Dosen Pembimbing :
ARIANTO,SKM.M.Kes
Kelompok 3
1. SISTIA DEFARI 1912402004
2. UMI KARTIKA 1912402007
3. SUCI DESTIA FITRI 1912402008
4. ISMA FUADAH 1912402027
5. IRUL FADILA 1912402042
6. RETNO NADELA PUTRI 1912402025
7. MARISHA AZ-ZAHRA 1912402019
8. INTAN FARAMEGA 1912402031
9. YUNIKA DWI RAHMITA 1912402047
10. DANIEL FAJAR SIRAIT 1912402041
11. DITA ADILA 1912402052
12. DITA SHELA WINDA 1912402029
13. THIRDA ANGGA PUTRI 1912402017
14. REZA NATALIA 1912402022
15. SRIYANA 1912402053
16. KAMILA RANIA FITRI 1912402006
PENDAHULUAN
Kasus :
Seorang pasien perempuan berusia 19 tahun telah diperiksa intraoral dan foto ronsen
dengan hasil pasien memiliki veneer pada gigi 11, 21 dan 22 kemudian ditemukan tumpatan
pada gigi 36 dengan warna tumpatan sewarna dengan gigi. Didapatkan pula bahwa gigi 28
pasien telah eruspsi namun belum sempurna. Kondisi gigi pasien dalam keadaan oklusi
normal angle kelas 1, pada gigi anterior tampak sedikit berjejal. Dari pemeriksaan intraoral
didapatkan kondisi gingiva pasien nampak baik dengan gingiva berwarna coral pink (1)
namun didapatkan pula warna gingiva yang gelap atau kehitaman (2). Pasien rutin
menggosok gigi 2x sehari dan dari riwayat kesehatan tidak pernah mengeluhkan adanya
kelainan pada gusi. 1
2
Gambar 2. Foto Ronsen Periapikal
PEMBAHASAN
1. GINGIVA
Gingiva adalah bagian mukosa ronga mulut yang mengelilingi gigi dan menutupi
lingir (ridge) alveolar. Merupakan bagian dari aparatus pendukung gigi, periodonsium dan
dengan membentuk hubungan dengan gigi, gingiva berfungsi melindungi jaringan dibawah
perlekatan gigi terhadap pengaruh lingkungan rongga mulut.
Seperti semua jaringan vital lainnya, gingiva dapat beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan dan rongga mulut yang merupakan bagian pertama dari saluran pencernaan dan
daerah awal masuknya makanan dalam sistem pencernaan dapat dianggap sebagai lingkungan
yang relatif ramah.
Secara klinis gingiva akan tampak sebagai berikut :
a. Sulkus Gingiva
Sulkus gingiva (gingiva sulcus) merupakan celah dangkal disekeliling gigi yang pada
sisi sebelah dalam didindingi oleh permukaan gigi, pada sisi sebelah luar didindingi
oleh epitel sebelah dalam dari gingiva bebas. Bentuk sulkus adalah seperti huruf V.
pada sulkus gingiva terdapat suatu cairan yang dinamakan GCF (Gingiva Cleficular
Fluid) yang banyak mengandung leukosit dan berfungsi dalam pertahanan tubuh.
b. Free Gingiva
Gingiva bebas merupakan bagian gingiva paling koronal dan tidak melekat ke
permukaan gigi dan lebar gingiva sekitar 1,0 mm. Gingiva berbatasan dengan gingiva
cekat oleh alur gusi bebas (free gingival groove). Gingiva bebas merupakan bagian
tepi gingiva yang menyelimuti gigi seperti kerah pada baju. Bagian gingiva ini
membentuk dinding jaringan lunak (gingival sulcus).
c. Attached Gingiva
Gingiva ini kaku lenting dan melekat erat ke periosteum tulang alveolar yang berada
dibawahnya. Permukaan vestibular dari gingiva cekat terus memanjang ke mukosa
alveolar yang lebih kendur dan dapat digerakkan, bagian tersebut dinamakan
mucogingival junction. Lebarnya bervariasi pada setiap tipe gigi dan berkisar antara
1.0-9,0 mm. Biasanya gingiva cekat paling lebar pada daerah incisivus (3,5-4,5 mm
pada maksila dan 3,3-3,9 pada mandibula), dan paling sempit pada daerah premolar
pertama (1,9 mm pada maksila dan 1,8 pada mandibula).
d. Gingiva Interdental
Gingiva interdental adalah bagian gingiva yang mengisi embrasur gingiva (gingival
embrassure), yaitu ruang interproksimal di bawah area kontak gigi. Bentuknya seperti
lembah. Bila gigi geligi berkontak, col akan menyesuaikan terhadap bentuk gigi geligi
di apikal daerah kontak. Bila gigi-gigi yang berdekatan tidak saling berkontak, tidak
ada col dan gingiva interdental kelihatan berbentuk datar atau konveks.
a. Junctional epithelium
Junctional epithelium membentuk perlekatan antara gingival dengan permukaan
gigi. Jenis epitel ini ialah epithelium stratifikatum squamosum non-keratinized.
Junctional epithelium akan melekat pada gigi dengan bantuan lamina basal.
Perlekatannya ke permukaan gigi diperkuat pula oleh serat-serat gingival yang
mendukung gingival bebas ke permukaan gigi, oleh sebab itu, junctional
epithelium dan serat-serat gingival dianggap sebagai unit fungsional yang disebut
unit dentogingival.
b. Oral epithelium
Jenis epitel yang terdapat pada gingival cekat dan gingival tepi adalah epithelium
stratifikatum squamosum keratinized. Meluas dari batas mukogingival ke krista
tepi gingival (crest gingival margin), kecuali pada permukaan palatal dimana tepi
epitel ini menyatu dengan epitel palatum. Lamina basal yang menyatukan epitel
gingival ke jaringan ikat gingival bersifat permeable terhadap cairan, namun dapat
menjadi penghalang bagi bahan partikel tertentu. Pada oral gingival epithelium
memiliki retepeg yang menonjol kearah lamina propia.
Jaringan ikat gingiva atau biasa disebut dengan lamina propria terdiri atas komponen
berupa 60% kolagen, 5% fibroblast dan 35% saraf dan pembuluh darah.
a. Fibroblast
Berperan dalam produksi jenis fiber pada jaringan ikat dan berperan dalam
sintetik matriks di dalam jaringan ikat.
b. Sel mast
Memperoduksi substansi vasoaktif yang dapat mempengaruhi fungsi system
microvaskular dan mengontrol aliran darah yang melalui jaringan.
c. Makrofag
Berperan dalam fagositosis dan fungsi sintetik di dalam jaringan.
d. Sel-sel inflamatori
Terdiri atas neutrophil granulosit, limfosit dan sel plasma.
2. LIGAMENT PERIODONTAL
Ligamen periodontal adalah suatu jaringan konektif, padat dan berserabut yang
menempati ruang di antara sementum dan tulang alveolar. Mengelilingi leher dan akar gigi
serta berkesinambungan dengan pulpa dan gingiva. Akar gigi melekat pada alveolus (soket
tulang) oleh ligamen periodontal, yang merupakan jaringan ikat kompleks, lembut, dan
mengandung banyak sel, pembuluh darah, saraf, limfa serta substansi ekstraseluler terdiri dari
bundel serat dan substansi dasar. Sebagian besar seratnya adalah kolagen, dan substansi dasar
terdiri dari berbagai protein dan polisakarida. Ligamen periodontal mempunyai beberapa
fungsi yaitu:
1. Memberikan nutrisi kepada sementum, tulang alveolar dan gingival
2. Menghantarkan stimulus rangsang tekan, sentuh dan nyeri dengan serabut sraaf
sensori
3. Melindungi pembuluh darah dan serabut saraf dari cedera mekanik
4. Sebagai perlekatan gigi dengan tulang
5. Mempertahankan jaringan gingival
6. Penyerap tekanan.
Bundel serat kolagen yang dikenal sebagai serat utama ligamen, berfungsi untuk
melekatkan sementum ke tulang alveolar dan bertindak sebagai bantalan untuk menguatkan
dan mendukung gigi. Bagian pokok serat tertanam dalam sementum dan tulang alveolar
disebut serat Sharpey. Fungsi sensorik disediakan oleh pasokan saraf melalui mekanisme
efisien proprioseptif. Pembuluh darah memberi suplai attachment apparatus dengan subtansi
zat gizi . Sel-sel khusus dari ligamen berfungsi untuk meresorbsi dan mengganti sementum,
ligamen periodontal, dan tulang alveolar.
Jaringan penyanggah (periodontal membrane) merupakan bagian yang menyelubungi
bagian akar gigi, yang berfungsi sebagai bantalan terhadap rangsangan tekanan. Jaringan
penyanggah ini terdiri atas jaringan konektif yang menghubungkan akar gigi dengan tulang
pada sisi yang bersebrangan.
3. Kelompok horizontal
Merentang dalam arah tegak lurus terhadap as gigi dari sementum ke tulang alveolar.
Fungsinya sasma dengan alveolar crest yaitu mengimbangi dorongan dari arah yang lebih
apikal.
4. Kelompok oblique
Serat ini paling besar. Merentang miring dari sementum kearah koronal tulang alveolar.
Grup ini memiliki bagian terbesar dari tekanan vertikal pengunyahan dan mengubahnya
menjadi tarikan pada tulang alveolar.
5. Kelompok apikal
Merentang dari sementum ke arah tulang fundus dari soket. Kelompok ini tidak dijumpai
pada akar gigi yang belum sempurna terbentuk.
Serat lain adalah serat kolagen yang susunannya kurang teratur. Dijumpai pada
jaringan ikat intertisial diantara serat-serat utama. Serat – serat tersebut mengandung
pembuluh darah, limfatik dan saraf.
Serat- serat lain dalam ligamentum periodontal :
1. Serat elastik jumlahnya sedikit
2. Serat oksitalan, terutama yang berada di sekeliling daerah pembuluh darah, tertanam
dalam sementum pada 1/3 servical akar gigi. Serat oksitalan disebut juga serta resisten
fibers.
SEMENTUM
Sementum adalah jaringan mengapur menyerupai tulang yang menutupi akar gigi.
Sementum memiliki banyak ciri yang sama dengan jaringan tulang. Sementum tidak
mengandung darah atau pembuluh getah bening, tidak memiliki persarafan, tidak mengalami
resorpsi atau remodeling fisiologis, tapi karakteristiknya adalah terus berdeposisi sepanjang
hidup. Seperti jaringan termineralisasi lainnya, sementum mengandung serat kolagen yang
tertanam dalam matriks organic. Kandungan mineral sementum terutama hidroksiapatit
sekitar 96% dari beratnya, sedikit lebih dari tulang yang hanya mengandung 60%
hidroksiapatit.
Sementum berasal dari sel mesenkimal folikel gigi yang berkembang menjadi
sementoblas. Sementoblas menimbun suatu matriks, disebut sementoid, yang mengalami
pertambahan pengapuran dan menghasilkan 2 jenis sementum, aselular dan selular.
Perbedaan bentuk dari sementum adalah sebagai berikut:
1. Acellular, extrinsic fiber cementum (AEFC) ditemukan di bagian koronal dan bagian
tengah dari akar dan kandungan utamanya adalah bundel dari serat Sharpey. Tipe
sementum ini berperan penting dalam melekatkan dan menghubungkan gigi dengan
tulang alveolar.
2. Cellular, mixed stratified cementum (CMSC) yang terdapat pada sepertiga apikal akar
dan pada furkasi. Sementum ini terdiri dari serat ekstrinsik dan intrinsik, serta
sementosit.
3. Cellular, intrinsic fiber cementum (CIFC) yang ditemukan terutama pada resorpsi
lakuna dan mengandung serat intrinsik dan sementosit.
Gambar diatas menunjukan bagian dari akar yang berdekatan dengan periodontal
ligament (PDL). Terdapat lapisan tipis dari AEFC dengan serat ekstrinsik yang padat
meliputi dentin perifer. Sementoblast dan fibroblast dapat diamati berdekatan dengan
sementum. AEFC terbentuk bersamaan dengan pembentukan dentin akar. Pada tahap tertentu
selama pembentukan gigi, selubung epitel Hertwig yang baru terbentuk predentin,
terfragmentasi. Sel dari folikel gigi kemudian menembus selubung epitel Hertwig dan
menempati daerah disebelah predentin. Dalam posisi ini, sel ektomesenkimal dari folikel gigi
berdiferensiasi menjadi sementoblas dan mulai memproduksi serat kolagen pada sudut kanan
ke permukaan. Sementum pertama dideposit pada lapisan superficial yang termineralisasi
dengan tinggi dari mantel dentin yang disebut “lapisan hialin” yang mengandung protein
enamel matriks dan serat kolagen awal dari sementum. Selanjutnya, sementoblast menjauh
dari permukaan sehingga terjadi peningkatan ketebalan sementum dan penggabungan serat
pokok.
3. TULANG ALVEOLAR
Tulang alveolar/prosesus alveolaris ialah bagian dari rahang dimana akar-akar dari
gigi terletak, yang mengikat suatu gigi dalam suatu posisi relasi terhadap lainnya di dalam
lingkungan gigi.
Tulang alveolar terdiri atas tulang spons diantara dua lapis tulang kortikal.
Lempeng kortikal luar adalah lanjutan korteks mandibula atau maksila. Lempeng
kortikal dalam bersebelahan dengan membran periodontal gigi disebut lamina dura. Ia
mengelilingi akar untuk membentuk sakunya. Pembuluh darah dan saraf ke gigi menembus
tulang alveolar ke foramen apikal untuk memasuki rongga pulpa. Trabekel kanselosa,
ditunjang oleh lempeng kortikal labial dan lingual, ikut menahan tekanan pada gigi
selama mengunyah. Tulang alveolar cukup labil dan berfungsi sebagai sumber kalsium siap
pakai untuk mempertahankan kadar ion ini. Setelah hilangnya gigi permanen atau
setelah periodontitis dapat terjadi resorpsi nyata dari tulang alveolar.
Chatterjee, K. 2006. Essential of Oral Histology. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publication.
Djamil, M.S. 2011. A-Z Kesehatan Gigi. Solo: Metagraf.
Fedi, P.F., Vernino, A.R., Gray, John L.2000. Silabus Periodonti. Jakarta: EGC.
Grossman, I.L. 1995. Ilmu Endodontik Dalam Praktek, edisi 11. Jakarta: EGC.
Harshanur, Itjiningsih. W. 2012. Anatomi Gigi. Jakarta: EGC.
Lindhe, J., Niklaus P. Lang, Thorkild P. 2008. Clinical Periodontology and Implant
Dentistry, fifth Edition. USA: Blackwell Publishing.
Manson, J.D. dan Eley, B.M. 1993. Buku Ajar Periodontiti. Jakarta: Hipokrates.
Roberson, T.M., Heymann, H.O. 2002. Sturdevant’s Art & Science Of Operative Dentistry,
4th edition. USA: Mosby Inc. Missouri.
Vindani, D. 2008. Cairan Sulkus Gingiva dan Peranannya dalam Bidang Kedokteran Gigi.
Medan: USU Institutional Repository.