Anda di halaman 1dari 11

PROGRAM KERJA PELAYANAN HIV GETTING TO ZEROS

RS ST CAROLUS SUMMARECON SERPONG TAHUN 2018

I. PENDAHULUAN

Kebijakan pengendalian HIV-AIDS mengacu pada kebijakan global Getting To Zeros, yaitu:

1. Menurunkan hingga meniadakan infeksi baru HIV;

2. Menurunkan hingga meniadakan kematian yang disebabkan oleh keadaan yang berkaitan
dengan AIDS;

3. Meniadakan diskriminasi terhadap ODHA;

Kebijakan tersebut di atas akan sulit dicapai jika cakupan penemuan kasus dan akses pemberian
pengobatan masih rendah.

Dalam hal ini RS. St. Carolus Summarecon Serpong hanya dapat menangani sampai tahap
pertama yaitu menurunkan hingga meniadakan infeksi baru HIV dengan cara meningkatkan
penemuan kasus HIV secara dini. Penawaran tes HIV rutin dilakukan pada ibu hamil, pasien HIV,
pasien hepatitis, warga binaan pemasyarakatan (WBP), pasien IMS, pasangan tetap ataupun

1
tidak tetap ODHA dan populasi kunci seperti WPS, waria, LSL dan penasun (pengguna narkoba
suntik).

I. LATAR BELAKANG

Pada beberapa tahun terakhir telah tercatat kemajuan dari pelaksanaan program
pengendalian HIV di Indonesia. Berbagai layanan HIV telah berkembang dan jumlah orang yang
memanfaatkannya juga telah bertambah dengan pesat. Walaupun data laporan kasus HIV dan
AIDS yang dikumpulkan dari daerah memiliki keterbatasan, namun bisa disimpulkan bahwa
peningkatan yang bermakna dalam jumlah kasus HIV yang ditemukan dari tahun 2009 sampai
dengan 2012 berkaitan dengan peningkatan jumlah layanan konseling dan tes HIV (KTHIV) pada
periode yang sama. Namun demikian kemajuan yang terjadi belum merata di semua provinsi
baik dari segi efektifitas maupun kualitas. Jangkauan dan kepatuhan masih merupakan
tantangan besar terutama di daerah yang jauh dan tidak mudah dicapai.

Pada tahun 2014 dilaporkan 32.711 kasus HIV baru, sehingga sampai dengan Desember
2014 secara kumulatif telah teridentifikasi 160.138 orang yang terinfeksi HIV, meskipun sudah
banyak yang meninggal. Jumlah layanan yang ada hingga tahun 2014 meliputi 1.583 layanan
KTHIV, 465 layanan perawatan, dukungan dan pengobatan (PDP) yang aktif melaksanakan
pengobatan ARV, 90 layanan PTRM, 1.290 layanan IMS dan 214 layanan PPIA.

Dari hasil modeling prevalensi HIV secara nasional sebesar 0,4% (2014), tetapi untuk
Tanah Papua 2,3% (SHIVP Tanah Papua 2013). Perkiraan prevalensi HIV di provinsi-provinsi di

2
Indonesia cukup bervariasi, berkisar antara kurang dari 0,1% sampai 4% (lihat Gambar 1). Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat risiko infeksi HIV maupun beban terkait HIV ini berbeda di antara
provinsi-provinsi di Indonesia.

Sampai saat ini, Pelayanan HIV-AIDS di Rumah Sakit St Carolus Summarecon Serpong
terbatas untuk skrining HIV saja, baik pemeriksaan rutin bagi pasien hamil, pasien yang datang
secara sukarela untuk skrining, maupun bagi pasien yang dicurigai menderita HIV. Tim HIV dan
pelayanan konseling belum tersedia.

II. TUJUAN

1. Tujuan Umum:

Mendukung program pemerintah dalam rangka menurunkan morbiditas dan mortalitas


pada kasus HIV di Indonesia.

3
2. Tujuan Khusus:

• Meningkatkan penemuan kasus HIV

• Meningkatkan kualitas hidup pasien HIV AIDS di Indonesia

• Menurunkan kejadian mother to child transmission

I. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

1. Sosialisasi program HIV kepada unit-unit terkait di internal RS.

2. Menyiapkan tenaga medis, paramedik, laboratorium, rekam medis, petugas administrasi


dan farmasi untuk dilatih mengenai HIV.

3. Menyediakan tempat untuk unit HIV di dalam rumah sakit sebagai tempat koordinasi
dan pelayanan terhadap pasien HIV secara komprehensif (melibatkan semua unit di
rumah sakit yang menangani pasien HIV).

4. Menggunakan format pencatatan sesuai dengan program HIV nasional untuk memantau
penatalaksanaan pasien

4
5. Melakukan kegiatan HIV di rumah sakit meliputi: VCT (Voluntarily Counselling and
Testing), PITC (Provider Initiated Testing and Counselling), 3EMTCT (Triple Elimination
Mother To Child Transmission).

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

3. Melakukan penilaian dan analisa situasi untuk mendapatkan gambaran kesiapan rumah
sakit.

4. Mendapatkan kemitraan yang kuat dari pihak manajemen rumah sakit (pimpinan rumah
saki) dan tenaga medis (dokter umum dan spesialis) serta paramedis dan seluruh
petugas terkait.

5. Menyiapkan tenaga medis, paramedis, laboratorium, rekam medis, petugas administrasi


dan farmasi (apotik) untuk dilatih mengenai HIV.

6. Menyediakan tempat untuk unit HIV di dalam rumah sakit, sebagai tempat koordinasi
dan pelayanan terhadap pasien HIV secara komprehensif (melibatkan semua unit di
rumah sakit yang menangani pasien HIV).

5
7. Menggunakan format pencatatan sesuai dengan program HIV nasional untuk memantau
pelaksanaan pasien.

8. Menyediakan biaya operasional.

9. Memberikan penyuluhan baik secara langsung, atapun melalui brosur dan leaflet.

10. Membuat laporan dan evaluasi tiap tahun kepada direktur Rumah Sakit.

III. SASARAN

1. Tersosialisasi program HIV terutama ke seluruh petugas medis (dokter dan perawat) di
instalasi rawat inap, poliklinik rawat jalan.

2. Terbentuknya poli VCT yang akan digunakan untuk konseling.

3. Termonitoringnya pecatatan dan pelaporan pasien HIV sesuai dengan strategi HIV.

4. Seluruh Tim HIV mendapatkan pelatihan external secara komprehensif.

5. Terlaksananya rapat rutin tim HIV.

6
IV. TARGET PENCAPAIAN

1. 70 % karyawan terkait memahami dan dapat melaksanakan tugas secara efektif dan
efisien.

2. Poli VCT dapat digunakan pada pertengahan tahun 2018.

3. Pencatatan dan pelaporan pasien HIV terlaksana dengan baik.

4. 3 orang dari tim HIV telah mendapatkan pelatihan external secara komprehensif.

5. Rapat Rutin tim HIV terlaksana setiap bulannya.

V. JADWAL KEGIATAN

7
No Kegiatan TAHUN 2018

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Pelatihan tim HIV oleh Dinas x x x


Kesehatan setempat

2 Pelatihan Tim HIV internal x x x

2. Rapat Bulanan tim HIV x x x x x x x x x x x x

3 Sosialisasi Update mengenai x x x


HIV ke Unit terkait internal
RS

8
4. Melakuan penyuluhan x x x

5. Membuat pencatatan x x x
pasien HIV

VIII. RENCANA ANGGARAN

1. Pengiriman staf medik untuk mengikuti pelatihan


- Pelatihan HIV dari Dinkes
o Sasaran 3 tenaga medis dalam 1 tahun, @ 2.000.000 : 6.000.000
- Seminar Medis tentang HIV dari RS sekitar
o Sasaran 2 tenaga medis, @ 1.000.000 : 2.000.000
2. Sosialisasi dan pelatihan internal HIV kepada unit terkait
- Sasaran : 3x dalam 1 tahun , @500.000 : 1.500.000
3. Seminar Awam tentang HIV
- Sasaran : 2x dalam 1 tahun, @ 2.000.000 : 4.000.000
4. Biaya Media promosi : brosur/leaflet/poster : 1.000.000
5. Biaya operasional : 500.000

9
TOTAL : 15.000.000

IX. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORANNYA

Jadwal kegiatan dievaluasi tiap bulan sehingga bila diketahui ada perubahan pergeseran
jadwal maka dapat segera diperbaiki sehingga tidak mengganggu pelayanan secara keseluruhan.
Laporan evaluasi akhir dilakukan di akhir tahun. Hasil evaluasi dilaporkan kepada direktur RS di
akhir tahun.

Tangerang, 23 November 2017

Mengetahui,

10
Ketua Tim HIV-AIDS Direktur RS St. Carolus Summarecon Serpong

Dr. Joel Juanda, SpOG Dr. Catharina Butet Surjadiredja, MARS

11

Anda mungkin juga menyukai