TENTANG
MEMUTUSKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pasal 2
BAB II
PRINSIP POLA TATA KELOLA (HOSPITAL BYLAWS)
Pasal 3
(1) Pola Tata Kelola merupakan peraturan internal Rumah Sakit yang terdiri
dari:
a. Tata Kelola Corporatif (Corporate Bylaws);
b. Tata Kelola Staf Medis (Medical Staf Bylaws);
c. Tata Kelola Staf Keperawatan (Nursing Staf Bylaws);
(2) Pola Tata Kelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a memuat:
a. Kelembagaan atau Struktur Organisasi;
b. Prosedur kerja;
c. Pengelompokan fungsi;
d. Pengelolaan sumber daya manusia;
e. Pengelolaan sumber daya lain;
f. Pengelolaan lingkungan Rumah Sakit;
g. Pengelolaan keuangan.
(3) Pola Tata Kelola sebagaimana dimaksud pada ayat 1 menganut prinsip-
prinsip sebagai berikut:
a. Transparansi;
b. Akuntabilitas;
c. Responsibilitas;
d. Indenpendensi; dan
e. Produktivitas.
Pasal 4
Pasal 5
BAB III
TATA KELOLA CORPORATE (CORPORATE BYLAWS)
Bagian Kesatu
Identitas
Pasal 6
(1) Nama rumah sakit adalah Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara;
(2) Tipe rumah sakit adalah Rumah Sakit Khusus tipe B Non Pendidikan;
(3) Alamat rumah sakit adalah Jalan dr. Soetomo No. 29 Kelurahan
Tobuuha, Kecamatan Puuwatu, Kota Kendari.
Bagian Kedua
Visi, Misi, Tujuan, Strategi dan Program
Pasal 7
(1) Visi Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara adalah “Menjadi
Rumah Sakit Jiwa Harapan dan Pendidikan Dengan Konsep Agrohospital
Tahun 2027”.
(2) Misi Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara adalah :
a. Meningkatkan kualitas sumber daya rumah sakit yang mendukung
upaya peningkatan kualitas pendidikan dan pelayanan kesehatan
paripurna kepada masyarakat;
b. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada semua lapisan
masyarakat secara cepat, tepat nyaman dan terjangkau dengan
dilandasi etika profesi;
c. Mewujudkan pelayanan yang pro-aktif dan perluasan jangkauan
pelayanan kepada masyarakat.
(3) Tujuan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara adalah
terwujudnya peningkatan kualitas dan pemerataan jangkauan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat melalui penyediaan sarana dan prasarana
serta mutu pendidikan.
(4) Strategi pencapaian tujuan merupakan strategi organisasi yang berisi
rencana menyeluruh dan terpadu mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan secara operasional dengan memperhatikan ketersediaan
sumber daya organisasi yang dijabarkan sebagai berikut :
a. Meningkatkan kualitas tenaga kesehatan;
b. Meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan;
c. Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan;
d. Meningkatkan kapasitas ruangan perawatan kelas III;
e. Meningkatkan kunjungan integrasi pelayanan kesehatan jiwa ke
Kabupaten/Kota;
f. Meningkatkan kegiatan Home Visite/Job Visite;
g. Meningkatkan kerjasama perguruan tinggi kesehatan di daerah.
(5) Program Rumah Sakit Jiwa sebagaimana tercantum dalam
Rencana Strategi Bisnis Rumah Sakit adalah sebagai berikut :
a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran;
b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur;
c. Program Peningkatan pengembangan Sistem Pelaporan
Capaian Kinerja dan Keuangan;
d. Program Peningkatan Perencanaan Tahunan OPD;
e. Program upaya Kesehatan Masyarakat;
f. Program Pengembangan Sumber Daya Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat;
g. Program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana
Rumah Sakit.
Bagian Ketiga
Motto, dan Nilai-Nilai Rumah Sakit
Pasal 8
Bagian Keempat
Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara
Pasal 9
(1) Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara berkedudukan sebagai
Rumah Sakit Khusus Jiwa milik Pemerintah Daerah dan merupakan
unsur pendukung atas tugas Gubernur di bidang pelayanan kesehatan
Jiwa dan merupakan satu-satunya pusat Rujukan untuk pelayanan
kesehatan Jiwa pada masyarakat di Provinsi Sulawesi Tenggara.
(2) Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Badan
Layanan Umum Daerah, dipimpin oleh seorang Pemimpin BLUD yang
disebut Direktur, berada di bawah dan bertanggungjawab kepada
Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara melalui Sekretaris Daerah;
(3) Rumah sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara mempunyai tugas :
a. Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di
bidang penyelenggaraan upaya promosi, pencegahan, penyembuhan
dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu
dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan dan
pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Gubernur sesuai
dengan bidang tugasnya.
(4) Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal 9 ayat (3),
rumah sakit mempunyai fungsi:
a. Pengumpulan, pengelolaan dan pengendalian data berbentuk data
base serta analisa data untuk menyusun program kegiatan;
b. Perencanaan strategis bidang pelayanan kesehatan perorangan;
c. Perumusan kebijakan teknis bidang pelayanan kesehatan
perorangan;
d. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintah daerah
bidang pelayanan kesehatan perorangan;
e. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang pelayanan kesehatan
perorangan;
f. Penyelenggaraan dan pengawasan standar pelayanan minimal yang
wajib dilaksanakan bidang pelayanan kesehatan;
g. Penyelenggaraan urusan kesekretariatan pada Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Sulawesi Tenggara;
h. Pelayanan medik;
i. Pelayanan penunjang medik dan non medik;
j. Pelayanan dan asuhan keperawatan;
k. Pelayanan rujukan;
l. Pelayanan kesehatan berbasis masyarakat;
m. Pengelolaan sumber daya rumah sakit;
n. Perencanaan program, rekam medik, evaluasi dan pelaporan rumah
sakit;
o. Pembinaan dan pelaksanaan kerjasama dengan lembaga
pemerintah dan lembaga lainnya.
Bagian Keempat
Kedudukan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara
Pasal 10
Pasal 11
(1) Kewajiban Rumah Sakit
a. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit
kepada masyarakat ;
b. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti
diskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien
sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit dengan menerapkan
standar keselamatan pasien ;
c. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan
kemampuan pelayanannya ;
d. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan dengan kemampuan
pelayanannya
e. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu
atau miskin;
f. Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas
pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat
tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan
kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan ;
g. Membuat melaksanakan dan menjaga standar mutu pelayanan
kesehatan rumah sakit sebagai acuan dalam melayani pasien
h. Menyelenggarakan rekan medis;
i. Menyediakan sarana, dan prasarana umum yang layak anatara lain:
sarana ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat,
wanita menyusui, anak-anak, lanjut usia;
j. Melaksanakan system rujukan ;
k. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar
profesi dan etika serta peraturan perundang-undangan
l. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak
dan kewajiban pasien;
m. Menghormati dan melindungi hak-hak pasien;
n. Melaksanakan etika rumah sakit;
o. Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan
bencana;
p. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara
regional maupun nasional;
q. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktek kedokteran
dan tenaga kesehatan lainnya;
r. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit
(hospital by laws) ;
s. Melindungi dan bertanggung jawab secara hukum bagi semua
petugas Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas ;
t. Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan
tanpa rokok ;
u. Melaksanakan kewajiban lain sesuai ketentuan yang diatur oleh
Undang-undang.
Bagian keenam
Kewajiban dan Hak Pasien
Pasal 12
(1) Kewajiban Pasien
a. Mematuhi peraturan dan tata tertib yang berlaku di rumah sakit;
b. Setiap pasien mempunyai kewajiban terhadap Rumah Sakit atas
pelayanan yang diterimanya ;
c. Memberikan informasi yang akurat dan lengkap tentang keluhan
riwayat medis yang lalu, hospitalisme medikasi/pengobatan dan
hal-hal lain yang berkaitan dengan kesehatan pasien;
d. Mengikuti rencana pengobatan yang diadviskan oleh dokter
termasuk intruksi para perawat dan profesional kesehatan yang
lain sesuai dokter;
e. Memberlakukan staf rumah sakit dan pasien lain dengan
bermartabat dan hormat serta tidak melakukan tindakan yang
mengganggu pekerjaan rumah sakit;
f. Menghormati privasi orang lain dan barang milik rumah sakit;
g. Tidak membawa alkohol dan obat-obat yang tidak mendapat
persetujuan/senjata ke dalam rumah sakit;
h. Menghorati bahwa rumah sakit adalah area bebas rokok;
i. Mematuhi jam kunjungan dari rumah sakit;
j. Tidak membawa barang berharga atau barang penting lainnya
selama tinggal di rumah sakit;
k. Bertanggungjawab atas tindakan-tindakannya sendiri bila mereka
menolak pengobatan atau advis dokternya ;
l. Memenuhi hal-hal yang telah disepakati/perjanjian yang telah
dibuat; dan
m.Memberikan imbalan atas pelayanan yang diterima.
(2) Hak Pasien
a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit;
b. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
c. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
diskriminasi;
d. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional;
e. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi;
f. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
g. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya
dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
h. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada
dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam
maupun di luar Rumah Sakit;
i. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya;
j. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan
yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
k. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang
dideritanya;
l. Mendapat isi rekam medis;
m. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
n. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang
dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya;
o. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit;
p. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit
terhadap dirinya;
q. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan
agama dan kepercayaan yang dianutnya;
r. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit
diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar
baik secara perdata ataupun pidana; dan
s. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Ketujuh
Kelembagaan Atau Struktur Organisasi
Paragraf kesatu
Susunan Organisasi Rumah Sakit
Pasal 13
(1) Stuktur Organisasi RS. Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara, terdiri dari :
a. Direktur;
b. Wakil Direktur;
1. Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian;
2. Sub. Bagian Keuangan;
3. Sub. Bagian Pencatatan dan Pelaporan.
c. Kepala Bidang Pelayanan Medik;
1. Sub. Bagian Medis umum;
2. Sub. Bagian Kesehatan Jiwa dan Rujukan
3. Sub Bagian Peningkatan dan Pencegahan
d. Kepala Bidang Perawatan;
1. Sub. Bagian Rawat Jalan;
2. Sub. Bagian Rawat Inap;
3. Sub. Bagian Rawat Khusus.
e. Kepala Bidang Penunjang Medik;
1. Sub. Bagian Laboratorium, Farmasi dan Gizi;
2. Sub. Bagian Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit;
3. Sub. Bagian Pendidikan dan Pelatihan.
(2) Struktur Organisasi Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
(3) Struktur organisasi Rumah Sakit tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini
Paragraf Kedua
Pejabat Pengelola
Pasal 14
Pasal 15
Paragraf Ketiga
Tugas, Fungsi, Tanggungjawab, Hubungan Kerja dan
Wewenang Pejabat Pengelola
Pasal 16
(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pemimpin mempunyai tugas:
a. Memimpin, mengarahkan, membina, mengawasi, mengendalikan,
dan mengevaluasi penyelenggaraan kegiatan BLUD Rumah Sakit
agar lebih efisien dan produktivitas;
b. Merumuskan penetapan kebijakan teknis Rumah Sakit serta
kewajiban lainnya sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan
oleh Gubernur;
c. Menyusun Rencana Strategis Bisnis BLUD:
d. Menyiapkan RBA;
e. mengusulkan calon pejabat keuangan dan pejabat teknis kepada
Kepala Daerah sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan;
f. Menetapkan pejabat lainnya sesuai dengan kebutuhan BLU Rumah
Sakit selain pejabat yang telah ditetapkan dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan;
g. Mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan Rumah Sakit yang
dilakukan oleh pejabat keuangan dan pejabat teknis,
mengendalikan tugas pengawasan internal, serta menyampaikan
dan mempertanggung jawabkan kinerja operasional serta
keuangan BLU Rumah Sakit kepada Kepala Daerah; dan
h. Melaksanakan tugas lainnya yang ditetapkan oleh Kepala Daerah
sesuai dengan kewenangannya.
(3) Pemimpin dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), mempunyai fungsi;
a. Sebagai penanggungiawab umum operasional dan keuangan.
b. Koordinasi pelaksanaan tugas dan fungsi unsur organisasi;
c. Penetapan kebijakan penyelenggaraan Rumah Sakit sesuai dengan
kewenangannya; .
d. Penyelenggaraan tugas dan fungsi Rumah Sakit;
e. pembinaan, pengawasan, dan pengendalian pelaksanaan tugas
dan fungsi unsur organisasi; dan
f. Evaluasi, pencatatan, dan pelaporan.
(4) Direktur bertanggungjawab kepada kepala Daerah dalam pelaksanaan
dan pengelolaan BLUD Rumah Sakit
(5) Direktur Rumah Sakit merupakan ASN selaku kuasa pengguna
anggaran/kuasa pengguna barang.
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
Pasal 20
Pasal 22
Pembina dan pengawas BLUD terdiri atas:
a. Pembina teknis dan pembina keuangan;
b. Satuan pengawas internal; dan
c. Dewan Pengawas.
Pasal 23
(1) Pembina teknis sebagaimana dimaksud dalam pasai 12 huruf a
yaitu kepala OPD yang bertanggungjawab atas urusan
pemerintahan yang bersangkutan.
(2) Pembina keuangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 huruf a
yaitu PPKD.
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
(1) BLUD yang memiliki realisasi nilai omset tahunan menurut laporan
operasional atau nilai aset menurut neraca yang memenuhi syarat
minimal, dapat dibentuk dewan pengawas;
(2) Jumlah anggota dewan pengawas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ditetapkan 3 (tiga) orang atau 5 (lima) orang dan seorang di
antara anggota dewan pengawas ditetapkan sebagai ketua dewan
pengawas;
(3) Jumlah anggota Dewan Pengawas paling banyak 3 (tiga) orang atau
5 (lima) orang.
(4) Jumlah anggota Dewan Pengawas paling banyak 3 (tiga) orang
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) untuk BLUD yang memiliki:
a. Realisasi pendapatan menurut laporan realisasi anggaran 2 (dua)
tahun terakhir, sebesar Rp30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar
rupiah) sampai dengan Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar
rupiah); atau
b. nilai aset menurut neraca 2 (dua) tahun terakhir sebesar
Rp150.000.000.000,00 (seratus lima puluh miliar rupiah) sampai
dengan Rp500.000.000.000,00 (lima ratus miliar rupiah).
(5) Jumlah anggota Dewan Pengawas paling banyak 5 (lima) orang
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) untuk BLUD yang memiliki:
a. realisasi pendapatan menurut laporan realisasi anggaran 2 (dua)
tahun terakhir, lebih besar dari Rp100.000.000.000,00 (seratus
miliar rupiah); atau
b. nilai aset menurut neraca 2 (dua) tahun terakhir, lebih besar dari
Rp500.000.000.000,00 (lima ratus miliar rupiah).
Pasal 27
Pasal 29
Pasal 30
Pasal 32
Pasal 33
Pasal 34
(1) Masa jabatan anggota dewan pengawas ditetapkan selama 5 (lima)
tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan
berikutnya;
(2) Anggota dewan pengawas dapat diberhentikan sebelum waktunya oleh
kepala daerah apabila:
a. Tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik;
b. Tidak melaksanakan ketentuan perundang-undangan;
c. Terlibat dalam tindak yang merugikan rumah sakit; atau
d. Dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan tindak pidana
dan atau kesalahan yang berkaitan dengan tugasnya
melaksanakan pengawasan.
Pasal 35
(1) Gubernur dapat mengangkat sekretaris dewan pengawas untuk
mendukung kelancaran tugas dewan pengawas.
(2) Sekretaris dewan pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bukan merupakan anggota dewan pengawas.
Pasal 36
(3) Dewan pengawas melaksanakan rapat paling sedikit 2 (dua) kali dalam
setahun.
(4) Sekretaris Dewan Pengawas menyampaikan undangan kepada setiap
anggota Dewan Pengawas, Kepala badan pengelola/pemimpin Rumah
Sakit, Komite Medik dan pihak lain yang dianggap perlu paling lambat
tiga hari sebelum rapat tersebut dilaksanakan.
(5) Setiap undangan rapat yang disampaikan oleh Sekretaris Dewan
Pengawas harus melampirkan:
a. 1 (satu) salinan agenda; dan
b. 1 (satu) salinan risalah rapat yang lalu.
Bagian Kedelapan
Prosedur Kerja
Pasal 37
Bagian Kesembilan
Pengelompokan Fungsi
Pasal 38
Paragraf kesatu
Fungsi Pelayanan
Pasal 39
(1) Dalam upaya penyelenggaraan kegiatan pelayanan, pendidikan dan
pelatihan, serta penelitian dan pengembangan kesehatan dibentuk
instalasi yang merupakan unit pelayanan fungsional.
(2) Pembentukan Instalasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Direktur.
(3) Pembentukan Instalasi didasarkan atas analisis organisasi dan
kebutuhan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara.
(4) Keputusan Direktur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaporkan
secara tertulis kepada Gubernur.
Pasal 40
(1) Instalasi dipimpin oleh seorang Kepala Instalasi dari pejabat fungsional
tertentu yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur.
(2) Kepala Instalasi mempunyai tugas dan kewajiban merencanakan,
melaksanakan, memantau atau mengevaluasi serta melaporkan
kegiatan pelayanan di instalasi masing-masing.
Pasal 41
Pasal 42
Pasal 43
Paragraf keempat
Fungsi pendukung
Pasal 44
(1) Satuan Pengawas Internal (SPI) berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Direktur.
(2) Tugas pokok Satuan Pengawas Internal adalah melaksanakan
pengawasan dan penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan semua
unsur di Rumah Sakit agar dapat berjalan sesuai dengan rencana dan
ketentuan yang berlaku.
(3) Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
Satuan Pengawas Internal berfungsi:
a. melaksanakan pemeriksaaan/ audit keuangan dan operasional;
b. merancang dan melaksanakan pengawasan pengendalian
internal;
c. melakukan identifikasi resiko;
d. mencegah terjadinya Penyimpangan;
e. memberikan konsultasi pengendalian internal; dan
f. melakukan hubungan dengan eksternal auditor.
(4) Tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3)
disampaikan dalam bentuk rekomendasi kepada Direktur Rumah Sakit.
(5) Bahan pertimbangan berupa rekomendasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) adalah berdasarkan penugasan dari Direktur.
Pasal 45
Bagian kesepuluh
Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Paragraf Kesatu
Umum
Pasal 46
Paragraf Kedua
Pengadaan Pegawai
Pasal 47
Paragraf Ketiga
Persyaratan
Pasal 48
Paragraf Keempat
Pengangkatan Pegawai
Pasal 49
Paragraf Kelima
Penempatan Pegawai
Pasal 50
(1) Penempatan (rotasi) ASN/ Pegawai BLUD Internal Rumah Sakit adalah
pemindahan/penempatan pegawai yang dilaksanakan dengan tujuan
untuk peningkatan kinerja pegawai dengan adanya suasana kerja dan
lingkungan tugas baru, serta pengembangan karir pegawai yang
dilaksanakan oleh Direktur atas pertimbangan Tim Pertimbangan
Pegawai.
Paragraf Keenam
Batas Usia
Pasal 51
Batas usia untuk pegawai Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara
dikelompokkan menjadi 2 bagian, yakni:
Paragraf ketujuh
Hak dan Kewajiban
Pasal 52
(1) Setiap Aparatur Sipil Negara (ASN) mempunyai Hak yang sama bagi
seluruh ASN.
(2) Hak ASN sebagaimana dimaksud ayat (1) antara lain:
a. Gaji, tunjangan, dan fasilitas;
b. Cuti;
c. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
d. Perlindungan; dan
e. Pengembangan kompetensi.
Pasal 53
(1) Setiap Aparatur Sipil Negara (ASN) mempunyai kewajiban yang sama
bagi seluruh ASN.
(2) Kewajiban ASN sebagaimana dimaksud ayat (1) tertera dalam (pasal
23, UU Nomor 5 Tahun 2014) antara lain:
a. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah;
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah
yang berwenang;
d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,
kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab;
f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap,
perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di
dalam maupun di luar kedinasan; dan
g. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan
rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 54
a. Honorarium;
b. Penghasilan lain yang sah; dan
c. Cuti
Pasal 55
(1) Hak atas honorarium sebagaimana dimaksud pada pasal 54 huruf a
diberikan pada awal bulan berikutnya setelah melaksanakan tugas.
(2) Hak atas penghasilan lain sebagaimana disebutkan pada pasal 54 huruf
b terdiri dari:
a. Biaya perjalanan dinas;
b. Honorarium kegiatan; dan
c. Tambahan penghasilan berdasarkan pertimbangan obyektif lainnya.
(3) Hak atas cuti sebagaimana dimaksud pasal 54 huruf c terdiri dari;
a. Cuti sakit;
b. Cuti bersalin; dan
c. Cuti alasan penting.
(4) Pemberian hak cuti diajukan oleh pegawai yang bersangkutan kepada
pimpinan BLUD melalui atasan langsung;
(5) Pimpinan BLUD menetapkan jangka waktu cuti dengan
mempertimbangkan beban kerja dan hal-hal kedinasan lainnya.
Pasal 56
Pasal 54
Paragraf kedelapan
Sanksi
Pasal 55
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan disiplin pegawai sebagaimana
dimaksud pada pasal 54 mengacu kepada PP No. 53 Tahun 2010
diberikan hukuman/sanksi sesuai tingkat dan jenis pelanggaran,
meliputi:
a. Untuk pegawai berstatus ASN:
1. Hukuman Disiplin Ringan berupa:
a) Teguran Lisan;
b) Teguran tertulis; atau
c) Pernyataan tidak puas secara tertulis.
2. Hukuman Disiplin Sedang berupa:
a) Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun;
b) Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun;
c) Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1
(satu) tahun.
d) Pengembalian ke BKD untuk dilakukan pembinaan.
3. Hukuman Disiplin Berat berupa :
a) Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama
3 (tiga) tahun;
b) Pemindahan dalam rangka penurunan; jabatan
setingkat lebih rendah;
c) Pembebasan dari jabatan;
d) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri sebagai PNS; dan
e) Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai ASN.
Pasal 56
Paragraf Kesembilan
Pemberhentian Pegawai (PHK)
Pasal 58
(1) Pemberhentian ASN yang berstatus PNS dan P3K dilakukan sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Paragraf Kesepuluh
Remunerasi
Pasal 59
(1) Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, dan pegawai RS. Jiwa Provinsi
Sulawesi Tenggara dapat diberikan remunerasi sesuai dengan tingkat
tanggungjawab dan tuntutan profesionalisme yang diperlukan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 60
(1) Pengelolaan sumber daya lain yang terdiri dari sarana prasarana,
gedung jalan akan dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan;
(2) Pengelolaan sumber daya lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk kepentigan mutu pelayanan
dan kelancaraan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi rumah sakit;
(3) Direktur menetapkan pengalokasian sumber daya atas persetujuan
Dewan Pengawas;
(4) Apabila sumber daya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa
pemanfaatan aset/barang milik daerah maka pemanfaatannya harus
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Bagian Kesebelas
Pengelolaan Lingkungan Rumah Sakit
Pasal 61
Bagian Keduabelas
Pengelolaan Keuangan
Pasal 62
Pasal 63
Pasal 64
Paragraf Kesatu
Struktur Anggaran
Pasal 65
Pasal 66
a. jasa layanan;
b. hibah;
c. hasil kerjasama dengan pihak lain;
d. APBD Provinsi; dan
e. lain-lain Pendapatan Rumah Sakit yang sah.
(2) Jasa layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa
imbalan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada
masyarakat.
(3) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat berupa
hibah terikat dan hibah tidak terikat yang diperoleh dari masyarakat
atau badan lain.
(4) Hasil kerjasama dengan pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c dapat berupa hasil yang diperoleh dari kerja sama Rumah
Sakit dengan pihak lain.
(5) Pendapatan Rumah Sakit yang bersumber dari APBD Provinsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berupa Pendapatan yang
berasal dari DPA APBD Provinsi.
(6) Lain-lain Pendapatan Rumah Sakit yang sah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf e, meliputi :
a. jasa giro;
b. pendapatan bunga;
c. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;
d. komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Rumah
Sakit;
e. investasi;
f. pengembangan usaha; dan
g. pengembalian kerugian Rumah Sakit.
Pasal 67
Pasal 68
Pasal 69
Paragraf Kedua
Penyusunan, Pengajuan, Penetapan, Dan Perubahan
Rencana Strategis Bisnis Dan Rencana Bisnis Anggaran Rumah Sakit
Pasal 70
Pasal 71
(1) Standar harga satuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (5)
berpedoman kepada harga satuan barang dan jasa yang diatur dalam
Peraturan Gubernur tentang standarisasi satuan harga barang dan
jasa disusun setiap tahun anggaran.
(2) Dalam hal harga satuan barang dan jasa sebagaimana disebutkan
dalam ayat (1) tidak tersedia, maka yang digunakan adalah harga
pasar yang berlaku pada saat penyusunan RBA dengan
Pasal 72
Pasal 73
Pasal 74
Paragraf ketiga
Basis penyusunan RBA sama dengan basis penyusunan APBD
Pasal 75
Pasal 76
Pasal 77
Pasal 78
Pasal 79
Paragraf Keempat
Pelaksanaan Anggaran
Pasal 80
Pasal 81
Pasal 82
Pasal 84
Paragraf Kelima
Pengelolaan Piutang
Pasal 85
Pasal 86
(1) Piutang dapat dihapus secara mutlak atau bersyarat oleh pejabat
yang berwenang, yang nilainya ditetapkan secara berjenjang.
(2) Kewenangan penghapusan piutang secara berjenjang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Gubernur
sesuai dengan kewenangannya, dengan memperhatikan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 87
Pasal 88
Pasal 89
Pasal 90
Pasal 91
Pasal 92
Pasal 93
Pasal 94
Pasal 95
Paragraf Keenam
Investasi
Pasal 96
jangka pendek.
Pasal 97
Pasal 98
Paragraf Ketujuh
Kerjasama
Pasal 99
Pasal 100
Pasal 101
Paragraf Kedelapan
Pengadaan Barang, Dan/Atau Jasa
Pasal 102
Paragraf kesembilan
Pengelolaan Aset
Pasal 104
(1) Aset atau barang inventaris milik Rumah Sakit dapat dihapus
dan/atau dialihkan kepada pihak lain atas dasar pertimbangan
ekonomis dengan cara dijual, ditukar dan/atau dihibahkan.
(2) Aset atau barang inventaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan barang habis pakai, barang untuk diolah atau dijual,
barang lainnya yang tidak memenuhi persyaratan sebagai aset tetap.
(3) Hasil penjualan barang inventaris sebagai akibat dari pengalihan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Pendapatan Rumah
Sakit.
(4) Hasil penjualan barang inventaris sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dituangkan secara memadai dalam laporan keuangan Rumah
Sakit.
Pasal 105
Paragraf kesepuluh
Surplus Dan Defisit Anggaran
Pasal 107
Pasal 108
Pasal 109
Pasal 110
Pasal 111
Pasal 112
Paragraf kesebelas
Akuntansi, Pelaporan Dan Pertanggungjawaban
Pasal 113
Pasal 114
Pasal 116
(4) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun dan
Pasal 118
Pasal 119
Pasal 121
BAB IV
TATA KELOLA STAF MEDIS (MEDICAL STAF BYLAWS)
Pasal 122
Pasal 123
Pasal 124
Ketentuan lebih lanjut mengenai Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staf
Bylaws) diatur lebih lanjut dengan peraturan Direktur dan disahkan oleh
Gubernur.
BAB V
TATA KELOLA STAF KEPERAWATAN (NURSING STAF BYLAWS)
Pasal 125
Pasal 126
(1) Tenaga Perawat merupakan kelompok tenaga perawat yang bekerja di
bidang keperawatan dalam jabatan fungsional;
BAB VI
EVALUASI DAN PENILAIAN KINERJA
Pasal 127
(1) Evaluasi dan penilaian kinerja Rumah Sakit dilakukan setiap tahun oleh
Dinas Kesehatan terhadap aspek keuangan dan non keuangan.
(2) Evaluasi dan penilaian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk mengukur tingkat pencapaian hasil pengelolaan
Rumah Sakit sebagaimana ditetapkan dalam RSB dan RBA.
Pasal 128
membiayai pengeluaran.
Pasal 129
Pasal 130
Pasal 131
Pasal 132
(1) SPI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (2) bersama-sama
jajaran manajemen Rumah Sakit menciptakan dan meningkatkan
pengendalian internal Rumah Sakit.
(2) Fungsi pengendalian internal Rumah Sakit sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) membantu manajemen Rumah Sakit dalam hal:
a. pengamanan harta kekayaan;
b. menciptakan akurasi sistem informasi keuangan;
c. menciptakan efisiensi dan produktifitas; dan
d. mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen dalam penerapan
Praktek Bisnis Yang Sehat dan penerapan SOP.
Pasal 133
Pengawasan terhadap Rumah Sakit yang memiliki Nilai Omset tahunan dan
Nilai Aset menurut neraca, selain dilakukan oleh pejabat pembina dan SPI
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 131 dilakukan oleh Dewan Pengawas.
BAB VIII
PENUTUP
Pasal 134
Ditetapkan di : Kendari
Pada tanggal : 2022
ALI MAZI
Diundangkan di Kendari
Pada tanggal 2022
SEKRETARIS DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA