Anda di halaman 1dari 11

PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA MELALUI BUDAYA SEKOLAH

DI JENJANG SEKOLAH DASAR

Moch. Edwin Adityah Pramana


Syunu Trihantoyo
Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya
moch.pramana16010714048@mhs.unesa.ac.id

Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan pembentukan karakter siswa melalui
budaya sekolah di jenjang sekolah dasar. Telaah Artikel ini menggunakan metode studi literatur yaitu
dengan cara menghimpun data-data atau sumber-sumber yang berhubungan dengan topik yang
diangkat. Hasil dari studi literatur ini adalah karakter siswa di jenjang sekolah dasar dapat dibentuk
melalui 3 budaya yang diterapkan di sekolah yaitu (1) budaya akademik yang menghasilkan karakter
seperti gemar membaca, rasa ingin tahu yang tinggi, pekerja keras, kreatif, dan mandiri (2) budaya
sosial yang menghasilkan karakter seperti cinta damai, bersahabat, religius, pedui sosial, peduli
lingkungan, bertanggung jawab, jujur (3) budaya demokrasi yang menghasilkan karakter demokratis,
toleransi, semangat kebangsaan dan cinta tanah air yang besar.
Kata kunci: budaya sekolah, karakter, sekolah dasar

Abstract
This article aims to analyze and describe the character building of students through school culture at
the elementary school. Review this article using the literature study method, namely by collecting data
or sources related to the topic raised. The results of this literature study show that the character of
students at the elementary school level can be formed through 3 cultures applied in schools, namely
(1) an academic culture that produces characters such as fond of reading, high curiosity, hardworking,
creative, and independent (2) a social culture that produces characters such as peace-loving, friendly,
religious, social care, environmental care, responsible, honest (3) a democratic culture that produces
democratic character, tolerance, a spirit of nationalism and great love for the country.
Keyword: school culture, character, elementary school

PENDAHULUAN kreatif, bertanggung jawab dan menjadi


Pendidikan dalam kehidupan bernegara masyarakat Indonesia yang menjunjung
dan berbangsa dinilai sangat penting. Sejatinya demokrasi. Menurut Zaini (2013: 5-6)
tujuan dari pendidikan adalah mencetak generasi menyebutkan bahwa tujuan yang paling utama
yang memiliki daya saing dan kualitas yang dan paling tertinggi dari pendidikan adalah
tergolong tinggi terhadap negara-negara lain. mengembangkan kepribadian siswa secara total
Pendidikan nasional memiliki peran aktif dalam dengan mengubah sikap dan perilaku siswa dari
membentuk karakter dan pengembangan yang destruktif ke konstruktif, dari berakhlak
kemampuan serta peradaban yang memiliki buruk ke akhlak mulia, dari yang bersifat negatif
martabat dalam mencapai misinya yaitu ke positif, dan tanpa menghilangkan karakter
mencerdaskan kehidupan bangsa, tujuannya agar baik yang dimilikinya. Lickona (2013: 7)
siswa dapat mengembangkan berbagai macam menyebutkan bahwa pada dasarnya tujuan dari
potensi sehingga menjadi manusia yang bertakwa pendidikan ada 2 yaitu membimbing para
dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, pembelajar untuk memiliki budi pekerti dan
berperilaku mulia, berilmu, mandiri, sehat, menjadi cerdas.

764
Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan Volume 09 Nomor 03 Tahun 2021, 764-774

Menurut Samani dan Hariyanto (2013: masih tidak sesuai dengan hasil yang ada di
43) yang menjelaskan bahwa karakter adalah lapangan. Nilai dari kognitif masih menjadi tolok
dasar dari membentuk pribadi individu, karakter ukur dari keberhasilan suatu pembelajaran yang
akan terbentuk dengan baik dapat disebabkan membuat siswa hanya fokus pada kognitif
oleh pengaruh lingkungan maupun pengaruh mereka saja. Aspek dari afektif masih sering
pewarisan sifat, yang menjadi titik beda dari tiap diabaikan oleh siswa sehingga mereka akan
individu, serta diwujudkan dalam perilaku dan memiliki intelektual yang tinggi namun karakter
sikapnya di kehidupan sehari-hari. Pada mereka masih rendah.
hakikatnya sekolah dinilai sebagai sarana Pembentukan karakter dari siswa
pembentuk karakter siswa. Sekolah dituntut disebabkan oleh berbagai faktor mulai dari
untuk menciptakan lingkungan yang kondusif internal hingga faktor eksternal. Salah satu yang
sehingga mendukung dalam terbentuknya mempengaruhi pembentukan karakter dari siswa
karakter positif dalam diri siswa. Sesuai dengan yaitu lingkungan (Purwanto, 2008: 28).
Pembukaan Undang-Undang Republik Indonesia Lingkungan sekolah adalah salah satu tempat
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem yang akan memfokuskan pada pembentukan
Pendidikan Nasional Pasal 3, dijelaskan bahwa karakter untuk siswa. Sekolah dapat
Pendidikan Nasional berperan dalam membentuk memanajemen siswanya dengan menciptakan
karakter dan pengembangan kemampuan serta karakter yang kuat sehingga memunculkan
peradaban bangsa yang memiliki martabat guna karakter yang baik dari siswa. Menerapkan
mencerdaskan kehidupan bangsa, tujuannya agar pendidikan karakter yang baik bukan hanya harus
siswa dapat mengembangkan potensinya melibatkan aspek pengetahuan yang baik saja
sehingga menjadi manusia yang bertaqwa dan (moral knowing), namun juga merasakan dengan
beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik atau loving good (moral feeling), dan
berperilaku mulia, berilmu, mandiri, sehat, berperilaku dengan baik (moral action) (Lickona,
kreatif, bertanggung jawab dan menjadi bangsa 1991 :53).
Indonesia yang menjunjung demokrasi. Krisis karakter dapat dikatakan menjadi
Undang-Undang di atas menjelaskan salah satu masalah yang sangat vital bagi bangsa
bahwa pendidikan yaitu sekolah memiliki fungsi kita, terutama yang berkaitan dengan penyiapan
sebagai media dalam mengembangkan potensi SDM di era global. Krisis karakter ini ditandai
siswa dalam pembentukan kepribadian yang lebih dengan meningkatnya intensitas kejahatan serta
baik. Pendidikan juga memiliki tujuan untuk segala tindakan yang tidak menggambarkan nilai
meningkatkan kualitas pendidikan dalam usaha karakter bangsa. Penyimpangan nilai karakter
menanamkan nilai karakter pada diri individu pada saat ini dapat disebabkan karena kurangnya
sehingga undang-undang tersebut dapat menjadi nilai-nilai positif yang ditanamkan sejak dini saat
pedoman dalam membentuk serta membentuk karakter terutama pada anak usia dini
mengembangkan pendidikan karakter bangsa sehingga karakter dari anak akan berpengaruh.
terutama siswa. Fenomena semacam ini dapat ditanggulangi
Pendidikan juga dapat dikatakan sebagai dengan cara memperbaiki karakter individu sejak
proses pengembangan siswa baik dari ranah dini.
psikomotorik, afektif, dan kognitif untuk Pembentukan karakter dari individu
kepentingan diri sendiri, masyarakat serta dapat dibentuk dimana saja dan salah satunya
keluarga. Pendidikan akan dipandang berhasil yaitu di sekolah. Sekolah dapat dikatakan sebagai
apabila telah menghasilkan lulusan yang media yang difungsikan untuk membentuk
memiliki kreatifitas yang tinggi, inovatif, pribadi individu yang lebih baik, baik dalam hal
berintelektual dan berkarakter serta berakhlak spiritual, emosional, dan intelektual. Persoalan
yang kuat. Tujuan utama dari pendidikan tentang karakter tergolong sangat penting dan
nasional adalah membentuk generasi yang cerdas perlu mendapat perhatian khusus dari para ahli
secara spiritual, intelektual, dan emosional. dalam bidang pendidikan, hal ini disebabkan
Tujuan tersebut telah menggambarkan masa karena pelaksanaan pembelajaran pendidikan
depan dari pendidikan yang berhasil, namun nilai moral di sekolah diindikasikan belum

765
Pramana, M. & Trihantoyo. Pembentukan Karakter Siswa Melalui Budaya Sekolah di Jenjang Sekolah Dasar

memenuhi harapan. Hal tersebut dibuktikan karena dengan budaya sekolah secara tidak
dengan masih banyaknya pelaku kriminalitas langsung akan mengontrol perilaku dari siswa,
yang masih berusia muda, sebagai contoh yaitu jika perilaku siswa sudah terkontrol dengan baik,
kasus pembunuhan oleh seorang siswa kelas 6 penanaman karakter yang baik akan sangat
SD terhadap ibunya sendiri (Tribunnews.com), mudah dilakukan.
masih maraknya tindakan amoral yang dilakukan Berdasarkan latar belakang masalah di atas,
siswa seperti membolos sekolah, tawuran, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dari hasil
mencontek dan perbuatan lainnya yang dapat studi literatur mengenai Pembentukan Karakter
menunjukkan bahwa pemberian pendidikan pada Siswa Melalui Budaya Sekolah di Jenjang
generasi muda ini dinilai gagal dalam Sekolah Dasar, penelitian ini juga diharapkan
membentuk karakter. Sjarkawi (2006: 45) dapat menyajikan referensi kepada peneliti lain
menjelaskan bahwa tindakan amoral dan perilaku terkait permasalahan yang serupa.
yang negatif dikarenakan oleh moralitas yang
rendah. Rendahnya moralitas ini dapat METODE
disebabkan salah satunya adalah kurang Peneliti dalam penelitian ini akan
efektifnya Pendidikan moral di sekolah. menggunakan penelitian studi literatur (literature
Tindakan tersebut sangatlah tidak mencerminkan review). Metode penelitian yang digunakan yaitu
generasi penerus bangsa yang berkarakter, pendekatan kualitatif. Data penelitian disatukan
padahal anak tersebut masih dalam proses melalui kajian teks lalu data tersebut dianalisis
pendidikan. Kegiatan belajar-mengajar dikelas dengan teknik analisis isi. Analisis analisis isi
saja masih kurang dalam hal membentuk karakter merupakan kajian yang menitik beratkan pada
siswa dan perlu meningkatkan usaha dalam interpretasi atau analisis bahan tertulis
membentuk karakter dari siswa. berdasarkan konteksnya (Zed, 2014). Data
James Arthur menjelaskan krisis karakter penelitian studi literatur yang dibutuhkan dapat
pada siswa dapat menjadikannya sebagai pribadi diperoleh dari dokumen atau sumber pustaka.
yang labil emosinya, rendah diri, berperilaku Pada penelitian studi literatur, peneliti tidak harus
agresif, egois, mudah cemas, dan tidak memiliki turun ke lapangan dan bertemu dengan
kepekaan sosial (Nucci & Narvaez, 2014: 128). responden. Menurut Zed (2014) pada riset
Menurut Mulyasa (2014: 67) menjelaskan bahwa pustaka (library research), penelusuran pustaka
jika pendidikan karakter diimplementasikan sejak tidak hanya untuk langkah awal menyiapkan
dini, akan dinilai sangat tepat. Karakter yang kerangka penelitian (research design) akan tetapi
baik jika telah tertanam pada individu sejak dini, sekaligus memanfaatkan sumber-sumber
maka pada usia dewasa karakter tersebut akan perpustakaan untuk memperoleh data penelitian.
terbawa. Adapun tahapan didalam penelitian ini
Budaya sekolah sangat memiliki andil adalah pertama, mengumpulkan data (sumber
dalam membangun karakter dari siswa. Sekolah literatur) sesuai dengan apa yang akan dikaji.
dapat menerapkan budaya seperti, budaya saling Kedua, data tersebut peneliti kaji secara kualitatif
tolong menolong, budaya jujur, budaya dan dianalisis menggunakan analisis isi. Ketiga,
bertanggung jawab, budaya disiplin, serta budaya menyimpulkan apa yang telah dikaji dari hasil
positif lainnya akan mendorong siswa untuk analisis dan interpretasi data.
memiliki karakter yang baik. Budaya-budaya
semacam ini patut untuk dilestarikan oleh HASIL DAN PEMBAHASAN
sekolah agar budaya yang positif seperti ini tetap Hasil
terjaga. Menciptakan iklim dan budaya sekolah, Hasil dari artikel literasi ini yaitu kajian
serta lingkungan yang kondusif dinilai penting isi dari berbagai jurnal dengan menggunakan
bagi sekolah dalam membentuk karakter siswa study literatur yang akan memunculkan sebuah
(Mulyasa, 2013: 10). Budaya baik di sekolah temuan baru dari kumpulan jurnal. Temuan
haruslah memiliki nilai yang positif agar tersebut nantinya akan dapat menjadi masukan
mendorong siswanya memiliki karakter yang terkait judul yang diambil oleh penulis. jurnal
baik pula. Penanaman karakter melalui budaya yang dipakai oleh peneliti yaitu jurnal terkait
sekolah akan menjadi cara yang sangat efektif

766
Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan Volume 09 Nomor 03 Tahun 2021, 764-774

dengan tata tertib sekolah, budaya sekolah, dan Hasil yang sama didapat oleh Sukadari,
karakter siswa. dkk (2015) menjelaskan bahwa secara garis besar
Hasil penelitian dari Pradana (2019) pendidikan karakter yang dilaksanakan melalui
didapatkan bahwasanya karakter siswa dapat budaya sekolah sudah terlaksana dengan baik
dibentuk melalui budaya sekolah seperti, sholat melalui integrasi nilai-nilai pendidikan karakter
dhuha, pembacaan amaul husna, upacara dalam mata pelajaran. Pelaksanan strategi ini
bendera, pramuka, olahraga, dan budaya sekolah masih belum bisa dilakukan secara komprehensif
lainnya. Karakter yang akan dihasilkan dari sehingga perlu dilakukan secara bertahap.
diterapkannya budaya sekolah nantinya adalah Pelaksanaan metode ini telah mendapatkan hasil
karakter, rasa ingin tahu, cinta tanah air, yang positif. Hal ini dibuktikan dengan aktifnya
religious, peduli social dan disiplin. siswa dalam kegiatan intrakurikuler maupun
Penelitian Wuryandani, dkk (2014) kegiatan ekstrakurikuler sesuai minat, hobi, atau
mendapatkan hasil bahwasanya budaya bakat dari masing-masing siswa di sekolah. Nilai-
mengkondusifkan kelas merupakan salah satu nilai pendidikan karakter dapat
cara dalam mengembangkan nilai karakter dari terimplementasikan serta budaya sekolah dapat
siswa. Hal ini tak lepas dari pihak guru dalam dikembangkan dengan mengutamakan nilai-nilai
memfasilitasi muridnya seperti menyediakan rak kearifan lokal dan tradisi.
sepatu sehingga murid dapat melepas sepatunya Penelitian dari Annisa (2018) dihasilkan
sebelum memasuki kelas, guru menyediakan bahwa karakter dari siswa dapat dibentuk dengan
daftar piket sehingga kelas akan selalu bersih meningkatkan budaya disiplin di sekolah. Untuk
melalui tanggung jawab piket, guru menyediakan membentuk jiwa disiplin dari siswa di SD 29
tempat sampah agar siswa tidah membuang Lubuk Alung, sekolah tersebut membuat tujuh
sampah sembarangan, serta fasilitas lainnya. kebijakan yaitu peraturan kelas, peraturan
Penelitian dari Tuati, dkk (2019) sekolah, menjalanjan sholat dhuhur dan sholat
didapatkan hasil bahwa terdapat 5 nilai-nilai yang dhuha berjamaah, program Pendidikan karakter,
membuat budaya sekolah akan mendorong membuat posko afektif di setiap kelas, pantau
kebiasaan di sekolah menjadi karakter seperti, perilaku disiplin peserta didik di rumah melalui
religiusitas, nasionalisme, kemandirian, buku catatan aktivitas harian, dan libatkan orang
kerjasama, integritas. Hasil lain yang didapat tua, serta libatkan komite sekolah
yaitu budaya sekolah akan dapat berkembang jika Penelitian yang serupa juga dilakukan
seluruh komponen sekolah saling mendukung oleh Akbar, dkk (2014) menghasilkan yaitu
satu sama lain seperti, kepala sekolah, guru, keberhasilan dari pendidikan karakter adalah
siswa, dan orang tua. Selain itu, disebutkan juga melalui penggambaran dengan pencanangan visi
bahwasanya budaya sekolah akan semakin kuat satuan pendidikan yang didalamnya terdapat nilai
seiring perkembangan waktu jika siswa memiliki karakter baik yang akan dijangkau eksplisit
rasa saling menghormati, tanggung jawab, dan dalam rumusan visi, tujuan, dan harapan peran
menjaga integritas. masa depan. Dalam visi misi isi tertuliskan
Penelitian tentang budaya sekolah juga bahwasanya karakter yang baik dari siswa akan
dilakukan oleh DeWit, dkk (2000) hasil terbentuk dari budaya sekolah sebagai berikut
penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang yaitu, peduli sesama, peduli lingkungan,
menerapkan budaya yang negatif di sekolah menghargai kebersihan, ramah, saling
berisiko mengalami berbagai gangguan jiwa menghargain dan saling berbagi, disiplin, jujur,
masalah kesehatan dan perilaku. Gangguan ini suka menolong, tanggung jawab, percaya diri,
dapat menular ke teman sebayanya, penularan ini mandiri, serta kerja keras mencapai prestasi.
berdampak negatif pada hal yang menyangkut Hasil penelitian dari Wahono dan
harga diri siswa tersebut, pembelajaran serta Priyanto (2018) yang berjudul menjelaskan
teman sebaya. Hal tersebut dapat dicegah dengan bahwa budaya sekolah memiliki kontribusi yang
memberikan budaya positif serta dukungan moral sangat penting dalam pengembangan karakter
dari lingkungannya baik itu dari guru, orang tua, dari siswa. Budaya yang dimaksud yaitu 1)
maupun teman sebaya. religius yang meliputi menghargai perbedaan
baik itu dalam agama dan kepercayaan,

767
Pramana, M. & Trihantoyo. Pembentukan Karakter Siswa Melalui Budaya Sekolah di Jenjang Sekolah Dasar

cintadamai, saling Kerjasama antar pemeluk dikategorikan sebagai “sangat bagus ”, (3) model
agama dan kepercayaaan, percaya diri, toleransi, pendidikan karakter berbasis budaya sekolah
persahabatan, tidak memaksakan kehendak, anti memenuhi kriteria efektivitas karena itu
kekerasan dan pembulian, mencintai lingkungan, mendapat respons positif dari siswa dan dapat
melindungi yang kecil dan yang tersisih, dan meningkatkan karakter siswa.
ketulusan 2) nasionalis yang meliputi, apresiasi Menurut Samong, dkk (2016) dalam
budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya penelitiannya ditemukan bahwa budaya sekolah
bangsa, unggul dan berprestasi, rela berkorban, memiliki pengaruh terhadap mengembangkan
menjaga lingkungan, disiplin, cinta pada tanah pendidikan karakter. Yang paling signifikan
air, menghormati keragaman suku, budaya, dan pengaruh adalah hubungan di antara anggota
agama, taat hukum 3) mandiri yang meliputi sekolah masyarakat, jadi dalam penelitian ini
tangguh, kerja keras (etos kerja), daya juang, budaya sosial dapat dikatakan memiliki nilai
profesional, tahan banting, keberanian, menjadi yang sangat sangat penting. Maka dari itu, kunci
pembelajar sepanjang hayat, dan kreatif 4) keberhasilan peningkatan kualitas sekolah adalah
gotong royong yang meluputi kerjasama, bagaimana setiap anggota sekolah berinteraksi
menghargai sesama, berkomitmen atas keputusan satu sama lain melalui budaya sosial yang baik.
bersama, inklusif, tolong menolong, solidaritas, Pola hubungan yang positif dan komunikasi akan
musyawarah mufakat, empati, anti kekerasan dan memiliki peran penting dalam mengembangkan
anti diskriminasi, serta sikap kesukarelawanan 5) sekolah, pendidikan karakter siswa, dan
integritas yang merupakan dasar dari sebuah nilai meningkatkan prestasi siswa.
pada perilaku individu berdasarkan pada upaya Penelitian dari Anwar, dkk (2018)
menjadikan individu tersebut sebagai individu menyebutkan bahwa pembelajaran siswa
yang dipercaya akan selalu baik dalam tindakan, berkarakter lebih efektif melalui budaya sekolah.
pekerjaan, perkataan, serta memiliki kesetiaan Karena sekolah adalah institusi yang sangat
dan komitmen pada nilai karakter dan nilai penting di Indonesia membentuk karakter siswa.
kemanusiaan (integritas moral). Hasil yang kedua Berdasarkan hasil penelitian budaya sekolah yang
yaitu prestasi akademik dan non-akademik dari memiliki peran yang sangat menonjol yaitu
sekolah yang menerapkan budaya sekolah secara saling menghormati dan menghargai sesama,
optimal akan lebih tinggi jika dibandingkan peduli lingkungan, disiplin, mandiri, integritas.
dengan sekolah yang belum menerapkan budaya Pada akhirnya, institusi pendidikan harus
sekolah untuk mengembangkan karakter siswa mengambil peran aktif dalam peningkatan
secara optimal. karakter nasional melalui penguatan karakter
Hasil penelitian dari Aprilia dan siswa. Selain itu terdapat pula penelitian dari
Trihantoyo (2018) menjelaskan bahwa Burgett, dkk (2013) menjelaskan bahwa karakter
penanaman budaya merawat lingkungan dan dari seseorang dapat dikuatkan melalui budaya,
budaya religius pada siswa akan menghasilkan begitupun sebaliknya budaya dapat dikuatkan
siswa yang memiliki karakter cinta lingkungan melalui karakter yang kuat. Budaya yang
serta berakhlak mulia. Hasil penelitian dari ditegaskan pada penelitian ini adalah budaya
Rahman, dkk (2020) membuktikan bahwa (1) disiplin karena budaya ini sangat diperlukan
implementasi pendidikan karakter belum nantinya saat sudah mulai bekerja.
dilakukan secara komprehensif, pemenuhan Hasil penelitian dari Aulia dan
situasi lingkungan dan budaya sekolah yang Trihantoyo (2019) menjelaskan bahwa sekolah
mendukung pelaksanaan pendidikan karakter perlu menerapkan budaya yang mampu
belum terpenuhi secara keseluruhan dan karakter membentuk karakter dari siswa, salah satu
siswa umumnya rendah, (2) pendidikan karakter contohnya yaitu menerapkan budaya
berbasis budaya model sekolah memenuhi nasionalisme baik melalui berbagai kegiatan yang
kriteria validitas, dan kepraktisan. Dinyatakan mendukung rasa nasionalisme, seperti kegiatan
valid berdasarkan hasil uji validitas oleh para ahli pramuka, upacara bendera, menyanyikan lagu-
dan praktik berdasarkan hasil tanggapan guru lagu kebangsaan, pemasangan poster yang berbau
terhadap penerapan model dalam kategori nasionalisme, serta kegiatan lain yang
"sangat baik". Hasil implementasi model mendukung terbentuknya karakter nasionalisme.

768
Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan Volume 09 Nomor 03 Tahun 2021, 764-774

Hasil dari penelitian Anggraini dan intrakurikuler (proses belajar mengajar di kelas),
Kusniarti (2016) menjelaskan bahwa kegiatan diluar kelas seperti ko-kurikuler dan
keberhasilan dari pembentukan karakter bukan ekstrakurikuler, serta kegiatan pembiasaan
hanya dari diri siswa tersebut saja namun juga (habituation). Ketika kedua strategi sekolah
dipengaruhi oleh dukungan orang tua, fasilitas tersebut telah dilaksanakan dengan baik, maka
yang memadai, dan juga guru yang karakter dari siswa akan menjadi terbentuk
membimbingnya. Sehingga berhasil tidaknya dengan baik pula. Dalam budaya sekolah,
pembentukan karakter akan dipengaruhi oleh terdapat tujuh belas nilai yang diterapkan dalam
lingkungan juga baik di lingkungan keluarganya, upaya membentuk karakter yaitu, kerja keras,
sekolahnya, maupun lingkungan masyarakatnya. disiplin, toleransi, religius, peduli lingkungan,
Karakter yang akan tercipta jika budaya dapat demokratis, kreatif, membaca, rasa keingintahuan
dilakukan dengan baik yaitu karakter jujur, tinggi, jujur, cinta kedamaian, semangat
religius, disiplin, toleransi, sifat pekerja keras, kebangsaan, menghargai prestasi, peduli sosial,
kreatifitas, mandiri, rasa ingin tahu, semangat cinta pada tanah air, gemar mandiri, bersahabat.
nasionalisme, demokratis, patriotisme, apresiasi Penelitian dari Anggraini & Zulfiati
prestasi, keramahan / komunikasi, cinta (2017) mendapatkan hasil bahwasanya
kedamaian, peduli lingkungan, cinta membaca, implementasi pendidikan karakter dapat
kepedulian social, dan tanggung jawab. dilakukan melalui penerapan budaya sekolah
Penelitian ini juga sependapat dengan dengan memberikan keteladanan dan juga
penelitian dari Demirel, dkk (2016) yang pembiasaan. Kegiatan intrakurikuler dan
menjelaskan bahwa siswa yang memiliki ekstrakurikuler dijadikan pilihan sebagai
karakteristik negatif seperti berbohong, menipu integrasi dari budaya sekolah guna penerapan
dan menunjukkan perilaku tidak sopan dapat dari Pendidikan karakter oleh SDN Kotagede 3.
diubah melalui dukungan. Jadi jika terdapat siswa Nilai karakter yang dapat dibentuk melalui
yang memiliki karakter yang negatif pasti budaya sekolah adalah cinta tanah air, peduli
dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya terutama sosial, kreatif, peduli lingkungan,
pada lingkungan keluarganya. Hasil selanjutnya tanggungjawab, jujur, mandiri, religius displin,
didapat bahwa budaya yang efektif jika kerja keras, dan gemar membaca.
diterapkan di sekolah yaitu budaya jujur, saling Menurut Supratiningrum dan Agustini
menghormati, berempati, sabar dan saling (2015) dijelaskan bahwa membentuk karakter
berkomunikasi. pada siswa dapat dilakukan dengan budaya-
Penelitian dari Retnawati, dkk (2018) budaya di sekolah melalui berbagai kegiatan,
mendapatkan hasil bahwa pendidikan karakter yaitu: (1) kegiatan spontanitas yang dilakukan
memiliki dampak positif pada peningkatan nilai siswa secara spontan pada saat itu juga; (2)
karakter siswa termasuk religiusitas, kepribadian, kegiatan rutin yang dilakukan siswa secara
sikap sosial, dan sikap kompetitif. Pemodelan berulang dan konsisten setiap saat; (3) melakukan
peran oleh guru dan anggota lain dari komunitas kegiatan pengondisian dengan cara menciptakan
sekolah dan orang tua, kegiatan yang berorientasi kondisi yang mendukung untuk
karakter, dan moral dan dukungan materi dari pengimplementasian pendidikan karakter. Selain
para pemangku kepentingan pendidikan adalah melalui berbagai kegiatan di sekolah, sekolah
faktor kunci dalam implementasi pendidikan dapat bekerjasama dengan pihak wali murid
karakter. supaya mereka juga melakukan penanaman
Penelitian dari Maunah (2016) karakter saat di luar ruang lingkup sekolah agar
mndapatkan hasil yaitu membentuk karakter dari proses pendidikan karakter tetap berlanjut dan
siswa dapat diimplementasikan oleh sekolah tidak hanya dilaksanakan di sekolah saja, namun
melalui dua strategi, yaitu eksternal sekolah dan proses Pendidikan karakter juga dapat dilanjutkan
internal sekolah. Strategi eksternal dapat oleh pihak wali murid di rumah atau lingkungan
dilakukan melalui keluarga dan masyarakat. keluarga; dan (4) memberikan keteladanan yaitu
Strategi internal sekolah dapat dilakukan melalui sikap atau perilaku dari guru, tenaga pendidik
empat pilar, yaitu kegiatan rutinitas harian dalam dan kependidikan, serta siswa yang dapat
bentuk budaya sekolah (school culture), kegiatan

769
Pramana, M. & Trihantoyo. Pembentukan Karakter Siswa Melalui Budaya Sekolah di Jenjang Sekolah Dasar

dijadikan panutan untuk siswa lainnya dalam akademik yang ilmiah, terbuka dan juga dinamis
melakukan Tindakan-tindakan yang positif. (Idris, 2006: 104). Jadi dapat budaya akademik
dapat diartikan sebagai budaya yang sifatnya
Pembahasan universal, yakni dilakukan oleh setiap individu
Berdasarkan literatur yang telah yang melibatkan diri dalam ruang lingkup
dipaparkan bahwasanya karakter dari siswa aktivitas akademik. Menurut Hanifah (2012) ciri
sekolah dasar dapat dibentuk melalui budaya dari budaya sekolah tiap sekolah berbeda-beda
sekolah. Menurut Zamroni (2011: 87) bergantung pada setiap kebijakan, keputusan,
mengemukakan bahwa budaya atau Budaya tindakan, dan opini didukung dengan dasar
sangat penting dimiliki oleh suatu sekolah. akademik yang kuat. Artinya budaya akademik
Sekolah merupakan suatu organisasi pendidikan ini merujuk pada nilai kebenaran yang teruji,
yang harus memiliki kemampuan untuk dasar hukum, dan teori. Dengan demikian seluruh
beradaptasi dengan berbagai lingkungan yang warga sekolah terutama siswa akan selalu
ada, terus tumbuh berkembang, serta integrasi berpedoman pada dasar teori dalam bertindak,
yang dilakukan secara internal dalam sekolah bersikap dan berpikir dalam kesehariannya.
yang membuat sekolah dapat menghasilkan Budaya akademik dapat dilihat pada
kelompok atau individu yang memiliki karakter kedisiplinan dalam bertindak, kepiawaian dalam
positif. Hal tersebut yang menyebabkan suatu berpikir dan berargumentasi, keilmuan, serta
organisasi yakni sekolah harus mempunyai pola kearifan dalam bersikap dari individu tersebut.
asumsi dasar yang menjadi pedoman Bersama Budaya akademik yang diterapkan warga sekolah
oleh seluruh warga sekolah. Nursyam mempunyai ciri-ciri sebagai berikut yaitu
menjelaskan bahwasanya sekolah perlu objektif, bersifat kritis, kreatif, analitis,
mengembangkan tiga budaya penting menghargai prestasi ilmiah dan waktu, terbuka
didalamnya, yaitu Budaya akademik, Budaya untuk menerima kritik, menjunjung tinggi dan
sosial , dan Budaya demokratis (Sudrajat, 2011: memiliki tradisi ilmiah, berorientasi pada masa
13). depan, dan dinamis. Budaya akademik lebih
Budaya sekolah yang telah terbentuk menekankan ke arah budaya yang sifatnya ilmiah
dengan kuat dapat dijadikan langkah awal dalam pada diri tiap individu dalam bertindak, berfikir,
pembentukan karakter, baik itu untuk siswa serta bertingkah laku didalam ruang lingkup
maupun untuk warga sekolah. Terdapat berbagai aktivitas akademik. Budaya sekolah yang
nilai-nilai karakter yang dapat tercermin dengan tergolong budaya akademik adalah gemar
adanya budaya sekolah. Kemdiknas (2010: 9-10) membaca, memiliki rasa keingintauan yang
telah merumuskan dalam pengembangan tinggi, disiplin, menghargai prestasi, mandiri, dan
pendidikan budaya dan karakter siswa, yang kerja keras pada diri siswa. Hal ini selaras dengan
dapat dikembangkan di tiap individu adalah; penelitian dari Supratiningrum dan Agustini
Cinta Damai, Bersahabat/Komunikatif, cinta (2015) yang menyebutkan bahwa menanamkan
pada tanah air dan Semangat kebangsaan, karakter pada siswa dapat dilakukan dengan
Lingkungan, Peduli, Jujur, Menghargai sebuah budaya-budaya di sekolah dengan menerapkan
prestasi, Mandiri, Toleransi, Disiplin, Religius, berbagai macam aktivitas, yaitu aktivitas yang
Tanggung jawab, Gemar membaca, Kreatif, dilakukan siswa secara berulang-ulang serta
Kerja Keras, Rasa ingin tahu, Peduli sosial, konsisten setiap saat sehingga menjadi kegiatan
Demokratis. rutinitas seperti datang ke kelas tepat waktu,
membaca buku, dan lainnya. Kegiatan ini akan
Budaya Akademik mendorong siswa untuk memiliki karakter
Budaya akademik dapat dikatakan disiplin dan gemar membaca. Lalu kegiatan
sebagai suasana pendidikan dalam kelompok spontanitas yang dilakukan siswa secara spontan
ilmiah yang majemuk, berbeda-beda, pada saat itu juga seperti mengerjakan ulangan
multikultural dalam sebuah institusi yang sendiri, memberi pujian pada teman yang
mengacu pada nilai kebenaran objektivitas dan mendapat nilai bagus, dan yang lainnya sehingga
ilmiah. Budaya ini dibentuk berdasarkan prinsip mendorong siswa untuk memiliki karakter kerja
bebas berpendapat dan berpikir, mimbar

770
Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan Volume 09 Nomor 03 Tahun 2021, 764-774

keras, mandiri, menghargai prestasi, dan sekolah. Sekolah dapat dijadikan sebagai
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. pelindung dari kepunahan budaya yang
disebabkan masuknya budaya asing yang tidak
Budaya Sosial relevan dalam kehidupan kita seperti budaya
Budaya sosial merupakan sikap dari materialisme, individualisme, dan hedonisme.
bagaimana individu berinteraksi dan Selain itu sekolah seni tradisi terus
berhubungan dengan individu lain atau dalam dikembangkan yang berakar pada budaya bangsa
suatu kelompok serta bagaimana susunan tiap kita. Jadi, Budaya sosial lebih berfokus pada
unit sosial atau kelompok di suatu wilayah dan interaksi yang terjadi antara individu satu dengan
kaitannya antara satu dengan yang lainnya (Said, yang lainnya, alam dan interaksi yang memiliki
2018: 257). Menurut Efianingrum (2013: 27) cakupan yang lebih besar dan luas lagi serta
disebutkan bahwa budaya sosial memiliki didapat berdasarkan turun-temurun atau rutinitas.
pengaruh terhadap orientasi psikologis dan
emosional. Dalam beberapa kondisi, sekolah Budaya Demokrasi
yang memiliki optimisme yang tinggi akan Menurut Hanifah (2012), budaya
memiliki iklim sekolah yang positif, mendorong, demokrasi memperlihatkan beragam kehidupan
menghargai, dan bersemangat. Sebaliknya, yang memfasilitasi berbagai perbedaan untuk
sekolah yang selalu bersikap pesimis, budaya membangun suatu kemajuan secara bersama
negatif dan lingkungan sosial yang tidak dalam ruang lingkup bangsa ataupun kelompok.
produktif dan negatif akan berkembang di Budaya tersebut jauh dari pola tindakan
sekolah tersebut. Hal ini selaras dengan membeda-bedakan serta sikap patuh terhadap
penelitian dari DeWit, dkk (2000) yang atasan secara tidak masuk akal. Warga sekolah
menyebutkan bahwa siswa yang menerapkan selalu bersikap transparan dan objektif pada
budaya yang negatif di sekolah berisiko setiap keputusan maupun tindakan. Budaya
mengalami berbagai gangguan jiwa masalah demokrasi dapat dilihat pada menghargai dan
kesehatan dan perilaku. Gangguan ini dapat pengambilan sebuah keputusan, serta memahami
menular ke teman sebayanya, penularan ini secara keseluruhan dari hak dan kewajiban orang
berdampak negatif pada hal yang menyangkut lain, diri sendiri, bangsa dan negara. Budaya
harga diri siswa tersebut, pembelajaran serta demokrasi ini menghasilkan karakter seperti
teman sebaya. Hal tersebut dapat dicegah dengan demokratis, toleransi, semangat kebangsaan dan
memberikan budaya positif serta dukungan moral cinta tanah air. Selaras dengan hal tersebut,
dari lingkungannya baik itu dari guru, orang tua, penelitian dari Wahono dan Priyanto (2018),
maupun teman sebaya. Anggraini dan Kusniarti (2016), Maunah (2016),
Budaya sosial di sekolah yang positif Pradana (2019), Anggraini & Zulfiati (2017)
dapat menghasilkan karakter siswa dengan rasa mendapatkan hasil bahwasanya budaya sekolah
sosialisme yang tinggi, contoh budaya social akan menghasilkan karakter yaitu karakter
yang diterapkan di sekolah yaitu bersahabat, toleransi, demokratis, cinta pada tanah air, dan
peduli sosial, lingkungan, cinta damai, religius, semangat kebangsaan melalui budaya demokrasi.
tanggung jawab, jujur, dan peduli (Hanifah,
2012). Selaras dengan hal tersebut, penelitian Pembentukan Karakter Siswa Melalui Budaya
dari Pradana (2019), Tuati, dkk (2019), Wahono Sekolah di Jenjang Sekolah Dasar
dan Priyanto (2018), dan Maunah (2016) juga Pembentukan karakter dari siswa dapat
sependapat bahwasanya budaya sosial yang dilakukan oleh sekolah melalui upaya penerapan
positif akan membentuk karakter siswa menjadi budaya sekolah. Menurut Kemdiknas (2010: 9-
positif pula. 10) menjelaskan bahwasanya terdapat 17 budaya
Budaya sosial dapat dilihat pada di sekolah yang akan mendorong siswa untuk
pembangunan, pemeliharaan, dan pengembangan membentuk karakter positif yaitu religius, jujur,
budaya bangsa yang mengarah ke karakter positif toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, demokrasi,
dalam kerangka membangun individu mandiri, gemar membaca, rasa keingintahuan
sepenuhnya serta menerapkan kehidupan sosial yang tinggi, semangat kebangsaan, berprestasi,
yang rukun dan harmonis di antara warga cinta damai, cinta pada tanah air, komunikatif,

771
Pramana, M. & Trihantoyo. Pembentukan Karakter Siswa Melalui Budaya Sekolah di Jenjang Sekolah Dasar

peduli social dan peduli lingkungan. Berbagai Berdasarkan literasi diatas dapat
macam kegiatan/perilaku yang dapat dilakukan disimpulkan bahwasanya karakter siswa sekolah
oleh siswa agar budaya sekolah tersebut dapat dasar dapat dibentuk melalui diterapkannya
terlaksana dengan baik seperti mengikuti budaya sekolah. Budaya sekolah yang dimaksud
kegiatan intrakurikuler/pembelajaran di kelas, yaitu budaya demokrasi, budaya sosial, dan
kegiatan ekstrakurikuler, membiasakan tepat budaya akademik. Ketiga budaya ini akan
waktu baik dalam mengumpulkan tugas maupun menghasilkan berbagai macam karakter positif
datang ke sekolah, membaca, bertanya hal-hal seperti religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja
yang tidak mengerti, menjaga kebersihan kelas keras, kreatif, demokrasi, semangat kebangsaan,
dan lingkungan sekolah, serta kegiatan lainnya. mandiri, rasa keingintahuan tinggi, gemar
Hal ini juga sependapat dengan hasil penelitian membaca, berprestasi, cinta kedamaian, cinta
dari Sukadari, dkk (2015), Maunah (2016), pada tanah air, komunikatif, peduli social dan
Anggraini & Zulfiati (2017). peduli lingkungan.

Saran
IMPLIKASI Berdasarkan hasil literasi ini, ada
Berdasarkan paparan literasi tersebut beberapa hal yang penulis sarankan antara lain:
dapat dikemukakan implikasi secara teoritis dan 1. Kepala sekolah, guru, dan stakeholder lebih
praktis sebagai berikut: memperhatikan penerapan budaya sekolah di
A. Implikasi teoritis lingkungan sekolah
1. Karakter siswa dapat dibentuk melalui budaya 2. Siswa harus lebih aktif dalam memberikan
sekolah yang terdiri dari; budaya akademik: kontribusi suksesnya diterapkan budaya
gemar untuk membaca, rasa keingintahuan sekolah untuk membentuk karakter seperti
tinggi, kerja keras, menghargai prestasi, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan lain-
disiplin, mandiri, kreatif; budaya sosial: cinta lain
kedamaian, religius, bersahabat, peduli 3. Orang tua/wali murid dapat lebih membantu
lingkungan, peduli social, jujur, bertanggung dalam hal mendorong anaknya supaya lebih
jawab; dan budaya demokrasi: Demokratis, mudah dalam membentuk karakternya di
semangat kebangsaan, cinta tanah air, sekolah seperti mendidik moralnya saat siswa
toleransi. di rumah.
2. Kegiatan di sekolah yang dapat dilakukan
siswa agar pelaksanaan budaya sekolah dapat DAFTAR PUSTAKA
terlaksana dengan baik adalah mengikuti Akbar, S., Samawi, A., Arafiq, M. A. M., &
kegiatan pembelajaran di kelas, kegiatan Hidayah, L. (2014). Model Pendidikan
ekstrakurikuler, membiasakan tepat waktu Karakter yang Baik (Studi Lintas Situs
baik dalam mengumpulkan tugas maupun Bests Practices) Pendidikan Karakter di SD.
datang ke sekolah, membaca, bertanya hal-hal In Sekolah Dasar : Kajian Teori dan
yang tidak mengerti, menjaga kebersihan Praktik Pendidikan (Vol. 23). Retrieved
kelas dan lingkungan sekolah, serta kegiatan from
lainnya http://journal.um.ac.id/index.php/jurnal-
B. Implikasi Praktis sekolah-dasar/article/view/6778
Artikel ini dapat digunakan sebagai Anggraini, M., & Zulfiati, H. (2017).
masukan bagi guru dan kepala sekolah dalam Implementasi Pendidikan Karakter Melalui
membentuk karakter dari siswa melalui budaya Budaya Sekolah di SDN Kotagede 3
sekolah serta menambah wawasan langsung pada Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017.
jurusan manajemen pendidikan di bidang yogyakarta.
manajemen peserta didik. Anggraini, P., & Kusniarti, T. (2016). The
implementation of Character Education
PENUTUP model based on empowerment theatre for
Simpulan primary school students. In Journal of
Education and Practice (Vol. 7). Online.

772
Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan Volume 09 Nomor 03 Tahun 2021, 764-774

Retrieved from Online website: Canadian Journal of School Psychology,


www.iiste.org 16(1), 15–38.
Annisa, F. (2018). Planting of Discipline https://doi.org/10.1177/0829573500016001
Character Education Values in Basic 02
School Students. International Journal of Efianingrum, A. (2013). Jurnal Pemikiran
Educational Dynamics, 1(1), 107–114. Sosiologi. Yogyakarta: Jurusan Sosiologi
https://doi.org/10.24036/IJEDS.V1I1.21 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Anwar, K., Wasino, M., Samsudi, S., Prihatin, T., Universitas Gadjah Mada.
& Victoria, A. (2018, September 1). The Hanifah, N. (2012). Identifikasi Budaya Sekolah
Development Model Of School Culture On Di SMKN 3 Wonosari (Universitas Negeri
The Strengthening Of Students’ Character Yogyakarta). Universitas Negeri
In Sma Islam Sultan Agung Semarang. 282– Yogyakarta. Retrieved from
285. Atlantis Press. http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/9149
https://doi.org/10.2991/iset-18.2018.59 Idris, J. (2006). Sekolah Efektif dan Guru Efektif.
Aprilia, L., & Trihantoyo, S. (2018). Banda Aceh: Taufiqiyah Sa’adah.
Pembelajaran Berbasis Alam Dalam Kemdiknas. (2010). Pengembangan Pendidikan
Membentuk Karakter Siswa Cinta Budaya dan Karakter. Jakarta: Depdiknas.
Lingkungan dan Berbasis Religi Islami di Lickona, T. (1991). Educating For Character.
Jenjang SD Sekolah Alam Al-Izzah Krian. New York: Batam Books.
In Inspirasi Manajemen Pendidikan (Vol. Lickona, T. (2013). Education for Character:
6). Retrieved from Mendidik untuk Membentuk Karakter.
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.p Jakarta: PT. Bumi Aksara.
hp/inspirasi-manajemen- Maunah, B. (2016). Implementasi Pendidikan
pendidikan/article/view/25071 Karakter Dalam Pembentukan Kepribadian
Aulia, Z., & Trihantoyo, S. (2019). Strategi Holistik Siswa. Jurnal Pendidikan
Kepala Sekolah dalam Membangun Karakter, 0(1).
Karakter Siswa melalui Program Budaya https://doi.org/10.21831/jpk.v0i1.8615
Nasionalisme di MTs Negeri 2 Surabaya. In Mulyasa. (2013). Manajemen Pendidikan
Inspirasi Manajemen Pendidikan (Vol. 7). Karakter. Bandung: Bumi Aksara.
Retrieved from Mulyasa. (2014). Pengembangan dan
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.p Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:
hp/inspirasi-manajemen- RosdaKarya.
pendidikan/article/view/28089 Nucci, L. P., & Narvaez, D. (2014). Hanbook
Burgett, B., Kochhar-Lindgren, K., Krabill, R., & Pendidikan Moral dan Karakter. Bandung:
Thomas, E. (2013). The affirmative Nusamedia.
character of cultural studies. International Pembukaan Undang-Undang Republik Indonesia
Journal of Cultural Studies, 16(4), 419– Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
439. Pendidikan Nasional pasal 3. (n.d.).
https://doi.org/10.1177/1367877911422293 Pradana, Y. (2019). Pengembangan Karakter
Demirel, M., Özmat, D., & Elgün, I. Ö. (2016). Siswa Melalui Budaya Sekolah. Untirta
Educational Research and Reviews Primary Civic Education Journal, 1(1).
school teachers’ perceptions about character https://doi.org/10.30870/UCEJ.V1I1.1330
education. Educational Research and Purwanto, N. (2008). Psikologi Pendidikan.
Reviews, 11(17), 1622–1633. Bandung: Remaja Rosdakarya.
https://doi.org/10.5897/ERR2016.2729 Rahman, H., Jamaluddin, & Umar. (2020). The
DeWit, D. J., Offord, D. R., Sanford, M., Rye, B. Development of Character Education
J., Shain, M., & Wright, R. (2000). The Model Based on School Culture. 596–601.
Effect of School Culture on Adolescent https://doi.org/10.2991/assehr.k.200529.125
Behavioural Problems: SelfEsteem, Retnawati, H., Apino, E., & Anazifa, R. D.
Attachment to Learning, and Peer Approval (2018). Impact Of Character Education
of Deviance as Mediating Mechanisms. Implementation: A Goal-Free Evaluation.

773
Pramana, M. & Trihantoyo. Pembentukan Karakter Siswa Melalui Budaya Sekolah di Jenjang Sekolah Dasar

76(6). Wuryandani, W., Maftuh, B., & Budimansyah,


Said, A. (2018). Kepemimpinan Kepala Sekolah D. (2014). Internalisasi Nilai Karakter
Dalam Melestarikan Budaya Mutu Sekolah. Disiplin Melalui Penciptaan Iklim Kelas
Journal EVALUASI, 2(1), 257. yang Kondusif di SD Muhammadiyah
https://doi.org/10.32478/evaluasi.v2i1.77 Sapen Yogyakarta. Jurnal Pendidikan
Samani, M., & Hariyanto. (2013). Konsep dan Karakter, 0(2).
Model Pendidikan Karakter. Bandung: https://doi.org/10.21831/jpk.v0i2.2793
Remaja Rosdakarya. Zaini, A. H. F. (2013). Pilar-pilar Pendidikan
Samong, F., Suryadi, A., & Budimansyah, D. Karakter. Bandung: Gunung Djati Press.
(2016). The Development of Character Zamroni. (2011). Dinamika Peningkatan Mutu.
Education in Primary Schools through the Yogyakarta: Gavin Kalam Utama.
Enhancement of School Culture. 77–79. Zed, M. (2014). Metode Penelitian Kepustakaan.
https://doi.org/10.2991/icse-15.2016.17 Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Sjarkawi. (2006). Pembentukan Kepribadian
Anak. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudrajat, A. (2011). Membangun Budaya
Sekolah Berbasis Karakter Terpuji.
Sukadari, Suyata, & Kuntoro, S. A. (2015).
Penelitian Etnografi Tentang Budaya
Sekolah Dalam Pendidikan Karakter Di
Sekolah Dasar. Jurnal Pembangunan
Pendidikan: Fondasi Dan Aplikasi, 3(1),
58–68.
https://doi.org/10.21831/jppfa.v3i1.7812
Supratiningrum, & Agustini. (2015). Membangun
Karakter Siswa Melalui Budaya Sekolah Di
Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan
Karakter, 0(2).
https://doi.org/10.21831/jpk.v0i2.8625
Tribunnews. (2018). Bocah 6 SD Dibebaskan
Seusai Bunuh Ibunya, Orangtua Teman
Pelaku Khawatir saat Ia Kembali Sekolah -
Tribunnews.com. Retrieved September 7,
2020, from Tribunnews.com website:
https://www.tribunnews.com/internasional/
2018/12/14/bocah-6-sd-dibebaskan-seusai-
bunuh-ibunya-orangtua-teman-pelaku-
khawatir-saat-ia-kembali-sekolah
Tuati, A. F., Rosyidi, U., & Zulaikha, S. (2019).
Building School Culture Through
Implementation Of Character Education.
Jurnal Ilmiah Econosains, 17(1), 20–30.
https://doi.org/10.21009/ECONOSAINS.01
71.03
Wahono, M., Wahono, M., & Priyanto, A. S.
(2018). Implementasi Budaya Sekolah
Sebagai Wahana Pengembangan Karakter
Pada Diri Siswa. Integralistik, 28(2), 140–
147.
https://doi.org/10.15294/integralistik.v28i2.
13723

774

Anda mungkin juga menyukai