Anda di halaman 1dari 28

KETIDAK MERATAAN PEMBANGUNAN DI

INDONESIA
DOSEN PEMBIMBING : IR. SETYANTO, M.T.

DISUSUN OLEH : MUHAMMAD GUSTI JOFA SANJAYA

(1805081013)

D3 TEKNIK SIPIL (ABG)

UNIVERSITAS LAMPUNG (UNILA)

2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan nasional dari pembentukan pemerintahan adalah untuk


melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.Jadi intinya, kemerdekaan
yang telah diraih harus dijaga dan diisi dengan pembangunan yang
berkeadilan dan demokratis serta dilaksanakan secara bertahap dan
berkesinambungan. Apabila melihat paragraf di atas, terutama
dalam hal yang berkaitan dengan pembangunan yang sifatnya adil
dan demokratis, sudah barang tentu itu masih jauh dari realita yang
ada saat ini. Saat ini pembangunan masih berkonsentrasi di daerah
pusat, baik di ibu kota Negara ataupun untuk daerah sekitarnya,
seperti pulau jawa dan sumatera pada umumnya. Dan keadaan
seperti itu sangatlah jauh dari apa yang dicita-citakan dalam tujuan
nasional yang menginginkan ratanya pembangunan yang dilakukan
oleh pemerintah. Dampak dari kurangnya pemerataan pembangunan
memang tidak begitu dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di
daerah yang telah mengalami pembangunan cukup pesat, karena
segala kebutuhan hidup mereka relatif lebih mudah untuk diperoleh,
seperti pelayanan kesehatan ataupun sarana pendidikan yang
tersebar di mana-mana, hal tersebut jauh berbeda apabila
dibandingkan dengan daerah yang pembangunannya berjalan
dengan lambat yang biasanya daerah-daerah tersebut adalah daerah
yang terpencil.
Daerah seperti itu biasanya sulit untuk mendapatkan fasilitas-
fasilitas yang telah diberikan oleh pemerintah, hal ini karena
biasanya pemerintah hanya menyediakan fasilitas yang sifatnya
kompleks di daerah perkotaan, sehingga bagi masyarakat yang
letaknya di daerah terpencil butuh waktu yang lama untuk
mengakses fasilitas-fasilitas tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah di atas, maka
dapat dirumuskan beberapa pokok masalah, yaitu sebagai berikut :

1. Apa yang menyebabkan terjadinya ketidakmerataan


pembangunan Di Indonesia?
2. Dampak apa yang dihasilkan dari ketidak merataan
pembangunan ?
3. Tindakan apa saja yang bisa dan telah dilakukan oleh
pemerintah ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan


pembangunan tidak merata
2. Mengetahui dampak dari tidakmeratanya pembangunan di
Indonesia
3. Menjadikan masalah ini sebagai motivasi untuk terus
membangun bangsa secara merata
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pembangunan di Indonesia
Negara Republik Indonesia merupakan Negara yang besar jika
dilihat dari segi sejarahnya dan juga jika dilihat dari segi luas
wilayahnya. Indonesia yang kini sedang menjadi negara
berkembang pastilah ingin menjadi suatu negara maju, namun
wacana tersebut tidaklah mudah untuk diwujudkan mengingat hal
yang tadi, Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas dan di
dalamnya terdiri dari beribu-ribu pulau yang satu sama lain terpisah.
Namun hal itu bukanlah masalah, karena sejak awal reformasi
pembangunan di Indonesia sudah bisa dibilang lebih maju
dibandingkan dengan sebelumnya, karena sarana serta prasarana
yang mendasar sudah banyak disediakan oleh pemerintah, terutama
untuk di daerah perkotaan yang pembangunannya relatif lebih cepat
karena mengingat jumlah penduduk serta aktivitas di daerah
perkotaan lebih banyak dibandingkan daerah pedesaan atau pelosok.
Sarana yang pada saat itu marak dibangun adalah sarana kesehatan,
pendidikan, dan juga sarana-sarana lain yang menunjang kehidupan
masyarakat pada saat itu. Pembangunan yang dilaksanakan oleh
pemerintah tidak hanya sebatas sarana dan prasarana yang
mendasar, melainkan juga sarana yang sifatnya sekunder seperti
pusat-pusat hiburan, meskipun pada saat ini sarana-sarana tersebut
seakan telah menjadi sarana primer untuk kalangan masyarakat
perkotaan dan juga sebagian masyarakat pedesaan. Jadi pada
dasarnya pemerintah telah melaksanakan pembangunan yang
sifatnya relatif positif karena selalu mengalami kemajuan dari waktu
ke waktu, hal ini dapat terlihat jelas apabila kita melihat keadaan ibu
kota negara kita pada saat 10 tahun lalu dan kita bandingkan dengan
keadaannya sekarang, pastilah berbeda jelas apabila kondisi dari dua
waktu tersebut kita bandingkan, sehingga kita dapat menyimpulkan
pembangunan yang terjadi di sana sangatlah cepat, dan itu juga
diikuti oleh pertumbuhan penduduk di daerah tersebut yang melonjak
drastis dari tahun ke tahun.
Masih banyak daerah yang mengalami pembangunan yang cepat seperti
Jakarta, misalnya Bandung ataupun Medan.Rata-rata wilayah yang
pembangunannya cepat adalah wilayah-wilayah yang menjadi pusat dari
berbagai aktifitas, hal ini sangatlah logis mengingat apabila daerah yang
menjadi pusat tersebut mengalami pembangunan yang cepat karena
pertumbuhan penduduk juga cepat dan banyak sarana dan prasarana
yang menjadi faktor-faktor vital dalam berjalannya kegiatan yang terjadi
di daerah tersebut. Dibalik pembangunan yang cepat untuk daerah-
daerah perkotaan, ternyata masih banyak daerah lain yang sama sekali
tidak mengalami pembangunan bahkan sarana dan prasarana yang
sifatnya vital masih sangat sulit untuk dijumpai.

Daerah-daerah tersebut kebanyakan letaknya berada di pelosok


sehingga pemerintah selalu beralasan sulit untuk menjangkau daerah-
daerah tersebut untuk melaksanakan tugas-tugas mereka. Sehingga
apabila kita melihat secara keseluruhan pembangunan di negara ini,
sebenarnya masihlah sangat lambat dan sifatnya tidak merata, misalnya
saja untuk kebutuhan kesehatan di daerah-daerah yang sifatnya kota
rumah sakit sangat banyak dan mudah untuk dijangkau, tetapi itu semua
berbanding terbalik dengan kehidupan masyarakat yang berada di
pelosok, misalnya saja di bagian pedalaman di pulau Kalimantan, sarana
kesehatan sangatlah sulit untuk ditemukan ataupun dijangkau, jangankan
rumah sakit, untuk menemukan puskesmaspun membutuhkan waktu
yang relatif sangat lama, sehingga sering terjadi kasus apabila seseorang
tengah sekarat, para sanak saudaranya lebih baik mendiamkannya
daripada membawanya ke pusat kesehatan terdekat.
Dari fakta-fakta di atas, dapat kita ketahui bahwa cita-cita bangsa kita
yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia belum sepenuhnya
terwujud. Karena pada dasarnya bagaimana cita-cita tersebut dapat
terwujud jika sarana dan prasarana yang mendukung tidaklah tersedia
secara merata di seluruh daerah di Indonesia.Misalnya cita-cita bangsa
kita yang berbunyi “mencerdaskan kehidupan bangsa” tidaklah
terwujud apabila tidak ada sekolah-sekolah di daerah yang sifatnya
pelosok.
Dan juga cita-cita bangsa yang berbunyi “memajukan kesejahteraan
umum” akan sulit diwujudkan apabila pembangunan masih
berkonsentrasi di daerah perkotaan dan seakan-akan melupakan daerah
pelosok yang notabene lebih membutuhkan pembangunan yang lebih.

2.2     Penyebab Pembangunan di Indonesia Tidak Merata


Ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan antar daerah di
Indonesia pada umumnya penyebabnya antara lain sebagai berikut.

1. Keterbatasan informasi pasar dan informasi teknologi untuk


pengembangan produk unggulan.
2. Belum adanya sikap profesionalisme dan kewirausahaan dari pelaku
pengembangan kawasan di daerah.
3. Belum optimalnya dukungan kebijakan nasional dan daerah yang
berpihak kepada petani dan pelaku swasta.
4. Belum berkembangnya infrastruktur kelembagaan yang berorientasi
pada pengelolaan pengembangan usaha yang berkelanjutan dalam
perekonomian daerah.
5. Belum berkembangnya koordinasi, sinergitas, dan kerjasama diantara
pelaku-pelaku pengembangan kawasan baik pemerintah, swasta,
lembaga non pemerintah, petani, serta antara pusat, propinsi, dan
kabupaten atau kota dalam upaya peningkatan daya saing kawasan dan
produk unggulan.
6. Masih terbatasnya akses petani dan pelaku usaha kecil terhadap modal
pengembangan usaha, input produksi, dukungan teknologi, dan
jaringan pemasaran dalam upaya pengembangan peluang usaha dan
kerjasama investasi.
7. Keterbatasan jaringan sarana dan prasarana fisik dan ekonomi di daerah
dalam mendukung pengembangan kawasan dan produk unggulan
daerah.
8. Belum optimalnya pemanfaatan kerangka kerjasama antar daerah untuk
mendukung peningkatan daya saing kawasan dan produk unggulan.
9. Masih sulitnya transportasi untuk mencapai daerah-daerah perbatasan.
10. Kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah pusat, karena
keberadaannya kurang terekspose.
11. Ketidakseimbangan pasokan sumber daya alam dengan kegiatan
pembangunan.

2.3     Dampak yang ditimbulkan dari Ketidakmerataan


Pembangunan di Indonesia

Dampak ketidakmerataan pembangunan memang tidak terlalu


dirasakan oleh masyarakat perkotaan yang tinggal di daerah yang
mengalami pembangunan yang pesat yang sarana dan prasarananya
berjalan dengan lancar karena segala kebutuhan hidupnya lebih
mudah didapat. Kita ambil contoh sarana pendidikan dan kesehatan, 
di daerah perkotaan sudah sangat memadai dan mudah untuk
diakses, dan sangat berbanding terbalik untuk daerah terpencil,
mereka sangat kesulitan dalam mengakses fasilitas pendidikan
ataupun fasilitas kesehatan, selain jumlahnya yang sedikit,
letaknyapun yang kebanyakan jauh dari pemukiman warga membuat
banyak masyarakat terpencil enggan untuk mengaksesnya.
Pendapatan negarapun sangat bisa dikatakan kurang maksimal,
karena pembangunan yang tidak merata itu menyababkan kurang
adanya pemanfaatan yang maksimal pada sumber-sumber daya dari
daerah yang memiliki potensi ekonomi yang baik untuk jangka
waktu ke depan.

2.4 Upaya Pengatasan Masalah


Pada dasarnya setiap permasalahan yang terjadi pasti ada solusi atau
jalan keluarnya, hanya itu semua tergantung kita bagaimana dalam
menyikapi dan memberi tindakan terhadap permasalahan-permasalahan
tersebut. Begitu juga dengan masalah pembangunan yang ada di
Indonesia, pada dasarya pemerintah tidak hanya berdiam diri, banyak
upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memeratakan
pembanguna di Indonesia meskipun sampai pada saat ini hasilnya belum
sesuai dengan harapan, tetapi itu semua sudah menunjukan
perkembangan yang positif. Upaya-upaya tersebut diantaranya adalah :

1. Membentuk Daerah Otonom Baru (DOB)

Pembentukan DOB sejak tahun 1999 sampai 2008 menunjukkan


perkembangan yang cukup signifikan, karena jumlah Provinsi di
Indonesiameningkat sebesar 21%, jumlah Kabupaten meningkat sebesar
41%, dan jumlah Kota meningkat sebesar 37%. Selanjutnya,
perkembangan pembentukan daerah otonom baru sejak tahun 1999
sampai tahun 2009dapat dilihat pada gambar 1 berikut.

.
Perkembangan DOB Tahun 1999-2009 Peningkatan tersebut sangat
mempengaruhi penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia, khususnya
pemerintahan daerah, mengingat tujuan penyelenggaraan otonomi
daerah seluas-luasnya adalah untuk:

1. Meningkatkan kesejahteraan
masyarakat,
2. Pelayanan umum,
3. Daya saing daerah.
4. Membuat rancangan kerja arahan
langsung dari pemerintah.
5. Meningkatkan daya saing antar daerah.
6. Meningkatkan pelayanan umum untuk
masyarakat di daerah.
7. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
daerah.
8. Meningkatkan kerjasama antara lembaga
dalam pemerintah dan luar pemerintah
dalam pembangunan yang dilaksanakan di
Indonesia.
9. Menggunakan anggaran negara dengan
sebaik-baiknya dan pengawasan yang ketat
sehingga dana pembangunan tidak di salah
gunakan oleh oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab.
Pada tangga 5 Oktober 2012 Rapat paripurna DPR
mensahkan 5 Daerah Otonom Baru (DOB) yang
sudah disepakati oleh pemerintah dan DPR dalam
pembicaraan tingkat I antara Komisi II dengan
Menteri Dalam Negeri. Pengesahan ini disambut
meriah perwakilan masyarakat DOB yang hadir
dalam rapat pripurna. Kelima daerah otonom baru
yang disetujui dalam paripurna itu adalah Provinsi
Kalimantan Utara, Kabupaten Pangandaran di
Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Pesisir Barat di
Provinsi Lampung, Kabupaten Manokwari Selatan
di Provinsi Papua Barat, Kabupaten Pegunungan
Arfak di Provinsi Papua Barat. Dengan disetujuinya
lima pembentukan daerah otonom baru ini,
harapannya terjadi pemekaran sebagai upaya menata
daerah merupakan solusi dalam mengoptimalkan
pelayan publik, memperpendek rentang kendali
pemerintah sesuai dengan prinsip tata kelola
pemerintah yang baik guna mempercepat
kesejahteraan di dearah Dengan melakukan berbagai
perencanaana ada dua arahan yang tercakup dalam
perencanaan.Pertama, arahan dan bimbingan bagi
seluruh elemen bangsa untuk mencapai tujuan
bernegara seperti tercantum dalam Pembukaan UUD
1945.

Arahan ini dituangkan dalam rencana pembangunan


nasional sebagai penjabaran langkah-langkah untuk
mencapai masyarakat yang terlindungi, sejahtera,
cerdas dan berkeadilan dan dituangkan dalam
bidang-bidang kehidupan bangsa: politik, sosial,
ekonomi, budaya, serta pertahanan dan keamanan.
Kedua, arahan bagi pemerintah dalam menjalankan
fungsinya untuk mencapai tujuan pembangunan
nasional baik melalui intervensi langsung maupun
melalui pengaturan masyarakat/pasar.

a. Proses Perencanaan Politik dan Teknokratik

Pada mulanya ahli-ahli teori perencanaan


publik menggunakan informasi preferensi
(keinginan) semua penduduk sebagai awal dari
proses perencanaan pembangunan. Namun kini,
karena kurang praktis, maka preferensi
penduduk tidak lagi dikumpulkan melalui
penelitian, tetapi diganti dengan proses politik.
Dalam pemilihan umum dipandang sebagai
wakil dimana para calon Presiden/Wakil
Presiden/Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah
menawarkan program-program pembangunan
yang akan dilaksanakan bila kelak menang.
Sebagai contoh, bila dalam pemilu ada calon
peserta yang menawarkan program
pembangunan jembatan, maka pemilih yang
tinggal di desa sekitar jembatan merasa ada
insentif untuk memilihnya. Kalau menang, maka
pembangunan jembatan yang dijanjikan akan
menjadi program Presiden/Wakil
Presiden/Kepala Daerah tersebut selama
berkuasa. Sehingga bila program para calon
sesuai dengan kebutuhan masyarakat pemilih,
maka akan terjadi simbiosis. Inilah yang
dinamakan proses politik dalam perencanaan.
Proses lain dalam menghasilkan rencana
pembangunan adalah proses teknokratik. Untuk
contoh dua desa di sisi sungai di atas, kebutuhan
akan jembatan juga bisa muncul ke permukaan
melalui pengamat profesional.
Dengan data yang ada, pengamat profesional
bisa sampai pada kesimpulan bahwa jembatan
tersebut memang diperlukan dan layak untuk di
bangun. Pengamat profesional adalah kelompok
masyarakat yang terdidik yang walau tidak
mengalami sendiri, namun berbekal pengetahuan
yang dimiliki dapat menyimpulkan kebutuhan
akan suatu barang yang tidak dapat disediakan
pasar. Pengamat ini bisa pejabat pemerintah,
bisa non-pemerintah, atau dari perguruan
tinggi.Selanjutnya dari hasil pengamatan
kebutuhan masyarakat, rencana pembangunan
dapat disusun.Agregat dari kebutuhan
masyarakat yang ditemukan oleh pengamat
profesional menghasilkan perspektif akademis
pembangunan. Inilah yang dinamakan proses
teknokratik dalam perencanaan.
b. Untuk mendapat suatu rencana yang optimal maka
rencana pembangunan hasil proses politik perlu
digabung dengan rencana pembangunan hasil proses
teknokratik.
Agar kedua proses ini dapat berjalan selaras,
masing-masing perlu dituntun oleh satu visi jangka
panjang. Agenda Presiden/Wakil Presiden/Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah yang berkuasa yang
dihasilkan dari proses politik perlu selaras dengan
perspektif pembangunan yang dihasilkan.
Selanjutnya agenda pembangunan jangka menengah
ini diterjemahkan ke dalam rencana kerja pemerintah
(RKP) tahunan yang sekaligus menjadi satu dalam
Rancangan Anggaran dan Pendapatan Negara
(RAPBN) sebelum disetujui oleh DPR untuk
ditetapkan menjadi UU. Gambar 3.

Rencana kerja pemerintah


2.3 Pengembangan Wilayah Tertinggal
Di dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJM) Nasional Tahun 2004-2009 (Perpres Nomor
7 Tahun 2005) telah diidentifikasi ada 199 daerah
yang dikategorikan sebagai daerah tertinggal, yaitu
daerah kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya
relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain
dalam skala nasional. 199 daerah yang dikategorikan
sebagai daerah tertinggal, yang tersebar di Sumatera,
Kalimantan, Papua, dan Nusa Tenggara
Timur.Sebagian kecil daerah tertinggal terdapat di
Pulau Jawa dan Bali.Bagian terbesarnya tersebar di
kawasan Timur Indonesia (KTI). Berdasarkan
sebaran wilayahnya, sebanyak 123 kabupaten atau
(63%) kawasan tertinggal berada di kawasan Timur
Indonesia, 58 Kabupaten (28%) berada di Pulau
Sumatera, dan 18 Kabupaten (8%) berada di Pulau
Jawa dan Bali. Di luar kategori wilayah tertinggal,
terdapat sejumlah kawasan yang dapat kita sebut
sebagai “kawasan paling tertinggal”.Kawasan ini
dihuni oleh Komunitas Adat Terpencil (KAT), yaitu
kelompok sosial budaya yang bersifat lokal
dan terpencar.
Pada umumnya, kawasan itu belum tersentuh oleh
jaringan dan pelayanan sosial, ekonomi dan
politik.Sementara itu, hampir seluruh pulau-pulau
kecil terluar dan terdepan di dalam wilayah
kedaulatan negara kita, yang berjumlah 92 pulau,
termasuk pula di dalam kategori kawasan tertinggal.
Berbagai permasalahan sebagai penyebab suatu
daerah kabupaten menjadi daerah tertinggal, secara
dominan dikelompokkan ke dalam:

1.Permasalahan aspek pengembangan ekonomi


lokal yaitu keterbatasanpengelolaan sumber
daya lokal dan belum terintegrasinya
dengankawasan pusat pertumbuhan.
Permasalahan aspek pengembangan sumber
daya manusia yaitu rendahnya kualitas sumber
daya manusia.
2.Permasalahan aspek kelembagaan, terutama
rendahnya kemampuankelembagaan aparat dan
masyarakat.
3.Permasalahan aspek sarana dan prasarana
terutama transportasidarat, laut, dan udara;
telekomunikasi, dan energi, serta
keterisolasiandaerah.
4.Permasalahan aspek karakteristik daerah
terutama berkaitan dengandaerah rawan bencana
(kekeringan, banjir, longsor, kebakaran
hutan,gempa bumi, dll) serta rawan konflik
sosial. Untuk mengatasi permasalahan
pembangunan daerah tertinggaldilakukan
strategi dasar melalui empat pilar:

A. Pilar pertama, meningkatkan


kemandirian masyarakat dan
daerahtertinggal, dilakukan melalui:
1. Pengembangan ekonomi lokal,
2. Pemberdayaan masyarakat,
3. Penyediaan prasarana dan sarana
lokal/perdesaan, dan
4. Peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah
daerah, dunia usaha, masyarakat.
B. Pilar kedua, mengoptimalkan
pemanfaatan potensi wilayah, dilakukan
melalui:
1. Penyediaan informasi potensi sumberdaya
wilayah,
2. Pemanfatan teknologi tepat guna,
3. Peningkatan investasi dan kegiatan produksi,
4. Pemberdayaan dunia usaha dan umkm, dan 5.
Pembangunan kawasan produksi.
C. Pilar ketiga, memperkuat integrasi
ekonomi antara daerah tertinggal dan
daerah maju, dilakukan melalui:
1. Pengembangan jaringan ekonomi antar wilayah,
2. Pengembangan jaringan prasarana antar
wilayah, dan
3. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi daerah.
D. Pilar keempat, meningkatkan
penanganan daerah khusus yang memiliki
karakteristik “keterisolasian”, dilakukan
melalui:
1. Pembukaan keterisolasian daerah (pedalaman,
pesisir, dan pulau kecil terpencil),
2. Penanganan komunitas adat terasing, dan
3. Pembangunan daerah perbatasan dan pulau-
pulau kecil.
Berdasarkan evaluasi terhadap kebijakan alokasi
dana perimbangandan kinerja ekonomi daerah
tertinggal, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Faktor atau dimensi yang paling dominan yang
menyebabkan ketertinggalan suatu daerah yaitu:
a) Belum adanya sikap
profesionalisme dan kewirausahaan
daripelaku pengembangan kawasan di
daerah.
b) Masih lemahnya koordinasi,
sinergi, dan kerjasama diantarapelaku-
pelaku pengembangan kawasan, baik
pemerintah, swasta,lembaga non
pemerintah, dan masyarakat, serta
antarapemerintah pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota, dalam
upayameningkatkan daya saing produk
unggulan.
c) Keterbatasan jaringan prasarana
dan sarana fisik dan ekonomidalam
mendukung pengembangan kawasan
dan produk unggulan daerah.
d) Belum optimalnya pemanfaatan
kerangka kerjasama antar
wilayahmaupun antar negara untuk
mendukung peningkatan daya saing
kawasan dan produk unggulan.
e) Ketidakseimbangan pasokan
sumberdaya alam dengan kebutuhan
pembangunan. Permasalahan utama
dari ketertinggalan pembangunan di
wilayahperbatasan adalah arah
kebijakan pembangunan
kewilayahanyang selama ini
cenderung berorientasi ’inward
looking’ sehingga seolah-olah
kawasan perbatasan hanya menjadi
halaman belakang dari pembangunan
negara.
f) Pulau-pulau kecil yang ada di
Indonesia sulit berkembang terutama
karena lokasinya sangat terisolir dan
sulit dijangkau. Diantaranya banyak
yang tidak berpenghuni atau sangat
sedikit jumlah penduduknya, serta
belum tersentuh oleh pelayanan dasar
dari pemerintah
2. Faktor pengungkit untuk mempercepat
pembangunan daerah tertinggal:
a)Peningkatan kapasitas fiskal
merupakan titik awal dari percepatan
pembangunan daerah tertinggal.
b) Pembangunan infrastruktur sosial
dan dasar agar berdampak optimal
terhadap penegmbangan sumberdaya
manusia, baik dari apsek ekonomi,
pendidikan,dan kesehatan.
c)Aksestabilitas masyarakat daerah
tertinggal terhadap faktor produksi
yang terdapat diwilayahnya maupun
diluar wilayahnya.

3. Strategi percepatan pembangunan dari masing-masing daerah


tertinggal berdasarkan dimensi yang paling dominan dan faktor
pengungkit dari masing-masing dimensi ketertinggalan:
a) Pembangunan daerah tertinggal harus dilakukan dengan
pendekatan kewilayahan.
b) Perlu dibedakan stratagi pembangunan daerah tertinggal yang ada
di kepulauan dan pesisir dengan di non kepulauan dan non pesisir.
c) Perlu dibedakan stratagi pembangunan daerah tertinggal yang ada
diperbatasan dan non perbatasan.

4. Rencana kedepan strategi percepatan pembangunan daerah tertinggal:

a) Pengembangan daerah tertinggal dapat dilakukan dengan strategi


pokok sebagai berikut:

1. Setiap daerah harus menentukan sector unggulan;

2. Pembangunan sumber daya manusia disesuaikan dengan potensi


sumberdaya alam lokal dan sesuai dengan standar industri, untuk
meminimalkan atau menghilangkan konflik antara masyarakat lokal
dengan industri;

3. Pengembangan komoditas unggulan secara terfokus;

4. Pemberian insentif fisik dan nonfisik bagi pengembangan


sektor/komoditas unggulan, diantaranya berupa keringanan pajak dan
retribusi, pembangunan prasarana dan sarana, kemudahan perijinan, dan
kepastian hukum;

5. Pembangunan industri berbasis sumberdaya alam;

6. Meningkatkan produktivitas untuk menciptakan daya saing daerah;


dan membangun alur pasar yang jelas, terutama ukm, melalui perantara
perusahaan besar.

b) Fungsi Pemerintah adalah melakukan pemihakan kepada yang


lemah, sehingga pembangunan tidak sekedar bersifat marketdriven,
sehingga diperlukan instrumen untuk mengkoordinasikan program
dan anggaran dalam pengembangan daerah tertinggal, yang
diantaranya dapat melalui peningkatan kerjasama antardaerah,
sesuai PP Nomor 50 Tahun 2007, yang diperlukan untuk
permasalahan daerah-daerah tertinggal.

c) Permasalahan utama dalam pengembangan ekonomi lokal adalah


pasarnya yang kecil sehingga strategi ekspor sangat penting untuk
memperluas pasar, yang diantaranya:

a. fokus pada pengembangan berbasis klaster; dan

b. membangun kemitraan antara pemerintah dengan sektor swasta.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Cita-cita bangsa Indonesia yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia hingga saat ini masih belum terealisasikan sepenuhnya. Banyak
faktor-faktor penentu yang belum berjalan dengan baik termasuk
pembangunan nasional dengan ketidak merataan kebijakan pemerintah
terhadap daerah yang terpencil dan kota.Sehingga kemerataan
kesejahteraa di Indonesia masih belum bisa dirasakan oleh seluruh
masyarakat Indonesia, terutama untuk di daerah yang notabene kurang
dalam hal sarana dan prasarana.

3.2 Saran

Pemerintah seharusnya dalam hal ini harus lebih menaruh perhatian


pada wilayah-wilayah pedesaan yang kurang mendapat perhatian
pembangunan dari pemerintah yang mengakibatkan kurang
meratanya pembangunan di daerah pedesaan. Pemerintah juga
diharapkan mengusahakan pembangunan secara maksimal dengan
membuat kebijakan-kebijakan yang dapat menunjang kearah
pembangunan yang lebih baik. Merancang perencanaan pembangunan
yang tidak hanya dilakukan di daerah perkotaan saja, tetapi juga
untuk daerah pedesaan atau pelosok juga.

Saran Untuk dapat mewujudkan cita-cita bangsa dibutuhkan sebuah


kerja sama antara masyarakat dan juga pemerintah. Tapi dalam hal ini
pemerintah memegang peranan yang cukup besar, sehingga
diharapkan semua perencanaan yang telah direncanakan dapat
direalisasikan dengan penuh tanggung jawab dan memperoleh hasil
yang sesuai dengan rencana awal dan kebijakan pemerintah dapat
merata di setiap daerah tidak hanya berkembang di daerah kota saja
tetapi diseluruh daerah terpencil di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.ditjen-otda.depdagri.go.id/index.php/
categoryblog/317-dpr-sahkan-5-daerah-otonom-baru (Diaks
es pada tanggal 10 Desember 2012, 21 : 29 WIB)
http://www.google.com/
perencanaanpembangunanIndonesia.html (Diakses pada
tanggal 11 Desember 2012, 20:25 WIB)
http://www.google.com/
ReformasiPemerintahDaerahdalamPembangunandiIndonesi
a-Netsains.Com.htm (Diakses pada tanggal 11 Desember 2012,
20:40 WIB)
http://xaudiostone.com/2010/11/ketidakmerataan-
pembangunan-di.html (Diakses pada tanggal 12 Desember
2012 21.42)

Anda mungkin juga menyukai