Anda di halaman 1dari 9

Nama : Dodi Kharismansyah

Nim : 20010008

KETENAGAKERJAAN

Karyawan adalah pelaku pembangunan dan pelaku ekonomi secara individual dan kolektif. Oleh
karena itu angkatan kerja mempunyai peranan yang sangat penting dalam berjalannya perekonomian
nasional untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan rakyat. Di Indonesia, tenaga kerja
Indonesia merupakan salah satu mesin penggerak kehidupan ekonomi dan sumber daya yang melimpah.
Hal ini tercermin dari tingginya angka pengangguran di Indonesia dan minimnya lapangan pekerjaan.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat pengangguran tertinggi. Banyaknya tenaga kerja
yang kehilangan pekerjaan dan banyaknya tenaga kerja baru yang tidak dapat memperoleh pekerjaan
karena terbatasnya lapangan kerja menyebabkan meningkatnya angka pengangguran. Salah satu cara
untuk mengurangi pengangguran ketika peluang dan kesempatan kerja di dalam negeri sangat terbatas
adalah dengan berimigrasi melalui Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Luar Negeri

A. Ketenagakerjaan

Pengertian hukum perburuhan sangat bergantung pada hukum positif masing-masing negara. Oleh
karena itu, tidak heran jika definisi hukum perburuhan (ketenagakerjaan) yang dikemukakan oleh para
ahli hukum berbeda-beda, terutama dari segi luasnya. Ruang lingkup penerapan undang-undang
ketenagakerjaan (ketenagakerjaan) juga berbeda dari satu negara ke negara lain. Disamping itu,
perbedaan sudut pandang juga menyebabkan para ahli hukum memberikan definisi hukum perburuhan
(ketenagakerjaan ) yang berbeda pula. Berikut ini akan dikemukakan beberapa definisi hukum
perburuhan (ketenagakerjaan) oleh beberapa ahli.

Dengan definisi tersebut paling tidak ada dua hal yang hendak dicakup yaitu: Pertama, hukum
perburuhan (ketenagakerjaan) hanya mengenai kerja sebagai akibat adanya hubungan kerja. Berarti
kerja di bawah pimpinan orang lain. Dengan demikian hukum perburuhan (ketenagakerjaan) tidak
mencakup (1) kerja yang dilakukan seseorang atas tanggung jawab dan resiko sendiri, (2) kerja yang
dilakukan seseorang untuk orang lain yang didasarkan atas kesukarelaan, (3) kerja seorang pengurus
atau wakil suatu perkumpulan. Kedua, peraturan–peraturan tentang keadaan penghidupan yang
langsung bersangkut-paut dengan hubungan kerja, diantaranya adalah :

Peraturan-peraturan tentang keadaan sakit dan hari tua buruh/pekerja;

Peraturan-peraturan tentang keadaan hamil dan melahirkan anak bagi buruh/pekerja wanita;

Peraturan-peraturan tentang pengangguran;

Peraturan-peraturan tentang organisasi-organisasi buruh/pekerja atau majikan/pengusaha dan tentang


hubungannya satu sama lain dan hubungannya dengan pihak pemerintah dan sebagainya.

Iman Soepomo memberikan definisi hukum perburuhan (ketenagakerjaan) sebagai berikut : “Hukum
perburuhan (ketenagakerjaan) adalah himpunan peraturan, baik tertulis maupun tidak yang berkenaan
dengan kejadian dimana seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah”.

Mengkaji pengertian di atas, pengertian yang diberikan oleh Iman Soepomo tampak jelas bahwa
hukum perburuhan (ketenagakerjaan) setidak-tidaknya mengandung unsur :

Himpunan peraturan (baik tertulis dan tidak tertulis).

Berkenaan dengan suatu kejadian/peristiwa.

Seseorang bekerja pada orang lain.

Upah.

B. Ruang Lingkup Hukum Ketenagakerjaan

Undang-undang No. 13 Tahun 2003 telah disesuaikan dengan perkembangan reformasi, khususnya yang
menyangkut hak berserikat/berorganisasi, penyelesaian perselisihan industrial. Dalam undang- undang
ketenagakerjaan ini tidak lagi ditemukan istilah buruh dan majikan, tapi telah diganti dengan istilah
pekerja dan pengusaha. Dalam Pasal 1 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
menyebutkan bahwa Ketenagakerjaan adalah segala hal ikhwal hal yang berhubungan dengan tenaga
kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah melakukan pekerjaan. Berdasarkan pengertian
Ketenagakerjaan tersebut dapat dirumuskan pengertian Hukum Ketenagakerjaan segala jenis aspek
peraturan hukum yang berkaitan dengan tenaga kerja baik sebelum bekerja, selama atau dalam
hubungan kerja, dan sesudah hubungan kerja. Jadi pengertian hukum ketenagakerjaan lebih luas dari
hukum perburuhan yang selama ini dikenal sebelumnya yang ruang lingkupnya hanya berkenaan dengan
hubungan hukum antara buruh dengan majikan dalam hubungan kerja saja.

C. Fungsi Hukum Ketenagakerjaan

Secara umum hukum dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu hukum wajib (mandatory law atau
hukum wajib) dan hukum pilihan (regular law atau auxiliary law atau supplementary law). Menurut
Budiono Abdul Rachmad, bahwa hukum wajib adalah hukum yang harus dipatuhi dengan tegas,
sedangkan hukum pilihan adalah hukum yang dapat dibatalkan (biasanya dengan persetujuan).

Dalam hal ini, saya. H. pada dasarnya, sebagian besar undang-undang perburuhan diperlukan. Fakta ini
sesuai dengan tugas dan tujuan hukum perburuhan, yaitu:

mencapai atau melaksanakan keadilan sosial dalam pekerjaan;

Melindungi pekerja dari kekuasaan pengusaha yang tidak terbatas, misalnya dengan bertindak atau
membuat aturan yang memaksa agar pengusaha tidak bertindak sewenang-wenang sebagai pihak yang
lemah terhadap pekerja.

Sedangkan hukum kontrak sendiri didasarkan pada III. Kitab KUH Perdata. Tidak hanya perdata tetapi
juga umum (pidana) karena:

Dalam kasus tertentu, negara atau pemerintah ikut campur dalam urusan hukum perburuhan, seperti
pemutusan hubungan kerja, masalah pengupahan, dll.

Setiap undang-undang atau peraturan ketenagakerjaan memiliki sanksi atau peraturan.

Selain kewajiban atau kewajiban mengancam pemecatan, hukum ketenagakerjaan juga memiliki
kewajiban pidana atau pidana, misalnya.

Ancaman pidana termasuk dalam UU No. Bagian 3 1992. Bagian 4(1) dari Undang-Undang tersebut
menekankan bahwa setiap perusahaan harus melaksanakan program asuransi sosial pekerja
sebagaimana dimaksud dalam Bagian 3 untuk pekerja yang sedang bekerja berdasarkan ketentuan
Undang-undang tersebut. .

Kemudian dalam Pasal 29 ayat 1 ditegaskan bahwa barang siapa yang tidak memenuhi kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1 diancam dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan
atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Dalam pasal 5 dan pasal 6 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
mewajibkan kepada pengusaha untuk memberikan kesempatan yang sama tanpa diskriminasi kepada
setiap tenaga kerja (tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja perempuan) untuk memperoleh pekerjaan,
dan memberikan perlakuan yang sama tanpa diskriminasi kepada pekerja. Pasal 108 undang-undang
tersebut mewajibkan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperleh perlindungan atas :
keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan serta perlakuan yang sesuai dengan harkat dan
martabat manusia serta nilai-nilai agama.

Literatur-literatur yang ada, maupun peraturan-perauran yang telah dibuat oleh banyak negara,
keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk:

perlindungan bagi buruh terhadap pemerasan (ekploitasi) tenaga buruh oleh majikan, misalnya untuk
mendapat tenaga yang murah, mempekerjakan budak, pekerja rodi, anak dan wanita untuk pekerjaan
yang berat dan untuk waktu yang tidak terbatas;

memperingankan pekerjaan yang dilakukan oleh para budak dan para pekerja rodi (perundangan yang
pertama-tama diadakan di Indonesia);

membatasi waktu kerja bagi anak sampai 12 jam ( di Inggris, tahun 1802, The Health and Morals of
Apprentices Act).

D. Pihak-pihak Dalam Hubungan Ketenagakerjaan

Dalam praktek sehari-hari terdapat beberapa kelompok yang berkaitan dengan kehidupan kerja.
Kelompok-kelompok ini termasuk karyawan, pengusaha, organisasi karyawan dan pemerintah.

1. Karyawan / Karyawan / Karyawan


Dalam kehidupan sehari-hari masih terdapat istilah-istilah teknis yang berhubungan dengan karyawan.
Disebutkan misalnya:

karyawan, pejabat atau karyawan. Mengenai terminologi ini, Darwan Prints menyatakan bahwa semua
terminologi tersebut dimaksudkan untuk memiliki arti yang sama; yaitu orang yang bekerja untuk orang
lain dan dibayar untuk itu. Pengertian hukum buruh baru belakangan ini dihapuskan dalam UU No. 25
Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan dan UU No. 13 Tahun 2003 yang membedakan antara pekerja dan
buruh. UU No. 13 Tahun 2003, Pasal 1 (2) menyatakan bahwa:

“Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu menghasilkan barang atau jasa untuk kebutuhannya
sendiri dan untuk masyarakat”.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian angkatan kerja sangat luas dan mencakup
semua penduduk usia kerja, baik yang sudah bekerja maupun yang sedang mencari pekerjaan
(pengangguran). Usia kerja dalam UU No. 13 Tahun 2003 paling sedikit 15 tahun (Pasal 69).

2. Kontraktor/Pemberi Kerja

Seperti halnya konsep pekerja, konsep pemberi kerja dalam UU No. 13 Tahun 2003 menggunakan
konsep pemberi kerja. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan
Perburuhan menyatakan bahwa pemberi kerja adalah “orang perseorangan atau badan hukum yang
mempekerjakan pekerja”.

Perundang-undangan selanjutnya, seperti UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial, UU No. 14
Tahun 1969 tentang Pokok-Pokok Ketenagakerjaan, UU No. 25 Tahun 1997 yang dicabut dan UU No. 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menggunakan istilah wirausaha. . .

3. Karyawan/organisasi kerja

Tujuan kehadiran organisasi buruh adalah untuk memperjuangkan hak dan kepentingan buruh, agar
majikan tidak diperlakukan semena-mena. Keberhasilan tujuan ini sangat tergantung pada kesadaran
karyawan untuk mengatur dirinya sendiri, semakin baik organisasi semakin kuat. Sebaliknya, semakin
lemah, semakin tidak berdaya untuk memenuhi tugasnya. Oleh karena itu, tenaga kerja Indonesia
diwajibkan untuk bergabung dalam suatu wadah atau organisasi.

Ke depan, perkembangan serikat pekerja harus berubah kembali dari bentuk kesatuan menjadi bentuk
serikat pekerja, dan ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam undang-undang serikat pekerja:

Otonomi yang seluas-luasnya bagi organisasi-organisasi pekerja untuk berorganisasi di tingkat


unit/perusahaan tanpa campur tangan pengusaha atau negara, dengan kata lain serikat harus tumbuh
dari bawah (politik bat-up);

Serikat pekerja di tingkat toko/pabrik harus diperkuat untuk meningkatkan "posisi awal" pekerja karena
serikat pekerja toko/pabrik tidak hanya menjadi subjek/penulis perjanjian bersama (PKB) dengan
pemberi kerja, tetapi juga lembaga bilateral;

Apabila serikat pekerja pada tingkat unit/perusahaan ingin bergabung dengan serikat pekerja, dapat
dilakukan melalui federasi serikat pekerja; hal yang sama berlaku untuk serikat pekerja gabungan, yang
dapat bergabung dengan federasi serikat pekerja;

Untuk mencapai hal-hal di atas, diperlukan pemberdayaan pekerja dan pengusaha. Pekerja harus
diberdayakan untuk meningkatkan kompetensi/keterampilannya dan meningkatkan kesadaran akan
pentingnya serikat pekerja sebagai cara untuk memperjuangkan hak dan kepentingannya untuk
meningkatkan kesejahteraannya. Pengusaha harus diberdayakan untuk memahami bahwa serikat
pekerja adalah mitra dan bukan musuh yang dapat menentang kebijakan mereka.

Dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 ini memuat beberapa prinsip dasar yakni :

Jaminan bahwa setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja/buruh.

Serikat buruh dibentuk atas kehendak bebas buruh/pekerja tanpa tekanan atau campur tangan
pengusaha, pemerintah, dan pihak manapun.

Serikat buruh/pekerja dapat dibentuk berdasarkan sektor usaha, jenis pekerjaan, atau bentuk lain sesuai
dengan kehendak pekerja/buruh
Basis utama serikat buruh/pekerja ada di tingkat perusahaan, serikat buruh yang ada dapat
menggabungkan diri dalam Federasi Serikat Buruh/Pekerja. Demikian halnya dengan Federasi Serikat
Buruh/Pekerja dapat menggabungkan diri dalam Konfederasi Serikat Buruh/Pekerja.

Serikat buruh/pekerja, federasi dan Konfederasi serikat buruh/pekerja yang telah terbentuk
memberitahukan secara tertulis kepada kantor Depnaker setempat, untuk dicatat (bukan didaftarkan).

Siapapun dilarang menghalang-halangi atau memaksa pekerja/buruh untuk membentuk atau tidak
membentuk, menjadi pengurus atau tidak menjadi pengurus, menjadi anggota atau tidak menjadi
anggota dan atau menjalankan atau tidak menjalankan kegiatan serikat buruh.

Kesimpulan

Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat pengangguran tertinggi. Banyaknya tenaga
kerja yang kehilangan pekerjaan dan banyaknya tenaga kerja baru yang tidak dapat memperoleh
pekerjaan karena terbatasnya lapangan kerja menyebabkan meningkatnya angka pengangguran. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa untuk mengatasi kondisi tersebut, pemerintah harus berupaya
memperluas kesempatan kerja sehingga dapat menyeimbangkan kualitas sumber daya manusia (SDM)
untuk memajukan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Daftar Pustaka

Abdul Khakim. 2003. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti. Hal. 55

G. Kartasapoetra dkk. 1994. Hukum Perburuhan di Indonesia Berlandaskan Pancasila. Jakarta. Sinar
Grafika. Hal. 17

Asri Wijayanti. 2009. Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi. Jakarta. Sinar Grafika. Hal 1

Darwan Prints, 2000, “Hukum Ketenagakerjaan Indonesia”, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
.H.M.N. Purwosutjipto, 1996,”Pengertian Hukum Dagang Indonesia, Hukum

Pertanggungan”, Buku 6,Cetakan Keempat, Djmabtan, Jakarta.


Hardijan Rusli, 2004”Hukum Ketenagakerjaan 2003”,Ghalia Indonesia, Jakarta,
Iman Soepomo, 1985 “Pengantar Hukum Perburuhan”, Jakarta, Jambatan.

Imam Soepomo, 1992, ”Hukum Perburuhan,Undang-Undang dan Peraturan-


Peraturan” ,Djambatan,Jakarta.
Lalu Husni, 2000 “Hukum Ketenagakerjaan Indonesia”, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Moleong, Lexy MA, 2005, ”Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi”,PT Remaja Rosdakarya,
Bandung.Ronny Hanitijo Soemitro, 1982, ”Metodologi Penelitian Hukum”, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Ronny Hanitijo Soemitro, 1988, ”Metodologi Penelitian Hukum & Yurimetri”,

Ghalia Indonesia, Jakarta Sendjun Manulang, 2003, “Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan Di


Indonesia”, PT.Rineka Cipta, Jakarta.

Soetikno, 1977 “Hukum Perburuhan”, (tanpa penerbit), Jakarta

Soetrisno, 1973“Politik sosial dan Hukum Perusahaan di Indonesia”,LPP,Yogyakarta.

Glosarium

Pidana : keseluruhan dari peraturan-peraturan yang menentukan perbuatan apa yang dilarang dan
termasuk ke dalam tindak kriminal

Perdata. : ketentuan-ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban seseorang dalam masyarakat.

Battum up policy : Suatu kebijakan pemerintah yang harus tumbuh dari bawah

Buruh : Pelaku dalam suatu pekerjaan seperti buruh tani, kuli bangunan dan lain sebagainya

Pegawai : Orang yang bertugas didalam suatu perusahan negeri ataupun swasta Pengusaha : orang
yang melakukan aktivitas wirausaha yang dicirikan dengan pandai atau berbakat mengenali produk baru,
menentukan cara produksi baru, menyusun manajemen operasi untuk pengadaan produk baru,
memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya
Organisasi : suatu wadah atau tempat berkumpulnya orang dengan 3 sistematis, terpimpin, terkendali,
terencana, rasional dalam memanfaatkan segala sumber daya baik dengan metode, material, lingkungan
dan uang serta sarana dan prasarana, dan lain sebagainya dengan efisien dan efektif untuk bisa
mencapai tujuan organisasi.

diskriminasi : suatu perbuatan, praktik atau kebijakan yang memperlakukan seseorang atau kelompok
secara berbeda dan tidak adil atas dasar karakteristik dari seseorang atau kelompok

Martabat. : hak seseorang untuk dihargai dan dihormati dan diperlakukan secara etis

Industrial : suatu bidang atau kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan pengolahan/pembuatan bahan
baku atau pembuatan barang jadi di pabrik dengan menggunakan keterampilan dan tenaga kerja dan
penggunaan alat-alat dibidang pengolahan hasil bumi, dan distribusinya sebagai kegiatan utama.

Alternatif : suatu pilihan di antara dua atau pun beberapa kemungkinan. Alternatif dikategorikan ke
dalam kelompok NOMINA atau kata benda

Anda mungkin juga menyukai