Anda di halaman 1dari 10

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING) DAN APLIKASINYA SEBAGAI UPAYA

PENINGKATAN KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN

Oleh: Yusti Arini

A good method of teaching is one of the factors to increase the quality of the learning process. To
realize it, cooperative learning model is considered to be one of the effective methods in learning
process. What is cooperative learning? Cooperative learning is a learning model that focuses on the
groups. The learners, with different characteristics, abilities, and backgrounds, are divided into groups.
Such a learning model gives priority to the cooperation between groups in solving the problem and in
applying the knowledge in order to reach the learning objectives. Several types of cooperative learning
are Jigsaw, NHT, STAD, TAI, Think-Pair-Share, Picture and Picture, Problem Solving, Problem Posing, TGT,
CIRC, and Cooperative Script.

A. PENDAHULUAN

Menurut UNESCO, pembelajaran yang efektif pada abad ini harus diorientasikan pada empat pilar yaitu,
(1) learning to know, (2) learning to do, (3) learning to be, dan (4) learning to live together. Keempatnya
dapat diuraikan bahwa dalam proses pendidikan melalui berbagai kegiatan pembelajaran peserta didik
diarahkan untuk memperoleh pengetahuan tentang sesuatu, menerapkan atau mengaplikasikan apa
yang diketahuinya tersebut guna menjadikan dirinya sebagai seseorang yang lebih baik dalam kehidupan
sosial bersama orang lain.

Lebih lanjut, dalam rangka merealisasikan ‘learning to know’, guru memiliki berbagai fungsi yang di
antaranya adalah sebagai fasilitator, yaitu sebagai teman sejawat dalam berdialog dan berdiskusi
dengan siswa guna mengembangkan penguasaan pengetahuan maupun ilmu tertentu. Learning to do
(belajar untuk melakukan sesuatu) akan bisa berjalan jika sekolah memfasilitasi siswa untuk
mengaplikasikan keterampilan yang dimilikinya sehingga dapat berkembang dan dapat mendukung
keberhasilan siswa nantinya.

Learning to be (belajar untuk menjadi seseorang) erat hubungannya dengan bakat dan minat,
perkembangan fisik dan kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Bagi anak yang
agresif, proses pengembangan diri akan berjalan bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi.
Sebaliknya, bagi anak yang pasif peran guru pengarah dan fasilitator sangat dibutuhkan untuk
menumbuhkan kepercayaan dirinya dalam kegiatan belajar dan pengembangan diri. Selanjutnya,
kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu
ditumbuhkembangkan termasuk dalam proses belajar mengajar di sekolah. Kondisi seperti ini
memungkinkan terjadinya proses ‘learning to live together’ (belajar untuk menjalani kehidupan
bersama).

Dalam pelaksanaannya, tujuan belajar yang utama ialah bahwa apa yang dipelajari itu berguna di
kemudian hari, yakni membantu kita untuk dapat belajar terus dengan cara yang lebih mudah, sehingga
tercapai proses pembelajaran seumur hidup (long life education). Untuk mewujudkan hal ini, sangat
dibutuhkan kerjasama antara berbagai pihak, terutama antara peserta didik atau siswa dengan pendidik
atau guru. Peran guru sebagai pendidik sangat penting; oleh karena itulah, guru dituntut dapat
menerapkan berbagai metode yang efektif dan menarik bagi siswa dalam proses penyampaian materi
pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang aktif dan interaktif adalah model pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) karena melibatkan seluruh peserta didik dalam bentuk kelompok-
kelompok. Ada sejumlah hal yang harus dipahami oleh pendidik atau guru sebelum mengaplikasikan
metode ini dalam proses pembelajaran di kelas.

B. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Menurut Zaini model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar
yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru
dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu tujuan dari
penggunaan model pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa selama belajar.

Dengan pemilihan metode, strategi, pendekatan, serta teknik pembelajaran, diharapkan adanya
perubahan dari mengingat (memorizing) atau menghafal (rote learning) ke arah berpikir (thinking) dan
pemahaman (understanding), dari model ceramah ke pendekatan discovery learning atau inquiry
learning, dari belajar individual ke kooperatif, serta dari subject centered ke learner centered atau
terkonstruksinya pengetahuan siswa.

Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali bagi guru. Apakah model pembelajaran
kooperatif itu? Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, rendah). Model pembelajaran kooperatif
mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran .

Holubec dalam Nurhadi mengemukakan belajar kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran


melalui kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam
mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan
sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh. Sementara itu, Bruner
dalam Siberman menjelaskan bahwa belajar secara bersama merupakan kebutuhan manusia yang
mendasar untuk merespons manusia lain dalam mencapai suatu tujuan.
Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur
tujuan, dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan pada
model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur
penghargaan pada model pembelajaran yang lain. Dalam proses pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif, siswa didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka
harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model
pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima
berbagai keragaman dari temannya, serta berkembangnya keterampilan sosial.

C. PRINSIP DASAR DAN KARAKTERISTIK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut:

– setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam
kelompoknya.

– setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai
tujuan yang sama.

– setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara
anggota kelompoknya.

– setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.

– setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk
belajar bersama selama proses belajarnya.

– setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi
yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Adapun karakteristik model pembelajaran kooperatif adalah:

– siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang
akan dicapai.

– Kelompok dibentuk dari beberapa siswa yang memiliki kemampuan berbeda-beda, baik tingkat
kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

– Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-masing individu.

Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling
berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi
kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan
peranan diri sendiri maupun teman lain. Terdapat 6 (enam) langkah model pembelajaran kooperatif:

– Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa


– Menyajikan informasi

– Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

– Membimbing kelompok belajar

– Evaluasi dan pemberian umpan balik

– Memberikan penghargaan

Keunggulan dari model pembelajaran kooperatif adalah (1) membantu siswa belajar berpikir
berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik
berpikir, (2) membantu siswa mengevaluasi logika dan bukti-bukti bagi posisi dirinya atau posisi yang
lain, (3) memberikan kesempatan pada siswa untuk memformulasikan penerapan suatu prinsip, (4)
membantu siswa mengenali adanya suatu masalah dan memformulasikannya dengan menggunakan
informasi yang diperoleh dari bacaan atau ceramah, (5) menggunakan bahan-bahan dari anggota lain
dalam kelompoknya, dan (6) mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.

D. TIPE-TIPE MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN TEKNIK APLIKASINYA

Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain Slavin
adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini pertama kali dikembangkan oleh Aronson dkk. Langkah-langkah
mengaplikasikan tipe Jigsaw dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4-6
siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah serta
jika mungkin anggota berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap mengutamakan
kesetaraan jender. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal
menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu
bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar
bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG).

Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun
rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini
oleh Aronson disebut kelompok jigsaw (gigi gergaji).

Misal suatu kelas dengan jumlah siswa 40, dan materi pembelajaran yang dicapai sesuai dengan tujuan
pembelajarannya terdiri dari dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5
kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota
kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh dalam diskusi
di kelompok ahli dan setiap siswa menyampaikan apa yang telah diperoleh atau dipelajari dalam
kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang dilakukan oleh kelompok ahli maupun
kelompok asal.

b. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan
presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan
hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi
pembelajaran yang telah didiskusikan.

c. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.

d. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan
nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).

e. Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.

f. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan tipe Jigsaw untuk belajar materi baru, perlu dipersiapkan
suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2. Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Heads Together)

Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993). Pada umumnya NHT
digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek
pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.

Langkah-langkah penerapan tipe NHT:

a. Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar
yang akan dicapai.

b. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal.

c. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa, setiap anggota
kelompok diberi nomor atau nama.

d. Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok.

e. Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor (nama) anggota kelompok
untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari
kelompok.

f. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan
pada akhir pembelajaran.
g. Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual.

h. Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai
peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).

3. Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin dkk.

Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD:

a. Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar
yang akan dicapai.

b. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual sehingga akan diperoleh skor awal.

c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan
yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras,
budaya, suku yang berbeda tetapi tetap mementingkan kesetaraan jender.

d. Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai kompetensi
dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD biasanya digunakan untuk penguatan pemahaman materi.

e. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan
pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

f. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual.

g. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar
individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction)

Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini mengkombinasikan keunggulan
pembelajaran kooperatif dan pembelajaran idnidvidual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan
belajar siswa secara individual. Oleh karena itu, kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan
untuk pemecahan masalah, ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi
pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok
untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok
bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah sebagai berikut:


a. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara individual yang
sudah dipersiapkan oleh guru.

b. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal.

c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan tingkat
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok terdiri
dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap mengutamakan kesetaraan jender.

d. Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap
anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.

e. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan
pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

f. Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual.

g. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar
individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).

Tipe-tipe pembelajaran kooperatif yang telah diuraikan di atas merupakan tipe-tipe yang paling sering
digunakan dalam proses pembelajaran di kelas. Terdapat tipe-tipe pembelajaran kooperatif yang lain,
yaitu:

– Model Pembelajaran Kooperatif: Think-Pair-Share

Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan
dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan. Think-Pair-Share memiliki prosedur yang ditetapkan
secara eksplisit untuk memberi siswa waktu yang lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling
membantu satu sama lain. Dari cara seperti ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling
membutuhkan, dan saling tergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.

– Model Pembelajaran Kooperatif : Picture and Picture

Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran yaitu dengan
cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini
diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna.

– Model Pembelajaran Kooperatif : Problem Posing

Tipe pembelajaran kooperatif problem posing merupakan pendekatan pembelajaran yang diadaptasikan
dengan kemampuan siswa, dan dalam proses pembelajarannya difokuskan pada membangun struktur
kognitif siswa serta dapat memotivasi siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Proses berpikir demikian
dilakukan siswa dengan cara mengingatkan skemata yang dimilikinya dengan mempergunakannya
dalam merumuskan pertanyaan. Dengan pendekatan problem posing siswa dapat pengalaman langsung
dalam membentuk pertanyaan sendiri.

– Model Pembelajaran Kooperatif : Problem Solving

Problem solving (pembelajaran berbasis masalah) merupakan pendekatan pembelajaran yang


menggiring siswa untuk dapat menyelesaikan masalah (problem). Masalah dapat diperoleh dari guru
atau dari siswa. Dalam proses pembelajarannya siswa dilatih untuk kritis dan kreatif dalam memecahkan
masalah serta difokuskan pada membangun struktur kognitif siswa.

– Model Pembelajaran Kooperatif : Team Games Tournament (TGT)

Pada pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT), peserta didik dikelompokkan dalam
kelompok-kelompok kecil beranggotakan empat peserta didik yang masing-masing anggotanya
melakukan turnamen pada kelompoknya masing-masing. Pemenang turnamen adalah peserta didik
yang paling banyak menjawab soal dengan benar dalam waktu yang paling cepat.

– Model Pembelajaran Kooperatif : Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Tipe CIRC dalam model pembelajaran kooperatif merupakan tipe pembelajaran yang diadaptasikan
dengan kemampuan peserta didik, dan dalam proses pembelajarannya bertujuan membangun
kemampuan peserta didik untuk membaca dan menyusun rangkuman berdasarkan materi yang
dibacanya.

– Model Pembelajaran Kooperatif : Learning Cycle (Daur Belajar)

Learning Cycle merupakan tipe pembelajaran yang memiliki lima tahap pembelajaran, yaitu (1) tahap
pendahuluan (engage), (2) tahap eksplorasi (exploration), (3) tahap penjelasan (explanation), (4) tahap
penerapan konsep (elaboration), dan (5) tahap evaluasi (evaluation).

– Model Pembelajaran Kooperatif : Cooperative Script (CS)

Dalam tipe pembelajaran Cooperative Script siswa berpasangan dan bergantian secara lisan
mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
E. PEMBENTUKAN DAN PENGHARGAAN KELOMPOK

Menurut Slavin guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai
peningkatan hasil belajar dari nilai dasar (awal) ke nilai kuis/tes setelah siswa bekerja dalam kelompok.

Cara-cara penentuan nilai penghargaan kepada kelompok dijelaskan melalui langkah-langkah berikut:

1. Menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar (awal) dapt berupa nilai tes/kuis awal
atau menggunakan nilai tes/ulangan sebelumnya.

2. Menentukan nilai tes/kuis yang telah dilaksanakan setelah siswa bekerja dalam kelompok, misal nilai
kuis I, nilai kuis II, atau rata-rata nilai kuis I dan kuis II kepada setiap siswa yang kita sebut nilai kuis
terkini.

3. Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan berdasarkan selisih nilai kuis
terkini dan nilai dasar (awal) masing-masing siswa dengan menggunakan kriteria berikut ini.

– Nilai peningkatan 5, jika nilai kuis/tes terkini turun lebih dari 10 poin di bawah nilai awal

– Nilai peningkatan 10, jika nilai kuis/tes terkini turun 1 sampai dengan 10 poin di bawah nilai awal

– Nilai peningkatan 20, jika nilai kuis/tes terkini sama dengan nilai awal sampai dengan 10 di atas nilai
awal

– Nilai peningkatan 30, jika nilai kuis/tes terkini lebih dari 10 di atas nilai awal

Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai peningkatan yang diperoleh masing-masing
kelompok dengan memberikan predikat cukup, baik, sangat baik, dan sempurna.

Kriteria untuk status kelompok:

– Cukup, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok kurang dari 15 (Rata-rata nilai peningkatan kelompok
< 15 )

– Baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20 ( 15 ≤ Rata-rata nilai peningkatan
kelompok < 20)

– Sangat baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20 dan 25 ( 20 ≤ Rata-rata nilai
peningkatan < 25)

– Sempurna, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok lebih atau sama dengan 25 (Rata-rata nilai
peningkatan kelompok ≥ 25)

F. PENUTUP
Dengan melihat karakteristik model pembelajaran kooperatif yang lebih menekankan pada aktivitas
belajar secara berkelompok, model ini dapat dijadikan salah satu alternatif metode pembelajaran di
kelas. Terlebih lagi terdapat banyak tipe pada model pembelajaran ini yang dapat disesuaikan dengan
kemampuan dan karakteristik peserta didik serta materi pembelajaran yang akan dibahas. Dengan
melibatkan siswa secara aktif pada proses pembelajaran di dalam kelas, diharapkan siswa dapat lebih
ikut bertanggung jawab terhadap peningkatan kemampuan belajarnya sendiri. Proses pembelajaran pun
akan menjadi lebih menarik dan tidak membosankan sehingga diharapkan hasil belajar juga akan
meningkat.

REFERENSI

Hisyam Zaini dkk., 2004, Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: CTSD.

Johnson, D.W. & Johnson, R.T., 1991, Learning Together and Alone: Cooperative, Competitive, and
Individualistic Learning (3rd edition), Upper Saddle River, NJ: Prentice-Hall.

Nurhadi, Agus Gerald Senduk, 2003, Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL),
Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.

Siberman, 2000, Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject, terjemahan: Sarjuli dkk, Jakarta:
Penerbit YAPPENDIS.

Slavin R., 1990, Cooperative Learning: Theory, Research and Practice, Englewoods Cliff, NJ: Prentice-Hall.

Diposkan oleh arini's di 02.06

http://yusti-arini.blogspot.com/2009/08/model-pembelajaran-kooperatif.html

Anda mungkin juga menyukai