Nim : 2021004
Prodi : D3 Keperawatan Paralel
PRINSIP-PRINSIP FARMAKODINAMIK
Farmakodinamik (PD) adalah studi tentang efek biokimia dan fisiologis obat (terutama obat-obatan
farmasi).
Mekanisme Kerja Obat dapat melalui 2 cara
1. Diperantarai oleh Reseptor (Reseptor adalah Makromolekul jaringan sel hidup yang secara
spesifik langsung berikatan dengan ligan (obat, neurotransmitter, hormon) yang memiliki
gugus spesifik untuk memicu serangkaian signaling (reaksi) kimia dalam tubuh sehingga
menimbulkan efek farmakologis). Seperti kerja enzim (Lock and Key)
2. Tanpa melibatkan Reseptor. Untuk mekanisme kerja tanpa menggunakan reseptor dapat
dibedakan lagi menjadi
a. Secara Fisika. (Perubahan fisik saja, tanpa menghasilkan zat baru)
Ex. Attapulgit (Antidiare), Fenol (Desinfektan), Sukralfat.
b. Secara Kimia. (Perubahan bentuk dan menghasilkan materibaru akibat reaksi kimia)
Ex. Antasida.
c. Proses Metabolisme. (Mengganggu metabolisme dari bakteri. Pembentukan dinding sel
bakteri)
Ex. Antibiotik gol β-Lactam dan Tetrasiklin
d. Kompetisi. (Membuat tiruan untuk mengelabui bakteri)
Ex. Antimikroba Golongan Sulfonamida memiliki mekanisme Kompetitif pada jalur
biosintesa asam dihidrofolat. Golongan Sulfonamida memiliki struktur yang mirip dengan
PABA ( p-aminobenzoat) senyawa yang diperlukan untuk biosintesa koenzim asam
dihidropteroat kemudian menghasilkan asam folat yang berfungsi untuk pembentukan
DNA/RNA Bakteri. Karena strukturnya yang mirip, bakteri “salah” mengambil
sulfonamida sebagai bahan pembentuk asam folat. Akibatnya proses sintesa asam folat
terganggu menyebabkan DNA/RNA tidak terbentuk dan pertumbuhan bakteri terhenti.
Plasebo.
Plasebo merupakan zat yang tidak memiliki bahan aktif untuk pengobatan (misalnya laktosa, amilum)
Bertujuan Untuk :
a) Pengobatan dengan sugesti untuk memberikan efek yang mengagumkan pada pasien yang
sebenarnya tidak memiliki gangguan organis atau penyakit yang tidak bisa disembuhkan lagi
b) Uji Klinis pada obat baru yang akan dinilai efek farmakologisnya
Selain adanya Efek Terapeutik, terdapat pula efek yang tidak diinginkan pada pemberian obat. Antara
lain:
1. Efek samping. Adalah suatu dampak atau pengaruh yang merugikan dan tidak diinginkan,
yang timbul sebagai hasil dari suatu pengobatan atau intervensi lain seperti pembedahan.
Kadang sulit membedakan efek samping dan kerja utama obat, mengingat kebanyakan obat
bisa memiliki lebih dari satu aksi farmakologis. Misalnya, penggunaan antihistamin pada obat
flu, memiliki efek samping sedative yang kadang dibutuhkan oleh mereka yang ingin
istirahat. Bisa berbahaya bila digunakan oleh mereka yang sedang bekerja dengan mesin atau
mengendarai kendaraan bermotor.
2. Idiosinkrasi. Adalah peristiwa, di mana suatu obat memberi efek berbeda dengan efek
normalnya. Kondisi ini bersifat individual, akibat kelainan genetik. Contohnya, penggunaan
neuroleptik yang efeknya menenangkan. Bisa terjadi reaksi yang berlawanan; pasien menjadi
gelisah dan cemas.
3. Alergi. Adalah mekanisme pertahanan tubuh yang menyimpang. Saat allergen (bahan
penyebab alergi) masuk ke dalam tubuh, ia bereaksi dengan antibodi. Gejala alergi ringan
seperti gatal-gatal dan kemerahan pada kulit. Bisa mengarah pada hal yang membahayakan
seperti demam, serangan asma sampai syok anafilaksis. Reaksi alergi bisa berkembang
cepat; mula-mula ruam merah di kulit, bentol, kemudian pembengkakan pada mata, bibir,
tangan/kaki sampai pusing dan pingsan.
4. Fotosensitasi. Adalah kepekaan berlebihan terhadap cahaya, karena penggunaan obat
tertentu. Obat yang digunakan untuk tujuan efek lokal seperti tetrasiklin, sering menimbulkan
efek fotosensitasi.
5. Efek Toksik. Efek yang tidak diharapkan namun sering muncul terutama pada saat
pemberian obat dosis tinggi. Sehingga perlu dilakukan pengurangan dosis. Contoh.
Phenytoin. Efek teratogenik dari Thalomide.
c. Adiksi (ketagihan). Bercirikan adanya ketergantungan jasmani, rohani dan bila obat
dihentikan maka akan timbul efek hebat secara fisik dan mental (gejala abstinensi).
Dosis. Takaran pemakaian suatu obat yang tercantum dalam setiap Farmakope. Dosis pemakaian yang
umum digunakan disebut sebagai Dosis Lazim. Pasien dengan kondisi tertentu (gangguan fungsi hati
dan ginjal, lansia, anak-anak, neonatus) memerlukan penyesuaian dosis.
Indeks Terapi
LD 50
Indeks Terapi = ;
ED50
LD 50 = Dosis yang mengakibatkan kematian 50% binatang percobaan
ED 50 = Dosis yang memberikan efek pada 50% binatang percobaan
Indeks Terapi menunjukkan tentang “Jarak Keamanan”
Kombinasi obat
Ada 2 macam kombinasi obat. Antagonis dan Sinergis.
1. Antagonis (berlawanan). Kekuatan obat A dikurangi atau ditiadakan oleh Obat B (A+B= 0)
2. Sinergis (mendukung). Kekuatan Obat A diperkuat oleh obat B (Efek A = 1, Efek B = 2,
maka A+B =3)
Terdapat 2 jenis Efek Sinergis :
a. Adisi : Kekuatan kombinasi kedua obat sama dengan jumlah masing-masing obat
tersebut. Contoh : kombinasi Parasetamol dan Tramadol, Kombinasi Ceftriaxone +
Metronidazole (obat dengan efek farmakologi yang sama)
b. Potensiasi : Kekuatan kombinasi kedua obat lebih besar dari jumlah kedua obat tersebut.
Contoh : Sulfametoksazole-Trimetoprim.
Interaksi Obat
• Terjadi jika efek suatu obat berubah akibat adanya obat lain, makanan atau minuman
• Menghasilkan efek yang dikehendaki ataupun efek yang tidak dikehendaki karena
meningkatnya atau menurunnya kadar obat dalam plasma.
• Interaksi Farmakodinamik adalah interaksi obat yang bekerja pada sistem reseptor yang
sama sehingga muncul efek Aditif, Sinergistik atau antagonistik tanpa merubah kadar plasma
atau profil farmakokinetik lainnya.