Anda di halaman 1dari 6

ETIKA LINGKUNGAN

Nama: Rinata Fitria Sari


Npm : 22140030
Prodi: Teknik Lingkungan

Latar Belakang

Lingkungan adalah ruang yang dimanfaatkan untuk beraktivitas menjalankan kehidupan.


Menurtut Undang-Undang NO. 23 Tahun 1997. Lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, sumber daya, energy, keadaan, dan mahluk hidup dan perilku yang memengaruhi alam itu
sendiri, kelangsungan perkehidupan, dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.

Lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan dan mahluk hidup
lainnya hingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh
dan konsisten hidup. Permasalahan lingkungan hidup merupakan persoalan yang kompleks, sering tidak
mudah untuk diselesaikan karena berbagai konflik kepentingan ekonomi, politik, sosial dan budaya [1]

Kebijakan moral menjadi kunci kita menghargai alam dimana alam juga harus menerima
perlakuan yang seimbang dengan apa yang telah diberikan olehnya. Etika lingkungan atau etika Ekologi
berisikan nilai-nilai keseimbangan dalam kehidupan manusia dengan interaksi dan interdepensi
terhadap lingkungan yang terdiri dari abiotik, dan kultur [2]

Pembahasan

Etika Lingkungan berasal dari dua kata, yaitu Etika dan Lingkungan. Etika berasal dari bahasa
yunani yaitu “Ethos” yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Ada tiga teori mengenai pengertian etika,
yaitu: etika Deontologi, etika Teologi, dan etika Keutamaan. Etika Deontologi adalah suatu tindakan di
nilai baik atau buruk berdasarkan apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban.Etika Teologi
adalah baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan atau akibat suatu tindakan.Sedangkan Etika
keutamaan adalah mengutamakan pengembangan karakter moral pada diri setiap orang.

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi
kelangsungan kehidupan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lain baik secara langsung maupun
secara tidak langsung.Jadi, etika lingkungan merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul
dengan lingkungannya.etika lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut lingkungan
dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga.

Jadi, etika lingkungan merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul


denganlingkungannya.etika lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut lingkungan
dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga.

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan penerapan etika lingkungan
sebagai berikut:
a. Manusia merupakan bagian dari lingkungan yang tidak terpisahkan sehngga perlu menyayangi semua
kehidupan dan lingkungannya selain dirinya sendiri.
b. Manusia sebagai bagian dari lingkungan, hendaknya selalu berupaya untuk emnjaga terhadap
pelestarian , keseimbangan dan keindahan alam.
c. Kebijaksanaan penggunaan sumber daya alam yang terbatas termasuk bahan energy.
d. Lingkungan disediakan bukan untuk manusia saja, melainkan juga untuk makhluk hidup yang lain.

Di samping itu, etika Lingkungan tidak hanya berbicara mengenai perilaku manusia terhadap
alam, namun juga mengenai relasi di antara semua kehidupan alam semesta, yaitu antara manusia
dengan manusia yang mempunyai dampak pada alam dan antara manusia dengan makhluk hidup lain
atau dengan alam secara keseluruhan.

Jenis Jenis Etika Lingkungan


etika Lingkungan disebut juga etika ekologi. etika ekologi selanjutnya dibedakan dan menjadi
dua yaitu etika ekologi dalam dan etika ekologi dangkal. Selain itu etika lingkungan juga dibedakan lagi
sebagai etika pelestarian dan etika pemeliharaan. etika pelestarian adalah etika yang menekankan pada
mengusahakan pelestarian alam untuk kepentingan manusia, sedangkan etika pemeliharaan
dimaksudkan untuk mendukung usaha pemeliharaan lingkungan untuk kepentingan semua makhluk.

a. Etika Ekologi Dangkal


etika ekologi dangkal adalah pendekatan terhadap lingkungan yang menekankan bahwa
lingkungan sebagai sarana untuk kepentingan manusia, yang bersifat antroposentris. etika
ekologi dangkal ini biasanya diterapkan pada filsafat rasionalisme dan humanisme serta ilmu
pengetahuan mekanistik yang kemudian diikuti dan dianut oleh banyak ahli lingkungan.
kebanyakan para ahli lingkungan ini memiliki pandangan bahwa alam bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Secara umum, etika ekologi dangkal ini menekankan hal-hal berikut ini:
1. manusia terpisah dari alam.
2.mengutamakan hak-hak manusia atas alam tetapi tidak menekankan tanggung jawab manusia.
3.mengutamakan perasaan manusia sebagai pusat keprihatinannya.
kebijakan dan manajemen sumber daya alam untuk kepentingan manusia.
4.norma utama adalah untung rugi.
5.mengutamakan rencana jangka pendek.
6.Pemecahan krisis ekologis melalui pengaturan jumlah penduduk khususnya dinegara miskin.
7.menerima secara positif pertumbuhan ekonomi.

b. Etika ekologi Dalam


etika ekologi dalam adalah pendekatan terhadap lingkungan yang melihat pentingnya
memahami lingkungan sebagai keseluruhan kehidupan yang saling menopang, sehingga semua
unsur mempunyai arti dan makna yang sama. etika ekologi ini memiliki prinsip yaitu bahwa semua
bentuk kehidupan memiliki nilai bawaan dan karena itu memiliki hak untuk menuntut penghargaan
karena harga diri, hak untuk hidup dan hak untuk berkembang. Premisnya adalah bahwa lingkungan
moral harus melampaui spesies manusia dengan memasukkan komunitas yang lebih luas. komunitas
yang lebih luas disini maksudnya adalah komunitas yang menyertakan binatang dan tumbuhan serta
alam.

Secara umum etika ekologi dalam ini menekankan hal-hal berikut :


1. manusia adalah bagian dari alam.
2. menekankan hak hidup mahluk lain, walaupun dapat dimanfaatkan oleh manusia, tidak boleh
diperlakukan sewenang-wenang.
3. Prihatin akan perasaan semua mahluk dan sedih kalau alam diperlakukan sewenang-wenang.
4. kebijakan manajemen lingkungan bagi semua mahluk.
5. Alam harus dilestarikan dan tidak dikuasai.
6. Pentingnya melindungi keanekaragaman hayati.
7. menghargai dan memelihara tata alam.
8. mengutamakan tujuan jangka panjang sesuai ekosistem.
9. mengkritik sistem ekonomi dan politik dan menyodorkan sistem alternatif yaitu sistem
mengambil sambil memelihara.

Demikian pembagian etika lingkungan, keduanya memiliki beberapa perbedaan-


perbedaan seperti diatas. Tetapi bukan berarti munculnya etika lingkungan ini memberi jawab
langsung atas pertanyaan mengapa terjadi kerusakan lingkungan. namun paling tidak dengan
adanya gambaran etika lingkungan ini dapat sedikit menguraikan norma-norma mana yang
dipakai oleh manusia dalam melakukan pendekatan terhadap alam ini. dengan demikian etika
lingkungan berusaha memberi sumbangan dengan beberapa norma yang ditawarkan untuk
mengungkap dan mencegah terjadinya kerusakan lingkungan.

Teori Etika Lingkungan

1. Teori Antroposentrisme
Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat dari
sistem alam semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling penting menentukan dalam
tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitannya dengan alam, baik secara
langsung, maupun tidak langsung. nilai tertinggi adalah manusia, dan kepentinganya, hanya manusia
yang mempunyai nilai sehingga mendapat perhatian alam akan mendapat perhatian sejauh menunjang
dan demi kepentingan manusia
Teori ini hanya memlihat alam sebagai obyek, alat, dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan
kepentingan manusia alam hanya alat bagi pencapaian tujuan manusia, alam tidak memiliki nilai pada
dirinya sendiri etika hanya berlaku bagi manusia, segala tuntutan mengenai perlunya kewajiban dan
tanggung jawab moral manusia terhadap lingkungan hidup dianggap sebagai berlebihan, tidak relevan,
dan tidak pada tempatnya

2. Teori Biosentrisme
Teori biosentrisme menolak argumen teori antroposentrisme, menurut teori biosentrisme tidak
benar bahwa hanya manusia yang memiliki nilai alam juga memiliki nilai pada dirinya sendiri lepas dari
kepentingan manusia alam semesta adalah sebuah komunitas moral, dimana setiap kehidupan dalam
alam semesta ini, baik manusia ataupun bukan manusia, sama-sama memiliki moral seluruh kehidupan
di alam semesta sesungguhnya membentuk sebuah komunitas moral sebagai konsekuensinya,
kehidupan makhluk apa pun pantas dipertimbangkan secara serius dalam setiap keputusan, dan
tindakan moral, bahkan lepas dari perhitungan untung-rugi bagi kepentingan manusia
Menurut beosentrisme, sumber daya alam seperti air, udara, lahan,minyak, ikan, hutan, dan
lain-lain adalah sumber daya yang penting bagi kelangsungan hidup manusia Hilang atau berkurangnya
ketersediaan sumber daya alam tersebut berdampak sangat besar bagi kelangsungan hidup umat
manusia di muka bumi ini Manusia tidak dapat hidup tanpa udara, dan air. Demikian pula sumber daya
alam yang lain misalnya hutan, ikan, dan lain sebagainya adalah sumber daya alam yang tidak saja
mencukupi kebutuhan hidup manusia namun juga memberikan kontribusi yang cukup besar bagi suatu
bangsa.

3. Teori Ekosentrisme
Ekosentrisme Berkaitan dengan etika lingkungan yang lebih luas. Berbeda dengan biosentrisme
yang hanya memusatkan pada etika pada biosentrisme, pada kehidupan seluruhnya, ekosentrisme
justru memusatkan etika pada seluruh komunitas ekologis, baik yang hidup maupun tidak. Karena secara
ekologis, makhluk hidup dan benda-benda abiotis lainnya saling terkait satu sama lain. Oleh karenanya,
kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada makhluk hidup. Kewajiban dan tanggung
jawab moral yang sama juga berlaku terhadap semua realitas ekologis.

4. Teori Egosentris
Etika yang mendasarkan diri pada berbagai kepentingan individu (self). Egosentris didasarkan
pada keharusan individu untuk memfokuskan diri dengan tindakan apa yang dirasa baik untuk dirinya.
Egosentris mengklaim bahwa yang baik bagi individu adalah baik untuk masyarakat. Orientasi etika
egosentris bukannya mendasarkan diri pada narsisisme, tetapi lebih didasarkan pada filsafat yang
menitikberatkan pada individu atau kelompok privat yang berdiri sendiri secara terpisah seperti “atom
sosial” (J. Sudriyanto, 1992:4). Inti dari pandangan egosentris ini, Sonny Keraf (1990:31) menjelaskan:
Bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar kepentingan pribadi dan
memajukan diri sendiri Dengan demikian, etika egosentris mendasarkan diri pada tindakan manusia
sebagai pelaku rasional untuk memperlakukan alam menurut insting “netral”. Hal ini didasarkan pada
berbagai pandangan “mekanisme” terhadap asumsi yang berkaitan dengan teori sosial liberal.

5. Etika Hemosentris
Etika homosentris mendasarkan diri pada kepentingan sebagian masyarakat. Etika ini
mendasarkan diri pada berbagai model kepentingan sosial dan pendekatan antara pelaku lingkungan
yang melindungi sebagian besar masyarakat manusia. Etika homosentris sama dengan etika
utilitarianisme, jadi, jika etika egosentris mendasarkan penilaian baik dan buruk suatu tindakan itu pada
tujuan dan akibat tindakan itu bagi individu, maka etika utilitarianisme ini menilai baik buruknya suatu
tindakan itu berdasarkan pada tujuan dan akibat dari tindakan itu bagi sebanyak mungkin orang. Etika
homosentris atau utilitarianisme ini sama dengan universalisme etis. Disebut universalisme karena
menekankan akibat baik yang berguna bagi sebanyak mungkin orang dan etis karena ia menekankan
akibat yang baik. Disebut utilitarianisme karena ia menilai baik atau buruk suatu tindakan berdasarkan
kegunaan atau manfaat dari tindakan tersebut (Sonny Keraf, 1990:34).

6. Etika Ekosentris
Etika ekosentris mendasarkan diri pada kosmos. Menurut etika ekosentris ini, lingkungan secara
keseluruhan dinilai pada dirinya sendiri. Etika ini menurut aliran etis ekologi tingkat tinggi yakni deep
ecology, adalah yang paling mungkin sebagai alternatif untuk memecahkan dilema etis ekologis.
Menurut ekosentrisme, hal yang paling penting adalah tetap bertahannya semua yang hidup dan yang
tidak hidup sebagai komponen ekosistem yang sehat, seperti halnya manusia, semua benda kosmis
memiliki tanggung jawab moralnya sendiri (J. Sudriyanto, 1992:243) Menurut etika ini, bumi
memperluas berbagai ikatan komunitas yang mencakup “tanah, air, tumbuhan dan binatang atau secara
kolektif, bumi”. Bumi mengubah perah “homo sapiens” dari makhluk komunitas bumi, menjadi bagian
susunan warga dirinya. terdapat rasa hormat terhadap anggota yang lain dan juga terhadap komunitas
alam itu sendiri (J. Sudriyanto, 1992:2-13). Etika ekosentris bersifat holistik, lebih bersifat mekanis atau
metafisik. Terdapat lima asumsi dasar yang secara implisit ada dalam perspektif holistik ini, J. Sudriyanto
(1992:20) menjelaskan: Segala sesuati itu saling berhubungan.
7. Teosentrisme
Teosentrisme merupakan teori etika lingkungan yang lebih memperhatikan lingkungan secara
keseluruhan, yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan. Pada teosentrism, konsep etika
dibatasi oleh agama (teosentrism) dalam mengatur hubungan manusia dengan lingkungan. Untuk di
daerah Bali, konsep seperti ini sudah ditekankan dalam suatu kearifan lokal yang dikenal dengan Tri Hita
Karana (THK), dimana dibahas hubungan manusia dengan Tuhan (Parahyangan), hubungan manusia
dengan manusia (Pawongan) dan hubungan manusia dengan lingkungan (Palemahan).

8. Teori Nikomakea
Teori Nikomakea (bahasa Inggris: ‘Nicomachean Ethics’), atau Ta Ethika, adalah karya Aristoteles
tentang kebajikan dan karakter moral yang memainkan peranan penting dalam mendefinisikan etika
Aristoteles. Kesepuluh buku yang menjadi etika ini didasarkan pada catatan-catatan dari kuliah-
kuliahnya di Lyceum dan disunting atau dipersembahkan kepada anak lelaki Aristoteles, Nikomakus.
Teori Nikomakea memusatkan perhatian pada pentingnya membiasakan berperilaku bajik dan
mengembangkan watak yang bajik pula. Aristoteles menekankan pentingnya konteks dalam perilaku
etis, dan kemampuan dari orang yang bajik untuk mengenali langkah terbaik yang perlu diambil.
Aristoteles berpendapat bahwa eudaimonia adalah tujuan hidup, dan bahwa ucaha mencapai
eudaimonia, bila dipahami dengan tepat, akan menghasilkan perilaku yang bajik.

9. Zoosentrisme
Zoosentrisme adalah etika yang menekankan perjuangan hak-hak binatang, karenanya etika ini
juga disebut etika pembebasan binatang. Tokoh bidang etika ini adalah Charles Brich. Menurut etika ini,
binatang mempunyai hak untuk menikmati kesenangan karena mereka dapat merasa senang dan harus
dicegah dari penderitaan. Sehingga bagi para penganut etika ini, rasa senang dan penderitaan binatang
dijadikan salah satu standar moral. Menurut The Society for the Prevention of Cruelty to Animals,
perasaan senang dan menderita mewajibkan manusia secara moral memperlakukan binatang dengan
penuh belas kasih.

10. Antroposentris
Antroposentris yang menekankan segi estetika dari alam dan etika antroposentris yang
mengutamakan kepentingan generasi penerus. Etika ekologi dangkal yang berkaitan dengan
kepentingan estetika didukung oleh dua tokohnya yaitu Eugene Hargrove dan Mark Sagoff. Menurut
mereka etika lingkungan harus dicari pada aneka kepentingan manusia, secara khusus kepentingan
estetika. Sedangkan etika antroposentris yang mementingkan kesejahteraan generasi penerus
mendasarkan pada perlindungan atau konservasi alam yang ditujukan untuk generasi penerus manusia.
Etika yang antroposentris ini memahami bahwa alam merupakan sumber hidup manusia. Etika ini
menekankan hal-hal berikut ini : Manusia terpisah dari alam, Mengutamakan hak-hak manusia atas alam
tetapi tidak menekankan tanggung jawab manusia. Mengutamakan perasaan manusia sebagai pusat
keprihatinannya Kebijakan dan manajemen sunber daya alam untuk kepentingan manusia Norma utama
adalah untung rugi. Mengutamakan rencana jangka pendek. Pemecahan krisis ekologis melalui
pengaturan jumlah penduduk khususnya dinegara miskin Menerima secara positif pertumbuhan
ekonomi.

Beberapa prinsip etika lingkungan menurut Keraf (2002; 143-160), sebagai berikut:
1. Sikap hormat terhadap alam (respect for nature)
2. Prinsip tanggung jawab (moral reponbility for nature)
3. Soladaritas kosmis (cosmic solidarity)
4. Prinsip kasih sayang dan keperdulian terhadap alam ( caring for
nature)
5. Prinsip tidak merugikan (no harm)
6. Prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam
7. Prinsip keadilan
8. Prinsip demokrasi
9. Prinsip integritas moral

Kesimpulan

Berdasarkan uraian bahasan di atas mengenai “etika lingkungan” maka di peroleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. unsur etika lingkungan adalah etika ekologi
2. ada 10 teori etika lingkungan yaitu teori Antroposentrisme, Teori Biosentrisme, Teori Ekosentrisme,
Teori Egosentris, Etika Hemosentris, Etika Ekosentris, Teosentrisme, Teori Nikomakea, Zoosentrisme,
Antroposentris.
3. terdapat 9 prinsip etika lingkungan
4. etika ekologi dangkal adalah pendekatan terhadap lingkungan yang menekankan bahwa
lingkungan sebagai sarana untuk kepentingan manusia, sedangkan etika ekologi dalam adalah
pendekatan terhadap lingkungan yang melihat pentingnya memahami lingkungan sebagai
keseluruhan kehidupan.
5. etika lingkungan disebut juga etika ekologi. etika ekologi dibedakan menjadi etika ekologi
dangkal dan etika ekologi dalam.
6. etika lingkungan merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan
lingkungannya.etika lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut lingkungan
dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga.
7. manusia adalah bagian dari lingkungan yang tidak bisa dipisahkan, maka diperlukan menjaga,
menyanyangi, dan melestarikan lingkungan. !arena lingkungan ini diciptakan tidak hanya untuk
manusia saja, tetapi seluruh komponen alam di dunia ini.

Daftar pustaka

https://dlhk.bantenprov.go.id/upload/dokumen/ETIKA LINGKUNGAN.pdf

https://www.academia.edu/30005645/Etika_Lingkungan

https://repository.ump.ac.id/3572/3/MULASIH - BAB II.pdf

https://www.academia.edu/31943700/Teori_Etika_Lingkungan

https://dlh.slemankab.go.id/teori-teori-lingkungan-hidup/

https://www.academia.edu/26076994/Makalah_etika_lingkungan

https://www.academia.edu/30005645/Etika_Lingkungan

Anda mungkin juga menyukai