Anda di halaman 1dari 9

DEMONTRASI CARA

Budidaya Caing Sutera (Tubifex sp)

OLEH :
MUHAMMAD RIDWAN, S.Pi
NIP. 19771010 201102 1 001
PENYULUH PERIKANAN PERTAMA

BALAI PELATIHAN DAN PENYULUHAN PERIKANAN


MEDAN
2021
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : DEMCAR Teknik Budidaya Cacing Sutera (Tubifex sp)

NAMA : MUHAMMAD RIDWAN S.Pi

NIP : 19771010 201102 1 001

JABATAN : Penyuluh Perikanan Pertama

KECAMATAN : Siak

Siak, 03 Februari 2021

Mengetahui

Kepala Dinas
Perikanan dan Peternakan PenyuluhPerikanan
KabupatenSiak

drh. Hj. SUSILAWATI, MM MUHAMMAD RIDWAN, S.Pi


Pembina UtamaMuda (IV-c) NIP. 19771010 201102 1 001
NIP.19710902 199703 2 004
I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan teknologi budidaya perikanan dewasa ini,


menyebabkan pakan menjadi masalah serius bagi para pelakunya, Pakan yang menjadi
kebutuhan utama pada awal budidaya adalah pakan alami yaitu cacing sutra terutama pada
segmen pembenihan yang memegang kunci dari dari semua unit kegiatan Budidaya
perikanan. Cacing sutra menjadi salah satu pakan alami yang banyak di gunakan oleh para
breeder baik ikan hias maupun ikan konsumsi.
Cacing sutra dikenal memiliki kandungan gizi yang tinggi sangat berperan dalam
pertumbuhan benih ikan, sebagian besar pasokan cacing sutra mesih mengandalkan
penangkapan dari alam, sehingga sangat tergantung musim Kondisi ini menyebabkan harga
jual cacing sutra befluktuatif . Harga akan stabil apabila musim kemarau, sedangkan musim
hujan harga cacing sutra akan naik. Pada musim hujan aliran air sungai cukup deras koloni
cacing sutra akan tebawa arus air, sehingga cacing sutra sulit didapat Sehingga harga jual
cacing sutra cukup tinggi.Untuk mengatasi hal tersebut pelu di adakan budidaya cacing
sutra.

.
Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah Meningkatkan
pengetahuan, perilaku dan sikap Pelaku Utama dalam melakukan usaha budidaya cacing
sutera sebagai pemenuhan kebutuhan akan pakan alami bagi benih ikan.

Teknik Budidaya Cacing Sutra (Tubifex sp)

a. Mengenal Cacing Sutra


Cacing sutra adalah kelompok cacing – cacingan yang banyak hidup di saluran air
yang mengandung bahan organik. Hidupnya berkoloni dan berbentuk seperti rambut
sehingga banyak juga menyebutnya cacing rambut. Ukuran cacing sutra cukup kecil
bewarna kemerahan dengan panjang 1 – 3 cm dan beruas – ruas Cacing Sutra dengan
nama ilmiah Tubifex spKandungan protein cacing sutra sekitar 57% dan kandungan
lemak 13 %.Sangat baik di butuhkan oleh ikan terutama fase larva.
Cacing sutra merupakan hewan tingkat randah karena tidak memiliki tulang belakang
(Invertebrata) berikut Klasifikasi berdasarkan Mueller (1774)

Kindom Animalia

Phylum Annelida

Klas Clitela

SUB Klas Oligochaeta

Ordo Haplotaxida

Sub Ordo Tubificina

Famili Tubificidae

Genus Tubufex

Spesies Tubifex sp

Tubuh Tubifex berukuran ramping, bulat, dan terdiri atas 30 – 60 segmen dengan
panjang 1 – 3 cm. Ciri umum dari Tubifex adanya dua pasang kelamin, sepasang
berupa testis dan sepasang berupa ovarium. Dengan demikian, cacing sutra makhluk
hidup bersifat hemaprodit atau berjenis kelamin ganda. Perkembangan telur cacing
sutra terjadi di dalam kokon yang dihasilkan oleh kelenjar epidermis dari salah satu
segmen tubuh. Induk yang dapat menghasilkan telur berusia 40 – 45 hari. Jumlah telur
yang dihasilkan bekisar 4 – 5 butir. Waktu yang dibutuhkan untuk proses perkembangan
telur sampai menetas 10 – 12 hari.
Daur hidup cacing sutra dari telur, sampai bertelur kembali membutuhkan waktu 50 – 57
hari. Cacing sutra memperoleh makanan pada kedalaman 2 – 3 cm dari permukaan
substrat dengan cara masuk kedalam sedimen Pada lapisan tersebut banyak zat – zat
makanan yang tertimbun akibat dekomposisi anerobik. Caranya dengan menyaring
substrat organik, lalu komponen tersebut masuk ke pencernaan. Makanan yang dipilih
adalah bahan organik yang kecil dan lembek. Jumlah makanan yang di konsumsi oleh
cacing sutra dalam satu hari mencapai 1 – 2 kali bobot tubuhnya.Selain makanan,
populasi cacing sutra juga di tentukan oleh faktor ruang dan lingkungan.
b. Habitat Cacing Sutera

Cacing sutra pada umumnya tersebar di daerah tropis. Habitat utamanya adalah lumpur
sungai. Cacing sutra mudah di jumpai di tepian sungai kecil yang dangkal dan agak keruh
atau tidak terlalu jernih. Di alam, cacing sutra ditemui bergerombol di saluran air yang
banyak mengandung bahan organik dengan aliran air yang tidak Terlalu deras. Cacing sutra
akan terlihat seperti kumpulan rambut bewarna merah yang berumbai – rumbai Cacing
Sutra akan membenamkan kepalanya kedalam lumpur untuk mencari makan Sedangkan
ujung ekornya akan di sembulkan di atas permukaan dasar untuk bernafas. Cacing sutra di
alam dapat berkembang biak dengan baik jika kandungan bahan organiknya cukup tinggi,
seperti perairan yang di aliri limbah tahu dan tapioka.
Untuk membudidayakan cacing sutra tidak semudah membudidayakan cacing tanah,
karena pembudidaya harus mampu menciptakan wadah dan media yang memiliki seperti di
alamnya yang kaya akan bahan organik Faktor yang mendukung kelangsungan hidup
cacing sutra adalah endapan lumpur dan bahan organik. Jika air Terlalu tinggi, koloni
Tubifex tidak dapat berkembang biak bahkan mati karena Tubifex membutuhkan oksigen
dari luar. Sementara itu, jika air terlalu rendah atau sedikit, lingkungannya akan cepat panas
sehingga Tubifex tidak dapat bertahan hidup lama Ketinggian air optimal 6 cm, kualitas air
yang baik dan cacing sutra dapat tumbuh optimal pada kondisi pH 5,5 – 8,0 Suhu 25 –
28°C, kandungan Oksigen 2,5 – 7 ppm dan amoniak <3,6 ppm.
Teknik Pemijahan dengan bantuan suntik hormon ovaprim pada ikan lele sebagai
berikut :

Pembenihan ikan lele dapat dilakukan dilahan-lahan terbatas dengan menggunakan kolam
yang terbuat dari bahan yang sederhana, maupun di kolam tembok yang memanfaatkan
akuarium maupun kolam tanah dalam pendederannya.

Umumnya induk-induk ikan lele mempunyai interval pengisian telur sekitar 2-2.5 bulan
jika diberi pakan berupa pelet komersial, namun jika menggunakan pakan formulasi khusus
buatan BRPBAT maka induk-induk ikan lele hanya memerlukan waktu sekitar 1 bulan untuk
dapat terisi kembali gonadnya. Langkah-langkah teknis yang diperlukan dalam suatu
pembenihan ikan lele adalah sebagai berikut:

c. Budidaya Cacing Sutera

Budidaya cacing sutra merupakan kegiatan yang masih jarang dilirik masyarakat umum,
minimnya informasi mengenai cacing sutra membuat budidaya baru dilakukan segelintin
orang, itupun masih bersifat tradisional dan sebatas masih memenuhi kebutuhan sendiri.
Budidaya cacing sutra secara komersil harus memperhatikan segala persiapannya.
Teknologi dalam budidaya mengacu pada sistem modern walaupun alat dan bahan
digunakan cukup sederhana. Dalam menekuni bisnis cacing sutra, tentu ada sarana dan
prasarana yang di butuhkan untuk memulai budidaya cacing sutra tergantung media atau
wadah yang digunakan.
Langkah-langkah yang perlu dipersiapkan dalam proses budidaya cacing sutra ini adalah
sebagai berikut:

1.  Persiapan Wadah Produksi

Wadah yang digunakan berupa nampan yang disusun bertingkat di dalam rak, yang
dibuat bertingkat dan memanjang sesuai lahan yang ada, Terobosan baru dalam
budidaya cacing sutra adalah dengan Metode Aprtemen sistem resirkulasi tertutup.
Sistem ini merupakan aliran air yang selalu mengisi wadah selama pemeliharaan,
Selain itu, biaya yang digunakan tidak begitu mahal.

Keunggulannya adalah:

- Hemat air
- Hemat lahan
- Metode ini di rekomendasikan dalam memproduksi cacing sutra.

2. Pembuatan Media

Langkah kerjanya dengan mempersiapkan bahan-bahanya yakni :


- Ampas Tahu 1 Kg
- Probiotik 5 ml
- Molase 5 ml

Gambar : Pembuatan Media Budidaya Cacing Sutra

Selanjutnya dilakukan seperti langkah dibawah ini


a. Ampas tahu sebanyak 1 kg di masukkan kedalam nampan
b. Tuang Molase 5 ml kedalam nampan
c. Tuang Probiotik 5 ml kedalam nampan yang telah berisi probiotik
d. Aduk Probiotik dengan molase sampai merata /homogen
e. Tuang larutan molase dan probiotik kedalam nampan yang telah berisi ampas
tahu
f. Kemudian aduk sampai merata
g. Setelah itu nampan di tutup rapat selama minimal 7 hari
h. Ampas tahu yang telah di fermentasi diberikan pada cacing sutra sebanyak
stengah dari besar koloni cacing sutra.

3. Penebaran Bibit Cacing Sutera


Tahapan Penebaran bibit cacing sutera melalui tahapan :
 Bibit yang akan ditebar Ke dalam wadah harus berasal dari bibit yang sudah di
tangkarkan terlebih dahulu
 Dengan demikian bibit tidak mengandung penyakit atau membawa phatogen
 Cacing sutra termasuk kedalam golongan hewan yang mudah stres jika tidak di
tangani dengan baik
 Waktu dan cara penebaran harus di perhatikan sehingga nantinya produksi
bisa optimal
 Tingginya suhu dapat membuat kualitas bibit menurun, bahkan memperlambat
proses adaptasi dengan media yang baru
 Penebaran bibit yang baik dilakukan yaitu pagi pada pukul 07.00 atau sore
pada pukul 16.00
 Penebaran bibit cacing sutra dengan metode
 Metode Sebar
Gambar : Penebaran Bibit Cacing Sutra

4. Pemberian Pakan

Untuk memacu pertumbuhan cacing sutra pada nampan pemeliharaan di perlukan


penambahan pakan yang cukup yakni dengan cara
 Pakan cacing sutra dari, ampas tahu yang telah difermentasi
 Pemberian pakan pertama 2 hari setelah penebaran
 Setelah itu pemberian pakan di berikan 2 – 3 hari sekali
 Dosis pemberian pakan ½ dari besar koloni per nampan
 Pemberian pakan, air di biarkan tetap mengalir
 Pakan di tebar secara merata di atas permukaan koloni cacing sutra, sehingga
koloni cacing mendapat pakan secara merata.

5. Pemeliharaan dan Panen


Pemeliharaan cacing sutra sampai pendapatkan panen perdana biasanya di butuhkan
waktu sekitar 50 – 60 hari atau sekitar 2 bulan, kemudian panen berikutnya setiap 7 –
10 hari panen dilakukan tidak mengambil semua cacing sutra. Penerapan apartemen
cacing sutra mengharuskan aliran air yang ada terus menerus, jadi perlu pengontrolan
agar air tetap berjalan selama pemeliharaan.

Gambar : Apartemen Cacing Sutra dan Hasil Panen Perdana Cacing Sutera (Tubifex sp)

PUSTAKA ACUAN

 Djokosetiyanto D, Yusadi D, Supriyono E, Suprayudi A. 1992. Pengaruh tinggi


air dan tinggi substrat terhadap biomassa Tubifex sp. Fakultas Perikanan
dan Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 49 hal.
 Hadiroseyani, H dan D, Dana. 1994. Penyediaan Cacing Sutera Bebas Penyakit
Sebagai Makanan Ikan yang Sehat, melalui Sistem Budidaya yang
Diperbaiki. Laporan Penelitian. Insitut Pertanian Bogor. Bogor

Anda mungkin juga menyukai