Anda di halaman 1dari 71

PETUNJUK PRAKTIKUM

FISIKA DASAR I

Penulis

Ramli, S.Pd, M.Si


Yulkifli, S.Pd, M.Si

Editor
Dra. Hellen.A, M.Pd

PENERBIT
IAIN IMAM BONJOL
PETUNJUK PRAKTIKUM
FISIKA DASAR I

Penulis

Ramli, S.Pd, M.Si


Yulkifli, S.Pd, M.Si

Editor:
Dra. Hellen. A, M.Pd

PENERBIT
IAIN IMAM BONJOL PADANG

i
KATA PENGANTAR

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, penyusunan buku Petunjuk Praktikum
Fisika Dasar 1 dapat penulis selesaikan. Maksud dari penyusunan buku ini adalah untuk
memenuhi kebutuhan mahasiswa akan buku petunjuk praktikum dalam mempelajari Fisika
Dasar 1.

Buku petunjuk ini berisi tentang petunjuk percobaan yang dilakukan di Laboratorium,
untuk mahasiswa yang mengambil mata kuliah Fisika Dasar 1. Dengan adanya buku petunjuk
ini diharapkan dapat memberikan latihan pada mahasiswa dalam menerapkan metode ilmiah,
serta memperdalam pemahaman mahasiswa terhadap teori yang mereka pelajari pada mata
kuliah Fisika Dasar 1.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih pada Tim Dosen Mata
Kuliah Fisika Dasar jurusan Fisika FMIPA UNP. Semoga bantuan dan dorongan moril yang
diberikan mendapat pahala di sisi Tuhan. Peulis menyadari bahwa buku petunjuk ini masih
belum sempurna, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima saran-
saran untuk kesempurnaan buku ini.

Penulis

ii
PENGANTAR EDITOR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, penyusunan buku petunjuk


pratikum Fisika Dasar I telah selesai dengan baik.

Terimakasih banyak kami ucapkan kepada penulis dan seluruh pihak yang terlibat
dalam penyelasian buku petunjuk ini. Buku Petunjuk ini khusus digunakun dikalangan
mahasiswa jurusan Tadris Prodi Pendidikan Fisika dilingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN
Iman Bonjol Padang.

Semoga buku petunjuk praktikum ini dapat memperlancarkan kegiatan praktikum


Fisika Dasar I di Laboratorium Fisika Dasar Fakultas Tarbiyah IAIN Bonjol Padang.

Editor

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

PENGANTAR EDITOR iii

Daftar Isi iv

Modul I. Pengukuran dan Ketidakpastian 1

Modul II. Rambatan Ketidakpastian 18

Modul III. Bidang Miring 26

Modul IV. Meja Gaya 33

Modul V. Bandul Fisis 38

Modul VI. Pesawat Atwood 46

Modul VII. Koefisien Kekentalan Zat Cair 53

Modul VIII. Kalorimeter 62

iv
MODUL 1
PENGUKURAN

A. TUJUAN
1. Mampu menggunakan beberapa alat ukur dasarMeans
2. Mampu menentukan ketidakpastian dari pengukuran tunggal dan berulang
3. Mengerti tentang angka berarti

B. TEORI
1. Pendahuluan
Definisi dari pengukuran adalah kegiatan membandingkan ukuran fisis suatu
benda atau gejala dengan satuannya, menggunakan alat ukur. Setiap pengukuran
selalu dikuti oleh ketidakpastian (error) Penyebabnya antara lain adalah adanya
nilai skala terkecil (nst) alat ukur, kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol,
kesalahan pegas, adanya gesekan, kesalahan paralaks, fluktuasi parameter
pengukuran, kondisi lingkungan tempat melakukan pengukuran serta keterampilan
pengamat.
Ketidakpastian pengukuran mempengaruhi nilai sebenarnya dari suatu besaran
yang diukur. Makin kecil ketidakpastian, makin teliti pengukuran yang dilakukan
yang berarti makin mendekati nilai sebenarnya nilai besaran yang diukur.
2. Mutu Hasil Pengukuran
Salah satu faktor yang sangat menentukan sehingga fisika dapat maju dan
berkembang dengan pesat, adalah mutu hasil pengukuran yang tinggi. Artinya
gajala yang dijelaskan melalui hasil pengukuran, tidak jauh berbeda dengan nilai
yang sebenarnya . Mutu hasil pengukuran ditentukan oleh berbagai faktor. yaitu
menyangkut mutu alat ukur, ketepatan cara mengamati hasil pengukuran, kondisi
lingkungan tempat melakukan pengukuran, dan cara menyampaikan hasil
pengukuran.
a. Mutu Alat Ukur
Mutu alat ukur yang dimaksud disini adalah menyangkut : ketepatan
(akurasi) , ketelitian (presisi), kepekaan (sensitivitas), daya pisah (resolusi)
dan kesalahan (ketidakpastian) dari hasil pengukuran

1
1) Ketepatan (akurasi), yaitu menyatakan seberapa dekat angka yang terbaca
pada alat ukur dengan nilai yang sebenarnya dari besaran yang diukur.
Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang tepat, diperlukan alat ukur
yang mempunyai ketepatan yang tinggi.
2) Ketelitian (presisi) , yaitu menyatakan berapa dekat nilai baca alat ukur
menunjukkan angka yang sama dari pengukuran suatu gejala walaupun
pengukuran dilakukan berkali-kali dengan waktu dan kondisi yang
berbeda.
3) Kepekaan (sensitivitas), menyangkut seberapa tanggap /pekanya alat ukur
terhadap gejala yang diukur. Alat ukur yang mempunyai kepekaan tinggi
akam memberikan respon yang besar terhadap gejala, walaupun perubahan
gejala sangat kecil.
4) Daya pisah (resolusi) yaitu menyatakan bahwa perubahan terkecil dari
besaran yang diukur, maka alat ukur masih memberikan hasil
pengukurannya
5) Kesalahan (ketidakpastian), yaitu menyatakan seberapa besar simpangan
terhadap nilai yang sebenarnya dari besaran yang diukur
b. Ketepatan Cara Mengamati
Dengan menggunakan alat ukur yang bermutu tinggi saja, belum
menjamin sepenuhnya mutu hasil pengukuran. Cara pengamatan dalam
membaca skala hasil pengukuran juga sangat menentukan terhadap hasil yang
dicapai. Kesalahan dalam cara membaca skala pengukuran disebut kesalahan
paralaks.
Untuk mendapatkan hasil pengukuran dengan kesalahan paralaks sekecil
mungkin, maka disarankan dalam membaca skala pada alat ukur, kedudukan
mata haruslah segaris dengan jarum penunjuk atau skala yang diamati, seperti
yang diperlihatkan pada Gambar 1.1:

2
Gambar 1.1. Kesalahan Paralaks

c. Kondisi Lingkungan Tempat Mengukur


Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang bermutu tinggi, juga harus
diperhatikan kondisi lingkungan tempat mengukur, terutama dalam
menggunakan alat ukur yang peka terhadap gejala lingkungan yang tidak
dikehendaki dari pengukuran. Sebagai contoh dalam pengukuran berbagai
gejala listrik dengan menggunakan osiloskop, sebaiknya tidak dilakukan
dalam ruangan yang terdapat getaran karena osiloskop ini sangat peka
terhadap getaran listrik dan mekanik.
d. Cara Menyampaikan Hasil Pengukuran
Yang tidak kalah pentingnya dan ikut mementukan mutu hasil pengukuran
adalah cara menyampaikan hasil pengukuran. Pengukuran yang dilakukan
berulang kali jauh lebth baik dari pengukuran yang dilakukan hanya 1 kali
saja. Akan tetapi ada kalanya kita hanya bisa melakukan pengukuran 1 kali
saja, karena untuk melakukan pengukuran berikutnya gejala tersebut telah
berubah seiring dengan perubahan waktu.

3. Nilai Skala Terkecil dan Noninus


Setiap alat ukur memiliki suatu nilai skala, yang tidak bisa dibagi lagi. Nilai skala
ini yang dinamakan Nilai Skala Terkecil (NST) dari alat ukur. Ketelitian
pengukuran yang kita lakukan bergantung pada nst ini. Dalam Gambar 1.2
diperlihatkan skala pada penggaris, biasanya disebut dengan skala utama.

3
Gambar 1.2. Skala utama dari mistar
Terlihat NST dari mistar adalah 0,1 cm.
Untuk membantu pengukuran yang lebih teliti, pada beberapa alat ukur seperti
jangka sorong dan mikrometer sekrup, dilengkapi dengan skala nonius.
Umumnya, terdapat pembagian skala utama dengan skala nonius, akibatnya garis
skala titik nol dan titik maksimum skala nonius berimpit dengan skala utama.
Cara membaca hasil pengukuran pada alat ukur yang memiliki skala nonius
adalah sebagai berikut:
Misalkan pembagian skala utama dan skala nonius dari alat ukur adalah
M skala utama = N skala nonius, (M<N) dan posisi skala nonius yang
berimpit dengan skala utama adalah N). Hasil pembacaan pengukuran di cari
dengan rumus berikut ini:

(1.1)

Pelajari contoh dibawah ini!

Langkah-langkah pembacaan pengukuran dengan alat ukur yang memiliki nonius.

 Tentukan NST dari nonius


 Tentukan M dan N dengan cara membuat kedudukan titik nol skala nonius
berimpit dengan skala utam sebelum pengukuran, seperti Gambar 1.3.a

Gambar 1.3.a. Kedudukan titik nol nonius berimpit dengan skala utama sebelum
pengukuran

4
Dari Gambar1-3.a diperoleh:

NSTnonius = 0,1 satuan

M = 9 dan N = 10

 Misalnya saat melakukkan pengukuran kedudukan skala nonius dan skala


utam seperti Gambar 1.3.b. amati hasil pembacaan skala utama tanpa nonius
lalu amati pula posisi skala nonius yang berimpit dengan skala utama, dari sini
diperoleh N1 .

Skala nonius

Kedudukan skala nonius yang berimpit dengan skala utama

Gambar 1.3.b. Kedudukan titik nol nonius berimpit dengan skala utama
sebelum pengukuran

Dari gambar1.3.b. diperoleh hasil pembacaan skala utama tanpa nonius adalah
1,0 satuan, dan N1 = 3. Hasil pembacaan pengukuran adalah:

4. Alat Ukur Dasar


Alat ukur dasar yang akan dipelajari dalam modul ini adalah jangka sorong,
mikrometer sekrup, neraca teknis, penggaris, stopwatch, dan termometer.
4.1 Mistar
Mistar merupakan alat ukur panjang, seperti untuk mengukur panjang kertas
HVS. Mistar hanya memiliki skala utama. Mistar ada yang memiliki batas
ukur 30cm, 100 cm, (seperti mistar plastik dan mistar logam) dan 300 cm
(seperti mistar gulung).
Skala utama pada mistar dapat dilihat dalam Gambar 1.2 di atas.

5
4.2 Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat ukur besaran fisis panjang, yang memiliki skala
utama dan skala nonius seperti Gambar 1.4. Jangka sorong digunakan untuk
mengukur panjang tabung reaksi, diameter luar dan diameter luar tabung
reaksi. Untuk menentukan hasil pembacaan pengukuran dari jangka sorong
digunakan persamaan (1) di atas.

Skala nonius

Gambar 1.4. Skala utama dan skala nonius

4.3 Mikometer Sekrup


Mikrometer sekrup juga memiliki skala utam dan skala nonius seperti
Gambar 1-5. Mikrometer sekrup biasanya digunakan untuk mengukur tebal
dari benda yang tipis seperti tebal kertas, tebal karton dan lainnya.
Mikrometer skrup merupakan alat ukur panjang dengan tingkat ketelitian
sampai 0,01 mm dan batas ukur maksimum 25 mm yang terbagi dalam 50
skala utama, sehingga skala utamanya mempunyai nst 25/50 mm = 0,5 mm.
Noniusnya berupa skala putar yang terdiri dari 50 skala untuk 1 kali putaran
dengan pergeseran skala utama sebanyak 1 skala (0,5 mm) sehingga tingkat
ketelitian mikrometer sekrup adalah 0,5 mm/50 = 0,01 mm. Mikrometer

6
sekrup dapat digunakan untuk mengukur ketebalan benda-benda yang tipis
seperti uang logam, kertas, plat dsb.

Gambar 1.4. Mikrometer Sekrup

Misalkan dari satu hasil pengukuran terhadap suatu materi kedudukan skala
utama dan skala nonius mikrometer sekrup adalah seperti ditunjukkan pada
gambar dibawah ini

Berarti hasil pengukuran adalah:

H = (15×0,5 mm)+(11×0,01 mm)=7,61 mm

4.4 Neraca Teknis


Neraca teknis merupakan alat ukur massa. Neraca teknis yang digunakan
dalam modul ini adalah Neraca Ohaus tipe: 310 g atau 2160 g. Skemanya
diperlihatkan dalam Gambar 1.6.

7
Gambar 1.5 Neraca Teknis

Pada neraca teknis tipe 310 g terdapat empat beban yang bisa digeser
yaitu; 0 s/d gram ; 0 s/d 10 gram 0 s/d 100 gram; 0 s/d 200 gram.

Besarnya gaya grafitasi yang bekerja pada benda dikenal dengan istilah berat
benda. Merupakan hasil perkalian antara massa benda dengan percepatan
grafitasi bumi. W = mg. Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur berat
benda adalah seperti neraca pegas.

Gambar 1.6 Neraca Pegas

4.5 Stopwacth
Stopwacth merupakan alat ukur waktu, lebih tepatnya selang waktu antara
dua kejadian atau peristiwa fisis yang diamati. Stopwacth dapat diaktifkan dan
dinon aktifkan (dimatikan). Ketika memulai suatu pengukuran stopwacth
diaktifkan, dan setelah pengukuran selesai stopwacth dinonaktifkan waktu
yang ditunjukan stopwacth merupakan selang waktu dari pengukuran kita.
Stopwacth terbagi dua jenis yakni; stopwacth analog dan stopwacth
digital. Stopwacth analog mempunyai jarum pendek dan jarum panjang.
Gerakan jarum panjang menunjukkan waktu dalam detik, sedangkan jarum
pendek menunjukan waktu dalam menit. Pembacaan waktu pada stopwacth

8
digital langsung terbaca berupa angka yang ditampilkan pada display di badan
stopwacth.
Stopwacth digital memiliki ketelitian yang lebih baik dari pada stopwacth
analog. Stopwacth analog memiliki ketelitian sebesar 0,1 detik sedangkan
stopwacth digital memiliki ketelitian sebesar 0,01 detik.

4.6 Termometer
Termometer terbagi atas termometer analog (raksa dan alkohol) dan
termometer digital. Dalam modul ini kita kan menggunakan termometer raksa
dengan rentangan sakala -10 - 110 . Bentuk fisik termometer raksa dapat
diperhatikan dalam Gambar 1.8.

Gambar 1.7 Termometer raksa

5. Ketidakpastian Pengukuran
5.1 Pengukuran Tunggal
Apabila pengukuran dilakukan sekali saja atau tunggal, maka hasil pengukuran
dilaporkan dengan cara;
(1.2)

Dengan;
X = besaran fisis yang diukur (misalnya panjang, waktu, massa dan besaran
fisis lain)
x = angka yang terbaca pada alat ukur
x = ketidakpastian mutlak (KM)

Ketidakpastian mutlak pada pengukuran tunggal adalah;


⁄ NST (1.3)

9
5.2 Pengukuran Berulang
Pengukuran berulang akan menghasilkan sekumpulan data. Oleh sebab itu
hasil pengukuran berulang dilaporkan dengan cara sebagai berikut:
̅ (1.4)
Dengan: ̅ = rata-rata dari kumpulan data
= ketidakpastian pengukuran

Rata-rata dari kumpulan data dicari dengan cara:


̅ (1.5)

Jika pengukuran dilakukan dengan jumlah pengulangan 1<N<5, maka


ketidakpastiannya ditentukan dari:

(1.6)

Dengan: Rentangan data = data tertinggi – data terendah

Pada pengukuran berulang dengan jumlah pengulangan cukup sering,


ketidakpastian ditentukan dengan standar deviasi (s) dari kumpulan data. Jadi,
∑ ∑
√ (1.7)

Dengan:
N = jumlah data dari pengukuran berulang
= data ke-i
∑ = jumlah data kuadrat
∑ = jumlah data kuadrat semua data

Hasil pengukuran, baik pengukuran tunggal maupun pengukuran berulang,


dapat pula dilaporkan menggunakan ketidakpastian relatif (KR).
Ketidakpastian relatif dicari dengan cara sebagai berikut:

(1.8)

10
Hasil pengukuran yang dilaporkan menggunakan KR yakni:
[ ] (1.9)

6. Angka Berarti
Angka berarti (AB menunjukkan jumalh digit angka yang akan dilaporkan pada
hasil akhir pengukuran. Angka berarti dengan Kesalahan Relatif (KR). Aturan
praktis yang menghubungkan antara KR dan AB adalah:
AB = 1 – log (KR) (1.10)

Contoh penggunaan AB dalam pengukuran diberikan dalam tabel dibawah ini;


Tabel 1.1 Cara melaporkan Angka Berarti
Nilai yang terukur KR Jumalah AB Hasil Penulisan
0,1 4 (1,202±0,001) ×103
1,202×103 1 3 (1,202±0,01) ×103
10 2 (1,202±0,1) ×103

C. ALAT DAN BAHAN


1. Mistar
2. Jangka Sorong
3. Mikrometer Sekrup
4. Neraca Ohauss
5. Stopwacth (analog dan digital)
6. Tabung reaksi
7. Plat aluminium/karton
8. Beker glass
9. Termometer raksa

D. TUGAS DAN PENDAHULUAN


1. Apa yang dimaksud dengan pengukuran? dan jelaskan juga alasanmu, kenapa
dalam fisika kegiatan pengukuran merupakan suatu hal yang sangat penting.
2. Sebutkan faktor-faktor yang menentukan mutu hasil pengukuran.

11
3. Apa yang dimaksud dengan : ketepatan (akurasi), ketelitian (presisi), kepekaan
(sensitivitas), daya pisah (resolusi) dan kesalahan (ketidak pastian) dari hasil
pengukuran, jelaskan masing masingnya.
4. Apa yang dimaksud dengan kesalahan paralaks? dan bagaimana cara
mengatasinya
5. Alat ukur mempunyai nilai skala. Apa yang dimaksud dengan skala alat ukur ?
Apa itu nst? dan apa konsekuensi adanya nst alat ukur umumnya tidak kurang dari
1mm ?
6. Data hasil pengukuran terhadap kedalaman tabung reaksi dengan menggunakan
jangka sorong yang memiliki 10 bagian skala nonius terbagi dalam 9 skala utama
adalah sebagai berikut : 140,2 mm, 141,1 mm, 140,0 mm, 140,3 mm 141,0 mm,
139,9 mm, 141,0 mm, 140,2 mm 140,3 mm dan 140, 3 mm. Carilah hasil
pengukuran yang harus dilaporkan menurut aturan pengukuran dan angka penting.

E. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Tentukan NST dari alat ukur di bawah ini:
a. Mistar
b. Jangka sorong
c. Mikrometer sekrup
d. Neraca Ohauss
e. Stopwach
f. Termometer raksa
2. Lakukan pengukuran masing-masingsatukalidengan alat ukur yang tepat untuk
objek-objek dibawah ini, dan nyatakan hasil pengukuran Anda berserta
ketidakpastian mutlaknya dan ketidakpastian relatifnya serta angka penting yang
digunakan.
a. panjang kotak jangka sorong
b. diameter dalam tabung reaksi
c. diameter luar tabung reaksi
d. kedalaman tabung reaksi
e. tebal plat aluminium
3. Lakukan pengukuran sebanyak 5 kali untuk objekobjek di bawah ini, nyatakan
hasil pengukuran Anda berserta ketidakpastian mutlaknya dan ketidakpastian
relatifnya serta angka penting yang digunakan.

12
a. panjang kotak jangka sorong
b. diameter dalam tabung reaksi
c. diameter luar tabungreaksi
d. suhu air dalam beker glass
4. Lakukan pengukuran sebanyak 10 kali untuk objekobjek di bawah ini, nyatakan
hasil pengukuran Anda berserta ketidakpastian mutlaknya dan ketidakpastian
relatifnya serta angka penting yang digunakan.
a. kedalaman tabung reaksi
b. tebal plat aluminium

F. PENGOLAHAN DATA
Lakukanlah pengolahan data untuk mencari nilai rata-rata dan ketidakpastian dari
pengukuran berulang, yaitu untuk N=5 dan N=10 di atas. Laporkan hasil pengukuran
menurut aturan angka penting beserta ketidakpastian mutlak dan ketidakpastian
relatif-nya.

G. TUGAS AKHIR
1. Bandingkanlah NST antara mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup.
Nyatakanlah kesimpulan anda.
2. Bandingkan hasil pengukuran tunggal dengan hasil pengukuran berulang untuk
objek pengukuran yang sama, nyatakan kesimpulan Anda.
3. Sebutkan, kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi selama pengukuran.

H. DAFTAR PUSTAKA
Kirkup, L. 1994. Exsperimental Methods. Jhon Wiley&Son, Singapore.
Cicero, H.Bernard , Chirold D.EEP, (1995) Laboratory Experiments in College
Physics, John Willey&Sons Inc.New York
Laboratorium Fisika Dasar ITB,(2002), Modul Praktikum Fisika Dasar 1, Penerbit
ITB, Bandung.
Laboratorium Fisika Dasar FMIPA UNP (2004), Modul Praktikum Fisika Dusar 1.
Tidak diterbitkan

13
TABEL DATA
Tabel 1. NST beberapa alat ukur

No Alat Ukur NST


1 Mistar
2 Jangka sorong
3 Mikrometer sekrup
4 Neraca Ohauss
5 Stopwacth
6 Termometer raksa

Tabel 2. Pengukuran tunggal

Alat ukur Hasil Jumlah


NST alat KR
No Objek yang Pengukuran angka KM
ukur (%)
tepat X = x±Δx penting
Panjang
Kotak
1
Jangka
Sorong
Diameter
dalam
2
tabung
reaksi
Diameter
3 luar tabung
reaksi
Kedalaman
4 tabung
reaksi

Tebal plat
5
aluminium

14
6 Suhu Air

Tabel 3 Pengukuran berulang (N=5)

Diameter dalam
Panjang kotak Diameter luar tabung
No tabung reaksi Suhu air (xi)
jangka sorong (xi) reaksi (xi)
(xi)

∑ xi = ∑ xi = ∑ xi =
N=5 ∑ xi = ...................
................... ................... ...................

Tabel 4.Pegukuran berulang (N=10)

Data Objek yang diukur


ke-i Kedalaman tabung reaksi Tebal Plat aluminium
1
2
3
4
5
6
7
8
9

15
10
N=10 ∑ xi = ................... ∑ xi = ...................

16
Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian
malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan)
yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari
langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah
mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam
binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan
antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-
tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti
(Albaqarah: 164)

17
MODUL 2
RAMBATAN KETIDAKPASTIAN;
Pengukuran Massa Jenis

A. TUJUAN
1. Menentukan rambatan ketidakpastian (error propagation) pada pengukuran fungsi
variabel.
2. Menentukan massa jenis selinder materi

B. TEORI
1. Pendahuluan
Dalam menentukan nilai suatu besaran fisis, ada yang tidak dapat diukur
secara langsung dalam percobaan. Misalnya menentukan massa jenis benda.
Untuk menentukan massa jenis (ρ), data yang langsung diperoleh dari pengukuran
adalah massa benda (m) dan volume benda (V). Lalu, massa jenis ditentukan dari
rumus;
ρ=mV
Nah, bagaimana ketidakpastian dalam pengukuran massa dan volume
mempengaruhi ketidakpastian pada massa jenis? Hal ini,dikenal dengan
rambatan ketidakpastian.

2. Rambatan Ketidakpastian (error propagation)


Misalkan Z merupakan fungsi dari X danY atau Z(X,Y). Dimana, X dan Y
adalah besaran yang dapat diukur secara langsung. Ketidakpastian dalam X,
katakanlah ΔX dan ketidakpastian dalam Y adalah ΔY. Ketidakpastian dalam Z,
ΔZ ditentukan dengan cara sebagai berikut:
a. Jika ΔX dan ΔY dicari dari NST (pada pengukuran tunggal), maka:

|( ) | | | |( ) | | | (2.1)

Dengan:

( ) adalah diferensial Z terhadap X dengan mengambil Y Konstan

( ) adalah diferensial Z terhadap Y dengan mengambil X Konstan

18
b. Jika ΔX dan ΔY dicari dari standar deviasi (pada pengukuran berulang), maka:

√|( ) | | | |( ) | | | (2.2)

Dengan:

√ , dan


c. Jika ΔX dari NST (pengukuran tunggal) dan ΔY dari standar deviasi (pada
pengukuran berulang), maka:

√|( ) | | | |( ) | | | (2.3)

d. Atau jika ΔY dari NST (pengukuran tunggal) dan ΔX dari standar deviasi
(pada pengukuran berulang), maka:

√|( ) | | | |( ) | | | (2.4)

3. Pengukuran massa jenis


Dalam modul ini, massa jenis benda (materi) yang akan diukur adalah
selinder materi. Rumusan untuk massa jenis diberikan oleh persamaan:
(2.5)

m adalah massa selinder yang dapat diukur langsung, dengan ketidakpastian Δm.
Sedangkan V adalah volume selinder yang diperoleh secara tidak langsung.
Volume selinder ditentukan dari persamaan:

V = luas alas × tinggi = ( ) (2.6)

dengan D dan L berturut-turut adalah diameter dan panjang selinder yang dapat
diukur secara langsung. Dengan demikian, ketidakpastian dari volume (ΔV)
bergantung pada ketidakpastian diameter (ΔD) dan ketidakpastian panjang (ΔL),
yang diberikan oleh hubungan dalam persamaan (2.1),(2.2),(2.3) atau (2.4), sesuai
dengan pengukuran yang dilakukan (tunggal, berulang atau campuran). Misalnya
untuk pengukuran tunggal, ΔV ditentukan sebagai berikut:

19
|( ) | | | |( ) | | |

|( )| | | |( )| | | (2.7)

Begitu pula, ketidakpastian dari massa jenis (Δρ) ditentukan dari ketidakpastian
massa (Δm) dan ketidakpastian volume (ΔV), menurut hubungan dalam
persamaan (2.1), (2.2), (2.3) atau (2.4), sesuai dengan pengukuran yang dilakukan
(tunggal, berulang atau campuran). Misalnya untuk pengukuran runggal, ΔV
ditentukan sebagai berikut:

|( ) | | | |( ) | | |

|( )| | | |( )| | | (2.8)

C. ALAT DAN BAHAN


1. Selinder Materi sebanyak 1 kotak
2. Jangka Sorong
3. Mikrometer Sekrup
4. Neraca Teknis (Ohauss tipe 310g atau tipe 2160g)

D. TUGAS PENDAHULUAN
1. Apa yang dimaksud dengan error propagation?
2. Bila suatu besaran fisika dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai
berikut:
i. A=B±C
ii. A=B×C
iii. A = B/C
iv. A = B sin C
v. A = B log C
vi. A = BC
Nyatakan ketidakpastian ΔA dalam ΔB dan ΔC untuk setiap persamaan diatas!
3. Seorang mahasiswa fisika hendak mengetahui besarnya gravitasi di suatu daerah
yang tingginya 400 m diatas permukaan laut menggunakan ayunan sederhana.
Rumus yang dipakai adalah;

20
( ), dengan l panjang ayunan dan T perioda ayunan

Data hasil pengukuran diberikan dalam tabel di bawah ini.


Waktu 10 Waktu satu Percepatan
Perc. Panjang ayunan
kali ayunan kali ayunan T2 gravitasi
ke (l)
(t) (T)=t/10 (g)
1 0,20 m 9.0 s ... ... ...
2 0,25 m 10.0 s ... ... ...
3 0,30 m 11.0 s ... ... ...
4 0,35 m 12.0 s ... ... ...
5 0,40 m 13.0 s ... ... ...
6 0,45 m 14.0 s ... ... ...
7 0,50 m 15.0 s ... ... ...
grata-rata = ........m/s2

a. Olah lah data tersebut dan masukkan hasilnya pada tabel data yang masih
kosong
b. Buatlah grafik hubungan antara T2 sebagai fungsi l.
4. Berdasarkan soal no.1, bila panjang bandul di ukur dengan mistar yang nst-nya
0,1 cm dan waktu ayunan diukur dengan stopwacth yang nst-nya 0,1 sekon,
tentukanlah percepatan gravitasi yang hasrus dilaporkan beserta ketidakpastiannya
(KM dan KR).

E. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Lakukanpengukuran tunggal terhadap massa selinder materi. Gunakan alat ukur
yang tepat. Catat hasilnya didalam Tabel 1.
2. Lakukan pengukuran tunggal terhadap diameter dan panjang selinder materi,
untuk menentukan volume selinder beserta ketidakpastiannya. Catat hasilnya di
dalam Tabel 1.
3. Ulangi langkah 1 dan 2, tetapi dengan pengukuran bervariasi yakni; pengukuran
massa satu kali, pengukuran diameter selinder sebanyak 5 kali dan pengukuran
panjang 10 kali. Catat hasilnya di dalam Tabel 2.

21
4. Ulangi langkah 1 dan 2 , tetapi untuk pengukuran berulang masing-masing
besaran sebanyak 10 kali. Catat hasilnya di dalam Tabel 3.

F. PENGOLAHAN DATA
1. Carilah Vo dan ΔV pada pengukuran tunggal dari data dalam Tabel data 1
2. CarilahVo dan ΔV pada pengukuran bervariasi dari data dalam Tabel data 2
3. CarilahVo,dan ΔV pada pengukuran berulang dari data dalam Tabel data 3
4. Carilah ρo dan Δρ pada pengukuran tunggal dari data dalam Tabel data 1.
Laporkan hasil pengukuran massa jenis (ρ) berserta ketidakpastiannya menurut
aturan angka penting.
5. Carilah ρo dan Δρ pada pengukuran bervariasi dari data dalatn Tabel data 2.
Laporkan hasil pengukuran massa jenis (ρ) berserta ketidakpastiannya menurut
aturan angka penting.
6. Carilah ρo dan Δρ pada pengukuran berulang dari data dalam Tabel data 3.
Laporkan hasil pengukuran massa jenis (ρ) berserta ketidakpastiannya menurut
aturan angka penting.

G. TUGAS AKHIR
1. Bandingkan hasil pengukuran massa jenis yang diperoleh pada setiap percobaan,
nyatakan kesimpulan Anda.
2. Sebutkankesalahan-kesalahanyang mungkin terjadi selama pengukuran.

H. DAFTAR PUSTAKA
Kirkup,L. 1994. Exsperimental Methods. Jhon Wiley&Son, Singapore.
Cicero, H.Bernard , Chirold D.EEP, (1995) Laboratory Experiments in College
Physics, John Willey&Sons Inc. New York.
Laboratorium Fisika Dasar FMIPA UNP (2004), Modul Praktikum Fisika Dasar I.

22
TABEL DATA
Tabel 1. Pengukuran tunggal
Jumlah
Besaran yang Hasil
No Alat Ukur angka KM KR (%)
diukur Pengukuran
penting
M = m0±Δm =
Massa
1
Selinder

D = D0±ΔD =
Diameter
2
Selinder

M = L0±ΔL =
Panjang
3
Selinder

Ketidakpastian
Hasil Pengukuran Volume Massa Jenis
Pengukuran

Massa Diameter Panjang


Δm ΔD ΔL ( ) ΔV ρo Δρ
(m0) (D0) (L0)

Tabel 2. Pengukuran masing-masing besaran yang bervariasi


Hasil Pengukuran
No
Massa (kg) Diameter (m) Panjang (m)
1
2
3
4
5

23
Tabel 3. Pengkuran berulang dari masing-masing besaran (N=10)
Hasil pengukuran
No Diameter, mi 2 Di2 Li2
Massa, mi Panjang, Li
Di
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
∑ ... ... ... ... ... ...

24
Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim) (Al-
Mu’minun; 12-13)

Kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah


menciptakannya, dan menyempurnakannya ( Alqiyamah:
38)

25
MODUL 3

BIDANG MIRING

A. TUJUAN
1. Menentukan nilai koefisien gesekan statis dan kinetis pada berbagai bidang yang
berbeda permukaannya ( kasar/halus) .
2. Menjelaskan faktor-faktor yang menentukan besarnya koefisien gesekan bidang.

B. TEORI

Energi yang terpakai pada peralatan (mesin) mekanis dapat didefinisikan


sebagai kapasitas peralatan untuk melakukan kerja. Ada beberapa peralatan yang
digunakan untuk mengkonversi energi dari satu bentuk ke bentuk lain. Tetapi tinjauan
ekperimen dan teoritis menyatakan bahwa energi total adalah kekal. Salah satu jenis
peralatan yang digunakan untuk mempelajari prinsip kerja dan kekekalan energi
adalah bidang miring. Seperti terlihat dalam Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Bidang Miring


Jika tidak ada gesekan antara bidang miring dan benda dan benda bergerak
dengan kecepatan tetap, sejumlah gaya yangsamabesarnya akan diperlukan benda
untuk bergerak ke atas, dan ke bawah bidang, misalkan F. Jika terdapat gesekan
antara bidang dengan benda, maka gaya total yang dialami benda akan berkurang.
Gaya gesekan ini dipengaruhi oleh koefisien gesekan antara benda dengan bidang.

26
Dalam percobaan ini akan di tentukan nilai koefisien pada pelbagai bidang yang
berbeda permukaannya (kasar/halus). Ada beberapa cara untuk menentukan koefisien
gesekan yaitu:

1. Mengukur gaya tarik yang diperlukan untuk menggerakkan balok dengan


kecepatan konstan atau tepat akan bergerak pada bidang horizontal, seperti
Gambar 3.2

Gambar 3.2 Mengukur Gaya tarik pada bidang datar

Bila katrol dianggap tak bermassa, dan gesekan katrol diabaikan terhadap tali,
pada saat balok tepat akan bergerak, atau ketika balok telah bergerak dengan
kecepatan konstan berarti memenuhi hukum I Newton yaitu resultan gaya arah
mendatar dan arah vertikal sama dengan nol.
Gaya tarik balok (F) = gaya gesekan antara balok dengan bidang datar
Atau
F=µN
Tetapi,
N = W = m.g
Jadi,
(3.1)

2. Mengukue sudut bidang miring ( ) suatu bidang miring yang menyebabkan balok
pada bidan itu bergerak turun dengan kecepatan konstan atau tepat akan bergerak
ke bawah, seperti Gambar 3.3

27
Gambar 3.3 Mengukur sudut bidang miring

Bidang miring diatur kemiringannya sedemikian rupa sehingga balok yang berada
diatasnya tepat meluncur ke bawah. Pada saat ini, juga memenuhi hukum 1
newton yaitu:
W sin = fk = µ N

Tetapi, N = W cos
Sehingga;
µ = tan (3.2)

3. Mengukur gaya tarik (F) yang diperlukan untuk menggerakkan balok ke atas
dengan kecepatan konstan atau tepat akan bergerak dibidang miring dengan sudut
miring , seperti Gambar 3.4

Gambar 3.4 Mengukur gaya tarik


Balok ditarik sejajar bidang miring ke atas. Pada saat balok teat akan bergerak,
atau ketika balok telah bergerak dengan kecepatan konstan oleh gaya tarik (F),
memenuhi hukum 1 Newton seperti ditunjukkan oleh persamaan :
F = fk + W sin
= µ N + W sin
Tetapi,

28
N = W cos
Jadi,

(3.3)

C. ALAT DAN BAHAN


1. Bidang miring
2. Tiga balok kayu dengan massa berbeda
3. Katrol
4. Neraca pegas
5. Benang
6. Gunting
7. Mistar gulung

D. TUGAS PENDAHULUAN
1. Apakah sudut kemiringan bidang mempengaruhi koefisien gesekan. Jelaskan.
2. Apa yang dimaksud dengan koefisien gesekan statis dan koefisien gesekan
kinetis.

E. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Susunlah peralatan seperti pada Gambar 3.2. Lakukan percobaan dengan
menggunakan balok yang berbeda massanya. Catat data pengamatan dalam Tabel
1.
2. Susunlah peralatan seperti pada Gambar 3.3. Lakukan percobaan dengan
menggunakan balok yang berbeda massanya. Catat data pengamatan Tabel 2.
3. Susunlah peralatan seperti pada Gambar 3.4. Lakukan percobaan dengan
menggunakan balok yang berbeda massanya. Catat data pengamatan dalam
Tabel3.

F. PENGOLAHAN DATA

29
1. Tentukan nilai koefisien gesekan dari data Tabel 1 menggunakan persamaan
(3.1). Laporkan hasil pengukuran beserta KM dan KR-nya.
2. Tentukan nilai koefisien gesekan dari data Tabel 2 menggunakan persamaan
(3.2). Laporkan hasil pengukuran beserta KM dan KR-nya.
3. Tentukan ,nilai koefisien gesekan dari data Tabel 3 menggunakan persamaan
(4.3). Laporkan hasil pengukuran beserta KM dan KR-nya.

G. TUGAS AKHIR
1. Apakah kesimpulan Anda dari percobaan di atas.
2. Sebutkankesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi selama pengukuran.

H. DAFTAR PUSTAKA

Cicero,H.Bernard, Chirold D.EEP, (1995) Laboratory Experiments in College


Physics, John Willey&Sons Inc. New York.

Laboratorium Fisika Dasar FMIPA UNP (2004), Modul Praktikum Fisika Dasar 1.

30
TABEL DATA

Tabel 1. Balok ditarik pada bidang datar

Perc.
Balok W0±ΔW F0±ΔF
Ke
1 I

2 II

3 III

Tabel 2. Balok diluncurkan pada bidang miring

Perc.
Balok W0±ΔW 0±Δ µ0 = tan
Ke
1 I

2 II

3 III

Tabel 3. Balok ditarik pada bidang miring ke atas

Perc.
Balok W0±ΔW 0±Δ F0±ΔF
Ke

1 I

2 II

3 III

31
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(Al Mujadillah: 11)

Ilmu pengetahuan sebenarnya hanyalah upaya utuk mendata


sunatullah

32
MODUL 4

MEJA GAYA

A. TUJUAN
1. Membuktikan kebenaran hukum 1 Newton pada sistem kesetimbangan.
2. Menentukan resultan gaya yang bekerja pada satu titik tangkap.

B. TEORI
1. Pendahuluan

Jika suatu benda dipengaruhi oleh beberapa buah gaya, tetapi benda tetap
diam berarti benda berada dalam kesetimbangan. Resultan gaya yang bekerja
pada benda yang setimbang sama dengan nol, seperti yang disyaratkan oleh
hukum 1 Newton. Misalkan sebuah benda dipengaruhi oleh 3 buah gaya yakni F1,
F2 dan F3 dan benda dalam keadaan setimbang seperti Gambar 4.1, maka:

∑F = F1 + F2 + F3 = 0 (4.1)

Gambar 4.1. Kesetimbangan tiga gaya

Besar gaya resultan dapat dicari dengan cara sebaai berikut:

|⃗⃗⃗⃗⃗⃗ | |⃗⃗⃗⃗⃗⃗ | |⃗⃗⃗⃗⃗⃗ | |⃗⃗⃗ ||⃗⃗⃗ |

|⃗⃗⃗⃗⃗⃗ | |⃗⃗⃗⃗⃗⃗ | |⃗⃗⃗⃗⃗⃗ | |⃗⃗⃗ ||⃗⃗⃗ |

33
|⃗⃗⃗⃗⃗⃗ | |⃗⃗⃗⃗⃗⃗ | |⃗⃗⃗⃗⃗⃗ | |⃗⃗⃗ ||⃗⃗⃗ |

Atau;

(4.2)

C. ALAT DAN BAHAN


1. Meja gaya
2. Tiga set beban
3. Busur derajat
4. Neraca pegas
5. Benang
6. Gunting
7. Mistar
8. Katrol

D. TUGAS PENDAHULUAN
1. Nyatakanlah hukum 1 Newton dengan kata-kata anda sendiri.
2. Sebutkan dua contoh penggunaan hukum 1 Newton dalam kehidupan sehari-hari.
3. Buktikan persamaan (4.2) dan (4.3).

E. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Susun meja gaya dankatrol denganbeban yang beratnya masing-masing F1, F2 dan
F3 serta benang L1, L2 dan L3 seperti Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Meja Gaya

34
2. Hitung besar sudut antara masing-masing benang misalkan α, β dan γ dengan
persamaan (4.1) dan bandingkan dengan hasil pengukuran.
3. Ulangi langkah 1 dan 2 sebanyak 5 kali dengan megubah-ubah berat beban. Catat
hasilnya dalam tabel data.

F. PENGOLAHAN DATA
1. Carilah resultan gaya F2 dan F3 dengan sudut antara kedua gaya tersebut adalah α.
Bandingkan hasilnya dengan besar gaya F1.
2. Carilah resultan gaya F1 dan F3 dengan sudutantara kedua gaya tersebut adalah β.
Bandingkan hasilnya dengan besar gaya F2.
3. Carilah resultan gaya F1 dan F2 dengan sudut antara kedua gaya tersebut adalah γ.
Bandingkan hasilnya dengan besar gaya F3.

G. TUGAS AKHIR
1. Bandingkan hasil pengukuran gaya yang diperoleh pada setiap percobaan dengan
hasil perhitungan menggunakan persamaan (4.1), nyatakan kesimpulan Anda.
2. Sebutkan kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi selama pengukuran.

H. DAFTAR PUSTAKA

Cicero,H.Bernard , Chirold D.EEP, (1995) Laboratory Experiments in College


Physics, John Willey&Sons Inc. New York

Laboratorium Fisika Dasar FMIPA UNP (2004). Modul Prakukum Fisika Dasar 1

35
TABEL DATA

Tabel 1. Besar sudut pada panduan 3 gaya

Perc. Pengukuran Perhitungan


Ke
F1±ΔF1 F2±ΔF2 F3±ΔF3 α±Δα β±Δβ γ±Δγ α±Δα β±Δβ γ±Δγ

10

Ket. Gaya dalam newton dan sudut dalam derajat

36
Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. Tidaklah
bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan
bagi orang-orang yang tidak beriman". (Yunus:101)

Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu


lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari
dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah
mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-
Nya), supaya kamu meyakini pertemuan(mu) dengan Tuhanmu. (Ar
Ra’d:2)

37
MODUL 5

BANDUL FISIS

A. TUJUAN
1. Menentukan percepatan gravitasi dengan menggunakan bandul fisis.

B. TEORI

Dalam modul ini kita akan mempelajari gerak suatu bandul yang bentuknya
sembarang yang lazim disebut bandul fisis. Perhatikan bandul fisis dengan pusat
massanya di C dan poros horizontalnya melalui P pada Gambar 5-1. Sebagai acuan
untuk simpangan sudut 0 kita ambil sumbu Z yang vertikal melalui P sehingga dalam
kesetimbangan 0 = 0. Bila diberi simpangan bandul ini dapat berayun, karena pada
bandul ini ada momen gaya pulih yaitu suatu momen gaya yang selalu
mengembalikan bandul pada kedudukan kesetimbangan.

mg
Z
Gambar 5.1. Bandul fisis
Ayunan ini dapat digolongkan sebagai gerak harmonik sudut (angular harmonic
motion), jika momen gaya pulih sebanding dengan simpangan sudutnya. Maka dapat
dianalogikan dengan gerak harmonis sederhana sehingga perumusan geraknya dapat
diturunkan sebagai berikut :

Hukum Newton translasi F = m.a

Hukum Newton rotasi τ = I.α

38
Hukum gerak harmonis sederhana F = - κ.χ

Percepatan gerak harmonis angular τ = - κ.θ

Untuk gerak harmonis sederhana T= √

Perioda geak harmonis angular T= √ (5.1)

Dengan:

F : gaya m : massa
α : percepatan linear τ : momen gaya
I : Percepatan momen inersia α : percepatan sudut
κ : tetapan χ : simpangan linear
θ : simpangan sudut

Momen inersia terhadap sumbu ayunan dapat ditentukan dengan menggunakan


dalil sumbu sejajar. Jika momen inersia terhadap sumbu melalui pusat massa (C)
adalah 10 dan lo dan l adalah jarak C terhadap P, maka momen inersia terhadap
sumbu yang melalui P adalah :
l = lo + m l2 (5.2)
karena itu perioda ayunan bandul fisis diatas menjadi

√ (5.3)

Jika TI adalah perioda ayunan dengan jarak antara C terhadap P adalah d 1 dan T2
adalah periode ayunan dengan jarak antara C terhadap P adalah d2, maka percepatan
gravitasi dapat kita tentukan dengan mengeliminasi l0 dari T1 dan T2 hasilnya adalah
sebagai berikut :

(5.4)

Koordinat pusat massa bandul fisis dengan bentuk seperti Gambar 5.2 adalah


(5.5)

39
Dengan xi adalah posisi massa benda ke-i yang massanya mi :

Gambar 5.2 Bandul fisi pada percobaan

Gambar 5.3. susunan percobaan bandul fisis

C. ALAT DAN BAHAN


1. Bandul fisis yang terdiri :
Dua keping logam S berbentuk silinder yang dapat dieratkan pada batang logam
yang berlubang lubang.
2. Poros penggantung
3. Stopwatch
4. Mistar
5. Timbangan

D. TUGAS PENDAHULUAN
1. Gaya apakah yang memberikan momen gaya pulih pada bandul fisis tersebut ?
2. Berapakah besar momen gaya pulih pada gambar diatas ?

40
3. Berdasarkan pertanyaan pada nomor satu, apa syaratnya supaya bandul fisis
diatas mengalam getaran harmonis sudut (anguler) ?
4. Tentukan diatas besar ! tetapan momen gaya κ untuk bandul
5. Buktikan Pers. (5.4)!
6. Jika L adalah panjang batang logam yang bermasa mb dan a ujung adalah jarak O
batang serta pusat massa keping terhadap ujung batang O serta massa ms adalah
massa keping logam berserta sekrup, tentukanlah koordinat pusat mussa (xpm) dari
bandul fisis.

E. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Timbanglah keping keping logam S, sekrup dan batang logam secara terpisah.
2. Ukurlah panjang batang L.
3. Tangkupkanlah keping keping logam S pada batang logam, ukurlah jarak pusat
keping S terhadap ujung batang logam O (XM).
4. Pilih sebuah titik P1 sebagai titik gantung, ukurlah jarak OP1 (XO1)
5. Ayunkan bandul fisis dengan simpangan sudut kecil, catatlah waktu yang
diperlukan untuk 20 ayunan pertama (t1).
6. Ulangi langkah no 4 dan 5 untuk titik gantung yang lain (P2), ukur pula jarak OP2
(XO2).
7. Lakukan percobaan masing-masing 10 kali dan catat hasilnya dalam tabel data.

F. PERCOBAAN DATA
1. Hitung posisi massa (xpm) bandul fisis terhadap ujung batang O
Perhitungan jarak dari pusat massa ke sumbu putar:
o Batang logam: Massa (m) =___________ kg; Panjang (L) =__________m
o Massa keping + massa sekrup : (M) = _________kg
o Posisi dua keping silinder pada batang loham: (XM) = _________ cm
o Posisi sumbu putar:
 Posisi pertama: (XO1) =________ cm
 Posisi kedua: (XO2) = ________cm
o Posisi pusat massa sistem berdasarkan persamaan:

= ________ cm

41
2. Hitunglah jarak d1 yaitu jarak antara titik P1 yang dilih sebagai titik gantung
dengan titik pusat bandul fisis tersebut
Jarak dari pusat massa ke sumbu putar
 Jarak pertama: d1 = | XO1 - Xpm | =________ cm
 Jarak kedua: d2 = | XO2 - Xpm | =________ cm
3. Hitunglah perioda isolasi;
Perhitungan perioda isolasi:
o Perioda pertama
 Jumlah percobaan yang dilakukan : m1 =_____10_____ kali
 Jumalh total ayunan pada seluruh percobaan yang dilakukan:
∑ _________ kali

 Jumlah total waktu aynan untuk seluruh percobaan yang


dilakukan:
∑ _________ kali

 Besar perioda pertama adalah:


_________ detik

o Perioda kedua
 Jumlah percobaan yang dilakukan : m2 =_____10_____ kali
 Jumalh total ayunan pada seluruh percobaan yang dilakukan:
∑ _________ kali

 Jumlah total waktu aynan untuk seluruh percobaan yang


dilakukan:
∑ _________ kali

 Besar perioda pertama adalah:


_________ detik

4. Tetapan gravitasi bumi di tempat percobaan dilakukan adalah:

_________ m/s2

G. TUGAS AKHIR
1. Bandingkanlah hasil yang diperoleh dari percobaan dengan besar percepatan
gravitasi di permukaan laut (10 m/s2).
2. Sebutkan faktor yang mempengaruhi hasil percobaan ini.

42
H. DAFTAR PUSTAKA

Laboratorium Fisika Dasar ITB, (2002). Modul Praktikum FISIKA DASAR 1, Penerbit
ITB, Bandung.
Cicero,H.Bernard , Chirold D.EEP, (1995) Laboratory Experiments in College
Physics, John Willey&Sons Inc New York
Laboratorium Fisika Dasar FMIPA UNP (2004), Modul Praktikum Fisika Dasar 1.

43
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka
ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik. (Ali Imran: 110)

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia


(karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi
dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Luqman:18)

44
TABEL DATA
Tabel Data Percobaan Praktikum Bandul Fisis
Massa Batang (m) =.............. kg
Panjang Batang (L) =............ m
Massa Keping (M) =_______ kg
Posisi Keping (XM) =_______cm

1. Posisi poros (XO1) =______ cm


No Banyak Ayunan (n1) Waktu Ayunan (t1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

2. Posisi poros (XO2) =______ cm


No Banyak Ayunan (n2) Waktu Ayunan (t2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

45
MODUL 6
PESAWAT ATWOOD

A. TUJUAN
1. Menentukan kecepatan dan percepatan benda yang bergerak memenuhi hukum
Newton.
2. Menentukan momen inersia katrol.

B. TEORI DASAR
Bila suatu katrol hanya berputar pada porosnya yang diam, maka geraknya dapat
dianalisis dengan menggunakan gambar 6-1.

Gambar 6.1 Gaya-gaya pada katrol

Berdasarkan Gambar 6.1, diperoleh persamaan gerak sebagai berikut:


-T1 – Mg –T2 + N = 0 (6.1)
T1R – TR = Iα (6.2)
(6.3)

dengan a adalah percepatan tagensial tepi katrol dan percepatan ini sama dengan
percepatan tali penggantung yang dililitkan pada katrol tanpa slip. Bila suatu benda
digantungkan pada tali seperti Gambar 6.2, maka percepatan benda adalah:

a= (6.4)

46
R

Gambar 6.2. katrol dan benda

Jika massa beban tak sama dalam Gambar 6.2, maka sistem akan bergerak lurus
dipercepat beraturan. Dengan mengukur jarak yang ditempuh serta mengukur waktu
yang diperlukan kita dapat menentukan percepatan beban.
Bila percebatan bebean telah diketahui, maka dengan menggunakan persamaan
(6.4), dapat diketahui momen inersia katrol. Jika massa beban sama, maka sistem
akan bergerak lurus beraturan atau diam (hukum Newton I). Jika pada awalnya sistem
telah punya kecepatan (sedang bergerak), maka kecepatan awal tersebut dapat
ditentukan dengan mengukur jarak tempuh dan waktu tempuh beban.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Pesawat Atwood (Gambar 6-4)
a. Tiang berskala yang pada ujung atasnya terdapat katrol K
b. Tali penggantung yang massanya dapat diabaikan
c. Dua beban MI dan M2 berbentuk selinder bermassa sama yang di ikat pada
ujung-ujung tali penggantung.
d. Dua beban tambahan dengan massa masing masing m1 dan m2.
e. Genggaman G dan pegas S, penahan beban A dan B.
2. Stopwacth
3. Neraca teknis
4. Kertas grafik yang disediakan sendiri.

47
D. TUGAS PENDAHULUAN
1. Tuliskanlah hukum-hukum Newton tentang gerak!
2. Turunkanlah persamaan gerak untuk benda yang bergerak lurus dipercepat
beraturan!
3. Turunkanlah persamaan hukum Newton untuk gerak rotasi!
4. Buktikan persamaan (6.4)
5. Tentukan momen inersia katrol l jika M1 = M2 = M, dari persamaan (6.4)
6. Jika momen inersia katrol dapat diabaikan, bagaimana percepatan beban
7. Gambarkanlah grafik posisi x terhadap t2 untuk gerak lurus beraturan, dengan
posisi awal nol.
8. Gambarkanlah grafik posisi x terhadap t2 untuk gerak lurus dipercepat beraturan,
dengan kecepatan dan posisi awal nol.

E. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Timbang massa beban M1, M2, m1 dan m2
2. Pastikan pesawat atwood telah siap digunakan
a. Tidak miring
b. Katrol dapat berputar dengan bebas
c. Gantungkan m1 dan m2 pada ujung-ujung tali dan pasang tali pada katrol.
d. Pastikan bahwa tali sejajar dengan tiang.
e. Pasang M1 pada genggaman G dan tambahkan m1 pada M2. Lepaskan M1
dengan menekan pegas S. Pastikan bahwa beban M2 dapat melalui A tanpa
terganggu, dan hanya beban m1 yang tersangkut di A.
3. Ukur tinggi beban M2 dan jari-jarti katrol yang digunakan.
4. Pasang M1 pada G dan tambahkan beban m1 pada M2. Catat posisi A, B, C
pada keadaan ini. Lepaskan M1, dan catat waktu tAB , yaitu waktu yang
diperlukan oleh beban M2 (setelah beban tambahan m1 tersangkut di A) untuk
menempuh jarak XAB .
5. Ulangi langkah 4 untuk beban tambahan m2 dan m1 + m2
6. Ulangi langkah 4 dan 5 untuk XAB yang berbeda beda.
7. Ulangi percobaan untuk beberapa kali sesuai tabel data.
8. Aturlah kedudukan A, B dan C (sebaiknya XCA cukup jauh sedangkan XAB
cukup dekat). Catat kedudukan C dan A. Pasang M1 pada G dan tambahkan

48
beban m pada M2. Lepaskan M, dan catat waktu tCA, yaitu waktu yang
diperlukan beban M2+m1 untuk menempuh jarak XCA.
9. Ulangi langkah percobaan 8 dengan mengganti beban m1 dengan m2 .
10. Ulangi langkah percobaan 9, untuk XAC yang berbeda-beda.

F. PENGOLAHAN DATA
1. Buatlah grafik antara XAB terhadap tAB untuk setiap beban tambahan dari data
yang diperoleh pada langkah 4 sampai 7. Koreksi jarak XAB dengan
memperhatikan tinggi beban M2 . Dari grafik tentukan kecepatan M2 sesaat
setelah melewati A untuk setiap beban tambahan.
2. Buatlah grafik antara XCA terhadap t2CA untuk setiap beban tambahan dari data
yang diperoleh pada langkah 8 sampai 10. Koreksi jarak XAB dengan
memperhatikan tinggi beban M2. Dari grafik tentukan percepatan M2 sesaat
setelah melewati A untuksetiap beban tambahan.

G. TUGAS AKHIR
1. Apakah jarak XCA juga harus dikoreksi dengan tinggi M2? Jelaskan!
2. Hitunglah momen inersia katrol?

H. DAFTAR PUSTAKA

Laboratorium Fisika Dasar ITB, (2002). Modul Praktikum FISIKA DASAR 1, Penerbit
ITB Bandung.

Laboratorium Fisika Dasar FMIPA UNP (2004), Modul Praktikum Fisika Dasar 1

49
TABEL DATA

Massa beban

M1 ± ΔM1 M2 ± ΔM2 m1 ± Δm1 M2 ± Δm2

Tabel 1. Data percobaan untuk M2 + m1

Data ke- Jarak AB Waktu (tAB)

Tabel 2. Data percobaan untuk M2 + m2

Data ke- Jarak AB Waktu (tAB)

50
5

Tabel 3. Data percobaan untuk M2 + m1

Data ke- Jarak CA Waktu (tCA) tCA2

Tabel 4. Data percobaan untuk M2 + m1

Data ke- Jarak CA Waktu (tCA) tCA2

51
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib;
tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan
Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan,
dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun
dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah
atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang
nyata (Al An’am: 59)

52
MODUL 7

KOEFISIEN KEKENTALAN ZAT CAIR

A. TUJUAN
1. Membuktikan kebenaran hukum Stokes.
2. Menentukan koefisien kekentalan zat cair (gliserin)

B. TEORI

Secara kualitatif kita dapat mengatakan bahwa oli mobil lebih kental dari
minyak tanah, gliserin lebih kental dari air dan lain sebagainya. Kita dapat merasakan
pengaruh kekentalan terhadap gerakan benda-benda lain di dalam fluida, maupun jika
fluida itu sendiri yang bergerak. Viskositas atau kekentalan dapat dibayangkan
sebagai gesekan antara satu bagian dengan bagian lain di dalam fluida. Untuk
selanjutnya, akan dibahas tentang bagaimana mengukur kekentalan, dan hukum-
hukum yang berkaitan dengan kekentalan, seperti hukum Stokes dan hukum
Poiseuille.

1. Viskometer
Secara kuantitatif kekentalan dapat diukur dengan menggunakan alata yang
disebut Viskometer. Skema alat tersebut dapat diperlihatkan pada gambar 7.1

Gambar 7.1. bagian utama dari viskosmeter


Gambar 7.1. menunjukkan bagian utama dari sebuah Viskometer, yang terdiri
dari dua selinder A dan B. Zat cair yang akan diukur kekentalannya diletakkan
diruangan diantara dua selinder tersebut. Selinder B dililiti tali yang pada ujung
lainnya digantungkan beban. Jika dilepaskan, beban mula-mula turun dipercepat,

53
akan tetapi karena gesekan dengan zat cair, beban akan bergerak dengan
kecepatan konstan. Dari percobaan ternyata makin kental zat cair, makin pelan
pula kecepatan akhir beban. Kita amati suatu bagian kecil dari fluida yang ada
pada rongga antara dua selinder di atas, dan digambarkan pada Gambar 7-2.
Fluida yang mengalir dianggap berupa lapisanlapisan tipis yang disebut
lamina, sehingga aliran fluida disebut laminar. Tiap lapisan bergeser di atas
lapisanyang lain, sehingga menyebabkan kecepatan satu lapisan berbeda dengan
lapisan lain. Dapat dipahami bahwa besarnya gaya gesekkan antar lapisan
berbanding lurus dengan perbedaan kecepatan untuk tiap lapisan dan luas tiap
lapisan, sehingga secara matematis dapat ditulis;

Gambar 7.2. Aliran laminer cairan kental

(A = luar lapisan, = perubahan kecepatan tiap lapisan)

Selanjutnya dapat dirumuskan;

(7.1)

(η adalah koefisien kekentalan zat cair atau viskositas)


Jadi koefisien kekentalan dapat dirumuskan sebagai berikut:

(7.2)

Satuan kekentalan dinyatakan dengan:


1 poice = 1 dyne s/cm2
Untuk minyak pelumas, viskositas dinyatakan dengan SAE (Society of
automotive Engineer)

54
SAE 10 pada 130 memiliki viskositas antara 160 s/d 230 centi poice (cp)
SAE 20 pada 130 memiliki viskositas antara 230 s/d 300 centi poice (cp)
SAE 30 pada 130 memiliki viskositas antara 360 s/d 230 centi poice (cp)
Jika digunakan dalam sistem SI, maka:
1 poice = 1. 10-5 Ns/10-4 m2
1 poice = 10-5 Ns/m2
1 poice = 10-1 Pa.s (Pa = Pascal)
Atau: 1 Pa.s = 10 Poice
Catatan:
Dari hasil percobaan, ternyata agar aliran fluida bersifat laminar (tidak turbulen)
artinya tidak berputar, maka dioerlukan beerapa syarat yang dikombinasikan
menjadi bilangan reynolds, yakni: (Sutrisno: 1986,257)
(7.3)

Dengan
ρ = massa jenis zat cair
v = kecepatan aliran
D = diameter pipa
η = viskositas
Untuk Re < 2000, aliran akan bersifat laminar, sedangkan untuk Re > 3000, aliran
akan bersifat turbulen, sedangkan bila Re antara 2000 dan 3000, berarti aliran
tidak stabil, kadang-kadang laminar kadang-kadang turbulen.

2. Hukum Stokes
Dapat dipahami bila sebuah benda bergerak di dalam fluida yang kental,
gerakannya akan lebih lambat dibandingkan dengan gerakannya di dalam fluida
yang kental. Hal ini disebabkan adanya gesekan antara benda dengan fluida yang
disebut gaya gesekkan fluida yang bekerja berlawanan arah dengan gerak benda.
Hal yang sama juga akan berlaku, bila yang bergerak adalah fluida,
sedangkan benda dalam keadaan diam. Besarnya gaya gesekkan ini telah diteliti
oleh Sir George Stokes melalui percobaan-percobaannya yang melahirkan apa
yang dikenal sekarang dengan hokum Stokes. Menurut Stokes besarnya gaya ini
tergantung pada kecepatan benda yakni:
Fη = 6 π η r v

55
Dengan:
η = koefisien kekentalan (viskositas
r = jari-jari bola (benda)
v = kecepatan relatif bola terhadap cairan
Jika sebuah bola dengan rapat massa ρ, jari-jari r, dilepaskan pada permukaan zat
cair kental yang diam dengan rapat massa ρ0 , maka pada bola akan bekerja tiga
gaya yaitu, gaya berat W, gaya gesekkan fluida Fη dan gaya ke atas B ( gaya
Archimedes), seperti pada Gambar 7-3.

Fη B

W
Gambar 7.3. Gaya-gaya pada bola dalam zat cair
Jika bola mula-mula dalam keadaan diam,lalu dilepaskan maka gaya Fη, akibat
kekentalan itu nol pada permulaannya, sehingga yang bekerja mula-mula adalah
gaya berat W dan gaya Archimedes B. Resultan gaya ini akan memberikan
percepatan awal pada benda:
W=mg= (7.5)

Dan gaya Archimedes adalah:


B== (7.6)

Maka;
W–B= (7.7)

Percepatan awal a0 adalah:

(7.8)

Akibat percepatan ini, bola memperoleh kecepatan ke bawah, yang menimbulkan


pulagaya gesekan Fη, yang makin lama makin besar pula. Suatu saat, pada suatu
kecepatan tertentu, besarnya gaya yang berarah ke atas, akan sama besar dengan
gaya yang arahnya ke bawah. Akibatnya bola tidak mendapat percepatan lagi, dan
akan bergerak dengan kecepatan konstan yang disebut kecepatan akhir (terminal
velocity). Besarnya kecepatan ini dapat dirumuskan dengan B + Fη = W, atau;

56
Sehingga:

(7.7)

Rumus ini hanya berlaku, asalkan besarnya kecepatan tidak sampai menimbulkan
turbulensi. Bila ini terjadi, maka gaya penahan atau gaya gesekan fluida jauh
lebih besar dari pada yang dihitung menurut hukum Stokes.
Bila setelah t detik bola telah mencapai kecepatan terminal v dan telah
menempuh jarak sebesar d maka persamaan (7.7) di atas dapat ditulis sebagai:

atau,

(7.8)

Dalam menentukan koefisien kekentelan zat zair dapat digunakan beberapa buah
bola yang jari-jarinya berbeda dan mengukur waktu tempuh masing-masing bola.
Kemudian digrafik 1/t sebagai fungsi r2. Dari grafik tersebut dapat ditentukan
nilai η dari zat cair.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Gelas piala 1L
2.
3. Karet gelang
4. Bola aluminium dengan ukuran yang berbeda
5. Mikrometer sekrup
6. Termometer
7. Saringan bertangkai
8. Stopwacth
9. Neraca Teknis 311g
10. Gliserin
11. Oli
12. Kertas grafik (sediakan sendiri) Gambar 7.4
Set alat Viskositas

57
D. TUGAS PENDAHULUAN
1. Sebutkan jenis-jenis aliran fluida?
2. Apa yang dimaksud dengan gaya ke atas dalam hukum Archimedes?
3. Buktikan persamaan (7.7) dan (7.8).
4. Turunkanrumus dimensi dari koefisien kekentalan
5. Apakah satuan η dalam SI dan dalam CGS ?
6. Satu satuan koefisien kekentalan dalam SI sama dengan berapa satuan koefisien
dalam CGS ?

E. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ukurlah diameter masing-masing bola (jenisnya sama) sebanyak 5 kali dengan
menggunakan mikrometer sekrup.
2. Timbanglah masing-masing bola dengan menggunakan neraca Ohaus 311g.
3. Siapkan tabung gelas yang telah berisi gliserin, dan tempatkan kedua karet gelang
pada tabung dengan cara melingkarkannya pada tabung, yaitu yang satu 5 cm
dibawah permukaan dan yang lainnya 5cm di atas dasar tabung, dan ukurlah jarak
antara kedua gelang tadi dengan mistar, misalkan sejarak d.
4. Ukur rapat massa gliserin dengan Aerometer Baume dan ukur suhu gliserin.
5. Masukkan saringan bola sampai kedasar tabung
Lepaskan masing-masing bola satudemisatudari permukaan gliserin, dan ukurlah
waktu untuk menempuh d dari masing-masing bola dengan stopwach.
6. Ulangi percobaan beberapa kali dengan jarakdyang berbeda-beda.
( Untuk percobaan ini tetapkan nilai g = 10 m/s2)
7. Ulangi langkah 3 s/d 7 untuk Oli.

F. PENGOLAHAN DATA
1. Tentukan massa jenis dan jari-jari (r) masing-masing bola serta jumlah angka
berarti yang harus dilaporkan.
2. Dari grafik 1/t vs t2 hitunglah viskositas zat cair (gliserin).
3. Dari grafik 1/t vs r2 hitunglah viskositas zat cair (oli).

G. TUGAS AKHIR
1. Buat grafik 1/t sebagai fungsi r2 pada kertas grafik untuk ketiga bola untuk
jarak tempuh yang sama.

58
2. Buatkan grafik t sebagai fungsi d pada kertas grafik untuk salah satu bola saja.
3. Tentukan koefisien kekentalan gliserin η ± Δη serta jumlah angka berarti yang
harus dilaporkan.
4. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran.

H. DAFTAR PUSTAKA
Cicero,H.Bernard , Chirold D.EEP, (1995) Laboratory Experiments in College
Physics, John Willey&Sons Inc.New York.
Laboratorium Fisika Dasar FMIPA UNP (2004), Modul Praktikum Fisika Dasar 1.

59
TABEL DATA

Data pengukuran gliserin


Massa jenis (ρ0) = (ρ0 ± Δρ) =..........................................
Suhu T = T ± ΔT =............................................

Tabel 1. Data pengukuran diameter dan massa masing-masing bola

No Diameter Diameter Diameter Massa Bola Massa Bola Massa Bola


Bola 1 Bola 2 Bolab 3 1 2 3
1
2
3
4
5

Tabel 2. Data pengukuran jarak tempuh bola terhadap waktu bola kecil

No d (m) t (s) 1/t (s-1)


1
2
3
4
5

Tabel 3. Data pengukuran jarak tempuh bola terhadap waktu bola sedang

No d (m) t (s) 1/t (s-1)


1
2
3
4
5

60
...Allah mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan
tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam
kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering,
melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Al An’am:59)

Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi


untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu
dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu (Al Baqarah:29)

61
MODUL 8

KALORIMETER

A. TUJUAN
1. Menentukan kapasitas kalor kalorimeter
2. Menentukan kalor jenis suatu bahan (kubus materi)

B. TEORI

Kalorimeter adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk menentukan

1. kapasitas kalor suatu benda/sistem


2. kapasitas kalor jenis suatu benda (bahan)
3. kapasitas kalor laten suatu benda (bahan)

Kalorimeter sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 8.1. Skema Kalorimeter

Bila dua atau lebih benda/sistem yang berbeda suhunya saling disentuhkan,
maka akan terjadi perpindahan kalor dari benda/sistem yang bersuhu tinggi ke
benda/sistem yang bersuhu lebih rendah sampai suhu benda-benda/sistem-sistem
itumenjadi sama (tercapai keseimbangan termal). Menurut azas Black, banyaknya
kalor yang dilepas sistem/benda yang bersuhu tinggi sama banyak dengan kalor yang
diterima benda/sistem yang bersuhu lebih rendah.

62
1. Kapasitas Kalor Kalorimeter

Berdasarkan Gambar 8.1, kalorimeter merupakan suatu sistem yang terdiri dari
bahan-bahan yang kalor jenisnya berbeda-beda, yaitu ;

a. Bejana logam merupakan bagian utama kalorimeter


b. Termometer
c. Bejana penyekat panas untuk mencegah kehilangan panas dari bejana
logam ke lingkungan
d. Pengaduk supaya suhu merata
e. Penutup agar panas tidak mengalir keluar

Dalam percobaan kita tidak menentukan kalor jenis masing-masing bahan


tersebut, melainkan yang perlu ditentukan adalah kapasitas kalor kalorimeter .
Yaitu banyaknya kalor yang diperlukan atau dilepaskan kalorimeter secara
keseluruhan komponennya untuk menaikkan atau menurunkan suhunya tiap derjat
Celcius yang memenuhi persamaan :

(8.1)

Satuannya Joule/ (dalam S1) atau Kalori/ dalam cgs

Misalkan sebuah kalorimeter berisi m1 gram air dingin pada suhu t1 . Ke dalam
kalorimeter dituangkan m2gram air panas yang suhunya t2 . Setelah diaduk
ternyata t0 . Untuk keadaan ini berlaku azas Black:

Banyak kalor yang dilepas air panas oleh kalorimeter dan air dingin= banyaknya
kalor yng diterima

m2 C0 (t2 – t0) = C (t0 – t1) + m1 C0 (t0 – t1) (8.2)

sehingga besarnya kapasitas kalorimeter diberikan oleh:

(8.3)

63
2. Kalor Jenis
Kalor jenis suatu benda adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan/dilepaskan
untuk menaikkan/menurunkan suhu tiap satuan massa benda tersebut sebesar
derjat Celcius yang memenuhi persamaan:

(8.4)

Satuannya Joule/kg dalam SI atau kalori/gr dalam CGS

Jika sebuah kalorimeter berisi m1 gram air pada suhu t1 Kedalam kalorimetr
dimasukkan sebuah benda massanya m2 gram dan suhunya t2 , (t2 > t1). Setelah
diaduk ternyata suhu akhirnya ta . Untuk keadaan ini berlaku azas Black.
Banyaknya kalor yang dilepas oleh benda = benyaknya kalor yang diterima oleh
kalorimeter dan ir dingin
m2 C (t2 – t0) = C (t0 – t1) + m1 Ca (ta – t1) (8.5)
sehingga besarnya kapasitas kalor jenis benda (c) memenuhi persamaan:

(8.6)

C. ALAT DAN BAHAN


1. Set kalorimeter lengkap dengan komponennya
2. Gelas piala dengan air secukupnya
3. Alat pemanas
4. Bejana pemanas air Secukupnya
5. Set kubus materi
6. Kawat kasa
7. Neraca Ohauss Gambar 8.2. Set Kalorimeter

D. TUGAS PENDAHULUAN
1. Ungkapkanlah Azas Black dengan kata-kata anda sendiri.
2. Jelaskanlah apa yangdimaksuddengankaloryang diterima dan kalor yang diberikan
3. Definisikanlah :
a. Kapasitas kalor suatu benda.
b. Kalor jenis suatu bahan .

64
c. Kalor lebur suatu zat.
d. Kalor uap suatu zat.
4. 100 gram es ( - 15 ) dicampur dengan 200 gram air bersuhu 25 (jenis es 2,1
Jg/g dan kalor jenis air 4,2 J/kg ) . Tentukanlah suhu akhir campuran ini.

E. PROSEDUR PERCOBAAN
a) Menentukan kapasitas kalor kalorimeter
1. Timbang kalorimeter kosong misalkan massanya Mo gram
2. Masukkan air dingin kedalam kalorimeter tersebut ( berisi ± 1/3 bagian
volume bejana) dan ditimbang kalorimeter yang berisi air dingin ini,
misalkan M1 gram, dan catat suhunya misalkan t1 berarti massa air dingin
adalah m1 = (M1 -Mo) gram.
3. Panaskan air dalam bejana yang lain misalkan sampai suhunya t2 (diukur
dengan termometer), selanjutnya tuangkan secepatnya air panas ini kedalam
kalorimeter yang berisi air dingin tadi dan diaduk sampai merata sampai
panasnya merata dan termometer pada kalorimeter menunjukkan angka yang
tetap (tidak naik lagi) misalkan suhunya ta
4. Timbang massa kalorimeter yang telah berisi campuran air dingin dan air
panas tadi, misalkan M2, berarti massa air panas adalah m2 = (M2 - M1) gram
5. Lakukan langkah 1 s.d. 4 dengan memvariasikan massa air dingin, massa air
panas, dan suhu air panas. Sampai beberapa kali percobaan.
6. Hitung Kapasitas kalor kalorimeter yang harus dilaporkan.
b) Menentukan kapasitas kalor jenis bahan
1. Timbang kalorimeter kosong misalkan massanya Mo gram
2. Masukkan air dingin kedalam kalorimeter tersebut (berisi ± 1/3 bagian
volume bejana) dan ditimbang kalorimeter yang berisi air dingin ini,
misalkan M1 gram, dan catat suhunya misalkan t berarti massa air dingin
adalah m1 = (M1 -Mo) gram.
3. Panaskan sebuah kubus materi (jenis logam) yang sudah diketahui massanya
misalkan m2 gram dengan cara merebusnya dalam bejana yang lain yang
berisi air misalkan sampai suhunya t2 (diukur dengan termometer),
selanjutnya masukkan secepatnya kubus materi ini kedalam kalorimeter yang
berisi air dingin ladi dan diaduk sampai merata sampai panasnya merata dan

65
termometer pada kalorimeter menunjuk kan angka yang tetap (tidak naik
lagi) misalkan suhunya ta
4. Lakukan langkah 1 s.d. 3 dengan memvariasikan massa air dingin, jenis
kubus materi, dan suhu kubus materi. Sampai beberapa kali percobaan.
5. Hitung Kapasitas kalor jenis kubus materi

F. PENGOLAHAN DATA
1. Hitunglah kapasitas kalor kalorimeter dengan menggunakan rumus (8.3). Untuk
setiap datayang diperoleh.
2. Kapasitas kalor kalorimeter yang dilaporkan memenuhi :

C = ̅ + δmax

3. Hitunglah kapasitas kalor jenis logam dengan memakai rumus diatas, dan untuk
setiap data yang diperoleh .
4. Kapasitas kalor kalorimeter yang dilaporkan memenuhi :

C = ̅ + δmax

G. TUGAS AKHIR
1. Jelaskan pendapat anda kenapa pada percobaan diatas air panas dan kubus materi
setelah dipaskan sampai batas suhu yang dikehendaki harus dimasukkan segera
kedalam kalorimater? Apa yang terjadi jika tidak demikian?
2. Sebutkan faktor-faktor yang mungkin sebagai sumber kesalahan pada percobaan
ini
3. Bandingkan hasil akhir nilai kapasitas kalor jenis bahan yang anda peroleh
dengan yang terdapat pada tabel dan nyatakan apa yang dapat anda jelaskan?
4. Mengapa air dalam kalorimeter harus diaduk sampai panasnya merata?
Bagaimana jika panas tidak merata? jelaskan jawaban anda.

H. DAFTAR PUSTAKA
Cicero,H.Bernard , Chirold D.EEP, (1995) Laboratory Experiments in College
Physics, John Willey&Sons Inc. New York
Laboratorium Fisika Dasar ITB, (2002). Modul Praktikum FISIKA DASAR 1, Penerbit
ITB, Bandung.
Laboratorium Fisika Dasar FMIPA UNP (2004), Modul Praktikum Fisika Dasar 1.

66

Anda mungkin juga menyukai