Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTEK

HUMERUS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

TEKNIK RADIOGRAFI EKSTREMITAS DAN TULANG BELAKANG

Dosen Pengampu:

Andrey Nino Kurniawan S. St. M. Eng

Oleh :

AYUNING SINCHITTA

P1337430222074

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI RADIOLOGI PENCITRAAN


PROGRAM SARJANA TERAPAN
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLTEKKES KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan juga hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan praktikum yang
berjudul “Laporan Praktikum Radiografi Humerus” ini secara tepat waktu.

Tujuan dari penulisan dari laporan praktikum ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Teknik Radiografi Ekstremitas dan Tulang Belakang. Di samping itu,
makalah ini juga bertujuan agar saya lebih memahami mengenai Teknik Radiografi.

Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Andrey Nino selaku
dosen pengampu mata kuliah Radiografi Ekstremitas dan Tulang Belakang yang telah
mendukung penugasan ini sehingga dapat menambah pengetahuan saya mengenai
mata kuliah ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang turut
mendukung dan membantu dalam proses pembuatan laporan ini.

Saya memahami bahwa laporan yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saya membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari
Bapak agar laporan ini dapat lebih baik.

Semarang, 7 September 2022

Ayuning Sinchitta
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lengan atas atau humerus merupakan tulang terbesar dan terpanjang dari
ekstremitas atas. Pada orang dewasa, panjang humerus sama dengan seperlima
tinggi badannya. Humerus terdiri dari tiga bagian yaitu proksimal, shaft, distal.
Bagian proksimal humerus bersendi dengan scapula dan pada bagian distal
humerus bersendian dengan elbow joint yang memiliki tulang radius dan ulna
(Lampignano 2018).
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk :
- Mahasiswa mengetahui Anatomi Fisiologi Humerus,
- Mahasiswa mampu mengetahui Teknik Pemeriksaan dan Kriteria Radiograf
Humerus.
- Mahasiswa mampu melakukan ekspose pada bagian Humerus.
1.3 Waktu Pelaksanaan
Hari : Kamis
Tanggal : 1 September 2022
Jam : 09.30 - 11.30
Tempat : Laboratorium 1 dan Kamar Gelap
1.4 Dasar Teori
a. Anatomi Humerus
Pada lengan atas hanya memiliki 1 tulang,dimana tulang ini di kenal
dengan nama humerus,humerus terdiri dari body tulang atau tangkai dan 2
artikulasi. Pada body humerus berbentuk tulang panjang bersilinder. Bagian
proximal dari humerus terdiri dari bongkol bahu atau panjang bahu.
Gambar 1.1 Anatomi Humerus

b. Indikasi Pemeriksaan Humerus


Dalam pemeriksaan radiografi ossa humerus, indikasi pemeriksaan radiografi
yang sering dijumpai adalah meliputi dislokasi dan fraktur.
BAB II

ISI

Pelaksanaan Praktik

Pada objek humerus, proyeksi yang diterapkan meliputi Antero Posterior


(AP), Postero Anterior (PA), dan Lateral. Untuk praktikum kali ini mahasiswa
melakukan praktik penyinaran humerus dengan proyeksi AP Supine dan Lateral.

2.1 Persiapan Alat dan Faktor Eksposi


a. Alat
1. Kaset radiografi ukuran 24x30 cm
2. Film radiografi ukuran 24x30 cm
3. Aprone
4. Pesawat sinar-X
5. Phantom
6. Marker
7. Meteran
8. Tangki pencucian
9. Cairan developer
10. Cairan fixer
11. Air
12. Hanger
13. Mesin
14. Dryer

b. Faktor Eksposi
1. kV : 70
2. Ketebalan : 20 cm
3. mAs : 200 cm

2.2 Prosedur Pra Pemeriksaan


a. Pemanggilan pasien
Pemanggilan pasien sesuai dengan nama yang tertera pada lembar permintaan
pemeriksaan foto.
b. Perkenalan diri
Mahasiswa memperkenalkan diri dimulai dengan memberi salam, menyebut
nama dan tugasnya kepada pasien.
c. Pengonfirmasian identitas pasien
Menanyakan identitas pasien seperti nama lengkap, umur, alamat dan pekerjaan.
Kemudian mencocokkannya dengan identitas yang tertera pada lembar
permintaan pemeriksaan.
d. Anamnesa singkat
1. Mahasiswa mengamati keadaan umum pasien. Seperti cara
menggerakkan tangan, apakah memerlukan bantuan, apakah terlihat
normal, dsb.
2. Mahasiswa menanyakan keluhan yang dirasakan oleh pasien tanpa
menyebutkan apa yang tertera pada lembar permintaan pemeriksaan.
e. Analisa kebutuhan pemeriksaan radiografi
Setelah proses anamnesa, mahasiswa diperkenankan untuk segera
menentukan tindakan yang sesuai dengan kondisi klinis dari pasien.
f. Penjelasan singkat prosedur kepada pasien
Setelah dapat menentukan tindakan yang dirasa tepat, pasien dapat
diberikan penjelasan singkat mengenai prosedur atau tindakan yang akan
dilakukan selama pemeriksaan.
g. Persiapan pasien
1. Menanyakan pasien apakah memakai aksesoris di bagian sekitar anatomi
yang diperiksa (seperti cincin, gelang, jam tangan) kemudian memintanya
untuk dilepas dan disimpan oleh pasien.
2. Meminta pasien untuk menggulung bagian lengan apabila menggunakan
baju lengan panjang yang sekiranya menutupi daerah yang akan diperiksa.
3. Membantu memakaikan alat proteksi berupa aprone sembari menjelaskan
kegunaannya

2.3 Teknik Pemeriksaan


2.3.1 Teknik Pemeriksaan Proyeksi AP supine
a. Posisi Pasien
Pasien tidur supine diatas meja pemeriksaan dengan lengan yang
difoto abduksi dan telapak tangan supinase. Posisikan pasien senyaman
mungkin saat dilakukan pemeriksaan. Pastikan posisi tangan yang diperiksa
benar-benar menempel pada permukaan kaset dan berhadapan dengan
petugas. Tujuan dari pemosisian tersebut adalah agar petugas dapat dengan
mudah melihat dan memosisikan objek yang akan diperiksakan. Arahkan
pasien agar waktu pengeksposan, ia melihat ke arah yang berkebalikan dengan
bagian tubuh yang akan di ekspos dan diupayakan jangan bergerak.
b. Posisi Objek
- Letakan humerus dipertengahan kaset dengan mengatur kedua condylus
medialis tidak rotasi.
- Kepala menoleh ke objek yang tidak difoto.
- CR : Arah sinar vertikal
- FFD : 40 inchi/ 100 cm
- CP : Pada pertengahan os humerus
- Ukuran kaset : 24 x 30 cm
- Batas distal objek yang difoto : Elbow Joint
- Batas proksimal objek yang difoto : Shoulder Joint

2.3.2 Teknik Pemeriksaan Proyeksi Lateral

a. Posisi Pasien
Penderita berdiri pada standar kaset/ bucky stand dengan lengan yang
difoto fleksi dan telapak tangan menempel pada pinggang. Posisikan pasien
senyaman mungkin saat dilakukan pemeriksaan. Pastikan posisi tangan yang
diperiksa benar-benar menempel pada permukaan kaset dan berhadapan
dengan petugas. Tujuan dari pemosisian tersebut adalah agar petugas dapat
dengan mudah melihat dan memosisikan objek yang akan diperiksakan.
Arahkan pasien agar waktu pengeksposan, ia melihat ke arah yang
berkebalikan dengan bagian tubuh yang akan di ekspos dan diupayakan
jangan bergerak.
b. Posisi Objek
- Letakan humerus dipertengahan kaset dengan mengatur kedua condylus
medialis tidak rotasi.
- Tangan diletakan di pinggang sehingga siku membentuk sudut 90 derajat.
- Kepala menoleh ke objek yang tidak difoto.

- CR : Arah sinar horizontal

- FFD : 40 inchi / 100 cm

- CP : Pada pertengahan os humerus

- Ukuran Kaset : 24 x 30 cm

- Batas distal objek yang difoto : Elbow Joint


- Batas proksimal objek yang difoto : Shoulder Joint
2.4 Proses Eksposi

a. Setelah memposisikan pasien sesuai dengan posisi yang dibutuhkan


(termasuk peletakan marker sesuai anatomi proyeksi yang diperiksa)
mahasiswa dapat memberi tahu pasien bahwa selama petugas meninggalkan
tempat ruang ekspos pasien harus tetap pada posisi dan tidak bergerak
(beritahu juga bahwa ketika petugas kembali nanti maka pemeriksaan sudah
selesai).

b. Setelah meninggalkan pasien menuju tempat kontrol, mahasiswa dapat


menyetel faktor eksposi sesuai kebutuhan, untuk praktikum kali ini kami
menggunakan 70 kV dan 200 mAs.

c. Mahasiswa dapat menekan tombol ready kemudian ekspose, maka setelahnya


pemeriksaan selesai dan mahasiswa dapat kembali menemui pasien.

2.5 Pasca Pemeriksaan


Berikut merupakan proses dari pengolahan film setelah eksposi:
a. Beri identitas pada film menggunakan ID printer,
b. Kaset berisi film dapat dibawa ke kamar gelap untuk diproses,
c. Matikan lampu, kemudian ambil film dan gantung dengan hanger sesuai
ukuran,
d. Proses pencucian film pertama yakni developing dapat dimulai dengan
memasukkan film ke dalam cairan developer. Perendaman dilakukan
mengikuti waktu standar pengolahan selama 4 menit. Setelahnya film
ditiriskan dengan memiringkan hanger,
e. Berlanjut ke tahap kedua Rinsing, pada tahap ini film direndam dengan air
bersih selama 4 menit untuk melarutkan sisa cairan yang masih menempel
dari tahap sebelumnya. Kemudian film ditiriskan,
f. Tahap ketiga yakni Fixing, film dimasukkan ke dalam cairan fixer dengan
waktu standar pengolahan 8 menit. Setelahnya film dapat ditiriskan,
g. Masuk ke tahap ke empat, yakni Washing. Film kembali dimasukkan ke air
bersih selama 16 menit untuk melarutkan sisa-sisa cairan kimia yang
menempel, kemudian ditiriskan,
h. Setelahnya film dapat dilakukan proses drying atau pengeringan
menggunakan mesin dryer, proses ini dilakukan hingga film benar-benar
kering,
i. Proses radiografi telah selesai dan film dapat digunakan untuk proses
pemeriksaan oleh dokter yang bersangkutan.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Evaluasi Pelaksanaan Praktikum

Gambar 3.1 Humerus Proyeksi AP Gambar 3.2 Humerus Proyeksi Lateral

3.1.1 Kriteria Radiograf


Proyeksi AP Proyeksi Lateral
Seharusnya terlihat Proyeksi AP dari Terlihat kedua sendi yaitu Elbow
seluruh humerus, termasuk sendi Joint dan Shoulder Joint. Pada
bahu dan siku. Tetapi pada gambar gambar sudah benar, bagian elbow
bagian bahu ( shoulder joint ) tidak joint dan shoulder jointnya sudah
terfoto dikarenakan tertutup oleh terlihat.
window ID seharusnya posisi
objeknya tidak menabrak bagian
window ID.
Seharusnya Epicondylus terlihat Humerus dalam posisi true lateral,
maksimal dan tidak dalam gambar sudah benar.
rotasi,tuberculum minor terlihat,
tetapi pada gambar tuberculum
minornya tidak terlihat sama sekali
dikarenakan bagiannya tidak ikut
terfoto/ terekspos.
Seharusnya tampak jelas elbow dan Epicondylus superposisi, Tuberculum
shouder joint, tetapi shoulder joint minor terlihat jelas dan tuberculum
pada gambar tidak tampak karena major superposisi.
kesalahan saat pemosisian objek.

3.1.2 Kualitas Citra


a. Proyeksi AP
1. Densitas (derajat atau tingkat kehitaman dari suatu radiograf)
baik, dilihat dari background objek yang dan objek yang
diperiksa sudah tampak jelas.
2. Kontras (derajat kehitaman dari area objek yang berdekatan
pada suatu radiograf) baik, dilihat dari soft tissue yang
tampak dan kontras antar tulang terlihat pada objek.
3. Detail (kemampuan dalam menampakkan objek-objek kecil)
baik, dapat dilihat bahwa batas objek seperti epicondylus
sangat tampak jelas.
4. Ketajaman baik sebab detail tiap-tiap bagian tulang terlihat
jelas.

b. Proyeksi Lateral
1. Densitas (derajat atau tingkat kehitaman dari suatu radiograf)
cukup baik, dilihat dari background objek yang dan objek
yang diperiksa sudah tampak jelas, tetapi bagian di atas
window sedikit terbakar karena tidak ikut tercelup dalam
proses pencucian.
2. Kontras (derajat kehitaman dari area objek yang berdekatan
pada suatu radiograf) baik, dilihat dari soft tissue yang
tampak dan kontras antar tulang terlihat pada objek.
3. Detail (kemampuan dalam menampakkan objek-objek kecil)
baik, dapat dilihat bahwa batas objek seperti epicondylus
sangat tampak jelas.
4. Ketajaman baik sebab detail tiap-tiap bagian tulang terlihat
jelas.
3.1.3 Evaluasi Anatomi Radiologi
a. Proyeksi AP

Humerus

Lateral
Epicondyle

Capitulum Medial epicondyle

Radius
Trochlea

b. Proyeksi Lateral
Ulna
Humerus head
Shoulder Joint

Humerus

Radius

Ulna

Medial & Lateral epicondyles Olecranon Process


superimposed

BAB IV
KESIMPULAN

Lengan atas atau humerus merupakan tulang terbesar dan terpanjang dari
ekstremitas atas Sebagai seorang radiografer yang baik sudah seharusnya kita
memahami bagaimana cara pemeriksaan Humerus yang baik dan benar, dari pra
pemeriksaan hingga pasca pemeriksaan. Proyeksi yang sering digunakan pada
pemeriksaan humerus adalah proyeksi AP dan Lateral. Dengan memperhatikan
dengan benar bagian anatomi dari Humerus kita dapat menghasilkan hasil foto
radiografi yang sesuai dengan kriteria radiograf.

Anda mungkin juga menyukai