Anda di halaman 1dari 10

PERPAJAKAN II

Pengisian, Pembayaran, Pelaporan, dan Pengarsipan SPT PPN dan


PPnBM

Oleh :
Kelompok 12

Kelas B1
Gusti Ayu Agung Mas Medhayani (2107531111 / 10)
Ni Luh Ade Meina Rossalina (2107531117 / 11)
Dewa Ayu Dyah Prema Gandhi (2107531126 / 14)

Prodi Sarjana Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
2022
1. PENGISIAN SPT PPN DAN PPnBM
A. Pajak Pertambahan Nilai
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Undang-Undang KUP), hal-hal
yang perlu diperhatikan oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah sebagai berikut:
1) Setiap PKP wajib mengisi dan menyampaikan SPT Masa PPN dengan benar,
lengkap, dan jelas serta menandatanganinya.
2) SPT Masa PPN ditandatangani oleh PKP atau orang yang diberi kuasa
menandatangani sepanjang dilampiri dengan surat kuasa khusus.
3) PKP harus mengambil sendiri formulir SPT Masa PPN ke Kantor Pelayanan
Pajak (KPP)/Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan
(KP2KP) atau dengan cara mengunduh (download) melalui laman
www.pajak.go.id.
4) Penyampaian SPT Masa PPN dilakukan secara langsung ke KPP tempat PKP
dikukuhkan atau KP2KP atau tempat lain yang ditetapkan Direktur Jenderal
Pajak.
5) Selain disampaikan secara langsung, SPT Masa PPN dapat disampaikan
melalui pos dengan bukti pengiriman atau dengan cara lain sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.03/2007 dan
perubahan/penggantinya.
6) Setiap PKP yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPT Masa PPN atau
menyampaikan SPT Masa PPN dan/atau keterangan yang isinya tidak benar
atau tidak lengkap sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan
denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar.
Ketentuan umum pengisian SPT Masa PPN berdasarkan UU No. 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) sebagaimana
telah beberap kali diubah dengan UU No. 16 Tahun 2009 dan terakhir dengan UU
No. 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP),
disebutkan bahwa SPT Masa PPN ditandatangani oleh orang yang diberi kuasa
harus dilampiri dengan surat kuasa khusus. Isi SPT Masa PPN berdasarkan PMK
Nomor 243/PMK.03/2014 harus memuat informasi sebagai berikut:
a. Jenis Pajak
b. Nama wajib pajak serta NPWP-nya
c. Tanda tangan WP atau kuasa dari WP
d. Jumlah penyerahan
e. Jumlah DPP (Dasar Pengenaan Pajak)
f. Jumlah pajak keluaran (penjualan)
g. Jumlah pajak masukan (pembelian) yang bisa dikreditkan
h. Jumlah kekurangan/kelebihan pajak
i. Tanggal penyetoran
j. Data lainnya terkait kegiatan usaha wajib pajak/PKP
k. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai 1111 digunakan oleh
individu (pribadi) dan badan (perusahaan) yang berstatus PKP.
SPT Masa PPN 1111 terdiri dari:
1. Induk SPT Masa PPN; dan
2. Lampiran SPT Masa PPN, baik dalam bentuk formulir kertas (hard copy) atau
data elektronik, yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, yang
masing-masing diberi nomor, kode, dan nama formulir.
Tata cara perolehan, pengisian dan pencetakan spt masa ppn 1111
a. Formulir Induk SPT Masa PPN 1111 beserta Lampirannya dalam bentuk
formulir kertas (hard copy) dan Aplikasi Pengisian SPT (e-SPT) dapat
diperoleh dengan cara:
1) diambil di KPP atau KP2KP;
2) digandakan atau diperbanyak sendiri oleh PKP;
3) diunduh di laman Direktorat Jenderal Pajak, dengan alamat
http://www.pajak.go.id, selanjutnya dapat dimanfaatkan/digandakan;
atau
4) disediakan oleh Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang telah
ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak (khusus e-SPT).
b. PKP dapat mengisi SPT Masa PPN 1111 dan Lampirannya dalam bentuk
formulir kertas (hard copy) dengan cara:
1) ditulis tangan dengan menggunakan huruf balok (bukan huruf
sambung); atau
2) diketik dengan menggunakan mesin ketik.
c. Pengisian data pada SPT Masa PPN 1111 dalam bentuk formulir kertas (hard
copy) juga harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Pengisian data pada Induk dan Lampiran SPT Masa PPN tidak boleh
melebihi baris dan/atau kolom yang telah disediakan dan harus
dituliskan dalam satu baris.
Contoh: Nama Penjual : PT. Cahaya Buana Terang Indonesia Jaya
Perkasa, pada Lampiran SPT Masa PPN dapat ditulis PT Cahaya
Buana TIJP agar tertampung di dalam kolom/baris Nama Penjual
BKP/BKP Tidak Berwujud/Pemberi JKP.
2) Pengisian NPWP, Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak, nomor
Dokumen Tertentu, dan nomor Nota Retur/Nota Pembatalan harus
dituliskan secara lengkap dan tidak boleh disingkat. Untuk pengisian
SPT dengan menggunakan tulisan tangan atau mesin ketik, PKP
diperbolehkan untuk mengisi data NPWP pada kolom atau baris tanpa
menggunakan tanda baca, kecuali untuk identitas NPWP yang sudah
disediakan formatnya pada formulir.
Contoh: NPWP dapat ditulis 01.021.354.6-427.000 atau
010213546427000
d. Penggunaan formulir SPT Masa PPN 1111 dalam bentuk PDF mengikuti
ketentuan sebagai berikut:
1) PKP dapat mencetak/print formulir SPT Masa PPN 1111 langsung dari
file PDF yang telah disediakan, selama memperhatikan beberapa
ketentuan sebagai berikut:
a) Dicetak dengan menggunakan kertas folio/F4 dengan berat
minimal 70 gram.
b) Pengaturan ukuran kertas pada printer menggunakan ukuran
kertas (paper size) 8,5 x 13 inci (215 x 330 mm).
c) Tidak menggunakan printer dotmatrix. Di samping pedoman
tersebut, terdapat petunjuk pencetakan yang harus diikuti,
yang tersimpan dalam bentuk file PDF dengan nama
readme.pdf.
2) Formulir SPT Masa PPN 1111 dalam bentuk file PDF terlebih dahulu
dicetak, selanjutnya PKP dapat mengisi formulir SPT Masa PPN 1111
tersebut, menandatanganinya kemudian menyampaikannya ke KPP
atau KP2KP.
B. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
SPT Masa PPnBM (Formulir 1101 BM) hanya diisi oleh PKP yang
menghasilkan BKP Yang Tergolong Mewah. SPT ini dibuat untuk setiap Masa
Pajak dan dilampirkan pada SPT Masa PPN Masa Pajak yang bersangkutan. Jika
dalam suatu Masa Pajak tidak ada penyerahan BKP Yang Tergolong Mewah,
formulir ini tetap dibuat dan diisi dengan tanda strip (-) atau ditulis " NIHIL".
Dalam hal terdapat pembetulan SPT Masa PPn BM saja tanpa ada pembetulan
SPT Masa PPN, maka SPT Masa PPn BM Pembetulan dapat disampaikan
tersendiri.
a. Identitas PKP
1. NPWP Diisi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sesuai dengan
yang tercantum pada Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak
(KP.PDIP.4-20). Dalam hal KP.PDIP.4-20 belum
diperoleh, diisi dengan NPWP yang tercantum pada Bukti
Pendaftaran wajib Pajak (KP.PDIP.4-21).
2. Nama PKP Diisi dengan nama lengkap orang pribadi atau badan yang
wajib mengisi SPT Masa PPN sesuai dengan Surat
Keputusan/Pemberitahuan tersebut pada butir 8.
3. Alamat dan Diisi dengan alamat lengkap dan kode pos dari PKP sesuai
Kode Pos dengan Surat Keputusan/Pemberitahuan tersebut pada
4. Nomor Telepon butir 8.
5. Nomor Diisi dengan nomor telepon PKP.
Faksimile Diisi dengan nomor faksimile PKP.
6. Merek Usaha Diisi dengan merek usaha PKP.
7. Nomor Ijin Diisi dengan nomor dan tanggal surat ijin sentralisasi yang
Sentralisasi dan diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Tanggal
8. Jenis Usaha Diisi semua jenis usaha yang menjadi kegiatan PKP.
Misalnya : - Industri minyak goreng,
- Importir,
- Konsultan.
Catatan : Dengan mencantumkan jenis usaha baru di SPT
ini, maka PKP tidak perlu lagi melaporkan tambahan jenis
usaha tersebut.
- Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU). Diisi dengan
kode Klasifikasi Lapangan Usaha PKP. Untuk
pertama kalinya kode ini diisi oleh KPP dan
selanjutnya diisi oleh PKP sendiri.
- Perubahan identitas. Dalam hal terdapat perubahan
nama, alamat, nomor telepon, dan jenis usaha yang
mengalami perubahan, penambahan atau
pengurangan, maka nomor 2, 3, 4, dan 7 diisi nama,
alamat, nomor telepon, dan jenis usaha yang baru,
kemudian diisi tanda X pada kotak nama baru, alamat
baru, nomor telepon baru, dan jenis usaha yang
mengalami perubahan, penambahan atau
9. Nomor Surat pengurangan.
Pengukuhan dan Diisi dengan nomor pengukuhan dan tanggal mulai
Tanggal Berlaku berlakunya pengukuhan PKP sesuai dengan Surat
Keputusan/Pemberitahuan Kepala Kantor Pelayanan Pajak
tentang Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

1. PPnBM diisi dengan jumlah Dasar Pengenaan Pajak atas penyerahan BKP
Yang Tergolong Mewah di dalam negeri yang PPn BM-nya Tidak Dipungut/
Dibebaskan sesuai dengan tarif PPn BM 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%,
75%,atau ...%. Termasuk juga untuk penyerahan kepada Perwakilan Negara
Asing atau Perwakilan Organisasi Internasional lainnya setelah mendapat
persetujuan untuk diberikan fasilitas perpajakan oleh Direktur Jenderal Pajak.
2. Jumlah Penyerahan Dalam Negeri (2.1.9. + 2.2.9. + 3) Diisi dengan
penjumlahan Dasar Pengenaan Pajak pada kode B (2.1.9. + 2.2.9. + 3).
3. Dikurangi Retur Penjualan. Diisi dengan jumlah penyerahan yang tercantum
dalam Nota Retur dalam Masa Pajak yang sama dengan Masa Pajak
dibuataya Nota Retur atau dalam Masa Pajak diterimanya Nota Retur
tersebut, baik retur BKP Yang Tergolong Mewah yang berasal dari
penyerahan dalam tahun buku berjalan maupun tahun buku sebelumnya.
4. Jumlah Ekspor dan Penyerahan Dalam Negeri (1.1. + 1.2. + 4 - 5). Diisi
dengan penjumlahan Dasar Pengenaan Pajak pada (kode B 1.1. + 1.2. + 4)
dikurangi Dasar Pengenaan Pajak pada kode B.5.
5. Dikurangi PPn BM Atas Retur Penjualan. Diisi dengan jumlah PPn BM yang
tercantum dalam Nota Retur dalam Masa Pajak yang sama dengan Masa
Pajak dibuatnya Nota Retur atau dalam Masa Pajak diterimanya Nota Retur
tersebut, baik retur BKP Yang Tergolong Mewah yang berasal dari
penyerahan dalam Tahun Buku berjalan maupun Tahun Buku sebelumnya.
6. Dikurangi PPn BM Yang Dipungut Oleh Pemungut PPN
a. SSP sudah diterima (terlampir). Diisi dengan jumlah PPn BM yang
telah dipungut dan disetor oleh Pemungut PPN sesuai dengan lembar
ketiga SSP yang dilampirkan (hanya menyangkut SSP untuk Masa
Pajak yang dilaporkan, Lihat Lampiran Pajak Keluaran III Formulir
1195 A3).
b. SSP belum diterima. Diisi dengan jumlah PPn BM yang telah dipungut
oleh Pemungut PPN akan tetapi SSP yang bersangkutan belum diterima
oleh PKP sampai saat jatuh tempo penyampaian SPT Masa Pajak yang
bersangkutan. Lihat Lampiran Pajak Keluaran III Formulir 1195 A3.
CATATAN :
Jika kemudian setelah penyampaian SPT Masa PPn BM temyata diterima
SSP-nya, maka tidak perlu lagi dilaporkan pada kode C.11.1. dan C11.2.
SPT Masa PPn BM Masa Pajak diterimanya SSP tersebut, tetapi cukup
dilampirkan pada kode F.4 dengan menyebutkan jumlah lembar SSP dan
jumlah rupiah PPn BM-nya.
7. PPn BM Yang Kurang/Lebih Dibayar (9 -10 -11.1 - 11.2)
a. PPn BM Yang Kurang dibayar. Diisi dengan angka pada kode C.9
dikurangi angka-angka pada kode C. 10, C. 11.1, C 11.2, dalam hal
hasilnya positif.
b. PPn BM Yang lebih dibayar. Diisi dengan angka pada kode C.9
dikurangi angka-angka pada kode C. 10, C. 11.1, C 11.2, dalam hal
hasilnya negatif.

2. PEMBAYARAN SPT MASA PPN DAN PPnBM


Pihak yang wajib membayar PPN dan PPnBM adalah Pengusaha Kena
Pajak (PKP). Pihak yang memungut PPN dan PPnBM adalah KPPN,
bendaharawan pemerintah pusat dan daerah, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,
Pertamina, BUMN/BUMD, kontraktor bagi hasil dan kontrak karya bidang migas
dan pertambangan umum lainnya, Bank pemerintah, Bank pembangunan daerah,
dan perusahaan operator telepon seluler. Yang wajib disetor oleh PKP adalah:
 PPN yang dihitung sendiri melalui pengkreditan pajak masukan dan pajak
keluaran (yang disetor adalah selisih pajak masukan dan pajak keluaran
jika pajak masukan lebih kecil daripada pajak keluaran)
 PPnBM yang dipungut oleh PKP Pabrikan BKP tergolong mewah
 PPN dan PPnBM yang ditetapkan oleh Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat
Tagihan Pajak
Yang wajib disetor oleh pemungut PPN/PPnBM adalah PPN/PPnBM yang
dipungut oleh pemungut PPN/PPnBM.
Pembayaran PPN/PPnBM bisa dilakukan di kantor pos dan giro, bank
pemerintah (kecuali BTN), bank pembangunan daerah, bank devisa, bank lain
penerima setoran pajak serta kantor direktorat jenderal bea dan cukai, terutama
untuk impor tanpa LKP.
Saat pembayaran PPN/PPnBM adalah:
 PPN dan PPnBM yang dihitung sendiri oleh PKP harus disetor paling
lambat tanggal 15 pada bulan takwim berikutnya
 PPN dan PPnBM yang termuat dalam SKPKB, SKPKBT, dan STP harus
dibayar sesuai dengan batas waktu yang terdapat dalam SKPKB,
SKPKBT, dan STP
 PPN dan PPnBM atas impor harus dilunasi bersamaan dengan saat
pembayaran bea masuk, jika pembayaran bea masuk ditunda atau
dibebaskan, maka harus dilunasi saat dokumen impor diselesaikan
 PPN dan PPnBM yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah paling
lambat disetor tanggal 7 pada bulan takwim berikutnya setelah masa pajak
berakhir
 PPN dan PPnBM yang dipungut oleh pemungut PPN selain bendaharawan
pemerintah paling lambat disetor tanggal 15 bulan takwim berikutnya
setelah masa pajak berakhir
 PPN dari penyerahan gula pasir dan tepung terigu oleh BULOG harus
dilunasi sendiri oleh PKP sebelum Surat Perintah Pengeluaran Barang
ditebus
*Jika tanggal jatuh tempo pembayaran adalah hari libur, pembayaran harus
dilakukan pada hari kerja berikutnya
Sarana yang digunakan untuk melakukan pembayaran PPN dan PPnBM
adalah Surat Setoran Pajak yang tersedia secara gratis di Kantor Pelayanan Pajak
dan Kantor Penyuluhan Pajak di seluruh Indonesia. Surat Setoran Pajak menjadi
lengkap dan sah jika jumlah PPN dan PPnBM yang disetorkan sudah diberi teraan
oleh tempat pembayaran pajak.
Daftar Pustaka
(n.d.). TaxBase Document. Diakses 20 November 2022, melalui
https://aguspajak.com/wp-content/uploads/2018/01/spt-masa-ppn-1111-
petunjuk-pengisian.pdf
LAMPIRAN I. (n.d.). Data Center - Ortax. Diakses 20 November 2022, melalui 
https://datacenter.ortax.org/betta/lampiran/02PJ_KEP386.htm
Pajak.net. (n.d). Tata Cara Pembayaran dan Pelaporan PPN / PPnBM. Diakses
pada 23 November 2022, dari
http://pajak.net/info/tata_cara_bayar_pelaporan_PPN_PPnBM.htm

Anda mungkin juga menyukai