Disusun Oleh:
Pembimbing
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Case Report
Session yang berjudul “Stroke Non Hemoragik” sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Saraf di Rumah Sakit Umum
Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada laporan kasus ini,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan laporan
kasus ini. Penulis mengharapkan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca.
PENDAHULUAN
Stroke adalah gangguan neurologik mendadak yang berlangsung cepat yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak yang dapat menyebabkan
kematian atau kecacatan yang menetap lebih dari 24 jam tanpa penyebab kecuali
gangguan vaskular. Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak akut
fokal maupun global akibat terhambatnya aliran darah karena perdarahan ataupun
sumbatan.1
Menurut WHO, sebanyak 20,5 juta jiwa di dunia sudah terjangkit stroke.
Penyakit darah tinggi atau hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus stroke di
dunia. Di Indonesia stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah
penyakit jantung. Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang atau sebesar 7,0 per 1.000
penduduk. Sedangkan berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dari gejala stroke
diperkirakan sebanyak 2.137.941 orang atau sebesar 12,1 per 1.000 penduduk.1
Stroke diklasifikasikan menjadi dua yaitu stroke non hemoragik dan stroke
hemoragik. Stroke juga memiliki jenis ketiga yaitu, serangan iskemik transien atau
Transient Ischemic Attack. TIA adalah stroke ringan yang berfungsi sebagai tanda
peringatan awal stroke yang mungkin terjadi kembali. Stroke non hemoragik
merupakan kasus stroke yang sering terjadi dengan presentase 85%, yang
disebabkan oleh tersumbatnya pembuluh darah akibat penyakit tertentu seperti
aterosklerosis, arteritis, trombus dan embolus. Faktor risiko terjadinya stroke non
hemoragik, antara lain hipertensi, diabetes mellitus (DM), hiperkolesterol,
merokok, komsumsi alkohol, Atrial fibrillation dan faktor risiko lainnya seperti
Obesitas, aktifitas fisik, penggunaan obat terlarang dan penggunaan kontrasepsi
oral.1,2
Pasien paska stroke mengalami gangguan fisik dan fungsional tubuh yang
bersifat jangka panjang dan menimbulkan gangguan respon psikologis yang
mempengaruhi perubahan kualitas hidupnya. Selain dampak terhadap penderita,
stroke juga menjadi masalah yang sangat berat bagi keluarga, karena sebagian besar
pasien stroke akan mengalami hemiplegia atau kelumpuhan sebelah bagian tubuh.1
Prinsip terapi pada pasien dengan SNH adalah pembukaan pada sumbatan
arteri. Selain itu, bisa diberikan terapi umum dan khusus. Terapi umum yang dapat
diberikan adalah head up position, pemberian oksigen, pemberian obat
antihipertensi, dan menjaga asupan cairan serta nutrisi. Sedangkan terapi khususnya
adalah pemberian antiplatelet atau trombolitik rt-PA (recombinant tissue
Plasminogen Activator), dan bisa diberikan obat neuroprotektor. Salah satu obat
neuroprotektor yang sering digunakan pada kasus stroke adalah sitikoline.2
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTIFIKASI
Nama : Tn. T
Umur : 74 tahun
Agama : Islam
a. Keluhan Utama :
Penurunan kesadaran secara mendadak sejak ± 24 jam SMRS
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
± 24 jam SMRS pasien tiba-tiba mengalami penurunan kesadaran. awalnya
pasien merasa sakit kepala, lalu diikuti dengan kelemahan tubuh sebelah kanan
kemudian pasien tidak sadar sehingga pasien di bawa ke IGD RS Raden
Mattaher Jambi.
Bicara pelo (+), sulit menelan (+), suara parau (+), demam (+), mulut
mencong (-), sakit kepala (-), mual (-) muntah (-). Riwayat trauma kepala (-),
kejang (-), penglihatan kabur (-), gangguan pendengaran disangkal, gangguan
penciuman di sangkal, gangguan pengecapan disangkal. Buang air kecil dan
buang air besar tidak ada keluhan. Menurut pengakuan keluarga pasien
memiliki riwayat sarah tinggi yang tidak terkontrol.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat mengalami keluhan yang sama (+) ± 1 tahun yang lalu
Riwayat stroke (+)
Riwayat tekanan darah tinggi (+)
Riwayat diabetes melitus disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat trauma kepala disangkal
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat mengalami keluhan yang sama (-)
Riwayat tekanan darah tinggi (+)
Riwayat kencing manis disangkal
e. Riwayat kebiasaan
Riwayat merokok (+)
Riwayat alkohol (-)
Riwayat napza (-)
f. Riwayat Sosial dan Ekonomi :
Pasien bekerja sebagai pegawai pemerintah dan masuk rs menggunakan BPJS
kelas II
PEMERIKSAAN FISIK :
STATUS PRESENS
a. Status Internus
- Kesadaran : Samnolen - GCS : 9 (E3M5V1)
- Gizi : Normoweight - Jantung : BJ I/II reguler
- Suhu Badan : 38°C - Paru-Paru : Vesikuler (+/+)
- Nadi : 110x/menit - Hepar : Tidak teraba
- Pernapasan : 36x/menit - Lien : Tidak teraba
- Tekanan darah : 181/92 mmhg - Anggota gerak : Lateralisasi
- SpO2 : 97% kanan
- Berat Badan :- - Genitalia : Tidak dinilai
- Tinggi Badan :-
b. Status Psikiatri
- Sikap : Sulit dinilai
- Perhatian : Sulit dinilai
- Ekspresi Wajah : Tampak sakit berat
- Kontak Psikis : Tidak ada
c. Status Neurologis
Kepala
- Bentuk : Normocephal - Deformitas : Tidak ada
- Ukuran : Normal - Fraktur : Tidak ada
- Simetris : Simetris - Nyeri fraktur : Tidak ada
- Hematom : Tidak ada - Pembuluh darah : Normal
- Tumor : Tidak ada - Pulsasi : Normal
Leher
- Sikap : Normal - Deformitas : Tidak ada
- Torticolis : Tidak ada - Tumor : Tidak ada
- Kaku kuduk : Tidak ada - Pembuluh Darah : Tidak ada
d. Syaraf-syaraf otak
- N. Olfaktoris
Kanan Kiri
Penciuman : Sulit di nilai Sulit dinilai
Anosmia : Sulit di nilai Sulit dinilai
Hyposmia : Sulit di nilai Sulit dinilai
Parosmia : Sulit di nilai Sulit dinilai
- N Opticus
Visus : Sulit di nilai Sulit dinilai
Campur visi : VOD VOS
Pupil
Bentuknya : Normal Normal
Besarnya : 3 mm 3 mm
Isokor/anisokor : Isokor Isokor
Midriasis/miosis : Tidak ada Tidak ada
Refleks cahaya
Langsung : Ada Ada
Konsensuil : Ada Ada
Akomodasi : Ada Ada
Argyl Robertson : Tidak ada Tidak ada
N. Trigeminus
Kanan Kiri
Motorik
Menggigit : Sulit dinilai Sulit dinilai
Trismus : Sulit dinilai Sulit dinilai
Reflek Kornea’ : Sulit dinilai Sulit dinilai
Sensorik
Dahi : Sulit dinilai Sulit dinilai
Pipi : Sulit dinilai Sulit dinilai
Dagu : Sulit dinilai Sulit dinilai
N. Facialis
Kanan Kiri
Motorik
Mengerutkan dahi : Sulit dinilai Sulit dinilai
Menutup mata : Sulit dinilai Sulit dinilai
Menunjukkan gigi : Sulit dinilai Sulit dinilai
Lipatan nasolabialis : Sulit dinilai Sulit dinilai
Bentuk muka
Istirahat : Simetris Simetris
Berbicara/bersiul : Sulit dinilai Sulit dinilai
Sensorik
2/3 anterior lidah : Sulit dinilai Sulit dinilai
Otonom
N. Vestibulars
Nistagmus : Sulit dinilai
Vertigo : Sulit dinilai
N. Hypoglossus
Mengulur lidah : Sulit dinilai
Fasikul asi : Sulit dinilai
Atrofi papil : Sulit dinilai
Disartria : Sulit dinilai
MOTORIK
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan : Tidak ada Tidak ada
Kekuatan : 0 0
Tonus : Normal Normal
Refleks fisiologis : ++ ++
Refleks patologis
▪ Hoffma Tromer : Tidak ada
▪ Leri : Tidak ada
▪ Meyer : Tidak ada
▪ KPR : ++ ++
▪ APR :- -
Refleks fatologis
▪ Atas : Baik
▪ Tengah : Baik
▪ Bawah : Baik
SENSORIK
Rasa nyeri : Sulit dinilai
Rasa suhu : Sulit dinilai
Rasa raba : Sulit dinilai
GAMBAR
FUNGSI VEGETATIF
Miksi : Tidak ada kelainan
Defekasi : Tidak ada kelainan
GERAKAN ABNORMAL
FUNGSI LUHUR
Afasia motorik : Sulit dinilai
Afasia sensorik : Sulit dinilai
Apraksia : Sulit dinilai
Agrafia : Sulit dinilai
Alexia : Sulit dinilai
Afasia nominal : Sulit dinilai
Diagnosis :
Diagnosis klinis : Penurunan Kesadaran
Diagnosa topis : Hemisfer Cerebri
Diagnosa etiologi : Stroke Non Hemoragik
Tatalaksana :
- Pasang oksigen
- Pasang kateter
- Pasang NGT
- IVFD Nacl 0,9% 20 tpm
- Injeksi citicolin 2x1 gr
- Injeksi lansoprazole 2x1 gr
- Injeksi ceftriaxone 1x1 gr
- Injeksi manitol 4x100 cc
- Aspilet 1x80 g
- Candesartan 1x8 g
Prognosis
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.1 Definisi
Stroke atau serangan otak adalah sindrom klinis yang awal timbulnya
mendadak, progresif, cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global, yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-
mata di sebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik.3
3.1.2 Epidemiologi
Stroke non hemoragik bisa terjadi akibat suatu dari dua mekanisme
patogenik yaitu trombosis serebri atau emboli serebri. Trombosis serebri
menunjukkan oklusi trombotik arteri karotis atau cabangnya, biasanya karena
arterosklerosis yang mendasari. Proses ini sering timbul selama tidur dan bisa
menyebabkan stroke mendadak dan lengkap. Defisit neurologi bisa timbul progresif
dalam beberapa jam atau intermiten dalam beberapa jam atau hari.5
Emboli serebri terjadi akibat oklusi arteria karotis atau vetebralis atau
cabangnya oleh trombus atau embolisasi materi lain dari sumber proksimal, seperti
bifurkasio arteri karotis atau jantung. Emboli dari bifurkasio karotis biasanya akibat
perdarahan ke dalam plak atau ulserasi di atasnya di sertai trombus yang tumpang
tindih atau pelepasan materi ateromatosa dari plak sendiri. Embolisme serebri
sering di mulai mendadak, tanpa tanda-tanda disertai nyeri kepala berdenyut.5
Ada beberapa faktor risiko stroke yang sering teridentifikasi pada stroke non
hemoragik, diantaranya yaitu faktor risiko yang tidak dapat di modifikasi dan yang
dapat di modifikasi.6
3.1.5 Klasifikasi
Pada stroke iskemik terjadi iskemia akibat sumbatan atau penurunan aliran
darah otak. Berdasarkan perjalanan klinis, dikelompokkan menjadi :2
3.1.6 Patofisiologi7,8,9
Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang
dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang
memiliki jumlah neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi koneksi di antara
berbagi neuron berbeda-beda.
Gejala stroke non hemoragik yang timbul akibat gangguan peredaran darah
di otak bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi
tempat gangguan peredaran darah terjadi, kesadaran biasanya tidak mengalami
penurunan, kesadaran seseorang dapat di nilai dengan menggunakan skala koma
Glasgow.8
Penelitian yang dilakukan Sri Andriani Sinaga terhadap 281 pasien stroke
di Rumah Sakit Haji Medan di dapatkan hemiparese sinistra yaitu 46,3%, diikuti
oleh hemiparese dekstra 31,7%, tidak tercatat sebanyak 14,2% dan hemiparesese
dupleks 7,8%. Gambaran klinis utama yang berkaitan dengan insufisiensi arteri ke
otak mungkin berkaitan dengan pengelompokan gejala dan tanda berikut yang
tercantum dan disebut sindrom neurovaskular:8,9
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisik
Selain itu dapat pula ditemui tanda-tanda gangguan Upper Motor Neuron (UMN),
seperti :
• Tonus otot pada lesi yang lumpuh meninggi
c. Pemeriksaan Penunjang
- CT scan (Computer Tomografi Scan)
Modalitas ini dapat membedakan stroke hemoragik dan stroke non
hemoragik secara tepat dan cepat karena pasien stroke non hemoragik
memerlukan pemberian trombolitik sesegera mungkin. Selain itu, pemeriksaan
ini juga berguna untuk menentukan distribusi anatomi dari stroke dan
menyingkirkan diagnosis banding stroke (hematoma, neoplasma, abses).
- MRA (Magnetik Resonan Angiografi)
MRA juga terbukti dapat mengidentifikasi lesi vaskuler dan oklusi lebih
awal pada stroke akut. Sayangnya, pemerikasaan ini dan pemeriksaan MRI
lainnya memerlukan biaya yang tidak sedikit serta waktu pemeriksaan yang
agak panjang.
- Angiografi serebral
Angiografi serebral dapat membantu untuk menentukan penyebab stroke
secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri. d. Pemeriksaan foto
thoraks Pemeriksaan foto thoraks dapat memperlihatkan keadaan jantung,
apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda
hipertensi kronis pada penderita stroke.
- Elektrokardiografi
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk melihat ada atau tidaknya miokard
infark, aritmia, atrial fibrilasi yang dapat menjadi faktor resiko pada stroke.
- Echokardiografi
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk melihat ada atau tidaknya kelainan
jantung yang dapat menyebabkan stroke emboli.
- USG
USG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya stenosis atau oklusi pada
arteri karotis interna.
- Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah yang dapat dilakukan mencakup pemeriksaan darah
lengkap, kolesterol, serta pemeriksaan gula darah.6,11
a. Kelainan Vaskular : ICH, SDH, EDH, SAH akibat ruptur aneurisma atau
vascular malformation.
3.1.10 Tatalaksana
Terapi pada stroke iskemik dibedakan menjadi fase akut dan pasca fase akut:
b. Anti-oedema otak
Untuk anti-oedema otak dapat diberikan gliserol 10% melalui infus
1gr/kgBB/hari selama 6 jam atau dapat diganti dengan manitol 10%.
c. Neuroprotektif
Terapi neuroprotektif diharapkan meningkatkan ketahanan neuron
yang iskemik dan sel-sel glia di sekitar inti iskemik dengan memperbaiki
fungsi sel yang terganggu akibat oklusi dan reperfusi.13
• Citicolin
Merupakan prekusor pembentukan phospatidylcholine yang merupakan
komponen penting dalam pembentukan membrane sel. Citikolin
menghambat kerusakan membrane dan mengurangi radikal bebas dengan
menambah phospatidylcholine dan juga menstabilkan dinding sel dan
membantu penyembuhan iskemia. Sebagai stabilisator membrane sel, yang
memiliki sifat neuroprotektif dan neurorestoratif.
• Piracetam
Piracetam adalah bahan psikotropik yang meningkatkan secara langsung
efisien dari fungsi otak dalam hal proses kognitif, yang berkaitan dengan
proses belajar, memori, pikiran dan kesadaran dalam keadaan deficit
maupun normal, namun tanpa efek sedasi atau stimulant. Piracetam dapat
memperbaiki fungsi otak, dengan berbagai mekanisme yaitu memodulasi
meurotransmisi di otak, meningkatkan mikrosirkulasi tanpa efek
vasodilatasi.
• Nimodipin
Obat golongan calcium channel antagonist, memiliki efek neuroprotektor
dalam mencegah deficit neurologis iskemik dan keluaran yang buruk pada
perdarahan subaraknoid karena rupture. Dosis yang digunalan 60 mg per
oral setiap 4 jam selama 21 hari.
3.1.11 Komplikasi
Komplikasi neurologis yang dapat terjadi dan cukup berat terjadi pada pasien stroke
iskemik adalah:6
3.1.12 Prognosis
ANALISA KASUS
Gejala klinis tersering yang terjadi yaitu hemiparese yang dimana penderita
stroke non hemoragik yang mengalami infrak bagian hemisfer otak kiri akan
mengakibatkan terjadinya kelumpuhan pada sebalah kanan, dan begitu pula
sebaliknya dan sebagian juga terjadi Hemiparese dupleks, pendeita stroke non
hemoragik yang mengalami hemiparesesi dupleks akan mengakibatkan terjadinya
kelemahan pada kedua bagian tubuh sekaligus bahkan dapat sampai mengakibatkan
kelumpuhan.
c. Ataksia
f. Disfagia
g. Disartria
- Pasang oksigen
- Pasang kateter
- Pasang NGT
- IVFD Nacl 0,9% 20 tpm
- Injeksi citicolin 2x1 gr
- Injeksi lansoprazole 2x1 gr
- Injeksi ceftriaxone 1x1 gr
- Injeksi manitol 4x100 cc
- Aspilet 1x80 g
- Candesartan 1x8 g
KESIMPULAN
Stroke atau serangan otak adalah sindrom klinis yang awal timbulnya
mendadak, progresif, cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global, yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-
mata di sebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik.