Anda di halaman 1dari 9

BENTANG : Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil

Vol. 11 No. 1. Januari 2023, pp: 1-12 1


Akreditasi SINTA 4 (Kemenristek-BRIN No. 85/M/KPT/2020)
p-ISSN: 2302-5891 e-ISSN: 2579-3187
Available online http://jurnal.unismabekasi.ac.id/index.php/bentang

Kuat Tekan Beton Recycling Bongkahan Kolom dan Balok


Sebagai Pengganti Agregat Kasar

Compressive Strength of Concrete Recycled Chunks of Columns


and Beams as a Substitute for Coarse Aggregate

Research Article
Auliya Rochmania1, Alif Harnianto Putra2
1
Teknik Sipil; Universitas Islam Nahdlatul Ulama; Jalan. Taman Siswa 59451, Kota Jepara, Indonesia; e-
mail: auliyaarr27@gmail.com ; e-mail: antojepara1201@gmail.com

* Korespondensi: e-mail: auliyaarr27@gmail.com

DOI:
ABSTRAK

Seiring pesatnya pembangunan di Indonesia semakin meningkat juga kebutuhan bahan baku
beton pada bangunan yang akan digunakan. Perkembangan pada bidang konstruksi akan terus
meningkaat sesuai perkembangan zaman. Maka limbah beton yang dihasilkan akan semakin
banyak. Limbah beton tersebut merupakan hasil dari pengujian, pembongkaran gedung, dan
pembongkaran bangunan konstruksi. Salah satu solusi untuk pemanfaatan limbah beton adalah
sebagai material daur ulang agregat kasar dalam campuran beton yang disebut juga dengan
Recycled Concrete Aggregate (RCA). Pemanfaatan limbah beton yang didaur ulang sebagai
agregat dalam campuran beton bertujuan untuk menciptakan beton yang ramah lingkungan,
karena beton tersebut tersusun dari material yang tidak merusak lingkungan. Komposisi limbah
beton yang digunakan sebesar 0% dan 100% dari berat agregat kasar. Penelitian yang dilakukan
adalah uji kuat tekan beton. Pengujian akan dilakukan pada umur 14 dan 28 hari. Benda uji yang
digunakan adalah silinder ukuran 10x15 cm2. Kuat tekan yang direncanakan (fc’) pada umur 28
hari adalah ± 20 MPa.
Kata kunci: RCA; Limbah beton; kuat tekan;

ABSTRACT

Along with the rapid development in Indonesia, the need for concrete raw materials in the buildings
that will be used is also increasing. Developments in the field of construction will continue to increase
according to the times. Then the resulting concrete waste will be more and more. The concrete waste is
the result of testing, demolition of buildings, and demolition of construction buildings. One solution
for utilizing concrete waste is as a coarse aggregate recycled material in a concrete mix, also known as
Recycled Concrete Aggregate (RCA). Utilization of recycled concrete waste as aggregate in concrete
mixtures aims to create environmentally friendly concrete, because the concrete is composed of
materials that do not damage the environment. The composition of the concrete waste used is 0% and
100% by weight of coarse aggregate. The research carried out is the compressive strength test of
concrete. Testing will be carried out at the age of 14 and 28 days. The test object used is a cylinder
measuring 10x15 cm2. The planned compressive strength (fc') at the age of 28 days is ± 20 MPa.

Keywords: RCA; recycled concrete; test of concret

1. PENDAHULUAN
Seiring pesatnya pembangunan di Indonesia semakin meningkat juga kebutuhan bahan
baku beton pada bangunan yang akan digunakan. Perkembangan pada bidang konstruksi akan
terus meningkaat sesuai perkembangan zaman. Maka limbah beton yang dihasilkan akan
Received: ; Revised: ; Accepted: ; Available Online: (kosongkan, diisi oleh editor)

Copyright@2023. Universitas Islam 45


2 BENTANG : Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil

semakin banyak. Limbah beton tersebut merupakan hasil dari pengujian, pembongkaran
gedung, dan pembongkaran bangunan konstruksi. Berdasarkan data yang diperoleh EU
Environment General Directorate material konstruksi yang dihasilkan dari limbah pembangunan
dan pembongkaran yang dihasilkan diperkirakan 180 juta ton per tahun. Limbah sisa bongkaran
bangunan dan bongkaran gedung merupakan aliran limbah terbesar ketiga dalam hal kuantitatif,
setelah limbah pertambangan dan pertanian (Zalaya et al., 2019)
Penggunaan material agregat daur ulang dari bongkaran konstruksi telah banyak
digunakan sebagai agregat kasar yang baru karena memiliki karakteristik kekuatan tekan dan
durabilitas serupa dengan agregat normal. Walaupun demikian, karakteristik fisik agregat kasar
recycled memiliki perbedaan mendasar dibandingkan dengan agregat kasar normal, yaitu
penyerapan tinggi (sebab mortar lama masih melekat), rasio rongga udara, keausan tinggi dan
bulk density rendah (Zen et al., 2021)
Penggunaan limbah beton sebagai pengganti agregat kasar terhadap pembuatan beton
diharapkan mampu mengurangi penggunaan material alam. Limbah padat tersebut berupa
bongkaran beton dari kontruksi bangunan. Dalam penelitian ini limbah beton akan dijadikan
sebagai material bahan pengisi campuran beton normal. Sehingga perlu dilakukan penelitian
yang berjudul “Kuat Tekan Beton Recycling Bongkahan Kolom dan Balok Sebagai Pengganti
Agregat Kasar”.
Beberapa penelitian menjelaskan pengaruh penggunaan limbah pecahan beton sebagai
pengganti agregat kasar maupun sebagai agregat halus dengan menggunakan variasi yang
berbeda-beda terhadap kuat tekan, kuat tarik, modulus elastisitas, faktor air semen dan lainnya.
(Pratikto & Ajiono, n.d., Budiman 2019., Soelarso & Baehaki, 2016., Saleh, Penta, and
Susilowati 1997., Munthe, 2019.,)

Beton
Beton merupakan salah satu kontruksi yang telah umum digunakan untuk bangunan
gedung, jembatan, jalan dan lain-lain. Beton dibuat dengan cara mencampurkan agregat halus
(pasir), agregat kasar (kerikil), semen, dan air menjadi satu kesatuan. Agregat merupakan
bagian yang terbanyak dalam pembentukan beton sedangkan semen dan air akan membentuk
pasta yang akan mengikat agregat. Tugas perekat yaitu menghubungkan pasir atau kerikil dan
mengisi lubang-lubang diantaranya. Tambahan air baru memungkinkan pengikat dan
pengerasan dari perekat. Campuran tersebut akan mengeras seperti batuan, pengerasan terjadi
karena peristiwa reaksi kimia antara semen dan air.

Agregat Kasar
Agregat kasar adalah agregat yang butirannya lebih besar dari 5 mm atau agregat yang
semua butirannya dapat tertahan diayakan 4,75 mm. agregat kasar untuk beton dapat berupa
kerikil sebagai hasil dari disintegrasi dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh
dari pemecahan manual atau mesin. Agregat kasar harus terdiri dari butiran-butiran yang keras,
permukaan yang kasar.agregat harus memenuhi syarat kebersihan yaitu, tidak mengandung
lumpur lebih dari 1 %, dan tidak mengandung zat-zat organik yang dapat merusak beton.

Agregat Halus
Agregat halus adalah semua butiran lolos saringan 4,75 mm. agregat halus untuk beton
dapat berupa pasir alami, hasil pecahan dari batuan secara alami, atau berupa pasir buatan yang
dihasilkan oleh mesin pemecah batuyang biasa disebut abu batu. Agregat halus tidak boleh
mengandung lumpur lebih dari 5%, serta tidak mengandung zat-zat organik yang dapat merusak
beton. Kegunaannya adalah untuk mengisi ruangan antara butir agregat kasar.

Limbah Beton

Penulis Pertama, Penulis Kedua, Penulis Ketiga


Tiga Kata Pertama dari Judul Paper … 3

Limbah beton merupakan hasil dari pembongkaraan kontruksi bangunan dan material
yang sudah bukan murni agregat alam, melainkan terdapat bahan-bahan lain berupa semen dan
air yang menyatu berupa bongkahan sisa konstruksi. Pemakaian limbah padat sebagai pengganti
agregat kasar terhadap pembuatan beton diharapkan mampu mengurangi penggunaan material
alam.

Faktor Air Semen (FAS)


Faktor air semen adalah perbandingan berat antara air dan semen Portland didalam
campuran adukan beton. Faktor air semen atau Water Cement Ratio (WCR) adalah indikator
yang penting dalam perancangan campuran beton karena FAS merupakan perbandingan jumlah
air terhadap jumlah semen dalam suatu campuran beton.

Kuat Tekan
Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin tinggi tingkat
kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pula mutu beton yang dihasilkan. Kekuatan
tekan beton dinotasikan sebagai berikut (PB,1089:16).

f’c = (1)
dimana,
f`c = Kuat tekan beton (MPa)
P = Beban yang bekerja (kN)
A = Luas penampang (cm2)

2. METODE PENELITIAN
Bahan dan Alat
Pelaksanaan penelitian terdiri dari pembuatan benda uji, pengujian kuat tekan dilakukan
di Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara. Material yang digunakan terdiri dari: Semen
portland tipe I, agregat kasar menggunakan Split, Limbah bongkahan kolom dan balok.
Alat terdiri dari: timbangan analitis 25 kg, satu set alat pengaduk beton (mixer), cetakan
beton silinder 10x20 cm2, alat uji slump test, mesin kuat tekan (compression apparatus).

Prosedur Penelitian
Tahap persiapan: pertama, pengumpulan informasi seperti SNI, ASTM, PBI dan
sebagainya. Kedua, pengujian material yang terdiri dari: analisa saringan, kadar lumpur dan zat
organis pada agregat halus, faktor air semen. Keseluruhan pengujian menggunakan standar SNI
dan PBI.
Tahap Pelaksanaan: Pengujian slump dan pembuatan benda uji, pada kedua tahap tersebut
dilakukan dua kali percobaan dengan FAS 0,6. Percobaan pertama, mix desain beton normal
terdiri dari: semen tipe 1, agregat halus, agregat kasar, dan air. Percobaan kedua, mix desain
beton normal dengan agregat pengganti terdiri dari: semen tipe 1, agregat halus, agregat kasar
daur ulang, dan air. Pada setiap percobaan terdiri dari 4 benda uji dengan waktu pengujian 14
dan 28 hari untuk pengujian kuat tekan.
Tahap analisis data dan pembahasan meliputi: tinjauan mix desain beton normal dengan
agregat pengganti dan perbandingan kuat tekan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pemeriksaan Material
Hasil pemeriksaan pada material meliputi analisa saringan, kadar lumpur, dan zat organis
pada agregat halus diuraikan pada tabel berikut.

Tabel 1a. Hasil Analisa Kadar Lumpur pada Agregat Halus

p-ISSN: 2302-5891 ISSN: 2579-3187


Vol. 11 No. 1 Januari 2023, 1-12
4 BENTANG : Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil

Keterangan Percobaan I Percobaan II


Berat awal pasir 100 gr 100 gr
Berat setelah dicuci 98,2 gr 98,6 gr
Berat lumpur 1,8 gr 1,4 gr
Rata-rata berat lumpur 1,6 gr
Persentase rata-rata 1,6 %

Tabel 1b. Hasil Analisa Zat Organis pada Agregat Halus


Keterangan Gelas A Gelas B
Tinggi pasir + lumpur 155 cc 152 cc
Berat setelah dicuci 146 cc 144 cc
Berat lumpur 9 cc 8 cc
Rata-rata 8,5 cc

Tabel 1c. Hasil Analisa Saringan Agregat Halus


Sisa Diatas Saringan
Diameter Jumlah Sisa
Jumlah yang Lolos
Saringan Saringan I Saringan II Rata-rata Komulatif

(mm) (gram) (gram) (gram) (%) (%) (%)


0 100
9.52 91 131 111 11,1 11,1 88,9
4,76 80 82 81 8,1 19,2 80,8
2,36 105 115 110 11 30,2 69,8
1,18 127 112 119,5 11,95 42,15 57,85
0,6 158 173 165,5 16,55 58,7 41,3
0,25 114 184 149 14,9 73,6 26,4
0,15 163 85 124 12,4 86 14
0,07 136 97 16,5 11,65 97,65 2,35
0,0 25 19 22 2,2 99,85 0,15
Jumlah 999 998 998,5 99,85

FM =

= 3,21

Agregat halus yang digunakan mengandung lumpur 1,6 %, maka agregat halus tersebut
bisa digunakan sesuai (SNI-03-6821-2002). Pada analisa kandungan zat organis warna larutan
NaOH berwarna coklat kehitaman/Tintometer no. 16 sesuai syarat PBI 1971. Pada analisa
saringan FM yang diperoleh adalah 3,21, Sehingga nilai Modulus Halus Butir (MHB) tergolong
kategori kasar karena berkisar antara 2,5 – 3,5 sesuai (SK-SNI-15-1990-03 n.d.)

Faktor Air Semen


Perhitungan hasil campuran air untuk 4 benda uji:
Air = FAS x Massa semen
= 0,6 x 2,429 kg
= 1,457 kg
Maka nilai FAS 0,6 adalah jenis pembetonan di dalam ruang bangunan dengan keadaan
keliling non korosif, merujuk pada PBI 1971.

Nilai Slump

Penulis Pertama, Penulis Kedua, Penulis Ketiga


Tiga Kata Pertama dari Judul Paper … 5

Tabel 2. Hasil Percobaan Nilai Slump


Slump tertinggi Slump terendah Nilai Slump
Keterangan
(cm) (cm) (cm)
Mix desain beton normal 6 3 4,5

Mix desain beton normal dengan 7 2,5 4,75


agregat pengganti

Berdasarkan hasil percobaan, nilai slump pada mix desain beton normal yaitu 4,5 cm.
Dan nilai slump pada mix desain beton normal dengan agregat pengganti yaitu 4,75 digunakan
untuk pembetonan masal sesuai dengan syarat PBI 1971.

Kuat Tekan
Pada bagian ini, dijelaskan hasil penelitian dan pada saat yang sama diberikan
pembahasan yang komprehensif. Hasil dapat disajikan dalam angka, grafik, tabel dan lain-lain
yang membuat pembaca memahami dengan mudah. Pembahasan dapat dibuat dalam beberapa
sub-bab. Hasil dan Pembahasan suatu artikel jurnal ilmiah , seharusnya mengandung secara
lengkap unsur unsur (1) What/How?. How?: deskripsi finding atau temuan pentingnya
berdasarkan fakta hasil penelitian bukan menceritakan secara detil setiap angka di gambar atau
tabel , tetapi finding nya apa. (2) Why?. Why?: kajian interpretasi saintifik dari finding / temuan
penting tersebut , keterkaitannya dengan konsep konsep teori yang sudah ada , dan aspek aspek
saintifik lainnya sesuai kekhasan bidang ilmunya. (3) What Else?. Else?: apakah hasil hasil
temuan penting atau finding tersebut sesuai atau tidak sesuai , lebih baik atau lebih tidak
baik , dibandingkan dengan penelitian penelitian sebelumnya terutama yang tercantum di
bagian State of The Art di Pendahuluan.
Ketajaman Analisis dan Sintesis sekurang kurangnya meliputi: deskripsi temuan karya
yang membahas secara tajam dilengkapi dengan fakta yang jelas, keterkaitannya dengan konsep
teori sebelumnya atau kedalaman interpretasi hasil temuan, membandingkan secara kritis
dengan karya orang lain, dan menguatkan mengoreksi temuan sebelumnya
Penting: Membandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya yang sejenis ; Relevansi
dengan penelitian lain yang sejenis; Adanya novelty/ kebaruan atau kontribusi yang nyata ;
Keunikan penelitian

Sub Bab 1
Tuliskan secara runut dan jelas. Setiap persamaan (jika ada) harus dilengkapi dengan
nomor persamaan. Keterangan simbol di persamaan disajikan dalam bentuk paragraph
deskriptif, bukan item list (gambar 3). Jika ada data angka pergunakan koma bukan titik
(kecuali naskah berbahasa Inggris full). Angka desimal dibelakang koma maximal 4 angka.

Sub Bab 2
Tuliskan secara runut dan jelas. Tabel dan Gambar disajikan di tengah, seperti yang
ditunjukkan di bawah ini dan dikutip dalam naskah. Tabel ditulis berurutan sesuai banyaknya
tabel dalam artikel ilmiah dan ditulis di tengah atas, begitu juga dengan keterangan gambar
ditulis berurutan sesuai banyaknya gambar dalam artikel ilmiah dan ditulis di tengah bawah.

Tabel 1. Perbandingan Cara Perhitungan Tebal Pelat Beton Metoda


Pd xx-2002 Direktorat Jenderal Bina Marga, dan AASHTO 1993
Pd. XX-2002 Direktorat
No NAASRA AASHTO 1993
Jenderal Bina Marga
1 Lalu lintas Jenis Kendaraan yang Jenis Kendaraan yang
Rencana dihitung > 5 ton dihitung > 5 ton

p-ISSN: 2302-5891 ISSN: 2579-3187


Vol. 11 No. 1 Januari 2023, 1-12
6 BENTANG : Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil

Pd. XX-2002 Direktorat


No NAASRA AASHTO 1993
Jenderal Bina Marga

2 Beban - Konfigurasi sumbu yang - Konfigurasi sumbu yang Semua beban sumbu dikonversikan
Gandar dihitung. dihitung. ke jumlah ekivalen beban sumbu
a. Sumbu Tunggal Roda a. Sumbu Tunggal Roda tunggal 18 Kip (80 KN) (ESAL)
Tunggal (STRT) Tunggal (STRT)
b. Sumbu Tunggal Roda b. Sumbu Tunggal Roda
Ganda (STRG) Ganda (STRG)
c. Sumbu Ganda Roda Ganda c. Sumbu Ganda Roda
(SGRG) Ganda (SGRG)

3 Tebal Pelat -Penentuan tebal pelat - Penentuan tebal pelat - Tebal pelat ditentukan pada tahun
taksiran dipilih dan total taksiran dipilih dan pertama, komposisi lalu lintas
fatik serta kerusakan erosi total fatik berdasarkan didapat dengan cara mengkalikan
dihitung berdasarkan komposisi lalu lintas jumlah sumbu niaga dengan
komposisi lalu lintas selama umur rencana. faktor ekivalensi. Komposisi lalu
selama umur rencana. Total Total fatik harus lintas tahun pertama dikali
fatik dan erosi <100% <100% dengan umur tahun rencana.
Sumber: Bina Marga, 2019

Tabel 1 menunjukkan perbedaan yang dipergunakan untuk ….. Tabel yang merupakan
hasil pengukuran/pengolahan data sendiri dari data primer, TIDAK PERLU
MENYEBUTKAN SUMBERNYA. Tabel yang harus ditulis sumbernya adalah jika Tabel
tersebut diambil dari sumber milik orang lain.

Sumber: Gunarti, 2018

Gambar 1. Contoh gambar dengan resolusi cukup

Gambar 1 menunjukkan perbedaan yang dipergunakan untuk ….. Setiap gambar/tabel


harus dilengkapi dengan nomor gambar tabel , dan dirujuk di dalam teks dengan menyebut
gambar/table dan nomornya. Garis garis vertikal di tabel tidak perlu ditampilkan, sementara itu
garis garis horisontal hanya ditampakkan di bagian heading dan penutup tabel saja.
Semua teks di dalam gambar tabel harus terbaca dengan baik, tidak boleh blur. Gunakan
resolusi yang baik. Ukuran huruf di dalam grafik gambar tidak boleh melebihi ukuran huruf di
body teks, atau juga jangan terlalu kecil hingga tidak terbaca (Gambar 2). Tabel tidak boleh
terpotong di halaman lain. Jika terpaksa terpotong di halaman lain, harus diberi identitas
lanjutan dan diberi baris heading tabel. Ukuran huruf dan jarak spasi antar baris khusus untuk
tabel boleh sedikit lebih kecil dari ukuran standar body text.
Pada Tabel, seharusnya tidak perlu ada garis garis horisontal di dalam isi tabel, tetapi
cukup hanya di bagian heading dan garis paling bawah saja. Gambar dan Tabel tidak boleh

Penulis Pertama, Penulis Kedua, Penulis Ketiga


Tiga Kata Pertama dari Judul Paper … 7

menampilkan garis border luar. Tabel tidak boleh disajikan dalam bentuk format image karena
tabel harus dapat di lakukan editing oleh editor.
Setiap persamaan (jika ada) harus dilengkapi dengan nomor persamaan. Keterangan
simbol di persamaan disajikan dalam bentuk paragraph deskriptif, bukan item list. Setiap
gambar/tabel harus dilengkapi dengan nomor gambar tabel , dan dirujuk di dalam teks dengan
menyebut gambar /tabel dan nomornya. Garis garis vertikal di tabel tidak perlu ditampilkan,
sementara itu garis garis horisontal hanya ditampakkan di bagian heading dan penutup tabel
saja. Jangan ada penyajian gambar atau tabel yang tidak perlu, atau jangan ada gambar /table
yang tidak diacu dirujuk dalam teks.

Sumber: Istadi, 2022


Gambar 2. Contoh penyajian gambar yang baik, tidak menggunakan garis bantu,
(background polos)

Contoh cara merujuk yang benar : Tabel 5 menunjukkan ......” atau bla bla bla (Tabel
5) ......”; jangan menarasikan angka dalam tabel atau ilustrasi atau gambar terlalu detil. Setiap
gambar dan tabel harus diacu dirujuk di dalam teks begitu juga sebaliknya. Pada pengacuan
gambar atau tabel, jangan menggunakan kata kata lokasi letak, contoh rujukan berikut ini harus
dihindari : Berdasarkan Gambar 1 di atas ….”, “… disajikan di Tabel 3 berikut ini : …”, “…….
Lihat Tabel 1 di bawah ini. Judul Caption Tabel diletakkan di atas tabel , sedangkan judul
/caption Gambar diletakkan di bawah gambar.
Tatacara Penulisan Persamaan: Setiap Persamaan harus diberi nomor persamaan yang
diletakkan di sebelah kanan persamaan. Keterangan notasi simbol dalam persamaan dijelaskan
dalam bentuk paragraf , bukan dalam bentuk item list. Contoh menulis persamaan (rumus),
penomoran rumus, dan keterangan simbol persamaan (gambar 3):

p-ISSN: 2302-5891 ISSN: 2579-3187


Vol. 11 No. 1 Januari 2023, 1-12
8 BENTANG : Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil

Sumber: Istadi, 2022


Gambar 3. Contoh cara menulis keterangan persamaan/rumus

Tidak boleh ada perhitungan detil di artikel, seharusnya hasil akhir saja, perhitungan
detil seharusnya hidden. Setiap penulisan persamaan seharusnya diberi nomor persamaan,
keterangan simbol persamaan dibuat paragraf alinea (gambar 3).

4. KESIMPULAN
Memberikan pernyataan bahwa apa yang diharapkan, seperti yang dinyatakan dalam bab
"Pendahuluan" sampai bab "Hasil dan Diskusi", sehingga ada kompatibilitas. Selain itu dapat
juga ditambahkan prospek pengembangan hasil penelitian dan prospek penerapan penelitian
selanjutnya (berdasarkan hasil dan diskusi). Penarikan simpulan dapat menghasilkan temuan
baru yang dituangkan secara akurat dan mendalam . Temuan baru dapat berupa teori , postulat ,
rumus, kaidah , metode , model, prototipe , atau yang setara. Simpulan harus sesuai dengan
tujuan penelitiannya. Simpulan harus ditunjang oleh data hasil penelitian yang mencukupi.
Boleh juga ditambahkan implikasi atau saran saran di bagian akhir Simpulan. Jangan membagi
antara sub bab Simpulan dan sub bab Saran. Disarankan dituliskan dalam bentuk paragraph
deskriptif , bukan dalam bentuk bullet numbering.

Ucapan Terima Kasih (Opsional)

REFERENSI
Sistem pengacuan pustaka dan cara pengutipan disarankan menggunakan aplikasi pengutipan
standar (Mendeley, Zotero, dsb) sehingga konsistensi dan aksesibilitasnya lebih terjaga , namun
demikian yang terpenting adalah kesesuaian dengan format baku pengacuan pustaka dan
konsistensi. Referensi utama adalah jurnal internasional dan prosiding. Semua referensi harus
yang paling relevan dan sumber up-to-date. Referensi yang ditulis dalam gaya/style APA.
(https://www.mendeley.com/guides/apa-citation-guide). Silakan gunakan format yang
konsisten. Referensi minimal 10. Dapat lihat contoh di bawah:

Jika referensi Anda dari artikel jurnal:


Penulis 1A, Penulis 2B. (Tahun). Judul Naskah. Nama dari Journal atau Singkatannya. Vol
(Issue): Halaman.

Penulis Pertama, Penulis Kedua, Penulis Ketiga


Tiga Kata Pertama dari Judul Paper … 9

Casadei D, Serra G, Tani K. (2007). Implementation of a Direct Control Algorithm for


Induction Motors Based on Discrete Space Vector Modulation. IEEE Transactions on
Power Electronics. 15(4): 769-777.(Dalam hal ini Volume 15 No 4 halaman 769 - 777).

Firdaus M. (2013). Indeks aktivitas antioksidan ekstrak rumput laut coklat (Sargassum
aquifolium). Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 16(1): 42-27.

Jika referensi Anda dari artikel Prosiding: (Jika prosiding terdiri dari beberapa volume)
Penulis1 A, Penulis 2 B. (Tahun). Judul Naskah. Nama dari Konferensi Seminar. Kota. Volume:
Halaman.

Calero C, Piatiini M, Pascual C, Serrano MA. (2009). Towards Data Warehouse Quality
Metrics. Proceedings of the 3rd Intl. Workshop on Design and Management of Data
Warehouses. Interlaken. 39: 2-11. (Dalam hal ini, Kota: Interlaken, Vol.39, Halaman: 2-
11)

p-ISSN: 2302-5891 ISSN: 2579-3187


Vol. 11 No. 1 Januari 2023, 1-12

Anda mungkin juga menyukai