Anda di halaman 1dari 10

Teknik Pengujian Tidak Merusak

Disusun Oleh : M Akbar Attallah


NPM : 19063544444
Pendahuluan
Sistem listrik bertegangan tinggi memiliki kemungkinan untuk mengalami kegagalan seperti
overvoltage. Kegagalan tersebut dapat terjadi akibat adanya hubung-singkat pada koneksi dari system
transmisi atau kemungkinan hubung-singkat lainnnya. Fenomena overvoltage yang terjadi akibat adanya
hubung singkat memiliki nilai tegangan mencapai 200% dari tegangan kerjanya. Maka dari itu, diperlukan
system yang dapat bekerja pada tegangan berlebih tersebut dalam waktu yang singkat sehingga dapat system
dapat menanggulangi kegagalan/fault tersebut tanpa adanya kerusakan yang permanen terhadap jaringan
listrik. Pengujian sistem tegangan tinggi diperlukan untuk menilai apakah suatu system tenaga listrik dapat
beroperasi dengan baik sehingga dapat meningkatkan keandalan dari system tersebut.

Selain dari alasan pengujian tersebut, terdapat juga tujuan pengujian tegangan tinggi sebagai berikut:
• Mengidentifikasi kecacatan pada seluruh komponen (kecatatan dapat berupa deteriorasi
material maupun kesalahan dalam instalasi)
• Melakukan pengujian untuk memastikan bahwa setiap bagian dari system dapat bekerja pada
tegangan kerjanya untuk waktu yang tak hingga
• Melakukan pengujian untuk memastikan bahwa isolasi dari setiap bagian system dapat bekerja
dalam taraf tegangan yang berlebih untuk waktu yang terbatas
Pengujian ketahanan waktu pengoperasian terhadap taraf tegangan yang berlebih memiliki hubungan yang
digambarkan oleh Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan antara waktu pengujian dan tegangan pengujian

Pada umumnya, kegagalan sistem tenaga listrik pada saat pengoperasiannya terletak pada sistem isolasi
tegangan tinggi. Kegagalan isolasi disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti kerusakan akibat umur
komponen, kerusakan mekanis, dan karena kerusakan isolasi akibat overvoltage. Pengujian suatu sistem tenaga
listrik bertegangan tinggi dapat bersifat merusak maupun tidak merusak alat yang diuji. Pengujian yang
sifatnya tidak merusak adalah pengukuran yang mengukur besaran yang dimiliki komponen seperti
pengukuran factor daya dielektrik, tahanan isolasi, pengukuran koroan, dan sebagainya. Pengujian yang
bersifat merusak merupakan jenis pengujian yang mensimulasikan pemakaian alat dan melakukan uji apakah
peralatan tersebut dapat berkerja sesuai dengan yang diinginkan. Pengujian destruktif terbagi menjadi tiga
bagian dengan taraf tegangan yang berbeda-beda yaitu:
1. Pengujian ketahanan (withstand test) : pengujian dilakukan dengan tegangan nominal peralatan
tersebut dan jika objek uji tidak menunjukkan kegagalan atau kerusakan maka pengujian dianggap
memuaskan
2. Pengujian pelepasan (discharge test) : pengujian dilakukan dengan menggunakan tegangan yang lebih
tinggi daripada tegangan nominalnya.
3. Pengujian kegagalan (breakdown test) : pengujian dilakukan dengan meningkatkan tegangan sampai
objek yang diuji mengalami kegagalan
Pada makalah ini, akan dibahas lebih dalam tentang pengujian tidak merusak. Dimulai dari keperluan dan
fungsi dari pengujian, pengukuran kehilangan daya dan faktor daya dielektrik, pengukuran tan delta, dan
pengukuran tahanan isolasi.

Keperluan dan Fungsi Pengujian


Pengujian isolasi tak merusak dilakukan untuk mempelajari karakteristik dari bahan isolasi tersebut dengan
menemukan korelasi antara umur bahan isolasi dengan performa isolasi tersebut. Pengujian dilakukan untuk
mengetahui proses deteriorasi yang terjadi pada bahan isolasi sehingga dapat dirancang suatu standar
pengoperasian yang mencegah terjadinya kerusakan pada isolasi. Terdapat beberapa jenis pengujian yang tidak
merusak yaitu :
1. Pengujian kehilangan daya elektrik
2. Pengujian faktor daya dielektrik
3. Pengujian tahanan isolasi

Pengujian Kehilangan Daya Dielektrik dan Faktor Daya Dielektrik


Pada kapasitor ideal, apabila tegangan V diterapkan pada plat kapasitor, maka arus akan mengalir
dalam waktu yang singkat dan akan muncul suatu muatan Q coloumb yang akan menghadirkan perbedaan
potensial sebesar V volt antar plat-plat kapasitor tersebut. Perbedaan potensial tersebut kemudian akan
membuat arus untuk berhenti mengalir dan terjadi kondisi rangkaian terbuka. Jumlah besaran muatan yang
tersimpan pada kapasitor tersebut dirumuskan sebagai Q = CV dimana C adalah besaran kapasitansi
kapasitor. Maka dari itu, dapat dinyatakan bahwa besaran muatan yang dapat ditampung oleh suatu kapasitor
berhubungan dengan besar dari kapasitansi kapasitor.

Dalam kapasitor yang tidak ideal, arus tidak bisa berhenti mengalir dalam waktu singkat, melainkan arus
akan turun secara perlahan-lahan. Fenomena tersebut membuktikan bahwa bahan dielektrik memiliki sifat-
sifat lain. Arus tersebut dapat mengalir karena kapasitor yang tidak ideal tetap memiliki tahanan dielektrik
meskipun nilainya besar sekali. Gambar 2. Menggambarkan karakteristik arus kapasitor ideal dan non-ideal.
Gambar 2.Karakteristik arus pada kapasitor ideal dan non-ideal

Selain itu, terdapat fenomena lain yang terjadi pada kapasitor yaitu fenomena absorpsi. Sifat absorptif ini
dimiliki oleh semua bahan dielektrik dimana sebuah kapasitor yang diberi muatan dan dilepaskan
hubungannya, maka perbedaan potensial antara plat kapasitor akan meningkat. Sifat tersebut menunjukkan
dikenal sebagai efek sisa atau residual effect. Absorpsi terjadi akibat adanya gerakan yang lamban dari molekul
dielektrik apabila plat kapasitor diberi muatan.

Dari kedua fenomena tersebut dapat disimpulkan bahwa kapasitas sebuah kapasitor dapat dibagi
menjadi dua karakteristik yaitu kapasitansi gemoteris dan kapasitansi absorptif. Apabila kapasitor digunakan
arus bolak balik sifat absorpsinya akan mengakibatkan terjadinya kehilangan daya dalam bahan dielektrik
tersebut. Bila bahan yang dipakai adalah udara dan gas, kehilangan daya pada kapasitor akan sangat kecil
sehingga dianggap kapasitor yang sempurna atau ideal.

Pengukuran kehilangan daya dan faktor daya dielektrik dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu prinsip
jembatan Schering, jembatan Schering berperisai, dan jembatan Schering presisi. Metode jembatan schering
adalah metode yang paling sering digunakan untuk mengukur kehilangan daya dan faktor daya pada komponen
dielektrik. Metode kerja jembatan schering mirip dengan jembatan wheatstone dengan perbedaan baterai
digantikan dengan sumber AC pada frekuensi rendah atau frekuensi tinggi. Pengukuran besaran dilakukan
dengan galvanometer. Gambar 3 menunjukakn gambar rangkaian jembatan Schering.

Gambar 3. Rangkaian Jembatan Schering


C1 adalah kapasitor yang ingin diukur dan R1 adalah tahanan yang merepresentasikan kehilangan daya
dielektrik pada kapasitor R1. Nilai tahanan R1 tersebut terdapat dalam kapasitor. R3 dan R4 adalah tahanan
yang non induktif. C2 adalah kapasitor standar yang tidak memiliki kehilangan daya dan C4 adalah kapasitor
variable yang diparalelkan dengan C4. Pada rangkaian tersebut terdapat tabir atau shielding yang dibumikan
dimana tabir tersebut berfungsi untuk mencegah kesalahan pengukuran yang disebabkan oleh kapasitansi
antara bagian-bagian tegangan tinggi dan rendah dari rangkaian jambatan tersebut. Jembatan dapat mencapai
keadaan seimbang dengan cara merubah R3 dan C4 sehingga galvanometer menunjukkan angka nol. Dalam
keadaan seimbang harus dipenuhi syarat sebagai berikut:
𝑧1 𝑧2
=
𝑧3 𝑧4
Dimana impedansi setiap cabang adalah sebagai berikut:
𝑅1
𝑍1 =
1 + 𝑗 𝜔 𝐶1 𝑅1
1
𝑍2 =
𝑗 𝜔 𝐶2
𝑍3 = 𝑅3
𝑅4
𝑍4 =
1 + 𝑗 𝜔 𝐶4 𝑅4
Persamaan tersebut kemudian diturunkan sehingga memperoleh persamaan yang merepresentasikan nilai C1
yaitu sebagai berikut:
𝐶2 𝑐𝑜𝑠 2 𝛿
𝐶1 =
𝜔 2 𝐶4 𝑅1 𝑅3 𝐶1

Dalam pemakaian jembatan Schering pada tegangan tinggi atau untuk pengukuran dengan akurasi
yang tinggi, perlu adanya penutupan pada bagian-bagian yang mungkin terkena gangguan elektrostatik.
Jembatan dengan tabir tersebut digunakan pada pengujian dengan tegangan tinggi. Kapasitor yang digunakan
pada pengujian ini adalah kapasitor dengan tiga elektroda. Elektroda pelindungnya masing-masing
dihubungkan dengan sistim penutupnya yang berfungsi untuk menutupi cabang detector dan penghantar kawat
antar elektroda pada kapasitor dan resistor. Gambar 4 adalah rangkaian jembatan Schering yang dilindungi
oleh tabir atau perisai.

Gambar 4. Rangkaian Schering Berperisai (Shielded)


Pengukuran Faktor Daya
Dalam pengukuran faktor daya, biasanya dilakukan dua jenis pengukuran yaitu pengukuran faktor daya
sebagai fungsi dari tegangan dengan suhu sebagai parameter dan pengukuran faktor daya dari suhu dengan
tegangan sebagai parameternya. Nilai dari faktor daya biasanya konstan pada tegangan nominalnya bila bahan
isolasinya tidak memiliki kantong udara maupun air. Perubahan nilai dari faktor daya umumnya disebabkan
oleh hadirnya kantong udara pada isolasi sehingga menyebabkan fenomena korona. Gambar 5
menggambarkan kurva dari dua jenis metode pengukuran faktor daya. Untuk perangkat listrik yang
menggunakan zat cair sebagai isolasi umumnya memiliki karakteristik faktor daya yang konstan.

Gambar 5. (a). Pengukuran faktor daya dari tegangan berdasarkan parameter suhu. (b) Pengukuran faktor daya dari suhu
berdasarkan parameter tegangan

Pengukuran Tahanan Isolasi


Apabila tegangan diterapkan pada sebuah bahan isolasi, maka arusnya akan mengalir pada beberapa
bagian dari bahan tersebut yaitu pada bagian dalam atau tubuh dari isolator dan bagian permukaan bahan
tersebut. Maka dari itu, tahanan isolasi memiliki dua jenis variable yaitu tahanan permukaan dan tahanan isi
yang di notasikan sebagai Rv untuk tahanan isi dan Rs untuk tahanan permukaan. Cara pengukuran kedua
tahanan tersebut dapat dilakukan menggunakan rangkaian yang disajikan pada gambar 6a dan 6b.

Gambar 6. (a) Rangkaian pengukuran tahanan isi. (b) Rangkaian pengukuran tahanan perumkaan

Pengukuran tahanan isolasi dilakukan dengan mengalirkan sumber tenaga pada kedua ujung tahanan.
Voltmeter dan amperemeter digunakan untuk mengetahui tegangan dan besaran arus yang terdapat pada bahan
isolasi tersebut. Tahanan isolasi berubah dengan tegangan yang diterapkan, polaritas, waktu tegangan
diterapkan, suhu, kelembaban, dan bentuk dari bahan isolasi. Maka dari itu, pengujian tahanan isolasi
dilakukan untuk menentukan faktor-faktor tersebut. Arus absorpsi mengakibatkan perubahan nilai tahanan
isolasi sesuai dengan waktu penerapa tegangan pada bahan isolasi tersebut. Untuk menilai kondisi sesuatu
bahan isolasi dipakai suatu indeks polarisasi yang dinyatakan sebagai berikut:
𝑅10 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝐼1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝛼𝑝 = =
𝑅1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝐼10 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Dimana nilai R menyatakan tahanan isolasi dan I menyatakan jumlah arus yang mengalir semuanya diukur
dengan waktu satu atau 10 menit. Bila nilai indeks polarisasi bernilai 1, maka dalam bahan isolasi terdapat
kebocoran yang menandakan kondisi bahan isolasi tersebut tidak layak. Terdapat syarat indeks polarisasi yang
berlaku sebagai berikut :

𝛼𝑝 > 1.5 untuk isolasi kelas A


𝛼𝑝 > 1.5 untuk isolasi kelas B

Alat pengukuran tahanan isolasi memakai prinsip defleksi langsung yaitu prinsip yang sering dipakai dalam
pengukuran tahanan isolasi. Alat ini menggunakan galvanometer yang memiliki tingkat akurasi tinggi yang
dihubungkan dengan skala dengan resolusi 10-11 ampere/mm. Gambar 7 merupakan gambar dari rangkaian
pengukuran tahanan isolasi. Pengukuran dengan akurasi tinggi tersebut dibantu oleh sirkuit pelindung.

Gambar 7. Rangkaian pengukuran tahanan isolasi

Selain pengujian dengan menggunakan metode pengujian dengan rangkaian listrik yang berhubung
langsung dengan bahan uji, terdapat metode pengujian tidak merusak lain yang memanfaatkan teknologi
seperti tomografi menggunakan sinar X, ultrasonik, dan pencitraan termal.

Metode tomografi sinar X merupakan metode tidak merusak yang melaksanakan pengujian untuk
mengobservasi bagian dalam dari objek uji. Umumnya, tomografi sinar x dilakukan untuk pengujian kabel
atau konduktor listrik. Cara kerja dari metode ini adalah dengan merekam bebarapa penampang dari objek
yang sedang diuji menggunakan sinar-X. Setiap rekamanan dari gambar penampang tersebut kemudian
disatukan sehingga terbentuk representasi dua dimensi dari bahan yang sedang diuji tersebut. Gambar 8
menggambarkan proses tomografi menggunakan sinar-X yang merekam seluruh penampang dari objek uji.

Gambar 8. Prinsip kerja tomografi sinar-X

Selain itu, pengujian pada kabel listrik dapat menggunakan metode gelombang ultrasonic. Pengujian
tersebut dilakukan dengan mempropagasikan suatu gelombang ultrasonik ke bahan uji. Disaat gelombang
tersebut direfleksikan kita dapat memperoleh informasi terhadap bentuk dari bahan yang sedang diuji.
Informasi yang dapat diperoleh dari metode ultrasonik berupa ukuran,bnetuk, dan lokasi dari kerusakan yang
terjadi pada objek uji. Gambar 9 memvisualisasikan prinsip kerja dari pengujian ultrasonik yang
memanfaatkan pantulan gelombang tersebut untuk mendapatkan informasi dari bentuk objek uji.

Gambar 9. Pengujian ultrasonik

Pengujian menggunakan pencitraan termal juga dapat dilakukan pada komponen sistem tenaga listrik.
Pengujian pencitraan termal tersebut dilakukan dengan mengukur suhu dari permukaan objek uji. Pengujian
tersebut dilakukan dengan menggunakan kamera inframerah. Kamera pencitraan termal bekerja dengan
mendeteksi radiasi infra merah, atau panas, yang dipancarkan oleh objek dan mengubah radiasi ini menjadi
gambar yang dapat dilihat oleh mata manusia.
Kamera pencitraan termal menggunakan jenis sensor khusus yang disebut thermopile untuk mendeteksi
radiasi infra merah yang dipancarkan oleh objek. Thermopile mengubah radiasi termal menjadi sinyal listrik,
yang kemudian diproses oleh perangkat elektronik kamera untuk membuat gambar.

Gambar 10. Gambar hasil pencitraan termal pada instalasi listrik

Pencitraan termal dapat digunakan dalam sistem tenaga untuk mendeteksi dan mendiagnosis potensi masalah
pada peralatan listrik. Misalnya, kamera pencitraan termal dapat digunakan untuk mengidentifikasi panas
berlebih pada komponen listrik, seperti pemutus sirkuit, trafo, dan kabel listrik. Overheating dapat
mengindikasikan sejumlah masalah, seperti koneksi yang buruk, kelebihan muatan, atau peralatan yang rusak,
dan dapat menjadi tanda potensi kegagalan.

Dengan mengidentifikasi dan mengatasi masalah ini sebelum menjadi masalah serius, pencitraan termal dapat
membantu mencegah pemadaman listrik dan gangguan lain pada sistem daya. Ini juga dapat membantu
meningkatkan keandalan dan keamanan sistem tenaga dengan mengidentifikasi dan mengatasi potensi bahaya
sebelum menjadi bahaya bagi personel atau peralatan.

Kesimpulan
Pengujian tidak merusak merupakan jenis metode pengujian yang tidak merusak objek yang sedang diuji.
Dalam pengujian tegangan tinggi, pengujian tidak merusak dilakukan pada bahan isolasi untuk mengukur
faktor daya dielektrik dan rugi-rugi daya dielektrik. Pengujian tersebut dilakukan menggunakan jembatan
schering. Selain itu, pengujian tahanan isolasi juga termasuk dalam kategori pengujian tidak merusak.
Pengujian tidak merusak juga dapat dilakukan menggunakan metode lain selain rangkaian elektronik seperti
pencitraan termal, tomografi sinar-x dan sinar ultrasonik.
Referensi
• High-Voltage Test and Measuring Techniques – Wolfgang Hauschild dan Eberhard Lemke Chapter
1,2, and 6
• Teknik Tegangan Tinggi oleh Artono Arismunandar
• Non Destructive Testing of High Voltage Cables by Non-Electrical Methods oleh Jean-Marie
Fourmigue

Anda mungkin juga menyukai