampisin Rifampisin
menggigil, intermiten intermiten menjadi
malaise, sakit setiap hari.
kepala, nyeri
tulang)

g. Pengawasan dan ketaatan pasien dalam pengobatan OAT.


Ketaatan pasien sangat dibutuhkan dalam pengobatan TB untuk
mencapai kesembuhan, mencegah penularan dan menghindari kasus
resistensi obat. “Stop TB Strategy” mengawasi dan mendukung pasien
untuk minum OAT merupakan landasan DOTS dan membantu
pencapaian target keberhasilan pengobatan 85%.17
Kesembuhan pasien dapat dicapai jika pasien dan petugas
pelayanan kesehatan bekerjasama dengan baik yang didukung oleh
penyedia jasa kesehatan serta masyarakat.
Pengobatan dengan pengawasan membantu pasien dalam minum
OAT secara teratur dan lengkap. Directly Observed Treatment Short
Course (DOTS) merupakan metode pengawasan yang
direkomendasikan oleh WHO. PMO harus mengamati setiap asupan
obat, bahwa OAT ditelan pasien tepat obat, dosis, dan interval.
Sebaiknya PMO dilatih lebih dahulu, dan diterima, dipilih oleh pasien.
Pengawasan dan komunikasi antar pasien dan petugas kesehatan
bertujuan memberikan kesempatan edukasi, identifikasi dan solusi
masalah-masalah selama pengobatan TB. DOTS sebaiknya diterapkan
secara fleksibel dengan adaptasi keadaan sehingga nyaman bagi
pasien.18

2.2 Faktor-Faktor yang Berpengaruh


2.2.1 Kepatuhan minum OAT
Kepatuhan merupakan kecenderungan penderita melakukan
instruksi medikasi yang dianjurkan.5 Kepatuhan minum obat sendiri
kembali kepada kesesuaian penderita dengan rekomendasi pemberi
pelayanan yang berhubungan dengan waktu, dosis, dan frekuensi
24
pengobatan untuk jangka waktu pengobatan yang dianjurkan. 5
Perilaku kepatuhan lebih rendah untuk penyakit kronis, saran untuk
gaya hidup umum dan kebiasaan lama, pengobatan yang kompleks,
dan pengobatan dengan efek samping. Penderita TB paru yang patuh
berobat adalah menyesuaikan pengobatan secara teratur dan lengkap
tanpa terputus selama 6 bulan.7
Salah satu indikator kepatuhan dalam pengobatan TB adalah
datang atau tidaknya penderita setelah mendapat anjuran untuk
kontrol kembali. Seseorang penderita akan dikatakan patuh, jika
dalam proses pengobatan penderita meminum obat sesuai dengan
aturan paket obat dan tepat waktu dalam pengambilan obat.
Tipe-tipe ketidakpatuhan pasien, antara lain:
1) Tidak meminum obat sama sekali;
2) Tidak meminum obat dalam dosis yang tepat (terlalu kecil/
terlalu besar);
3) Meminum obat untuk alasan yang salah;
4) Jarak waktu meminum obat yang kurang tepat;
5) Meminum obat lain di saat yang bersamaan sehingga
menimbulkan interaksi obat.

Tidak patuh, tidak hanya diartikan sebagai tidak minum


obat, namun bisa memuntahkan obat atau mengkonsumsi obat
dengan dosis yang salah sehingga menimbulkan MDR. Perbedaan
secara signifikan antara patuh dan tidak patuh belum ada, sehingga
banyak peneliti yang mendefinisikan. Hal-hal yang dapat
meningkatkan faktor ketidakpatuhan bisa karena sebab yang
disengaja dan yang tidak disengaja. Ketidakpatuhan yang tidak
disengaja terlihat pada penderita yang gagal mengingat atau dalam
beberapa kasus yang membutuhkan pengaturan fisik untuk
meminum obat yang sudah diresepkan. Ketidakpatuhan yang
disengaja berhubungan dengan keyakinan tentang pengobatan
antara manfaat dan efek samping yang dihasilkan.5

25
2.2.1.1 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kepatuhan

Faktor yang memengaruhi kepatuhan minum OAT dipengaruhi


oleh beberapa faktor yaitu:8
1) Motivasi Ingin Sembuh.
Motivasi merupakan respon terhadap tujuan. Penderita TB paru
berharap kesembuhan penyakitnya. Harapan tersebut menjadi motivasi
dan dorongan penderita untuk patuh minum obat dan menyelesaikan
program pengobatan.
2) Dukungan Keluarga.
Keluarga memiliki peran penting untuk kesembuhan penderita,
karena keluarga mampu memberikan dukungan emosional dan
mendukung penderita dengan memberikan informasi yang adekuat.
Adanya keluarga, penderita memiliki perasaan bahwa dirinya memiliki
sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dalam pemulihan
serta membantu penguasaaan diri terhadap emosi penderita.
3) Pengawasan dari PMO
PMO adalah seseorang yang dengan sukarela membantu pasien TB
paru selama dalam masa pengobatan. PMO biasanya adalah orang yang
dekat dengan pasien dan lebih baik bila tinggal satu rumah bersama
dengan penderita. Tugas dari seorang PMO adalah,
 Mengawasi dan memastikan kepada pasien agar menelan obat secara
rutin hingga masa pengobatan selesai,
 Memberikan dukungan kepada pasien untuk berobat teratur.

Pengawasan dari seorang PMO adalah faktor penunjang kepatuhan


minum obat, karena pasien sering lupa minum obat pada tahap awal
pengobatan. Namun, dengan adanya PMO pasien dapat minum obat
secara teratur sampai selesai pengobatan dan berobat secara teratur,
sehingga program pengobatan terlaksana dengan baik.

4) Pekerjaan
Status pekerjaan berkaitan dengan kepatuhan dan mendorong
individu untuk lebih percaya diri dan bertanggung jawab dalam

26
menyelesaikan masalah kesehatan, sehingga keyakinan diri mereka
meningkat. Pasien TB yang bekerja cenderung memiliki kemampuan
mengubah gaya hidup dan memiliki pengalaman untuk mengetahui
tanda dan gejala penyakit. Pekerjaan membuat pasien TB lebih bisa
memanfaatkan dan mengelola waktu yang dimiliki untuk dapat
mengambil OAT sesuai jadwal di tengah waktu kerja.
5) Tingkat Pendidikan
Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif dan dapat
dilakukan dengan penggunaan buku-buku oleh pasien secara mandiri.
Usaha – usaha ini sedikit berhasil dan membuat seorang menjadi taat
dan patuh dalam proses pengobatannya.

6) Faktor Predisposisi

Faktor mendorong untuk berperilaku yaitu pengetahuan, sikap,


kepercayaan, keyakinan, nilai dan persepsi yang mendorong seseorang
atau kelompok untuk melakukan tindakan.

7) Faktor Penguat

Mencakup sikap dan dukungan keluarga, teman, guru, penyedia


layanan kesehatan, pemimpin serta pengambil keputusan.

Pengetahuan tentang sakit dan penyakit meliputi:

1. Gejala atau tanda – tanda penyakit

2. Bagaimana cara pengobatan atau kemana mencari pengobatan

3. Bagaimana cara penularannya

4. Bagaimana cara mencegahnya

5. Penyebab suatu dari penyakit

Pengetahuan tentang cara pemeliharan kesehatan dan cara hidup


sehat meliputi

1. Jenis – jenis makanan yang bergizi

27
2. Manfaat makanan bergizi buat kesehatan

3. Pentingnya olahraga bagi kesehatan

4. Pentingnya istirahat cukup

5. Penggunaan manfaat air bersih

2.2.1.2 Morisky Medication Adherence Scale-8 (MMAS-8)

Morisky Medication Adherence Scale-8 / MMAS-8 adalah


kuesioner standar yang dibuat awal tahun 1986 oleh Donald E. Morisky
dari Universitas California. Kuesioner digunakan untuk mengukur
kepatuhan pengobatan pasien. Instrumen penelitian MMAS-8 dilakukan
oleh Morisky, dkk. telah dikembangkan ke dalam berbagai versi bahasa,
seperti versi Thailand, Perancis, Malaysia, dan Korea yang telah teruji
validitas dan reliabilitasnya.
Pengembangan instrumen ke dalam berbagai versi bahasa ini
dilakukan, karena penggunaan kuesioner MMAS-8 yang luas dan banyak
digunakan sebagai alat ukur kepatuhan. Pengukuran kepatuhan pasien
dalam mengkonsumsi OAT di Asia, kuesioner MMAS-8 merupakan
metode yang paling sering digunakan untuk menilai kepatuhan pasien TB
paru.
Menurut laporan World Health Organization kepatuhan rata-rata
pasien pada terapi jangka panjang terhadap penyakit kronis di negara maju
sebesar 50% dan di negara berkembang diperkirakan akan lebih rendah.
Perbedaan tersebut terjadi karena ada beberapa faktor yang menyebabkan
ketidakpatuhan pasien, pada umumnya diklasifikasikan ke dalam lima
kategori: faktor sosial ekonomi, faktor faktor yang berhubungan dengan
terapi pengobatan yang dijalani pasien, faktor perilaku pasien, faktor
kondisi pasien, dan faktor yang berasal dari regulasi ataupun sistem
pelayanan kesehatan dalam populasi tersebut.9
Di Indonesia, kuesioner MMAS-8 banyak digunakan untuk menilai
tingkat kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat. Hal ini dilakukan,
karena kuesioner MMAS-8 yang telah diterjemahkan dalam bahasa

28
Indonesia yang digunakan merupakan kuesioner MMAS-8 versi Indonesia
yang sudah baku, sehingga tidak perlu dilakukan uji validitas kembali,
sedangkan kuesioner yang belum baku perlu dilakukan uji validitas.
Pengukuran tingkat kepatuhan pasien TB paru dengan instrumen
valid dan reliabel perlu dilakukan di fasilitas kesehatan, terutama rumah
sakit/puskesmas yang menjadi fasilitas kesehatan pertama, agar tercapai
efektifitas dan efisiensi pengobatan, serta sebagai monitoring keberhasilan
dari pengobatan.
MMAS-8 (Morisky Medication Adherence Scale) adalah skala
kuesioner, memiliki 8 butir pertanyaan menyangkut dengan kepatuhan
minum obat. Kuesioner ini telah tervalidasi pada TB, tetapi dapat
digunakan pada pengobatan lain secara luas. Hasil penilaian meliputi:
a. Kepatuhan tinggi memiliki nilai 8
b. Kepatuhan sedang memiliki nilai 6 - < 8
c. Kepatuhan rendah memiliki nilai 0 - < 6

Tabel 2.5 Pertanyaan pada MMAS-8 versi Indonesia


8 Pertanyaan Morisky Medication Adherence Jawaban
Scale MMAS-8
1. Apakah terkadang anda lupa minum Obat Anti Ya (0) Tidak (1)
Tuberkulosis?
2. Pikirkan selama 2 minggu terakhir, apakah ada Ya (0) Tidak (1)
hari dimana anda tidak meminum Obat Anti
Tuberkulosis?
3. Apakah anda pernah mengurangi atau Ya (0) Tidak (1)
menghentikan pengobatan tanpa memberitahu
dokter karena saat minum obat tersebut anda
merasa lebih tidak enak badan?
4. Apakah anda terkadang lupa membawa Obat Anti Ya (0) Tidak (1)
Tuberkulosis saat bepergian jauh/menginap?
5. Apakah anda meminum Obat Anti Tuberkulosis Ya (1) Tidak (0)
anda kemarin?

29
6. Saat anda merasa kondisi anda lebih baik, apakah Ya (0) Tidak (1)
anda pernah menghentikan pengobatan anda?
7. Apakah anda pernah merasa terganggu atau jenuh Ya (0) Tidak (1)
dengan jadwal minum Obat Anti Tuberkulosis?
8. Seberapa sulit anda mengingat meminum semua b. Tidak pernah (1)
obat anda? c. Pernah sekali (0,75)
d. Kadang-kadang (0,5)
e. Biasanya (0,25)
f. Selalu (0)

Menilai tingkat kepatuhan minum obat pada pasien TB paru dapat diukur
dengan kuesioner MMAS-8.

1. Item 1 sampai 4, 6 dan 7, jika dijawab “ya” maka diberi skor 0 dan jika
“tidak” diberi skor 1.
2. Item 5, jika dijawab “ya” maka diberi skor 1 dan jika “tidak” diberi skor 0.
3. Item 8 menggunakan skala likert 5 poin (0-1),

Kemudian hasilnya ditambahkan dengan skor item 1 sampai 7. Skala likert


5 point terdiri dari 5 pendapat responden yang diminta yaitu tidak pernah (1),
pernah sekali (0,75), kadang-kadang (0,50), biasanya (0,25), dan selalu (0).

MMAS-8 dikategorikan menjadi 3 tingkat kepatuhan minum obat:

1. kepatuhan tinggi (skor 8),


2. kepatuhan sedang (skor 6 - < 8), dan
3. kepatuhan rendah (skor 0 - < 6).10

2.2.2 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan terjadi melalui
pancaindera manusia yakni, indera pendengaran, penglihatan, penciuman,
perasaan dan perabaan. Sebagian pengetahuan manusia didapat melalui
mata dan telinga. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan
bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu yang dilihat, dikenal,
dimengerti

30
terhadap suatu objek tertentu yang ditangkap melalui pancaindera yakni,
indera pendengaran, penglihatan, penciuman, perasaan dan perabaan.
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan, yaitu :
1. Tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) suatu materi
yang telah dipelajari dan diterima dari sebelumnya. Tahu merupakan
tingkatan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain, mampu menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan suatu materi secara benar. Misalnya,
seorang siswa mampu menyebutkan bentuk bullying secara benar yakni
bullying verbal, fisik dan psikologis. Untuk mengetahui atau mengukur
bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan sebuah pertanyaan
misalnya :
a. Apa dampak yang ditimbulkan jika seseorang melakukan bullying,
b. Apa saja bentuk perilaku bullying,
c. Bagaimana upaya pencegahan bullying di sekolah.
2. Memahami.
Memahami merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan dan
menginterpretasikan materi yang diketahui secara benar. Orang yang
telah paham terhadap suatu materi atau objek harus dapat menyebutkan,
menjelaskan, menyimpulkan, dan sebagainya. Misalnya, Siswa mampu
memahami bentuk perilaku bullying (verbal, fisik dan psikologis), tetapi
harus dapat menjelaskan mengapa perilaku bullying secara verbal, fisik
maupun psikologis dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
3. Aplikasi
Aplikasi merupakan kemampuan seseorang yang telah memahami
suatu materi atau objek dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip
yang diketahui tersebut pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain. Misalnya, Seseorang yang telah paham tentang proses

31
penyuluhan kesehatan, maka dia akan mudah melakukan kegiatan
penyuluhan kesehatan dimana saja dan seterusnya.
4. Analisis
Analisis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk
menjabarkan materi atau objek tertentu ke dalam komponen - komponen
yang terdapat dalam suatu masalah dan berkaitan satu sama lain.
Pengetahuan seseorang sudah sampai pada tingkat analisis, apabila orang
tersebut telah dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tertentu.
Misalnya,
a. Dapat membedakan antara bullying dan school bullying,
b. Dapat membuat diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi, dan
sebagainya.
5. Sintesis
Sintesis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian suatu objek tertentu ke
dalam bentuk keseluruhan yang baru. Kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang telah ada.
Misalnya,
a. Dapat meringkas suatu cerita dengan menggunakan bahasa sendiri,
b. Dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca atau
didengar.
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu kemampuan seseorang untuk
melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek tertentu. Penilaian
itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Misalnya,
a. Seorang guru dapat menilai atau menentukan siswanya yang rajin atau
tidak,
b. Seorang ibu yang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana,

32
c. Seorang bidan yang membandingkan antara anak yang cukup gizi
dengan anak yang kekurangan gizi, dan sebagainya.11
Faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan terdapat tujuh faktor
yang memengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :
1. Tingkat pendidikan
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan seseorang agar dapat memahami suatu hal.
Pendidikan memengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan
seseorang, semakin mudah orang tersebut menerima informasi.
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan
seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin
luas pengetahuannya.
2. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang harus dilakukan terutama
untuk memenuhi kebutuhan setiap hari. Lingkungan pekerjaan dapat
membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Misalnya, seseorang yang bekerja sebagai tenaga medis akan
lebih mengerti mengenai penyakit dan pengelolaanya daripada non
tenaga medis.
3. Umur
Umur memengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Bertambahnya umur individu, daya tangkap dan pola pikir
seseorang akan lebih berkembang, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik.
4. Minat
Minat merupakan suatu keinginan yang tinggi terhadap sesuatu
hal. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni, sehingga
seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
5. Pengalaman
Pengalaman merupakan suatu kejadian yang dialami seseorang
pada masa lalu. Pada umumnya semakin banyak pengalaman seseorang,

33
semakin bertambah pengetahuan yang didapatkan. Contoh: Pengetahuan
ibu dari anak yang pernah atau bahkan sering mengalami diare
seharusnya lebih tinggi daripada pengetahuan ibu dari anak yang belum
pernah mengalami diare sebelumnya.
6. Lingkungan
Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar
individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu
yang berada didalam lingkungan tersebut. Contoh: Jika suatu wilayah
mempunyai sikap menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat mungkin
masyarakat sekitarnya mempunyai sikap menjaga kebersihan lingkungan.
7. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak
akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Pada umumnya semakin
mudah memperoleh informasi semakin cepat seseorang memperoleh
pengetahuan yang baru.12

2.2.3 Motivasi

Definisi Motivasi adalah suatu kekuatan atau energi dalam diri


seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasme
dalam melakukan kegiatan. Motivasi yang timbul pada diri seseorang
berasal dari dalam diri sendiri (intrinsik) dan dari luar individu (ekstrinsik).
Tujuan motivasi Secara umum adalah untuk menggerakkan atau
menggugah seseorang agar timbul keinginan kemauannya untuk melakukan
sesuatu, sehingga dapat memperoleh hasil atau tujuan. Sumber-sumber
motivasi dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Motivasi intrinsik, merupakan motivasi yang berasal dari dalam diri
individu itu sendiri.
2. Motivasi ekstrinsik, adalah motivasi yang datangnya dari luar individu,
misalnya dukungan verbal dan non verbal yang diberikan oleh teman
dekat atau keakraban sosial.

34
3. Motivasi terdesak, adalah motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit
dan munculnya serentak serta menghentak dan cepat sekali.
Faktor-faktor yang memengaruhi motivasi,
1. Faktor fisik.
Motivasi berada di dalam diri individu yang mendorong untuk
bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan fisik, seperti kebutuhan
jasmani, raga, materi, benda atau berkaitan dengan alam. Faktor fisik
merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi lingkungan dan
kondisi seseorang, meliputi: kondisi fisik lingkungan, keadaan atau
kondisi kesehatan, umur dan sebagainya.
2. Faktor herediter.
Motivasi yang didukung oleh lingkungan berdasarkan
kematangan atau usia seseorang.
3. Faktor intrinsik seseorang.
Motivasi yang berasal dari dalam dirinya sendiri, biasanya timbul
dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga puas dengan apa
yang sudah dilakukan.
4. Fasilitas (sarana dan prasarana).
Motivasi yang timbul karena adanya kenyamanan dan segala yang
memudahkan dengan tersedianya sarana-sarana yang dibutuhkan untuk
hal yang diinginkan.
5. Situasi dan kondisi
Motivasi yang timbul berdasarkan keadaan yang terjadi sehingga
mendorong memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu.
6. Program dan aktivitas.
Motivasi yang timbul atas dorongan dalam diri seseorang atau
pihak lain yang didasari dengan adanya kegiatan dari program rutin
dengan tujuan tertentu.
Teori motivasi menurut Victor H.Vroom dalam Sudrajat, A, 2008
disebut sebagai teori harapan. Teori ini didefinisikan bahwa tindakan
seseorang yang dilakukan merupakan akibat dari hasil yang ingin dicapai,
apabila seseorang memiliki keinginan dan harapan maka akan membuat

35
dirinya melakukan tindakan yang dapat mencapai keinginan dan
harapannya. apabila seseorang menginginkan sesuatu dan harapan yang
besar, maka seseorang tersebut akan memiliki dorongan yang sangat
besar untuk mencapai harapan dan keinginannya. Sebaliknya, apabila
keinginan dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu kecil, maka
motivasi untuk berupaya juga akan rendah.
Teori ini mencakup konsep-konsep dasar sebagai berikut:
1. Hasil tingkat pertama diperoleh dari perilaku adalah hasil berkenaan
dengan pelaksanaan pekerjaan itu sendiri. Hasil tingkat kedua adalah
kejadian yang kemungkinan diakibatkan oleh hasil tingkat pertama.
2. Instrumentalitas adalah kadar keyakinan seseorang bahwa hasil tingkat
pertama akan menghasilkan hasil tingkat kedua.
3. Valensi adalah kekuatan keinginan seseorang untuk mencapai hasil
tertentu, baik menyangkut hasil tingkat pertama maupun tingkat kedua.
4. Harapan berkaitan dengan keyakinan seseorang mengenai kemungkinan
suatu perilaku tertentu akan diikuti oleh hasil tertentu.5

36
2.3 KERANGKA TEORI

Pemeriksaan Laboratorium Pasien Terduga TB

Pemeriksaan BTA Pasien baru dengan


Riwayat TB

Hasil Positif (+) Pemeriksaan Klinis


Tatalaksana Farmakologis
Faktor yang memengaruhi :
Pelayanan Tenaga Kesehatan (sikap dan penyuluh
TB Faktor Intrinsik Pasien
konfirmasi Kepatuhan Pengobatan TB Paru
(Pendidikan, Motivasi dan Pengetahuan)
bakteriologi Faktor Terapi
(Efek Samping dan
Ketersediaan Obat)
Faktor Ekonomi (Pendapatan dan dukungan
keluarga)
Faktor Kondisi Lingkungan (Jarak Pelayanan Kese

Sehat
atau
Sumber : Kemenkes 2020, Notoatmodjo
Gagal2012.

37
2.4 KERANGKA KONSEP

Pengetahuan
Kepatuhan Pengobatan TB Paru

Motivasi

2.5 DEFINISI OPERASIONAL

No Variabel Definisi Alat Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur Ukur
Variabel Terikat (dependent)
1. Kepatuhan Sejauh mana Kuesioner Responden di  Kepatuhan Ordinal
pengobatan perilaku minta untuk tinggi:
TB paru penderita TB mengisi nilai 8,
paru pertanyaan pada  Kepatuhan
(responden) kuesioner sedang:
melaksanakan menggunakan nilai 6 -
program minum Kuesioner baku <8,
Obat Anti Morinsky  Kepatuhan
Tuberkulosis Medication rendah:
(OAT) secara Adherence nilai < 6.
rutin sesuai Scale (MMAS)5
ketentuan
anjuran yang
diberikan oleh
profesi
kesehatan.
Variabel Bebas (Independent)

38
1. Pengetahuan Segala sesuatu Kuesioner Responden Skoring Ordinal
yang diketahui diminta mengisi dibagi 3
dan dipahami seluruh tingkatan:
oleh responden pertanyaan pada  Baik: 76-
tentang kuesioner 100%
penyakit TB menggunakan  Cukup:
paru dan cara skala Guttman 56-75%
penanganannya. yaitu  Kurang:
• Skor 0, jika 0-55%
jawaban salah,
• Skor 1, jika
jawaban benar.5

39
2. Motivasi Tingkat Kuesioner Responden Skoring Ordinal
entusiasme diminta mengisi dibagi 3
responden seluruh tingkatan;
dalam pertanyaan pada  Baik : 76-
melakukan kuesioner 100%
program menggunakan  Cukup :
pengobatan dan skala likert dan 56-75%
harapan untuk skoring  Kurang :
mencapai pertanyaan 0-55%
tujuan terdiri
kesembuhan pertanyaan
penyakitnya. positif dan
negatif
Skor terbagi 4:
 SS: Sangat
setuju
 S: Setuju
 TS: Tidak
setuju
 STS: Sangat
tidak setuju.
Skor pertanyaan
positif dari opsi
1-4 dengan
urutan 4-3-2-1,
sedangkan skor
pertanyaan
negatif adalah
1-2-3-4.5

40
BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain analitik kategorik dengan
pendekatan Cross Sectional yang mengambil data pada satu waktu.

3.2 Waktu dan Lokasi penelitian


Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari 2022 di Puskesmas
Mangunjaya Kabupaten Bekasi.

3.3 Populasi dan Sampel penelitian


3.3.1 Populasi.
Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien yang berobat di
Puskesmas Mangunjaya Kabupaten Bekasi pada tahun 2021 yang telah di
diagnosis oleh profesional kesehatan sebagai TB paru yang ditandai
dengan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium.

3.3.2 Sampel
Jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus sebagai
berikut :11,29

n=Zα2.PQ

.d2

Keterangan :

n : Jumlah subyek

α : kesalahan generalisasi,

Z α 2 : Nilai standar α

P : Proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi

Q : 1-P

.d2 : Presisi penelitian

41
Prediksi perhitungan sampel :

- Z α 2 = 95% = 1,96
- P = mengingat besaran proporsi belum diketahui maka
menggunakan besaran proporsi 50% = 0,5 diharapkan cukup
mewakili besaran sampel.
- .d2 : 10 % = 0,1

Maka hasil yang diperoleh :

.n = (1,96)2 . 0,5 (1-0,5)


(0,1)2
= 96.
Dari hasil penghitungan berdasarkan rumus besaran sampel
ditemukan 96 orang. Mengingat jumlah penderita yang telah didiagnose
TB paru dan berobat di Puskesmas Mangunjaya pada tahun 2021 sebanyak
53 orang, maka penelitian ini menggunakan total sampling, dimana semua
anggota populasi di Puskesmas Mangunjaya digunakan sebagai sampel
yaitu sebanyak 53 orang.

3.3.3. Kriteria Sampel


1. Kriteria Inklusi
a. Pasien yang mengisi inform consent dan kuesioner secara lengkap.
b. Pasien penderita TB paru yang berobat di Puskesmas Mangunjaya
Kabupaten Bekasi pada tahun 2021
c. Pasien TB Paru berusia > 17 tahun.
2. Kriteria Eksklusi
a. Penderita TB paru (MDR +)
b. Penderita TB anak
c. Penderita TB dengan HIV
d. Penderita TB extra paru
e. Pasien yang menolak sebagai responden.
f. Pasien saat berobat baru di diagnosis sebagai TB paru (belum
mendapatkan pengobatan).

42
3.4 Cara Kerja Penelitian
1. Pengumpulan data pasien paru yang ada di puskesmas, bekerja sama
dengan petugas penanggung jawab pasien TB paru.
2. Melakukan skrining data pasien paru sesuai kriteria sampel.
3. Melakukan kompilasi pasien yang sesuai dengan kriteria sampel.
4. Pengambilan sampel dilakukan pada saat pasien berobat ke puskesmas dan
disesuaikan dengan data yang telah dikompilasi. Jika pada batas waktu
yang ditentukan, ternyata pasien tidak datang berobat ke Puskesmas, maka
tidak menutup kemungkinan untuk melakukan kunjungan ke rumah
bersama dengan petugas puskesmas.
5. Pengambilan sampel dilakukan pihak peneliti atau petugas lain (yang telah
diberi penjelasan terkait kuesioner) dengan mengisi kuesioner yang telah
disediakan, dan atau sekaligus melakukan observasi pada pasien TB paru.
6. Sebelum pasien mengisi kuesioner, diharuskan terlebih dahulu mengisi
dan menandatangi informed consent (persetujuan responden) tanpa
paksaan, kemudian dilanjutkan dengan mengisi kuesioner secara jujur.
7. Kuesioner dan informed consent yang telah diisi diberi kode yang sama
sesuai urutan waktu pengisian.

3.5 Instrumen penelitian


Instrumen yang di lakukan untuk pengumpulan data adalah
kuesioner yang telah di sesuaikan dengan tujuan penelitian, variabel
penelitian berpacu pada teori yang di rancang. Kuesioner tersebut berisi
beberapa informasi mengenai data diri responden yang berisi kode pasien,
nama, umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan. Pertanyaan – pertanyaan
mengetahui tentang kepatuhan minum obat, pengetahuan dan motivasi.
Kuesioner terdiri dari 8 pertanyaan berisi kepatuhan minum obat, 16
pertanyaan pengetahuan dan 18 pertanyaan motivasi terhadap penyakit TB
paru.

3.6 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas


Uji validitas adalah suatu alat ukur untuk benar-benar mengukur
apa yang diukur. Untuk mengetahui validitas kuesioner maka perlu diuji
dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap item (pertanyaan) dengan skor
total
43
kuesioner tersebut. Uji reliabilitas adalah menunjukan sejauh mana suatu
hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali
atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang
sama. Kuesioner penelitian ini akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas
menggunakan program SPSS. Uji validitas pada penelitian ini akan
dilakukan pada 30 orang sampel dengan ketentuan valid jika didapatkan
nilai r hitung (Corrected item-total correlation) > r tabel. Uji reliabilitas
dilakukan pada pertanyaan yang dinyatakan valid. Uji reliabilitas
dilakukan menggunakan rumus alpha cronbach > r tabel atau alpha
cronbach > 0,600 sehingga instrumen dinyatakan memenuhi persyaratan.
Menurut Tri Retno Widyaningrum bahwa hasil uji validitas yang di
lakukan r tabel pada kuesioner pengetahuan di peroleh sebesar 0,361 dan
hasil uji validitas kuesioner motivasi pasien TB didapatkan > 0,361
sehingga hasil valid. Lalu hasil perhitungan reliabilitas kuesioner
pengetahuan nilai alpha cronbach sebesar 0,989 dan kuesioner motivasi
didapatkan nilai alpha cronbach sebesar 0,908 sehinggal hasilnya reliabel.5

3.7 Pengolahan Data


Pengolahan data yang terkumpul dan telah diurutkan sesuai kode
dan waktu, kemudian diolah secara statistik dengan memeriksa data hasil
lalu memberi kode yang telah disepakati terhadap data yang di ambil lalu
melakukan coding yaitu memberikan kode angka pada kuesioner untuk
mempermudah pengolahan, lalu selanjutnya data entry yaitu memasukkan
data kuesioner ke dalam program komputer dengan aplikasi analisis
statistik lalu memasukkan data untuk di olah menggunakan IBM SPSS
Statistic 25

3.8 Analisis Data


1. Analisis Univariat

Digunakan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi dan


proporsi dari berbagai variabel yang diteliti, baik variabel dependen
maupun independent dengan membuat tabel distribusi frekuensi untuk
masing- masing variabel. Hasil analisis univariat berupa presentase dengan
menggunakan rumus bersumber dari Arikunto, (2006).

44
2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui apakah terdapat


hubungan antara kepatuhan minum OAT dengan pengetahuan dan
motivasi. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Chi-
Square. Untuk menguji kemaknaan, digunakan derajat kemaknaan 5% (=
0,05). Bila nilai p<0,05 maka hasil statistik dinyatakan ada hubungan yang
bermakna, dan jika p>0,05 maka hasil statistik dinyatakan tidak ada
hubungan yang bermakna. Apabila terdapat cell yang memiliki frekuensi
harapan kurang dari 5, maka akan dilakukan uji Mann Whitney sebagai uji
statistik alternatif.

45
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Sampel Penelitian
Hasil perkiraan perhitungan jumlah sampel sesuai rumus besaran
sampel diperoleh 96 orang, dengan memperhatikan nilai standar α (Z α 2)
sebesar 95% (1,96), besaran proporsi yang belum diketahui menggunakan
50% (0,5) dengan harapan cukup mewakili besaran sampel, dan presisi
penelitian (d2) sebesar 10 % (0,1). Namun berdasarkan jumlah kunjungan
pelayanan penderita yang telah didiagnose TB paru dan berobat di
Puskesmas Mangunjaya pada tahun 2021 sebanyak 53 orang, maka
penelitian ini menggunakan total sampling, dimana semua anggota
populasi di Puskesmas Mangunjaya digunakan sebagai sampel yaitu
sebanyak 53 orang.

Sampel pada penelitian yang sesuai kriteria inklusi dan telah


mengisi kuesioner sebanyak 46 0rang yang merupakan penderita TB paru,
mengingat terdapat 1 orang penderita TB paru meninggal akibat COVID-
19, penderita TB paru dengan MDR positif 1 orang dan telah dirujuk ke
Rumah Sakit, penderita TB paru pada anak 4 orang, serta 1 orang tidak
berkenan atau menolak mengisi kuesioner.

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode cross sectional


menggunakan kuesioner. Karakteristik sampel pada penelitian ini
dideskripsikan berdasarkan jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, anggota keluarga dan jarak rumah.

4.2 Analisis Univariat


4.2.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Gambaran karakteristik responden penelitian dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.

46
Tabel 4.1 Gambaran Distribusi Responden Penelitian

Variabel N %
Jenis Kelamin
Laki – laki 29 63,0
Perempuan 17 37,0
Usia
Remaja 3 6,5
Dewasa 7 15,2
Pralansia 8 17,4
Lansia 28 60,9
Status
Menikah 33 71,7
Tidak Menikah 13 28,3
Pendidikan
SD 9 19,6
SMP 8 17,4
SMA 25 54,3
DIPLOMA 3 6,5
TIDAK SEKOLAH 1 2,2
Pekerjaan
Tidak Bekerja 17 37,0
Dagang 7 15,2
Pegawai Swasta 6 13,0
Pensiun 1 2,2
PNS 2 4,3
Wiraswasta 3 6,5
IRT 3 6,5

Lain - Lain (Bengkel,


7 15,2
Supir, Konveksi)

Pendapatan
Tidak Ada 17 37,0

47
<UMK 22 47,8
>UMK 7 15,2
Anggota Keluarga
Anggota Keluarga 1 – 3 12 26,1
Anggota Keluarga 4 – 6 32 69,6
Anggota Keluarga 7 – 9 2 4,3
Jarak
<5KM 31 67,4
>5KM 15 32,6
Kendaraan
Sepeda Motor 41 89,1
Sepeda 5 10,9

Tabel 4.1 menunjukkan sebaran karakteristik responden penelitian


berdasarkan jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan,
pekerjaan, pendapatan, anggota keluarga, jarak dan kendaraan.

Distribusi responden penelitian berdasarkan usia terbanyak yaitu


lansia 28 (60,9%). Penelitian yang di lakukan oleh Alif Arditia Y sebanyak
12 (37,5%) usia lansia, karena adanya penurunan daya ingat dan daya
tahan tubuh pada usia lanjut.25

Distribusi responden penelitian berdasarkan status menikah


sebanyak 33 (71,7%) dan belum menikah 13 (28,3). Tingkat pendidikan
responden terbanyak yaitu SMA sebanyak 25 (54,3%). Responden yang
Tidak Bekerja berjumlah 17 (37,0). Penelitian yang dilakukan oleh Tri
Retno W sebanyak 50 (50%) responden adalah pendidikan SMA5
.Pendapatan <UMK sebanyak 22 (47,8%), Anggota Keluarga sebanyak 32
(69,6%) beranggota keluarga 4 – 6 orang. Pada penelitian yang dilakukan
oleh Dotulong, 2015 yaitu sebanyak 55 (56,7%) kepadatan buruk,
merupakan salah satu faktor risiko TB, semakin padat maka penyakit TB
mudah menular melalui udara apabila terdapat anggota keluarga menderita

48
TB.19 Jarak responden dari rumah ke puskesmas terbanyak yaitu 31 orang
(67,4%) berjarak <5KM, dan sebanyak 41 (89,1%) berkendaraan motor.

Gambaran responden penelitian berdasarkan jenis kelamin yaitu


responden penelitian dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 29 (63%)
dan perempuan 17 (37%). Hal ini menunjukkan bahwa penyakit TB paru
lebih banyak terjadi pada jenis kelamin laki – laki dibanding perempuan,
karena laki – laki cenderung seorang perokok aktif, sehingga dapat
menurunkan sistem imun tubuh dan lebih mudah terpapar agent penyebab
TB paru. Pada penelitian yang dilakukan oleh Pira Mitha Sandra Dewi,
2011 yaitu sebanyak 25 (58,1%) penderita TB paru bahwa laki – laki lebih
dominan menderita penyakit TB paru dibandingkan dengan perempuan,
karena penderita dengan jenis kelamin laki – laki diketahui tidak patuh
dalam mengkonsumsi OAT dibandingkan dengan jenis kelamin
perempuan.13

Distribusi responden berdasarkan pendapatan < UMK sebanyak 22


(47,8%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Zira Azzahra, 2017,
hasil penelitian diperoleh bahwa responden berpendapatan rendah 58%
dan pendapatan tinggi 42% yang berkaitan dengan keadaan sosial
ekonomi, tingkat pendidikan, pekerjaan, kepadatan anggota keluarga.
Penurunan pendapatan dapat menyebabkan kurangnya kemampuan dalam
memenuhi konsumsi makanan, sehingga akan berpengaruh terhadap gizi.
Apabila gizi kurang, maka akan menyebabkan kekebalan tubuh menurun,
sehingga mudah terkena infeksi TB paru.14 Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Zira Azzahra, 2017, menyatakan tidak ada pendapatan 28%, maka
terdapat kesamaan makna dalam tidak ada pendapatan dan pendapatan
rendah atau
< UMK yaitu memiliki resiko lebih tinggi terkena TB paru. Faktor lain
juga terjadi pada pendidikan rendah dan keadaan sosial ekonomi rendah
akan berisiko terhadap masalah Kesehatan. Dengan tidak terpenuhi asupan
gizi seimbang untuk konsumsi akan berakibat menurunnya sistem imun
manusia yang akan mempercepat kejadian penularan TB paru. 14

49
4.2.2 Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Penelitian tentang
Tuberkulosis

Tabel 4.2 Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang Tuberkulosis

Kategori N %
Baik 37 80,4
Cukup 9 19,6
TOTAL 46 100

Tabel 4.2 menjelaskan tentang kategori tingkat pengetahuan


responden dalam melakukan pengobatan TB paru sebanyak 37 orang
(80,4%) memiliki kategori pengetahuan baik dan sebanyak 9 orang
responden penelitian (19,6%) dengan pengetahuan cukup.

4.2.3 Gambaran Tingkat Motivasi Responden Penelitian dalam Melakukan


Pengobatan Tuberkulosis
Tabel 4.3 Gambaran Motivasi Responden Penelitian dalam
Melakukan Pengobatan Tubekulosis

Kategori N %
Baik 31 67,4
Cukup 15 32,6
TOTAL 46 100

Table 4.3 menjelaskan kategori tingkat motivasi responden dalam


melakukan pengobatan TB paru sebanyak 31 orang (67,4%) memiliki
kategori motivasi baik dan sebanyak 15 orang (32,6%) memiliki kategori
motivasi cukup.

4.2.4 Gambaran Kepatuhan Responden Penelitian dalam Melakukan


Pengobatan Tuberculosis
Presentase kepatuhan minum OAT pada Pasien TB paru di
Puskesmas Mangunjaya Kabupaten Bekasi Tahun 2021.

50
Tabel 4.4 Gambaran Kepatuhan Responden Penelitian dalam Melakukan
Pengobatan Tuberkulosis Paru

Kategori N %
Patuh 39 84,8
Tidak patuh 7 15,2
TOTAL 46 100

Tabel 4.4 menjelaskan bahwa tingkat kepatuhan minum OAT


dalam melakukan pengobatan TB paru dalam kategori patuh sebanyak 39
(84,8%) responden dan 7 (15,2%) responden yang tidak patuh dalam
minum OAT.

4.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan pada 46 responden penelitian yang telah


memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kedua data pada variabel terikat
dan bebas menggunakan data kategorik, dianalisis dengan menggunakan
uji Chi-square. Metode uji bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan kepatuhan minum OAT dengan variabel pengetahuan dan
motivasi pada pasien TB paru di puskesmas Mangunjaya Kabupaten
Bekasi Tahun 2021. Pengolahan data diperoleh hasil dalam 1 cell terdapat
< 5 expected count (25%) yang seharusnya dalam 1 cell berisi > 5
expected countnya (5-20%). Oleh karena itu, pengolahan data dilanjutkan
menggunakan pengukuran Man Whitney. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan program SPSS versi 25

4.3.1 Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Minum OAT


Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan minum OAT pada
penderita TB paru di Puskesmas Mangunjaya tahun 2021.

51
Tabel 4.5 Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Minum OAT
Kepatuhan Minum Tingkat
Pengetahuan OAT rerata P value
N %
Baik 37 80,4 24,35
Cukup 9 19,6 20,00 0,161
Total 46 100
Uji Non Parametrik = Mann Whitney

Hasil Analisa data Mann Whitney Test diperoleh nilai p-value


sebesar 0,161 (p>α, α=0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa secara statistik
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel pengetahuan
dengan kepatuhan minum OAT pada penderita TB paru di Puskesmas
Mangunjaya Kabupaten Bekasi pada tahun 2021.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Barza A,K,Damanik,


E & Wahyuningsih,R, 2021, menyatakan tidak ada hubungan yang
bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan pengobatan dan
risiko resistensi dalam pengobatan pada pasien TB paru di RS Medika
Dramaga, di dapatkan hasil uji Chi-square dengan nilai signifikansi 0,800.
Dari data hubungan pengetahuan dan kepatuhan pasien, terdapat 21,7%
berpengetahuan baik terhadap informasi pengobatan dan risiko resistensi
antibiotik dalam pengobatan TB paru. Ketidakpatuhan kemungkinan
disebabkan berbagai macam hal, antara lain kurang lengkapnya informasi
yang diberikan oleh petugas kefarmasian terkait cara penggunaan obat
serta risiko resistensi, kurangnya kesadaran akan bahaya resistensi
antibiotik walaupun sudah memiliki pengetahuan yang baik tentang
resistensi antibiotik, dan kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar
baik keluarga atau kerabat dalam meningkatkan kesadaran kepatuhan
pengobatan TB paru mengingat lamanya pengobatan yang dijalani
oleh pasien sehingga semangat menjadi pasang surut.23

52
4.3.2 Hubungan Motivasi dengan Kepatuhan Minum OAT
Hubungan Motivasi terhadap kepatuhan minum OAT pada
penderita TB paru di Puskesmas Mangunjaya Kabupaten Bekasi tahun
2021.

Tabel 4.6 Hubungan Motivasi dengan Kepatuhan Minum OAT.


Kepatuhan Minum Tingkat
Motivasi OAT rerata P value
N %
Baik 31 67,4 24,74
Cukup 15 32,6 29,20 0,001
Total 46 100
Uji Non Parametrik = Mann Whitney

Hasil Analisa data Mann Whitney Test diperoleh nilai p-value


sebesar 0,001 (p<α, α=0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa secara statistik
terdapat hubungan yang signifikan antara variabel motivasi dengan
kepatuhan minum OAT pada penderita TB paru di Puskesmas Mangunjaya
Kabupaten Bekasi pada tahun 2021.

Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitihan yang dilakukan oleh


Tri Retno Widianingrum, 2018, bahwa motivasi pasien TB memiliki
hubungan yang signifikan dengan kepatuhan minum OAT pada pasien TB
di Puskesmas Perak Timur Surabaya dengan p-value = 0,000. Penelitian
tersebut menjelaskan bahwa responden memiliki motivasi baik,
pengetahuan tinggi dan cenderung patuh minum OAT. Selain itu
responden mendapat dukungan dari keluarga serta dukungan dari petugas
Kesehatan yang selalu memberi motivasi kepada seluruh pasien agar tidak
berhenti minum OAT dan rutin menjalani pengobatan. Penelitian ini juga
didukung oleh peneliti M.Gurning, 2019, yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan pengetahuan dan motivasi dengan kepatuhan minum obat pada
pasien TBC paru di Poli TB RSUD Scholoo Keyen, populasi sampel 105
responden, dengan hasil p-value terhadap pengetahuan 0,01 dan motivasi
0,001.22 Menurut peneliti bahwa motivasi merupakan kunci keberhasilan,
makin

53
tinggi motivasi akan semakin patuh. Motivasi dipengaruhi faktor internal
dan eksternal, keinginan berobat atau melakukan sesuatu yang lebih baik,
dukungan keluarga, masyarakat maupun petugas Kesehatan. Motivasi
dikatakan baik jika seseorang mampu mengendalikan diri menuju hal yang
baik. Penelitian serupa juga dilakukan di Puskesmas Cipunegara
Kabupaten Subang oleh Ulfah, 2017, yang menyatakan bahwa kepatuhan
pengobatan TB paru dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berhubungan
dengan dukungan keluarga, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
pengetahuan, efek samping obat, peran PMO, jarak fasilitas kesehatan, dan
sikap petugas kesehatan.15 Namun variabel yang sangat berhubungan
signifikan terhadap kepatuhan pengobatan pada pasien TB adalah
dukungan keluarga, peran PMO dan jarak fasilitas kesehatan. Khususnya
untuk PMO memiliki peluang 3,3 kali lebih besar untuk patuh
dibandingkan dengan variabel yang lainnya.15

4.4 Pembahasan
4.4.1 Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Minum Obat Anti
Tuberkulosis
Berdasarkan hasil pengolahan data Mann Whitney test
menunjukkan bahwa variabel pengetahuan dan kepatuhan minum OAT
tidak terdapat hubungan yang signifikan. Responden yang memiliki
kepatuhan minum OAT dan berpengetahuan baik cenderung tinggi sebesar
80,4 % dengan dengan tingkat rerata lebih tinggi sebesar 24,35
dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan cukup.
Sejalan dengan tingkat pendidikan responden terbanyak SMA 54,3 %.
Pendidikan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan informasi,
makin meningkat pendidikan secara normatif akan mempermudah
mengakses pengetahuan dalam hal ini pengobatan TB.

Begitu sebaliknya pada 9 orang responden (19,6%) memiliki


kepatuhan minum OAT dan berpengetahuan cukup, dengan tingkat rerata
lebih rendah sebesar 20,00. Hal ini menunjukkan bahwa berpengetahuan
baik tidak menjamin responden patuh dalam minum obat untuk mencapai

54
kesembuhan. Penyebab ketidakpatuhan dalam minum obat kemungkinan
disebabkan : 1. kurang lengkapnya informasi atau cara penyampaian
informasi oleh petugas kesehatan kurang dipahami oleh responden,
walaupun telah memiliki pengetahuan yang baik. 2. Adanya rasa malu
untuk meminta penjelasan kembali, akibat kekurangpahaman penjelasan
petugas Kesehatan. 3. Rasa jenuh dalam proses pengobatan dan minum
OAT yang memerlukan kedisiplinan dan keteraturan dalam waktu yang
cukup lama 6 bulan. 4. Kurangnya kesadaran responden tentang bahaya
resistensi obat akibat ketidakpatuhan dalam minum obat, lupa waktu
minum obat atau merasa badan sudah enak, sehingga menghentikan
sementara tanpa sepengetahuan petugas kesehatan.12

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan pada tingkat usia


merupakan salah satu perubahan daya tahan tubuh serta daya ingat yang
berkurang, sehingga timbul ketidakteraturan minum OAT. Penderita TB
paru berusia remaja cenderung lebih aktif di luar rumah dan aktivitas lebih
banyak dibandingkan dengan penderita TB usia lansia. Faktor selanjutnya
yang dapat di pengaruhi oleh pendidikan yang rendah dapat
mempengaruhi pengetahuan dan tindakan pasien dalam mengkonsumsi
obat secara teratur. Semakin tinggi pendidikan semakin tinggi kesadaraan
akan kesehatan. Dengan latar belakang pendidikkan yang rendah dapat
mempengaruhi seseorang dalam berpikir dan bertindak untuk menerima
informasi mengenai penyakit dan pengobatan yang di jalankan.26

4.4.2 Hubungan Motivasi dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis


Berdasarkan hasil pengolahan data Mann Whitney test
menunjukkan bahwa variabel motivasi dan kepatuhan minum OAT
terdapat hubungan yang signifikan. Responden yang memiliki kepatuhan
minum OAT dan motivasi baik cukup tinggi sebesar 67,4 %, dengan
tingkat rerata 24,74, lebih rendah dibandingkan dengan responden yang
memiliki motivasi cukup.

Begitu sebaliknya pada 15 orang responden (32,6%) memiliki


kepatuhan minum OAT dan motivasi cukup, dengan tingkat rerata lebih

55
tinggi sebesar 29,20. Untuk meningkatkan motivasi diri dengan cara
mengobrol bersama keluarga diselingi tertawa, tertawa tidak akan
mengatasi masalah kesehatan yang sedang dihadapi. Namun pada saat
tertawa hormon dopamin (hormon perasaan baik) dan hormon endorfin
(hormon pereda nyeri alami tubuh) akan meningkat, yang membuat
suasana hati menjadi membaik, maka akan memicu pelepasan oksitosin
(meningkatkan kepercayaan).26 Dapat juga melakukan kegiatan keluar
rumah diwaktu pagi sambil berolah raga menikmati sinar matahari pagi.
Kegiatan ini akan melepaskan endorfin dan meningkatan dopamin dan
serotonin (hormon yang mengatur suasana hati). 27 Atau dengan melakukan
kegiatan lain seperti mendengarkan musik yang disukai atau tilawah Al-
qur’an dapat membuat suasana hati menjadi positif. Masih banyak kegiatan
lain yang dapat memicu peningkatan hormon.28

Faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan pengobatan jangka


panjang, meliputi: sosial dan ekonomi, faktor penderita, terapi, kondisi
sosial ekonomi yang rendah akan berpengaruh terhadap responden dalam
menentukan skala prioritas terhadap kebutuhan dasar dengan pengobatan.
Maslow menyatakan bahwa orang termotivasi karena kebutuhan yang
tidak terpenuhi berdasarkan urutan kadar kepentingannya dari rendah ke
tinggi.26

Dukungan keluarga sangat diperlukan bagi penderita yang


melakukan pengobatan dengan mengharuskan mengkonsumsi obat dalam
jangka panjang. Secara sosial ekonomi, keluarga dapat memberikan
informasi yang adekuat, dan dapat memberikan rasa aman, nyaman dalam
pemulihan pengobatan, sehingga penderita akan lebih fokus dalam
pengobatan. Penderita merasa terlindungi, bahkan tidak dijauhi keluarga
serta sosial masyarakat sekitar. Selain itu dukungan keluarga sangat
diperlukan sebagai penyemangat penderita untuk sembuh dalam menjalani
terapi sesuai anjuran tenaga kesehatan. Walaupun penderita harus
menjalaninya dalam jangka panjang, namun proses pengobatan dapat
dijalani dengan senang hati. Dukungan keluarga menjadi faktor penunjang
kepatuhan dalam minum OAT secara teratur.26

56
Keteraturan pengobatan dan minum obat TB yang berhubungan
dengan waktu, dosis, dan frekuensi pengobatan untuk jangka waktu yang
dianjurkan sangat dibutuhkan agar terjamin kesembuhan, dan mencegah
terjadinya resistensi obat atau kegagalan dalam pengobatan. Penderita
dinyatakan patuh berobat jika dapat menyesuaikan pengobatan secara
teratur dan lengkap tanpa terputus selama 6 bulan Guna menghindari
ketidakpatuhan responden terhadap minum OAT, maka diperlukan strategi
DOTS (Directly Observed Treatment). Oleh karena itu dibutuhkan
pendampingan seorang PMO sesuai persyaratan pada penderita. Peran
PMO sebaiknya berasal dari anggota keluarga.16

Jarak fasilitas kesehatan dengan tempat tinggal penderita menjadi


faktor penghambat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Makin jauh
tempat tinggal penderita akan semakin berpotensi ketidakteraturan
pengobatan dan bahkan cenderung drop out dalam pengobatan. Dalam
penelitihan ini, jarak tempat tinggal penderita dengan lokasi Puskesmas
67,4
% berada kurang dari 5 kilometer, Sebagian besar ditempuh dengan
kendaraan sepeda motor atau bersepeda.28

57
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :

1. Hasil distribusi karakteristik responden dominan pada jenis kelamin laki –


laki (63%), Usia lansia (60,9%), status menikah (71,7), Pendidikan SMA
(54,3%), Tidak bekerja (37%), pendapatan < UMK (47,8%) dan jarak
rumah ke puskesmas < 5 km (67,4%) dengan menggunakan kendaraan
motor (89,1%).
2. Hasil uji korelasi Spearman Test pengetahuan pada penderita TB Paru di
temukan dengan derajat signifikansi p value = 0,163 (p > α, α = 0,05),
dengan korelasi negatif senilai -0,209 hasil ini menunjukkan tidak
memiliki hubungan yang signifikan dengan kepatuhan minum OAT pada
pasien TB Paru di Puskesmas Mangunjaya Kabupaten Bekasi.
3. Hasil uji korelasi Spearman Test Motivasi pada penderita TB Paru di
temukan derajat signifikansi p value = 0,001 (p < α, α = 0,05) dengan
korelasi hasil 0,480 hasil ini menunjukkan memiliki hubungan yang
signifikan dengan kepatuhan minum OAT pada Pasien TB Paru di
Puskesmas Mangunjaya Kabupaten Bekasi.

5.2. SARAN.
1. Responden

Tetap disiplin dan teratur dalam menjalani pengobatan dan minum OAT
sampai dinyatakan sembuh oleh petugas kesehatan. Di harapkan pengetahuan
dan motivasi dapat meningkatkan pemahaman akan pentingnya kepatuhan
minum OAT digunakan dalam upaya pencegaha resistensi obat.

58
2. Peneliti

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggali lebih lanjut mengenai


pentingnya kepatuhan dalam meminum OAT dan dapat memberikan informasi
mengenai pengetahuan dan motivasi pasien TB dengan kepatuhan minum
OAT.

3. Pelayanan Kesehatan

Masukan bagi tenaga kesehatan, dokter dalam pelayanan kesehatan, dan


PMO khususnya dalam pengawasan kepatuhan minum OAT dan diharapkan
dapat memberikan kegiatan edukasi tentang penyakit TB untuk meningkatkan
informasi di masyarakat sekitar Puskesmas Mangunjaya Kabupaten Bekasi.

59
DAFTAR PUSTAKA
1. Hiswani. [Internet]. Repository.usu.ac.id. 2020 [Cited 7 April 2022]. Available
From: https://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/3718/fkm-
hiswani6.pdf;sequence=1
2. Kemenkes. Infodatin : Tuberkulosis [Internet]. Pusdatin.Kemkes.go.id. 2018
[Cited 7 April 2022]. Available From:
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin
-tuberkulosis-2018.pdf
3. Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi. 2021 Data Kasus Pasien Tuberkulosis.
Bekasi : Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi. 2021.
4. Kemenkes RI. Pedoman Pelayanan Kedokteran: Tuberkulosis. Kemenkes:
Jakarta. 2018.
5. Retno Widyaningrum T. Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan
Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis Pada Pasien Tb Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tanjung Perak Surabaya [Internet]. Https://Repository.unair.ac.id/.
2017 [Cited 4 April 2022]. Available From:
https://repository.unair.ac.id/77638/2/full%20text.pdf
6. Puskesmas Mangunjaya. Data Kasus Pasien Tuberkulosis. Puskesmas
Mangujaya: Kabupaten Bekasi. 2018.
7. Kemenkes RI. Pedoman Pelayanan Kedokteran: Tatalaksana Tuberkulosis.
Kemenkes : Jakarta. 2020.
8. Tri Wahyuningrum M. Hubungan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis
(OAT) Dengan Status Gizi Pasien TBC Paru Fase Intensif Di Bbkpm
Surakarta [Internet]. Repo.stikesicme-jbg.ac.id. 2018 [Cited 7 April 2022].
Available From:http://repo.stikesicmejbg.ac.id/1879/2/163220048%20indiyah
%20jurnal
.pdf
9. Riani D. Validasi 8-Item Morisky Medication Adherence Scale Versi
Indonesia Pada Pasien Hipertensi Dewasa Di Puskesmas Kabupaten Sleman
Dan Kota Yogyakarta [Internet]. Etd.repository.ugm.ac.id. 2022 [Cited 7 April
2022]. Available from: http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/109818
10. [Internet]. Eprints.ums.ac.id. 2022 [Cited 7 April 2022]. Available From:
Http://Eprints.ums.ac.id/55874/3/Bab%20i.pdf

60
11. Notoadmodjo,. S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Andi : Jakarta . 2012.
12. Notoatmodjo, S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2010
13. Mitha Sandra Dewi P. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Penderita Tb Paru
Dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis Di Puskesmas Lidah
Kulon Surabaya [Internet]. Https://repository.unair.ac.id/. 2011 [Cited 4 April
2022]. Available From: https://repository.unair.ac.id/24010/2/gdlhub-gdl-s1-
2012- dewipirami-20653-fkm071-h.pdf
14. Azzahra Z. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Penyakit
Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Mulyorejo Kecamatan
Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017 [Internet].
Https://Repositori.usu.ac.id/. 2017 [Cited 4 April
2022]. Available From:
https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/1488/131000527.pdf?
sequence=1
15. Ulfah U, Windiyaningsih C, Abidin Z, Murtiani F. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kepatuhan Berobat Pada Penderita Tuberkulosis Paru.
The Indonesian Journal Of Infectious Diseases. 2018;4(1).
16. Kemenkes RI. Pedoman Pelayanan Kedokteran: Tatalaksana Tuberkulosis.
Kemenkes : Jakarta. 2020.
17. Direktorat Jenderal P2p. Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Tuberkulosis
Resitensi Obat Di Indonesia. Kemenkes RI: Jakarta. 2020.
18. Kemenkes RI. Pedoman Pelayanan Kedokteran:Tata Laksana Tuberkulosis.
Kemenkes : Jakarta. 2020.
19. Dotulong, J., Sapulete, M. R., & Kandou, G. D. Hubungan Faktor Risiko
Umur, Jenis Kelamin, Dan Kepadatan Hunian Dengan Kejadian Penyakit Tb
Paru Di Desa Wori Kecamatan Wori. Jurnal Kedokteran Komunitas Dan
Tropik. 2015. 3(2); 57-65.
20. Zainita A. Mycobacterium Tuberculosis [Internet].
Eprints.poltekkesjogja.ac.id. 2019 [Cited 4 April 2022]. Available From:
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1362/4/bab%20ii.pdf
21. Aditama, H. P., Aris, A. Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Pasien Tbc
(Tuberkulosis) Dengan Kepatuhan Berobat Pasien Tbc Yang Berobat Di Upt

61
Puskesmas Mantup Kabupaten Lamongan. Universita Muhammadiyah Malang
: Malang. 2013. 2 (15) ; 33-39.
22. Gurning M, Agnes Manoppo I. Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan
Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Tbc Paru Di Poli Tb Rsud Scholoo
Keyen. Wellness And Healthy Magazine [Internet]. 2019 [Cited 4 April
2022];1(1):41-
47. Available From:
https://wellness.journalpress.id/wellness/article/view/w1106
23. Barza A. K, Damanik E, Wahyuningsih R. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Dengan Tingkatkepatuhan Pengobatan Pada Pasien Tuberkulosis Di Rs
Medika Dramaga [Internet]. ejournal.sttif.ac.id. 2021 [Cited 4 April 2022].
Available From:
https://ejournal.sttif.ac.id/index.php/farmamedika/article/view/121/80
24. Pandapotan, I.D. 2017. Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap Pasien dan
Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien TB Paru di
BKPM Pati, Jurnal Penelitian. Semarang: Prodi S1 Keperawatan STIKES
Telogorejo Semarang.
25. Alif Arditia Yuda. Hubungan Karakteristik, Pengetahuan, Sikap, Dan
Tindakan Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Kepatuhan Minum Obat Di
Puskesmas Tanah Kalikedinding [internet]. Repositori.unair.ac.id 2018 [Cited
10 April 2022]. Available From : https://repository.unair.ac.id/85196/4/full
%20text.pdf
26. Atlas Biomed Team. Essential Guide To Serotonin And The Other Happy
Hormones In Your Body [Internet]. 2021 [cited 2022 Apr 11]. Available from:
https://atlasbiomed.com/blog/serotonin-and-other-happy-molecules-made-by-
gut-bacteria/
27. Raypole C. How to Hack Your Hormones for a Better Mood [Internet]. 2019
[cited 2022 Apr 11]. Available from:
https://www.healthline.com/health/happy- hormone
28. Hickling S. 3 Ways You Can Boost Your Happy Hormones [Internet]. [cited
2022 Apr 11]. Available from: https://www.readersdigest.co.uk/inspire/life/3-
ways-you-can-boost-your-happy-hormones
29. M. Sopiyudin Dahlan. Besaran Sampel Dalam Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan. Cetakan 2. Jakarta. 2020.
62
Lampiran 1

Kuesioner Penelitian

INFORMED CONSENT (PERSETUJUAN RESPONDEN)


NO
Bapak/Ibu/Saudara yang terhormat, RESPONDE

Saya Retno Ayu Kusuma Wardhani, dari Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta akan melakukan penelitian dengan judul “ HUBUNGAN
MOTIVASI DAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN PENGOBATAN TB
PARU pada PENDERITA TUBERCULOSIS PARU di PUSKESMAS
MANGUNJAYA KABUPATEN BEKASI TAHUN 2022”. Dengan ini saya
memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk menjadi responden dalam
penelitian ini.

Setelah mendapatkan penjelasan dari pihak peneliti tentang tujuan, cara pengisian
kuesioner, kerahasiaan data, dan saya memahaminya bahwa penelitian ini tidak
merugikan saya. Oleh karena itu, dengan ini saya menyatakan bersedia ikut
berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai responden.

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Tempat. Tgl lahir :

Alamat :

Hp :

Demikian lembar persetujuan ini saya isi dengan sebenar-benarnya dan tanpa
paksaan dari pihak peneliti atau dari manapun, agar digunakan sebagaimana
mestinya.

Bekasi,...............2022

Yang bersedia

(………………)

63
KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN MOTIVASI dan PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN


PENGOBATAN TB PARU PADA PENDERITA TUBERCULOSIS PARU DI
PUSKESMAS MANGUNJAYA KABUPATEN BEKASI TAHUN 2022

===============================================================
==== NO
RESPONDEN :
NO KUESIONER

Pengantar.

Bacalah setiap pernyataan dengan teliti sebelum menjawab, kemudian pilihlah


jawaban yang anda rasa paling sesuai dengan keadaan diri anda pada lembar
jawaban yang tersedia. Saya sangat menghargai kejujuran dan keterbukaan anda.
Terima kasih.

1. DATA UMUM.

1. Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan

2. Tempat, Tgl Lahir :

Atau Umur : Tahun

3. Status perkawinan :

a. Belum menikah b. Menikah

c. Janda d. Duda

4. Pendidikan :

a. Tidak sekolah b. Tamat SD

c. Tamat SMP d. Tamat SLTA

e. Tamat D3/PT

5. Pekerjaan :

64
a. Tidak bekerja

b. Pedagang c. Swasta

d. PNS e. Pensiunan

f. Petani g. Buruh

h. Wiraswata i. lain-lain, sebutkan ………….

6. Pendapatan Keluarga : a. tidak berpendapatan

b. < UMK ( Rp. 4.495.000)

c. ≥ UMK ( Rp. 4.495.000 - Rp 7.500.000)

d. > Rp. 7.500.000,-

7. Jumlah Anggota Keluarga : orang

(sebutkan.............................................................................................)

8. Jarak rumah dengan fasilitas kesehatan :

a. Dekat (< 5 km), kendaraan …………….

b. Jauh (> 5 km), kendaraan ………………

9. Apakah selama pengobatan saudara merasakan salah satu

keluhan sebagai berikut ? (boleh lebih dari satu).

a. Tidak ada keluhan b. Penglihatan berkurang

c. Muntah d. Tidak nafsu makan

e. Demam f. Gatal seluruh tubuh

g. Lain-lain, sebutkan ……………………

2. KEPATUHAN.

Petunjuk : Lingkari jawaban pada tabel dibawah ini:


Ya : bila pertanyaan tersebut sesuai dengan diri anda

Tidak : bila pertanyaan tersebut tidak sesuai dengan diri anda.

65
Pertanyaan Jawaban
1. Apakah terkadang anda lupa minum obat anti Ya (0) Tidak (1)
tuberculosis?
2. Pikirkan selama 2 minggu terakhir, apakah ada Ya (0) Tidak (1)
hari dimana anda tidak meminum obat anti
tuberculosis?
3. Apakah anda pernah mengurangi atau Ya (0) Tidak (1)
menghentikan pengobatan tanpa memberitahu
dokter karena saat minum obat tersebut anda
merasa lebih tidak enak badan?
4. Apakah anda terkadang lupa membawa obat anti Ya (0) Tidak (1)
tuberkulosis saat bepergian jauh/menginap?
5. Apakah anda meminum obat anti tuberculosis Ya (1) Tidak (0)
anda kemarin?
6. Saat anda merasa kondisi anda lebih baik, apakah Ya (0) Tidak (1)
anda pernah menghentikan pengobatan anda?
7. Apakah anda pernah merasa terganggu atau jenuh Ya (0) Tidak (1)
dengan jadwal minum obat anti tuberculosis?
8. Seberapa sulit anda mengingat meminum semua 1. Tidak pernah (1)
obat anda? 2. Pernah sekali (0,75)
3. Kadang-kadang (0,5)
4. Biasanya (0,25)
5. Selalu (0)

66
2. PENGETAHUAN.
Petunjuk : Beri tanda silang (X) jawaban pada tabel dibawah ini.
Benar : bila pernyataan tersebut sesuai dengan diri anda
Salah : bila pernyataan tersebut tidak sesuai dengan diri anda.

No Pernyataan Jawaban
Benar Salah
1. Penyakit TB dapat disembuhkan dengan
minum obat secara teratur dan rutin
2. Kebiasaan merokok yang berlebihan dapat
memperparah penyakit TB
3. Batuk tidak ditutupi dengan tidak
menggunakan masker dapat menyebarkan
kuman penyakit TB
4. Daya tahan tubuh yang baik akan
mempercepat proses penyembuhan penyakit
TB
5. Menyendirikan alat mandi dan makan dapat
mencegah penularan penyakit TB
6. Jika pernah terkena penyakit TB dan kambuh
lagi maka penyakit ini sulit untuk
disembuhkan
7. Penyakit TB membuat kondisi fisik menjadi
menurun dan badan menjadi kurus
8. Penyakit TB proses penularannya bisa lewat
udara misalnya bersin, batuk, air ludah dll
9. Kuman TB tidak hanya mengenai paru, tetapi
dapat mengenai organ lain
10. Penyakit TB paling mudah menyerang orang
tua dan dewasa saja karena terjadi penurunan
daya tahan tubuh

67
11. Orang terkena TB karena tidak mendapatkan
imunisasi BCG
12. Penyakit TB hanya berkembang pada
pemukiman yang kumuh dan padat saja
13. Proses penyembuhan penyakit TB selain
pengobatan yang rutin perlu juga makanan
yang bergizi
14. Dengan mengonsumsi minuman beralkohol
dapat memperparah penyakit TB
15. Jika mengalami keluhan seperti batuk lama,
sesak, batuk berdarah, demam, lemah, tidak
nafsu makan merupakan gejala terkena TB

3. MOTIVASI.
Petunjuk : Beri tanda silang (X) dalam salah satu opsi jawaban pada tabel
dibawah ini ! Keterangan:
1. SS : Sangat Setuju
2. S : Setuju
3. TS : Tidak Setuju
4. STS : Sangat Tidak Setuju

No. Pernyataan Jawaban


SS S TS STS
1. Minum obat secara terus menerus dengan
membutuhkan waktu yang lama membuat
saya merasa bosan dan malas untuk minum
obat
2. Kondisi saya menjadi lebih baik dengan
minum obat secara teratur
3. Saya merasa sudah sembuh apabila sudah
tidak merasakan batuk

68
4. Minum obat anti tuberkulosis berfungsi
untuk meredakan batuk saja
5. Melakukan kunjungan ke puskesmas hanya
bertujuan untuk mengambil obat apabila obat
akan habis
6. Penyakit TB adalah penyakit yang dapat
disembuhkan
7. Memeriksakan kesehatan secara rutin adalah
hal yang tetap perlu dilakukan walaupun
sudah dinyatakan sembuh
8. Efek samping dari obat membuat malas
untuk minum obat
9. Apabila sudah menjalankan program
pengobatan secara rutin namun masih
dinyatakan belum sembuh maka saya tetap
harus minum obat
10. Penyakit TB harus dihilangkan dari tubuh
saya agar saya bisa sembuh
11. Pengobatan TB apabila dijalankan secara
rutin akan memberikan kesembuha
12. Pengobatan yang dilakukan selama ini tidak
memberikan hasil apapun
13. Saya merasa tidak nyaman minum obat setiap
hari
14. Saya menyadari bahwa untuk mencapai
kesembuhan saya harus minum obat dengan
rutin
15. Minum obat secara rutin tidak hanya
menyembuhkan tetapi juga meningkatkan
Kesehatan

69
16. Saya tidak akan berhenti minum obat sesuai
aturan sampai dokter menyatakan saya
sembuh
17. Setelah diberi penjelasan tentang lama
pengobatan, saya tidak yakin kalau saya
mampu berbobat sampai 6 bulan
18. Saya harus berusaha untuk makan makanan
yang bergizi secara teratur agar membantu
proses penyembuhan saya

70
Lampiran 2
Hasil Uji Validitas dan Reabilitas

I. KEPATUHAN
1. Validitas

71
2. REABILITAS

Reliability
Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
0,713 8

II. PENGETAHUAN
1. Validitas

72
2. Realibilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
0,719 17

III. MOTIVASI

1. Validitas

73
2. Realibilitas

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
0,716 19

74
Lampiran 3
Hasil Analisa SPPS

 Analisa Univariat

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
JENIS KELAMIN 46 1.00 2.00 1.3696 .48802
USIA 46 1.00 5.00 3.5870 1.27499
STATUS 46 1.00 3.00 1.3261 .51873
PENDIDIKAN 46 1.00 5.00 2.5435 .95932
PEKERJAAN 46 1.00 9.00 3.6304 2.96917
PENDAPATAN 46 1.00 3.00 1.7826 .69644
ANGGOTA 46 1.00 9.00 4.3696 1.45080
JARAK 46 1.00 2.00 1.3261 .47396
KENDARAAN 46 1.00 2.00 1.1087 .31470
ANGGOTA KELUARGA 46 1.00 3.00 2.8913 .37879
Valid N (listwise) 46

Statistics
JENIS KELAMIN USIA STATUS PENDIDIKAN PEKERJAAN PENDAPATAN ANGGOTA JARAK KENDARAAN ANGGOTA KELUARGA
N Valid 46 46 46 46 46 46 46 46 46 46
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

7
JENIS KELAMIN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid LAKI – LAKI 29 63.0 63.0 63.0
PEREMPUAN 17 37.0 37.0 100.0
Total 46 100.0 100.0

USIA

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid REMAJA < 21 3 6.5 6.5 6.5

DEWASA 21 - 39 7 15.2 15.2 21.7

PRALANSIA 40 - 59 8 17.4 17.4 39.1

LANSIA > 60 28 60.9 60.9 100.0

Total 46 100.0 100.0

7
STATUS_PERNIKAHAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid MENIKAH 33 71.7 71.7 71.7
BELUM MENIKAH 13 28.3 28.3 100.0
Total 46 100.0 100.0

PENDIDIKAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 9 19.6 19.6 19.6
SMP 8 17.4 17.4 37.0
SMA 25 54.3 54.3 91.3
DIPLOMA 3 6.5 6.5 97.8
TIDAK SEKOLAH 1 2.2 2.2 100.0
Total 46 100.0 100.0

PEKERJAAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK BEKERJA 17 37.0 37.0 37.0
DAGANG 7 15.2 15.2 52.2
PEGAWAI SWASTA 6 13.0 13.0 65.2
PENSIUN 1 2.2 2.2 67.4
PNS 2 4.3 4.3 71.7
WIRASWASTA 3 6.5 6.5 78.3
Lain – Lain 7 15.2 15.2 93.5
IRT 3 6.5 6.5 100.0
Total 46 100.0 100.0

PENDAPATAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK ADA 17 37.0 37.0 37.0
<UMK 22 47.8 47.8 84.8
>UMK 7 15.2 15.2 100.0
Total 46 100.0 100.0

7
ANGGOTA_KELUARGA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ANGGOTA KELUARGA 1-3 12 26.1 26.1 26.1
ANGGOTA KELUARGA 4-6 32 69.6 69.6 95.7
ANGGOTA KELUARGA 7-9 2 4.3 4.3 100.0
Total 46 100.0 100.0

JARAK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <5KM 31 67.4 67.4 67.4
>5KM 15 32.6 32.6 100.0
Total 46 100.0 100.0

KENDARAAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid MOTOR 41 89.1 89.1 89.1
SEPEDA 5 10.9 10.9 100.0
Total 46 100.0 100.0

 Analisa Bivariat

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
KEPATUHAN * 46 100.0% 0 0.0% 46 100.0%
PENGETAHUAN

7
KEPATUHAN * PENGETAHUAN Crosstabulation
PENGETAHUAN
BAIK CUKUP Total
KEPATUHAN PATUH Count 30 9 39
Expected Count 31.4 7.6 39.0
% within KEPATUHAN 76.9% 23.1% 100.0%
TIDAK PATUH Count 7 0 7
Expected Count 5.6 1.4 7.0
% within KEPATUHAN 100.0% 0.0% 100.0%
Total Count 37 9 46
Expected Count 37.0 9.0 46.0
% within KEPATUHAN 80.4% 19.6% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 2.008 a
1 .156
Continuity Correction b
.810 1 .368
Likelihood Ratio 3.341 1 .068
Fisher's Exact Test .316 .192
Linear-by-Linear 1.965 1 .161
Association
N of Valid Cases 46
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,37.
b. Computed only for a 2x2 table

7
Symmetric Measures
Asymptotic
Standard Approximate Approximate
Value Error a
Tb Significance
Interval by Pearson's R -.209 .051 -1.417 .163c
Interval
Ordinal by Spearman -.209 .051 -1.417 .163c
Ordinal Correlation
N of Valid Cases 46
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Case Processing Summary


Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


KEPATUHAN * 46 100.0% 0 0.0% 46 100.0%
MOTIVASI

KEPATUHAN * MOTIVASI Crosstabulation


MOTIVASI

BAIK CUKUP Total


KEPATUHAN PATUH Count 30 9 39
Expected Count 26.3 12.7 39.0

% within KEPATUHAN 76.9% 23.1% 100.0%

TIDAK PATUH Count 1 6 7

Expected Count 4.7 2.3 7.0

% within KEPATUHAN 14.3% 85.7% 100.0%

Total Count 31 15 46
Expected Count 31.0 15.0 46.0

% within KEPATUHAN 67.4% 32.6% 100.0%

7
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 10.596 a
1 .001
Continuity Correction b
7.937 1 .005
Likelihood Ratio 10.209 1 .001
Fisher's Exact Test .003 .003
Linear-by-Linear 10.365 1 .001
Association
N of Valid Cases 46
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,28.
b. Computed only for a 2x2 table

Mann-Whitney Test
Ranks
PENGETAHUAN N Mean Rank Sum of Ranks
KEPATUHAN BAIK 37 24.35 901.00
CUKUP 9 20.00 180.00
Total 46

Test Statisticsa

KEPATUHAN
Mann-Whitney U 135.000
Wilcoxon W 180.000
Z -1.402
Asymp. Sig. (2-tailed) .161
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .397b
a. Grouping Variable: PENGETAHUAN
b. Not corrected for ties.

8
Mann-Whitney Test
Ranks
MOTIVASI N Mean Rank Sum of Ranks
KEPATUHAN BAIK 31 20.74 643.00
CUKUP 15 29.20 438.00
Total 46

Test Statisticsa
KEPATUHAN
Mann-Whitney U 147.000
Wilcoxon W 643.000
Z -3.220
Asymp. Sig. (2-tailed) .001
a. Grouping Variable: MOTIVASI

Statistics
PENGETAHUA
KEPATUHAN N MOTIVASI
N Valid 46 46 46
Missing 0 0 0

Frequency Table

KEPATUHAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid PATUH 39 84.8 84.8 84.8
TIDAK PATUH 7 15.2 15.2 100.0
Total 46 100.0 100.0

PENGETAHUAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid BAIK 37 80.4 80.4 80.4
CUKUP 9 19.6 19.6 100.0
Total 46 100.0 100.0

8
MOTIVASI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid BAIK 31 67.4 67.4 67.4
CUKUP 15 32.6 32.6 100.0
Total 46 100.0 100.0

Anda mungkin juga menyukai