Anda di halaman 1dari 4

TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA MENGENAI

PENTINGNYA MENJAGA KESEHATAN RONGGA MULUT ANAK

Oleh
Dinda Maretha Myke Susanto
NIM 31102000023

Pengetahuan merupakan hal penting dalam perkembangan perilaku manusia.


Pengetahuan yang tinggi dapat mempengaruhi perilaku manusia menjadi lebih baik,
salah satunya yaitu pengetahuan mengenai menjaga kesehatan rongga mulut. Rongga
mulut merupakan akses pertama yang dilalui oleh makanan sebelum masuk dan dicerna
oleh tubuh. Tidak jarang jika rongga mulut sering kali mengalami gangguan kesehatan
bila tidak dijaga dengan baik. Kebersihan rongga mulut mempunyai bidang oral hygiene
seperti penyakit periodontal dan karies gigi.
Kebersihan rongga mulut merupakan hal yang penting dalam kehidupan setiap
individu manusia termasuk anak, karena jika tidak dijaga kesehatan gigi dan mulutnya
dapat menimbulkan rasa sakit, gangguan dalam pengunyahan hingga dapat mengganggu
kesehatan organ tubuh lainnya. Anak merupakan kelompok umur yang masih rentan
terhadap penyakit. Anak yang menderita penyakit rongga mulut dapat mengganggu
kualitas hidupnya, padahal mereka masih dalam tahap tumbuh berkembang yang bila
penyakitnya tidak segera ditangani dapat mempengaruhi kualitas hidup di masa depan.
Pemeliharaan kesehatan rongga mulut merupakan salah satu upaya
meningkatkan kesehatan. Salah satu penyebab anak menderita penyakit mulut adalah
kurangnya pengetahuan orang tua dalam menjaga kesehatan rongga mulut. Masalah
kesehatan gigi pada anak yaitu karies gigi, premature loss, gingivitis dan ulserasi perlu
menjadi perhatian penting para orang tua.
Orang tua memiliki peranan penting dalam menjaga dan memelihara kesehatan
rongga mulut anaknya. Studi mengatakan jika faktor-faktor psikososial orang tua yang
telah terbukti berdampak negative terhadap kesehatan mulut anak termasuk depresi ibu,
rendahnya koherensi, pengasuhan yang memanjakan dan orang tua yang stress.
Kerusakan gigi pada anak dapat menjadi salah satu penyebab terganggunya
pertumbuhan gigi anak pada masa yang akan datang. Perawatan preventif harus dimulai
sedini mungkin agar dokter gigi dan orang tua dapat memantau perkembangan gigi sang
anak dengan baik.
Karies gigi pada anak-anak di Indonesia merupakan masalah kesehatan gigi
yang cukup tinggi dengan prevalensi lebih dari 80%. Karies gigi terbentuk karena
adanya sisa makanan menumpuk pada sela-sela gigi yang tidak dibersihkan dengan baik
sehingga bakteri-bakteri berkumpul dan berkembang membuat pengapuran pada gigi.
Masalah karies gigi pada anak usia dini memiliki dampak yang cukup bahaya karena
gigi menjadi keropos, berlubang bahkan bisa berujung kematian gigi yang harus
dicabut, membuat anak mengalami gangguan pada mastikasinya dan gangguan pada
system pencernaan. Selain itu, karies dapat menyebabkan rasa sakit pada gigi sehingga
mengganggu penyerapan makanan dan waktu bermain sang anak karena tidak nyaman
dengan rasa sakit yang dideritanya.
Jumlah bakteri juga berpengaruh terhadap pembentukan karies gigi. Bayi yang
memiliki jumlah Streptococcus mutans yang banyak, maka diusia 2-3 tahun bayi
tersebut memiliki resiko tinggi terjadi karies pada gigi sulungnya. Walaupun
lactobacillus bukan merupakan penyebab utama karies, tetapi pada individu yang
mengonsumsi banyak karbohidrat, bakteri ini ditemukan meningkat pada rongga mulut.
Selain mempunyai efek buffer, saliva juga berfungsi membersihkan sisa-sisa
makanan yang berada di sela-sela gigi. Pada anak-anak, aliran saliva meningkat sampai
berusia 10 tahun, namun hanya terjadi peningkatan sedikit setelah dewasa. Aktivitas
karies akan meningkat secara signifikan pada individu yang lajur salivanya berkurang.
Pada kasus karies gigi, pola makan menjadi faktor local pada proses karies
terutama dalam frekuensi mengonsumsi makanan. Setiap kali seseorang mengonsumsi
makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka asam akan diproduksu
oleh beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut, sehingga terjadi demineralisasi
yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Di antara periode ini saliva akan
menetralisir asam dan membantu remineralisasi. Namun, enamel tidak dapat
remineralisasi jika individu tersebut sering mengonsumsi makanan dengan tinggi
karbohidrat dan gula sehingga terjadi karies.
Selain faktor jumlah bakteri, laju saliva dan pola makan, bayi yang menyusui
sepanjang malah dilaporkan mengalami peningkatan resiko terjadinya karies.
Melekatnya putting susu ibu sepanjang malam di mulut bayi menyebabkan ASI stagnasi
lama pada permukaan gigi. Stagnasi lama yang diikuti dengan penurunan laju saliva dan
berkurangnya aktivitas penelanan memungkinkan bakteri melakukan fermentasi pada
laktosa. Posisi pemberian ASI yang salah juga menjadi pemicu terjadinya karies.
Kebiasaan ibu menyusui anak dengan posisi tidut dapat menyebabkan ibu juga tertidur
sehingga sang ibu tidak dapat mengontrol pemberian ASI pada anaknya.
Perilaku anak dalam menjaga kesehatan rongga mulut tergantung pada perilaku
orang tuanya. Pada usia 2 tahun terjadi proses identifikasi dimana sang anak mulai
proses mengadopsi sifat, sikap, pandangan orang lain dan dijadikan sifat, sikap
pandangannya sendiri. Aanak akan melakukan segala sesuatu dengan cara meniru
perilaku orang-orang disekitarnya. Maka dari itu orang tua patut menjadi contoh sang
anak untuk ditiru. Tugas menjadi panutan ini akan lebih sulit dilakukan bila sang anak
sudah terlanjur dewasa. Oleh karena itu, ketegasan dan kedisiplinan orang tua perlu
dilakukan pada anak untuk membiasakan menjaga kesehatan rongga mulutnya sejak
dini dimana hal tersebut dapat menjadi kebiasaan sang anak hingga dewasa. Selain
menjadi contoh, orang tua juga perlu memberikan edukasi mengenai pentingnya
perewatan kesehatan rongga mulut dengan baik. Edukasikan kepada anak untuk
menyikat gigi minimal 2 kali sehari dengan teknik yang benar. Orang tua juga perlu
mengatur pola makan sang anak dan memberitahu mengenai makanan dan minuman
apa saja yang perlu dibatasi dalam mengonsumsinya. Anak juga perlu dibiasakan untuk
mengonsumsi buah dan sayur yang mendukung dalam proses tumbuh kembangnya.
Sang anak juga perlu untuk dibiasakan memeriksakan giginya ke dokter gigi sedini
mungkin agar tidak takut ketika diperiksa keadaan giginya. Selain itu, orang tua dapat
mengetahui perkembangan gigi sang anak dan dapat mencegah atau mengoreksi
kelainan pada gigi sedini mungkin. Dengan demikian, anak dapat tumbuh dengan
kebiasaan dan pengetahuan yang baik tentang menjaga kesehatan rongga mulut.

Kesimpulan
Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang rentan terkena karies.
Perspektif orang tua terhadap kesehatan gigi anak mempengaruhi sikap dan perilaku
orang tua dalam menjaga kesehatan gigi anak. Orang tua yang memiliki perspektif yang
baik berbanding lurus dengan kesehatan gigi anak. Dengan kata lain peran orang tua
sangat penting dalam membimbing, membiasakan, mengawasi dan mendorong anak
dalam menjaga kesehatan rongga mulutnya, sehingga resiko terjadinya karies dan
penyakit rongga mulut lainnya menjadi rendah. Pemeriksaan kesehatan rongga mulut
dan pemberian penyuluhan secara berkala kepada orang tua maupun anak-anak tentang
tata cara menjaga kesehatan rongga mulut dengan baik perlu ditingkatkan agar kondisi
rongga mulut masyarakat Indonesia semakin baik.

Anda mungkin juga menyukai