Anda di halaman 1dari 40

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru dalam proses belajar mengajar harus memiliki kompetensi tersendiri


guna mencapai harapan yang dicita-citakan dalam melaksanakan pendidikan pada
umumnya dan proses belajar mengajar pada khususnya. Untuk memiliki
kompetensi tersebut guru perlu membina diri secara baik, karena fungsi guru itu
adalah membina dan mengembangkan kemampuan peserta didik secara
profesional didalam proses belajar mengajar. Guru harus senantiasa berpikir kretif
dalam setiap kegiatan pembelajaran.

Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang optimal
adalah iklim belajar yang baik, peningkatan sistem pembelajaran dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan dapat diciptakan
dengan penerapan sistem pembelajaran yang sesuai.
Penyebab kurang baiknya hasil belajar siswa disebabkan oleh kurang
tepatnya guru dalam memilih metode belajar. Metode inilah yang sangat
menentukan kegiatan siswa dalam belajar untuk memperoleh maksud yang
diharapkan. (Sudjana 1988 : 50)
Guru harus selalu berpikir kreatif agar dapat melaksanakan pembelajaran
yang menuntut siswa aktif, membangun suasana kelas semakin hidup sehingga
siswa memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan siswa yang lainnya. Hal ini
dimaksudkan supaya siswa dapat mengembangkan potensi dan prestasinya
Kenyataan setelah proses pembelajaran berakhir masih ada siswa yang
tidak dapat menguasai materi pelajaran dengan baik, hal ini tercermin dari
perolehan nilai evaluasi. Pada umumnya mereka memperoleh nilai yang lebih
rendah dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya, keadaan demikian
sangatlah merisaukan guru karena siswa yang bersangkutan tidak menuntaskan
pembelajaran sesuai dengan Keriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah

1
2

ditentukan, yang berarti siswa yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tujuan
yang diharapkan.
Dari hasil evaluasi di kelas VI SDN Karangasem 1 Kecamatan Lumbang
Kabupaten Pasuruan tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran pada
pertemuan pertama masih rendah pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam
“materi gaya” hanya 8 orang dari 20 orang siswa yang mendapat nilai di atas
Keriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sedangkan nilai ketuntasan untuk mata
pelajaran milmu pengetahuan alam adalah 65.
Menurut hasil evaluasi di atas maka perlunya diadakan perbaikan
pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis terlihat jelas bahwa dalam upaya
meningkatkan hasil belajar pelajaran ilmu pengetahuan alam, diperlukan
memperbaiki kerakteristik siswa dan lingkungan belajar. Menurut Muyasa
(2007:12) bahwa guru merupakan peran penting dalam pelaksanaan pembelajaran
yang lebih lanjut, oleh karena itu guru disebut ahli penyebar informasi yang baik
juga berperan sebagai perencana, pelaksana, dan penilai pembelajaran.
Dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi yang
diajarkan, maka penulis melakukan perbaikan pembelajaran merujuk kepada
Penelitia Tindakan Kelas (PTK). Kegiatan tersebut berfungsi ganda, selain dapat
memperbaiki pembelajaran juga untuk mengembangkan diri secara profesional
sesuai tugas mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) pada
jenjang S.1 Universitas Terbuka.

1. Identifikasi Masalah
Ilmu pengetahuan alam bertujuan untuk mengambangkan ketrampilan
proses menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
Pembelajaran, Ilmu Pengetahuan Alam diharapkan mampu membelajarakan
keterampilan proses sehingga siswa dapat menyelidiki segala kejadian di alam
sekitar dengan menerapkan keterampilan proses, dengan demikian siswa akan
mampu memecahkan masalah yang berhubungan dengan lingkungan sekitar serta
membuat keputusan yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut.
3

Tujuan tersebut sesuai dengan karakteristik Ilmu Pengetahuan Alam yang


terdapat pada kurikulum 2013 yaitu mengitegrasikan pelajaran yang ada pada
buku dengan kehidupan yang ada di sekitar siswa. Melalui pengamatan dan
percobaan yang menjadi peran penting dalam karakteristik pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam. pada kurikulum 2013, sehingga pelajaran yang diberikan tidak
hanya dihafal namun juga dipraktekkan. Kemampuan, kreatifitas, dan komunikasi
akan menjadi sangat penting dalam proses pembelajaran ilmu pengetahuan alam
yang ada pada kurikulum 2013, sejalan dengan itu rumusan kompetensi sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang dipergunakan dalam kurikulum 2013
mengedepankan pentingnya kreatifitas dan komunikasi.
Salah satu materi Ilmu Pengetahuan Alam yang terdapat di kelas VI adalah
materi gaya. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari lapangan pada materi gaya
kelas VI SDN Karangasem 1 hanya 40% siswa yang mecapai KKM dan 60%
siswa yang belum mencapai KKM. Siswa hanya menerima materi tanpa
melakukan percobaan pada saat proses pembelajaran berlangsung sehingga siswa
pasif pada saat proses belajar.
Ilmu Pengetahuan Alam mampu membelajarkan keterampilan proses pada
siswa sehingga siswa berperan aktif tidak hanya menerima materi yang harus
dihafal saja. Materi gaya ini mengharuskan siswa untuk melakukan kegiatan
percobaan tentang gaya. Adapun jenis-jenis gaya yang dipelajari adalah gaya
magnet.
Sesuai dengan tujuan dan karakteristik pembelajaran ilmu pengetahuan
alam siswa tidak diajak untuk mempraktekkan kegiatan secara langsung agar
siswa mendapatkan pengalaman dan bisa memecahkan permasalahan dari
kegiatan yang telah dilakukan. Hal ini sesuai dengan karakteristik anak pada usia
7-11 tahun yang dikemukakan oleh seorang pakar dalam bidang ilmu psikologi
anak jian piaget.
Karakteristik anak sekolah dasar berada pada tahap operasional konkrit
atau nyata dan mampu memecahkan masalah yang sifatnya kongkrit atau nyata
dan dan mampu membedakan baik dan buruk. Karakteristrik anak pada tahap ini
yakni, 1) apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap
4

tidak penting, 2) suka bergerak, 3) hal-hal yang bersifat kongkret lebih mudah
dipahami ketimbang yang abstrak, 4) senang bekerja dengan kelompok, 5) senang
merasakan atau melakukan secara langsung.
Berdasarkan karaktersitik kelas 4 tersebut maka siswa dilibatkan langsung
dalam proses pembelajaran dengan melakukan berbagai percobaan yang
berhubungan dengan gaya, sehingga siswa bisa mendapatkan pengalaman belajar
secara langsung. Namun dalam proses pembelajaran guru juga harus tetap
membimbing atau mengarahkan siswanya agar tidak salah dalam memahami
konsep dan materi yang disampaikan, maka dari itu perlu diterapkannya metode
teori inkuiri terbimbing.
Inkuiri yang tepat untuk anak sd asalah inkuiri terbimbing (guadeinquiry).
Teori melandasi inkuiri terbimbing ini adalah konstrutivisme yaitu menciptakan
pemahaman baru yang menutut aktifitas kreatif, produktif dalam konteks nyata
yang mendorong siswa untuk Belajar berpikir kemudian mendemonstrasikan
dengan teori ini diharapkan dapat mendekatkan siswa kedalam proses ilmiah,
tidak hanya memberikan teori tetapi juga memberikan pengalaman secara
nyata kepada siswa. Inkuiri terbibing ini akan mengajak siswa untuk melakukan
sebuah penemuan dimana siswa mengasimilasi suatu konsep.
misalnya mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
mengukur dan membuat kesimpulan dan sebagainya dengan bimbingan atau
arahan dari guru. Sesuai dengan karakter siswa sekolah dasar yang hanya bisa
menerima hal yang kongkrit maka inkuiri terbimbing dapat membantu siswa
untuk melakukan suatu penemuan dengan melakukan percobaan yang melibatkan
siswa secara langsung.
Dapat disimpulkan bahwa inkuiri terbimbing dalam proses
pembelajarannya mengharuskan siswa mengolah pesan sehingga memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai. Inkuiri terbimbing disini yang
dimaksudkan adalah agar siswa terlibat langsung dalam proses kegiatan belajar
mengajar dan diharapkan siswa mampu mengembangkan kemampuan intelektual,
berpikir kreatif, dan mampu memecahkan masalah dengan bimbingan guru.
5

Kelebihan inkuiri terbimbing adalah guru mampu membimbing siswa


melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada
suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan
tahap-tahap pemecahannya. Inkuiri terbimbing mengajak siswa belajar
berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat
memahami konsep-konsep pelajaran, sehingga dengan inkuiri terbimbing tersebut
siswa tidak mudah bingung dan tidak akan gagal karena guru terlibat penuh.
Berdasarkan paparan diatas maka peneliti ingin mencoba melakukan
penelitian dengan judul “penerapan metode inkuiri terbimbing pada mata
pelajaran IPA materi gaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDN
KARANGASEM 1”

2. Analisis Masalah
Berdasarkan hasil pengamatan, refleksi diri, diskusi dengan teman sejawat
maupun dengan mengkaji ulang berbagai dokumen seperti pekerjaan siswa, daftar
nilai dan perangkat pembelajaran yang disiapkan, terungkap beberapa faktor
penyebab mengapa siswa kurang aktif dalam pembelajaran sehingga hasil nilai
yang diperoleh sangat rendah, antara lain :
a. Dalam menyampaikan materi pembelajaran, guru tidak memberikan contoh
yang nyata ataupun gambar materi.
b. Penjelasan guru terlalu abstrak, karena hanya menggunakan metode
ceramah.
c. Guru tidak bisa mengkondisikan siswa dengan baik, sehingga menjadi
ramai.
d. Siswa kurang berfikir kreatif untuk memecahkan masalahnya.
e. Kurangnya interaksi antar siswa dengan siswa maupun guru dengan siswa.

3. Alternatif Pemecahan Masalah


Berdasarkan beberapa kajian teori, diskusi dengan teman sejawat, serta
refleksi pengalaman sendiri sebagai guru, maka peneliti menyusun alternative
tindakan yaitu :
6

Model inkuiri terbimbing yang dikembangkan guru kelas VI SDN


Karangasem 1 menjadi salah satu alternatif model pembelajaran yang diharapkan
mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran IPA materi gaya.
Dengan tujuan agar siswa terlibat aktif untuk lebih mengerti apa yang
mereka lakukan sehingga memberikan pemahaman yang lebih baik jika belajar
dilakukan secara aktif maka peserta didik akan terdorong untuk mencapai sesuatu,
mereka akan mencari jawaban atas pertanyaan dan mencari informasi untuk
memecahkan masalahnya. Sehingga materi yang disampaikan dapat difahami dan
diterima dengan baik oleh siswa. Serta siswa dapat dengan mudah diingat
kembali.
Pada kegiatan ini keterlibtan guru dalam proses belajar mengajar semakin
berkurang. Guru menjadi pusat kegiatan kelas dan berperan sebagai fasilitaor yang
mengarahkan dan memotifasi siswa untuk belajar mandiri serta menumbuhkn rasa
tanggung jawab siswa akan merasa senang berdiskusi tentang materi dalam
kelompoknya. Mereka berinteraksi dengan teman sebayanya dan juga dengan
gurunya sebagai pembimbing.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan suatu masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana proses perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode
inkuiri terbimbing pada mata pelajaran IPA materi gaya untuk meningkatkan
hasil belajar siswa kelas VI SDN karangasem 1?
2. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing
pada mata pelajaran IPA materi gaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa
kelas VI SDN karangasem 1?
3.Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya metode
inkuiri terbimbing pada mata pelajaran IPA materi gaya untuk meningkatakan
hasil belajar siswa pada kelas VI SDN karangasem 1.
7

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah :
1. untuk mengetahui perencanaan pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing
pada mata pelajaran IPA materi gaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa
kelas VI SDN karangasem 1.
2. Untuk mmengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan metode inkuiri
terbimbing pada mata pelajaran IPA materi gaya untuk meningkatakan hasil
belajar siswa kelas VI SDN karangasem 1.
3.Untuk menegetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkannya
metode inkuiri terbimbing pada mata pelajaran IPA materi gaya untuk kelas VI
SDN karangasem 1.

D. Manfaat Penelitian
Dari Hasil penulisan laporan Penelitian ini diharapkan dapat memberi
manfaat antara lain :
a.manfaat teoeoritis
Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan
bagi penulis, tentang penulisan karya ilmiah. Juga dapat menjadikan
pengalaman dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran bagi guru di
SDN Karangsem 1 Lumbang kabupaten Pasuruan khususnya didunia
pendidikan.
b.manfaat praktis
Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan bermanfaat bagi :
1. Bagi peneliti
Bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengganti topik sejenis, baik
yang berkaitan dengan metode inkuiri terbimbing.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber rujukan atau dasar
pijakan sehingga penelitian yang dilakukan tersebut menghasilkan
pengetahuan yang lebih lengkap.
2. Bagi guru
8

Untuk memperoleh gambaran mengenai metode inkuiri terbimbing


dan diharapkan sedikit demi sedikit dapat mengetahui inkuiri terbimbing
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
3. Bagi siswa
Dapat membantu siswa yang sedang mengalami kesulitan belajar.
Dengan adanya penerapan metode inkuiri terbimbing pada pembelajaran
IPA akan memungkinkan siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar
mengajar, mengembangkan daya nalar, serta mampu berpikir yang lebih
kreatif, sehingga siswa termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran.
4. Bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam rangka perbaikan
sistem pembelajaran disekolah.
1

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
9

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Ilmu Pengetahuan Alam


1. Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam
Didalam buku pembelajaran IPA sekolah dasar dijelaskan bahwa IPA
memiliki 3 dimensi yang saling terkait yaitu :
a. IPA sebagai produk
IPA dikatakan sebagai produk karna adanya akumulasi hasil upaya
para perintis IPA terdahulu dan umumnya telah tersusun secara lengakap
dan sistematis dalam bentuk buku teks, dan buku teks ini merupakan body
of knowledge dari IPA, dan buku teks ini sangatkah penting untuk
diguanakan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan
siswa.
b. IPA sebagai proses
Dimensi proses ini tidak kalah penting dari pengetahuan yang
diperoleh dari buku teks. Yang dimaksudkan “proses” disini adalah proses
mendapatkan IPA. Seperti yang kita ketahui bahwa IPA diperoleh dari
metode ilmiah. Untuk kalangan anak sekolah dasar, metode ilmiah
dikembangkan secara bertahap dan berkesinambungan, dengan harapan
bahwa pada akhirnya akan terbentuk panduan yang lebih utuh sehingga
anak sekolah dasar dapat melakukan penelitian seerhana. Tahapan ini
pengembangannya disesuaikan dengan tahapan suatu proses dari penelitian
atau eksperimen, yaitu meliputi : a) observasi, b) klasifikasi, c)
interpretasi, d) prediksi, e) hipotesis,f) mengendalikan variabel, g)
merencanakan dan melaksanakan penelitian, h) inferensi, i) aplikasi, dan j)
komunikasi. Jadi pada hakikatnya dalam mendapatlkan IPA diperlukan
sepuluh ketrampilan dasar.

9
10

Maka dari itu jenis keterampilan dasar dalam proses mendapatkan


IPA disebut juga dengan “keterampilan proses” untuk memahami suatu
konsep,
siswa tidak diberitahukan oleh guru, akan tetapi guru hanya
memberikan peluang pada siswanya untuk menemukan konsep melalui
pengalaman siswa dengan mengembangkan ketrampilan dasar melalui
percobaan dan membuat kesimpulan. Menurut J.Bruner penemuan itu
sangatlah penting bagi siswa karena, dapat mengembangkan kemempuan
intelektual siswa, mendapatkan motivasi intrinsik, menghayati bagaimana
ilmu itu diperoleh, memperoleh daya ingat yang lebih lama reterensinya.

c. IPA Sebagai Pemupukan Sikap


Makna sikap dalam pengajaran IPA SD/MI dibatasi pengertiannya
pada “sikap ilmiah terhadap alam sekitar”. Menurut Wynne Harlen dan
Hendro Darmodjo, ada sembilan aspek sikap ilmiah yang dapat
dikembangkan pada anak sekolah dasar yaitu :
a. Sikap ingin tahu
b. Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru
c. Sikap kerja sama
d. Sikap tidak putus asa
e. Sikap tidak berprasangka
f. Sikap mawas diri
g. Sikap bertanggung jawab
h. Sikap berpikir bebas
i. Sikap kedisiplinan diri

Sikap ilmiah ini dapat dikembangkan ketika siswa melakukan diskusi,


percobaan, simulasi, atau kegiatan dilapangan. Dalam hal ini maksud dari
sikap ingin tahu sebagai bagian dari sikap ilmiah adalah suatu sikap yang
selalu ingin mendapatkan jawaban yang benar dari objek yang diamati.
11

Anak sekolah dasar mengungkapkan rasa ingin tahunya dengan jalan


bertanya yaitu, bertanya kepada guru, teman, atau kepada diri sendiri.
Melalui kerja kelompok akan memperoleh pengetahuan yang sebelumnya
tidak diketahui. Disini berlangsung kerja sama dimaksudkan untuk
memperoleh pengetahuan lebih banyak. Melalui kerja sama, siswa akan
belajar bersikap kooperatif, dan menyadari bahwa pengetahuan yang
dimiliki orang alain mungkin lebih banyak dan lebih sempurna dari pada
yang dimilikinya. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pengetahuannya
maka ia merasa membutuhkan kerjasama dengan orang lain.

2. Tujuan Dan Fungsi IPA di SD


Di tingkat sekolah dasar bidang studi IPA mempunyai tujuan agar
murid memahami konsep-konsep IPA yang saling keterkaitan agar murid
mampu menerapakan metode ilmiah yang sederhana dan bersikap ilmiah
dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dan menyadari kebesaran
penciptaNya. Selain itu mata pelajaran IPA juga memiliki tujuan sebagai
berikut :
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-
Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi dan masyarakat.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidi alam
sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan alam sekitar.
12

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala


keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.
Adapun fungsi studi IPA adalah :
 Mengembangkan keterampilan-keterampilan yang berhubungan
dengan keterampilan proses.
 Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar sehingga
menimbulakan rasa cinta dan kagum terhadap penciptanya.
 Mengembangkan siakap dan nilai.
 Mengembangkan minat murid terhadap IPA
 Mengembangkan konsep-konsep IPA sederhana yang berhubungan
dengan kehidupan sehari-hari

B. INKUIRI TERBIMBING
1. PENGERTIAN INKUIRI TERBIMBING
Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berati ikut serta, atau
terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi dan
melakukan penyelidikan. Bisa disimpulkan bahwa inkuiri adalah
rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir
secara kritis dan analistis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban
dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Menurut slamet, metode inkuiri adalah cara penyampaian bahan
pengajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar
mengembangkan potensi intelektualnya dalam jalinan kegiatan yang
disusunnya sendiri untuk menemukan sesuatu sebagai jawaban yang
meyakinkan terhadap permasalahan yang dihadapkan kepadanya melalui
proses pelacakan data dan informasi serta pemikiran yang logis, kritis dan
sistematis. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya
jawab antara guru dan siswa. Pendekatan pembelajaran ini sering juga
13

digunakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa yunani, yaitu


heurisken yang berarti saya menemukan.
Metode inkuiri berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke
dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan pengetahuannya.
Rasa ingin tahu terahadap keadaan alam disekelilingnya merupakan kodrat
manusia sejak lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan
untuk mengenal segala sesuatu melalui indra pendengar, pelihat, dan
indra-indra yang lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia terus
menerus berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya,
pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna (meaningfull)
manakala didasari keingintahuan itu. Dalam rangka itulah pendekatan
inquiri dikembangkan.
Dalam praktiknya aplikasi metode inquiry sangat beragam,
tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan
bahwa pembelajaran dengan metode inquiry memilki 5 komponen yang
umum, antara lain :
a. Question
Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang
memancing rasa ingin tahu siswa akan suatu fenomena.
b. Student engagement
Keterlibatan siswa adalah suatu keharusan, sedangkan peran guru adalah
sebagai fasilitator. Siswa tidak secara pasif menuliskan jawaban
pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab
sebuah buku, tetapi dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk
yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari.
c. Cooperative interaction
Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja dalam kelompok, dan
mendiskusikan berbagai gagasan.
14

d. Performance evaluation
Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat
sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai
permasalahan yang sedang dipecahkan.
e. Varienty of resources
Siswa dapat mengguanakan bermacam-bermacam sumber belajar,
misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan
ahli, dan sebagainya.

Adapun langkah-langkah inkuiri :


a. Orientasi
Mengkondisikan siswa agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran
dengan mengajak siswa untuk berfikir memecahkan masalah. Langakah
orientasi ini adalah langkah yang sangat penting.
b. Merumuskan masalah
Membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.
Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk
memecahkan persoalan tersebut.
c. Merumuskan hipotesis
Membuat jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan kepada siswa
untuk dapat merumuskan jawaban sementara dari suatu masalah yang
dikaji.
d. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan.
e. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data.
15

f. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan masalah adalah proses mendiskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis

2. MACAM-MACAM METODE INKUIRI


Metode inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya
intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan
oleh guru terhadap siswa. Ketiga jenis kegiatan inkuiri tersebut adalah :
a. Inkuiri terbimbing (guided inquiry)
Metode inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru
membimbing siswa untuk melakukan kegiatan dengan memberi
pertanyaan awal dan mengarahkannya pada suatu diskusi. Guru
mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap
pemecahannya. Metode inkuiri terbimbing ini digunakan oleh siswa yang
kurang berpengalaman dalam belajar yang menggunakan metode inkuiri.
Dengan metode ini siswa yang belajar lebih berorientasi pada
bimbingan dan petunjuk dari guru sehingga siswa dapat memahami siswa
dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada metode ini siswa akan
dihadapkan pada tugas-tugas yang relavan untuk diselesaikan baik melalui
diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan
masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
Pada dasarnya, setiap proses belajar berlangsung. Siswa akan
memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal
guru banyak memberikan bimbingan, dan pada tahap-tahap berikutnya,
bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan
prosesinkuiri secara mandiri.
Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan
diskusi multiarah yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami
konsep pelajaran. Disamping itu bimbingan juga diberikan melalui lembar
kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar, guru
16

harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui


dan memberikan petunjuk-petunjuk dan arahan yang dibutuhkan siswa.
b. Inkuiri bebas (free inquiry)
Metode ini digunakan oleh siswa yang telah berpengalaman belajar dengan
metode inkuiri. Karena dalam metode inkuiri bebas ini, siswa ditempatkan
seolah-olah bekerja seperti ilmuan. Siswa diberi kebebasan untuk
menentukan permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan
menyelasaikan masalah secara mandiri,
merancang prosedur atau langkah-langakah yang di perlukan.
c. Inkuiri bebas yang di modifikasikan ( modified free inquiy)
Metode ini merupakan kolaborasi inkuiri terbimbing dengan inkuiri bebas.
Permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap
diberikan acuan kurikulum yang telah ada. Siswa tidak dapat memilih atau
menentukan masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap
memperoleh bimbingan.

C. HASIL BELAJAR
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah
mengalami aktivitas belajar. Perolehan perubahan aspek-aspek perilaku tersebut
tergantung pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa, hasil belajar
yang dicapai oleh siswa di sekolah merupakan tujuan dari kegiatan belajarnya.
Menurut sidharta hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku tersebut
menyangkut perubahan pengetahuan (kognitif), perubahan keterampilan
(psikomotor) maupun menyangkut nilai dan sikap (afektif). Oleh karena itu,
apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku
yang diperoleh adalah tidak hanya berupa penguasaan konsep tetapi juga
keterampilan dan sikap. Bejamis S.Bloom menyebutkan enam jenis perilaku ranah
kognitif, sebagai berikut :
a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan
fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip atau metode.
17

b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang


hal yang dipelajari.
c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk
mengahadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan
prinsip.
d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam bagian-
bagian sehingga struktur setruktur keseluruhan dapat dipahami dengan
baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.
e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola brau. Misalnya
kemampuan menyusun suatu program.
f. Evaluasi, mmencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa
hal berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya, kemampuan menilai hasil
ulangan.

Hasil belajar siswa dapat diketahui melalui penilaian kelas,.


Penilaian kelas merupakan proses pengumpulan dan pengguanaan
informasi untuk pemberian keputusan terhadap hasil belajar siswa,
berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan profil
kemampuan siswa sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan dalam
kurikulum. Bentuk penilaian kelas yang digunakan dalam penilaian ini
yaitu penilaian kinerja (perfomance), penilaian tes tulis (paper and pen),
penialian sikap.
9

BAB III
PELAKSANAAN
PERBAIKAN
PEMBELAJARAN
18

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian


1. Subjek Penelitian
Pelaksanaan perbaikan dilakukan di kelas VI SDN Karangasem 1
Kecamtan lumbang Kabupaten Pasuruan, dengan jumlah siswa 20 orang terdiri
dari 10 orang siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Dengan materi “Gaya
magnet” dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Yang membantu di dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran
diantaranya :
1. Ibu Siti Umayaroh. S.Pd.M.Pd sebagai supervisor 1
2. Ibu Lulu Ermawati Utami, S.Pd.SD sebagai supervisor 2
3. Ibu Mahmudah Nurul Khasanah, S.Pd.SD
4. Rekan-rekan Dewan Guru beserta siswa SDN Karangasem 1
Dalam melaksanakan pembelajaran di kelas guru harus memperhatikan
karakteristik siswa, latar belakang keluarga dan tahap perkembangan
psikologisnya sehingga dalam implementasinya pada pembelajaran yang
dilakukan lebih bermakna bagi siswa.

2. Tempat Penelitian
Lokasi pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran yang penulis
laksanakan adalah disalah satu SD yang berada di Desa Karngasem Kecamatan
Lumbang Kabupaten Pasuruan, tepatnya di SDN Karangasem 1 UPTD
Pendidikan Kecamatan Lumbang.
- Sekolah yang digunakan penulis dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran
adalah di SDN Karangasem 1.
- Kelas yang digunakan dalam pelaksanaan pebaikan pembelajaran adalah di
kelas VI dengan jumlah murid sebanyak 20 siswa.
- Mata pelajaran yang dilakukan dalam pelaksanaan perbaikan ini adalah mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

18
19

3. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilakukan 2 siklus, yaitu
siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 19 mei 2022 dan siklus 2 dilaksanakan pada
tanggal 25 mei 2022, dengan waktu pelaksanaan sebagai tertera dalam tabel 3.1

Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Perbaikan
No Hari/Tanggal Mata Pelajaran Keterangan

1. Kamis, 19 Mei 2022 Ilmu Pengetahuan Alam Siklus I

2. Rabu, 25 mei 2022 Ilmu Pengetahuan Alam Siklus II

Langkah-langkah dalam melakukan PKP pada program PKP dapat digambarkan


pada Gambar 3.1

Gambar 3.1
Diagram Siklus Pelaksanaan Tindakan Kelas

Perencanaan Pelaksanaan
Permasalahan
Tindakan I Tindakan I

SIKLUS I

Refleksi I Observasi I

Permasalahan Baru

Hasil Refleksi Perencanaan Pelaksanaan

Tindakan II Tindakan II
20

A. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


1. Siklus 1
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan yang dilakkukan dalam tahap perencanaan meliputi :
1.) Guru merumuskan permasalahan secara operasional, relavan dengan
rumusan masalah penelitian.
2.) Menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan yang didalamnya
meliputi :
 Mengguanakan indikator sesuai pembelajaran dengan
menggunakan media beserta metodenya.
 Membuat rancangan mertode penyampaian dan pengelolaan
pembelajaran IPA (rancangan program, bahan, metode belajar,
mengajar, dan evaluasi)
b. Tahap pelaksanaan perbaikan 1
1.) Penjelasan materi dengan menggunakan media gambar yang
sesuai
2.) Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rpp yang
sudah dibuat
3.) Memberikan tugas yang telah dipersiapkan kepada siswa
4.) Pada akhir pembelajaran diadakan evaluasi
5.) Melaksanakan analisis evaluasi
c. Tahap observasi
Untuk melakukan pengamatan secara sistematis terhadap
kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan pedoman
pengamatan yang telah dibuat yaitu dengan cara melakukan
pengamatan terhadap keaktifan siswa, perhatian, minat, dan
motivasi belajar siswa.
d. Tahap Refleksi 1
Pada tahap refleksi observasi pelaksanaan pembelajaran,
lalu dilakukan pengumpulan data, menganalisa pada perbaikan I,
kemudian dilanjutkan dengan refleksi. Hasil yang diperoleh berupa
21

temuan tingkat efektifitas pembelajaran dengan menggunakan


media yang dirancang, dan daftar permasalahan muncul dilapangan
yang selanjutnya dapat dipakai sebagai dasar untuk melakukan
perencanaan ulang pada siklus II.

2. Siklus II
1. Tahap Perencanaan
Dalam hasil penelitian ini akan menggunakan model siklus kedua,
sehingga diharapkan semakin lama akan semakin memperoleh hasil yang
ingin dicapai.
Langkah-langkah kegiatan yang harus dipersiapkan dalam penelitian ini
adalah :
a. Observasi
b. Konsultasi dengan guru kelas
c. Identifikasi permasalahan yang muncul dalam kegiatan belajar, mengajar.
d. Merumuskan metode yang sesuai dengan pembelajaran.

2. Tahap Persiapan
Tahap ini meliputi pelaksanaan kegiatan yang telah dirancang
dalam skenario pembelajaran (berupa RPP) disertai dengan kegiatan
observasi diikuti kegiatan refleksi.
Adapun kegiatan yang akan dilaksanakan dikelas selama
pertemuan sebagai berikut :
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Menyampaikan materi secara garis besar.
c. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan inkuiri
terbimbing.
d. Memberikan arahan yang terkait dengan tugas-tugas yang akan diberikan
kepada siswa.
22

3. Tahap Pelaksanaan
a. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang materi gaya magnet.
b. Guru membagi kelompok dan menjelaskan maksud dari pembagian
kelompok.
c. Siswa mengerjakan LKS bersama kelompok.
d. Guru memberikan reward kepada kelompok
e. Setelah itu siswa diberi tugas individu untuk menegrjakan latihan soal.
f. Guru bersama siswa mneyimpulkan materi secara bersama-sama.

4. Tahap Observasi
Pada tahap ini Observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran
berlangsung dengan pengambilan data berupa hasil pengamatan didalam
kelas dan hasil atau prestasi belajar siswa. Pengambilan data dilakukan
dengan cara melihat dan merekam segala bentuk aktifitas siswa selama
proses belajar mengajar kemudian mencatat perkembangannya dengan
tujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan metode inkuiri terbimbing
terhadap hasil belajar IPA materi gaya siswa kelas IV SDN karangasem 1.
Selama kegiatan pembelajaran peneliti melakukan pengamatan
dengan pengambilan data dari hasil belajar dan kinerja siswa. Hal tersebut
antara lain :
a. Aktivitas siswa
1) Siswa mendengarkan arahan dari guru tentang metode yang akan
digunakan.
2) siswa diberi kesempatan utuk bertanya apabila ada penjelasan yang
kurang dimengerti.
3) siswa mengerjakan tugas dari guru.
b. Interaksi guru dengan siswa
hubungan yang terjalin erat dan komunikatif selama kegiatan belajar
mengajar yang berlangsung didalam kelas maupun kegiatan lain yang ada
diluar kelas adalah salah satu pendekatan yang dirasa sangat efektif dan
efisien.
23

c. Interaksi siswa dengan siswa


hubungan antar siswa yang satu dan siswa yang lain saling bekerja sama
serta menjalin kekeluargaan selama kegiatan belajar berlangsung didalam
kelas maupun kegiatan lain yang ada diluar kelas.
5. Tahap Analisis dan Refleksi II
a. Analisis
Pada tahap akhir kegiatan pembelajaran, adanya suatu analisis terhadap
apa yang telah dilakukan dilapangan adalah diperlukan. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat keberhasilan
dari metode yang digunakan dalam melakukan analisis, diperlukan adanya
prosedur dan teknik-teknik yang dapat disesuaikan dengan tujuan yang
ingin di capai.
b. Refleksi
Refleksi dalam hal ini adalah interprestasi terhadap semua data yang
diperoleh dari pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran. Dengan adanya
analisis terhadap data yang diperoleh, maka peneliti akan dapat
mengetahui tingakt keberhasilan atau kekurangan terhadap metode yang
digunakan (refleksi).
Adapun data yang telah di analisis dapat menunjukkan hasil yang
sesuai dengan tujuan yang diharapkan, dimana dengan metode inkuiri
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDN karangasem 1.
1. Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
2. Motivasi belajar siswa.
3. Keaktifan siswa dikelas naik dengan banyaknya pertanyaan yang
diajukan dalam kegiatan pembelajaran sehingga kelas terlihat aktif.
4. Hasil belajar siswa yang dilihat dari hasil tes ataupun ulangan harian
yang sudah dilakukan siswa.
18

BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
24

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil penelitian Perbaikan Pembelajaran


1. Deskripsi Hasil Pengamatan Tindakan
pada tahap awal guru seperti biasa mengondisikan siswa pada
pembelajaran yang kondusif dengna cara berdoa, mengabsen, dan menyuruh
siswa untuk mempersiapkan alat tulis. Dilanjutkan dengan apersepsi kemudian
menjelaskan materi pembelajaran sehingga perhatian siswa lebih terfokus kepada
kegiatan pembelajaran memotivasi siswa dengan mengadakan tanya jawab
supaya kegiatan pembelajaran menjadi hidup siswa aktif dan ikut berpartisifasi
dalam kegiatan pembelajaran, siswa secara berkelompok mengerjakan soal
latihan pada lembar kerja siswa (LKS), guru bersama siswa membahas hasil
pekerjaan seluruh kelompok, menyimpulkan materi secara bersama-sama,
mengadakan ecaluasi/latihan per individu, sebagai tindak lanjut guru memberikan
pesan moral kepada siswa sebagai pemahaman supaya siswa rajin belajar di
rumah.
2. Analisis dan Refleksi
Berdasarkan Deskripsi data pengamatan yang telah dilakukan peneliti
dan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru yang bersangkutan, maka
diperoleh data temuan sebagai berikut :
 Sebagian siswa masih ragu dalam menjawab pertanyaan guru.
 Sebagian siswa masih belum berani untuk tampil kedepan
 Kurangnya rasa percaya diri pada siswa

SIKLUS I
Berdasarkan pada hasil observasi terhadap pembelajaran sebelum diadakan
perbaikan pembelajaran didominasi oleh guru sehingga siswa merasa bosan. Dalam siklus
pertama ini peneliti mencoba mengganti pembelajaran trsebut dengan metode inquiri
terbimbing.
a. Tahap Penemuan Tindakan
Pada tahap perencanaan ini peneliti menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan
dalam pelaksanaan perbaikan, yaitu :

24
25

 Menyusun rencana perbaikan pembelajaran


 Menyiapkan media pembelajaran

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan


Pelaksanaan perbaikan pemebelajaran untuk siklus pertama dilaksanakan
pada hari kamis, 19 mei 2022 dikelas IV SDN Karangasem 1Kecamatan Lumbang,
Kabupaten Pasuruan dengan siswa sebanayak 23 siswa, adapun langkah-langkah
sebagai berikut :
 Guru menjelaskan materi yang akan diajarkan
 Guru memberikan LKS pada masing-masing kelompok
 Guru membahas LKS
 Setelah itu guru memberikan soal evaluasi
c. Tahap obserfasi atau pengamatan
Dengan menggunakan media siswa sangat senang dan mempunyai motivasi
dalam belajar IPA. Pada akhir pertemuan siswa soal hasil evaluasi.
Untuk mengetahui motivasi dan prestasi siswa terhadap materi yang
diberikan,. Hasil dari proses belajar mengajar dapatdilihat dari rata-rata nilai siswa
berdasarkan analisa data penilaian hasil post test seperti berikut :

Tabel 4.1
Peolehan nilai siklus I
NILAI
NO. NAMA SISWA
Siklus 1 Keterangan
1. Ahdiatul Aisyah 80
2. Arini nahdiatul niswah 100
3. Azril rahandika alfarid 70
4. Bayu andika giantoro 60
5. Diana safira 60
6. Eka fania rahma 90
7. Fadli hamzah 70
8. Gita ayu safitri 60
9. M. anwar maulana 80
26

10. M. fahmi masduqi 40


11. M. syifak udin 70
12. m. ilham prasetyo 90
13. Naneng kurnia 60
14. Rania putri anggraini 80
15. Rizka amel linda 60
16. Shinta rahayu putri 100
17. Vina nafisah romadona 60
18. Vino dwi prayoga 60
19. Zakaria 100
20. Zulfa fauzia 80

Rata-rata 73,50

Nilai di Atas KKM 12 Orang (60%)

Nilai di Bawah KKM 8 Orang (40%)

d. Tahap Refeleksi
Dari data-data yang diperoleh dari siklus I belum memuaskan. Bisa dilihat
dari hasil rata-rata nilai pada siklus I

Siklus II
Hasil analisa data diatas direfleksikan pada siklus ke dua, dengan demikian
kegiatan pembelajaran pada siklus ke dua ini membahas materi kelnajutan dari materi
gaya magnet dalam kehidupan.
a. Tahap Pelaksanaan
 Menyusun rencana perbaikan
 Menyusun scenario pembelajaran untuk digunakan sebagai acuan dalam proses
 Menyusun pedoman penilaian pada proses pembelajaran
 Menyusun tugas-tugas yang berkaitan dengan materi
 Menyiapkan media dalam pembelajaran
27

b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran mengacu pada rencana pelaksanaan
pembelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I sehingga kesalahan dan
kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II yang dilaksanakan pada hari
kamis, 25 mei 2022. Pengamatan dilaksanakan pada saat proses belajar mengajar
berlangsung. Adapun langkah-langkahnya sebgai berikut :
 Guru menjelaskan materi dengan menggunakan media yang ada
 Guru membagi menjadi beberapa kelompok
 Siswa menegerjakan LKS bersama kelompok
 Setiap kelompok melakukan presentasi
 Setelah itu guru memberikan lembar evaluasi pada siswa
 Siswa diberi tindak lanjut (PR)

c. Tahap Observasi
Dalam proses pembelajaran dan situasi selama pembelajaran serta situasi kelas
selama pembelajaran berlangsung dalam hasil pengamatan dapat diketahui bahwa
hasilnya sangat memuaskan, prestasi siswa meningkat, serta siswa lebih aktif
dibandingkan siklus I.
Untuk mengetahui perkembangan kemampuan siswa dalam memperoleh nilai
hasil test pada siklus II adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2
PEROLEHAN NILAI SIKLUS I DAN SIKLUS II
NILAI
NO. NAMA SISWA
Siklus 1 Siklus 2
1. Ahdiatul Aisyah 80 80
2. Arini nahdiatul niswah 100 100
3. Azril rahandika alfarid 70 70
4. Bayu andika giantoro 60 80
p Diana safira 60 70
6. Eka fania rahma 90 100
7. Fadli hamzah 70 70
28

8. Gita ayu safitri 60 80


9. M. anwar maulana 80 80
10. M. fahmi masduqi 40 80
11. M. syifak udin 70 70
12. m. ilham prasetyo 90 100
13. Naneng kurnia 60 70
14. Rania putri anggraini 80 80
15. Rizka amel linda 60 80
16. Shinta rahayu putri 100 100
17. Vina nafisah romadona 60 60
18. Vino dwi prayoga 60 60
19. Zakaria 100 100
20. Zulfa fauzia 80 90

Rata-rata 73,50 81

Nilai di Atas KKM 12 Orang (60%) 18 orang (90%)

Nilai di Bawah KKM 8 Orang (40%) 20 orang (10%)

Dari hasil perolehan siklus 1, ada 8 orang siswa yang belum mencapai
KKM dari jumlah 20 siswa, atau 40%. Sedangkan siswa yang telah mencapai
KKM sebanyak 12 siswa, atau 60%. Setelah diadakan tindakan perbaikan
pembelajaran pada siklus 2, ternyata ada peningkatan nilai evaluasi siswa hanya 2
orang siswa yang belum mencapai KKM atau (10%) dari jumlah 20 siswa.
Sedangkan siswa yang telah mencapai KKM sebanyak 18 siswa atau (90%). Maka
persentase kenaikan dari nilai evaluasi siklus 1 ke siklus 2 yaitu 30%.
Untuk lebih jelasnya, persentase perolehan nilai evaluasi pada siklus 1 dan
2 dapat dilihat dari tebel di bawah ini :
29

Tabel 4.3
Persentase Perolehan Nilai evaluasi Siklus 1 dan Siklus 2
Siklus 1 Siklus 2
No Nilai Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Siswa (%) Siswa (%)
1 100 3 15 5 25

2 90 2 10 1 5

3 80 4 20 7 35

4 70 3 15 5 25

5 60 7 35 2 10

6 50 - - - -

7 40 1 5 - -

8 30 - - - -

9 20 - 2,5 - -

10 10 - - - -

Jumlah 20 100 20 100

d. Tahap Refleksi
Pada tahap ini proses pemebelajaran yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang dalam proses pembelajaran dengan metode inkuiri
terbimbing diperoleh data sebagai berikut :
1. Dari hasil pengamatan dapat diketahui gahwa motivasi siswa meningkat
selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Kekurangan pada siklus I sudah mengalami perbaikan sehingga pada siklus II
menjadi lebih baik dan prestasi siswa meningkat.
3. Siswa telah mampu memahami dan siap mempelajari materi yang diberika
guru, kegiatan belaar mengajar lebih baik, suasana kelas lebih hidup sehingga
proses belajar mengajar terkesan menyenangkan dan rileks.
30

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing membuat siswa lebih
bergairah dan aktif dari pada diajar dengan teknik ceramah biasa yang dilakukan
sebelumnya. Di dalam penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar siswa aktif
dalam mengerjakan tugas kelompok dan cukup banyak siswa yang mengacungkan
tangan untuk menjawab pertanyaan guru. Dari segi guru, tampaknya pengajaran
dengan metode inkuiri terbimbing sangat memudahkan siswa mempelajari serta
memahami pembelajaran.
Berdasarkan analisis data yang diperoleh prestasi belajar siswa yang
dinyatakan dengan rata-rata skor tes formatif pada siklus I mencapai 67,5 karena
siswa lebih siap dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus II rata-rata skor formatif
sebesar 84,7 hasil dari siklus II jauh bereda dai siklus I, karena siswa sudah terbiasa
dengan mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran, terdorong untuk belajar yang
lebih baik. Serta lebih merasa terbuka kepada teman kelompoknya untuk pemahaman
konsep-konsep yang belum dimengerti.
Dengan demikian respon siswa terhadap pembelajaran dengan metode inkuiri
terbimbing dikatakan positif, karena sebagian siswa menyatakan lebih mudah dan
lebih tertarik dalam proses belajar mengajar. Hal ini bisa dipahami karena proses
belajar menjadi bergairah dan tidak membosankan.
Semester II SDN Karangasem 1 Kecamatan Lumbang Kabupaten Pasuruan
Tahun Pelajaran 2021/2022. Dalam memahami materi gaya dalam kehidupan seari-
hari.
Motivasi belajar siswa tercermin dari hasil belajar siswa, artinya bahwa jika
motivasi rendah maka hasil belajarnya juga rendan, dan sebaliknya.
24

BAB V
PENUTUP
31

BAB V
PENUTUP
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan
Berdasarkan pada uraian yang terdapat di BAB IV, maka peneliti menyimpulkan
sebagai berikut :
1. Model belajar menggunakan metode inquiri terbimbing dapat meningkatkan
motivasi belajar IPA materi gaya magnet dalam kehidupan sehari-hari.
2. Penggunaan metode inkuiri dapat melibatkan peran aktif siswa dalam proses
pembelajaran sehingga siswa cepat memahami materi pembelajaran dengan
baik.
3. Model pembelajaran menggunakan metode inkuiri sangat efektif diterapkan
karena berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari. Dan memiliki
dampak positif dalam meninkatkan keantusiasan siswa dalam setiap siklus
yaitu pada pelaksanaa siklus I 67,5 pada siklus II mencapai 84,7

B. Saran Tindak Lanjut


Dari saran yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar
IPA lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka
disampaikan saran sebagai berikut :
1. Melakukan kombinasi pola pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran
yang lain.
2. Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami kegiatan menyususn
rencana kegiatan maka siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan diberi
test tertulis atau tugas lainnya.
3. Pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri perlu dikembangkan untuk
mata pelajaran IPA , agar dapat meningkatkan pemahaman siswa.
4. Perlu diberikan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam
mengembangkan metode pembelajaran Inkuiri terbimbing agar guru dapat
mengembangkan kemampuannya untuk menerapkan pada pokok bahasan
lain. Selain itu juga dapat menularkan pengalaman yang diperolehnya ini
kepada guru yang lain.
5. Penggunaan metode pembelajaran inkuiri terbimbing ini perlu terus
dilakukan krena pembelajaran akan lebih menyenangkan bagi siswa, dan

31
32

membiasakan siswa untuk belajar mandiri, serta berkelompok dan tidak


bergantung pada guru.
31

Perencanaan Perbaikan Pembelajaran IPA


Kelas VI SDN Karangasem 1
Pada Materi Gaya Magnet

Fakta/ data pembelajaran yang terjadi dikelas :


Kegiatan pembelajaran didominasi oleh guru sehingga tidak tampak keaktifan siswa
dalam belajar. Selain itu, hasil belajar yang diperoleh siswa masih rendah, sebab siswa
belum sepenuhnya memahami materi yang dijelaskan guru. Ketuntasa belajar siswa pada
hasil observasi awal hanya mencapai 30% siswa dari 36 siswa dengan nilai rata-rata
valuasi 62,3.

Identifikasi masalah :
Berdasarkan fakta/data yang diperoleh maka teridentifikasi masalah sebagai berikut :
 Tingkat pemahaman siswa terhadap materi sangat rendah
 Siswa kurang aktif dalam pembelajaran
 Siswa kurang percaya diri, masih ragu-ragu untuk mengungkapkan pendapatya
 Siswa malu bertanya

Analisis masalah :
Dari hasil identifikasi masalah diatas, maka analisis terhadap terjadinya masalah tersebut
antara lain,
 Dalam menyampaikan materi pembelajaran guru tidak menjelaskan materi
terlebih dahulu
 Penjelasan guru terlalu abstrak
 Guru tidak bisa mnegkondisikan kelas dengan baik
 Siswa kurang berfikir kreatif
 Kurangnya interaksi siswa dengan siswa, serta dengan guru

Alternatif pemecahan masalah :
Dengan memperhatikan penjelasan tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini
yaitu :
 Bagaimana penerapan metode Inkuiri terbimbing dalam pembelajaran IPA materi
gaya magnet pada siswa kels VI SDN Karangaem 1 Kecamatan Lumbang
Kabupaten Pasuruan ?
32

 Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDN Karangasem 1 dalam


pembelajaran IPA tentang materi gaya magnet setelah menggunakan metode
Inkuiri terbimbing ?
32

DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman (2010). Penelitian Pendidikan di SD; Jakarta: Direktorat jenderal


Pendidikan Tinggi

Wardani, IGAK. Kuswaya W. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Penerbit


Universitas Terbuka

Arsyad, A.2003. Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam 4 : Untuk kelas IV Sekolah Dasar/Madrasah


Ibtidaiyah/oleh S Rositawaty dan Aris Muharram. – Jakarta : Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan nasional, 2008

http://artikel.blogspot .com/2011/09/gaya-magnet.html

Anda mungkin juga menyukai