Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kegiatan keagamaan adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh seseorang


dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan-
kesulitan rohaniah dalam lingkungan hidupanya agar orang tersebut mampu
mengatasinya sendiri karena timbul kesadaran atau penyerahan diri terhadap
kekuasaan Tuhan sehingga timbul pada diri pribadinya suatu cahaya harapan
kebahagiaan hidup saat sekarang dan masa depannya. (Arifin, 1987:112)

Pembinaan keagamaan bagi para usia lanjut muslim menjadi sangat penting
sebagai upaya mempersiapkan para lansia dalam menghadapi akhir hayatnya,
karena pada kondisi tersebut manusia mengalami penurunan produktivitas dan
kondisi fisik sehingga berbagai penyakit mulai menggerogoti mereka. Dengan
kata lain usia lanjut merupakan waktu bagi manusia untuk menjalani sisa-sisa
perjalanan dalam kehidupan yaitu dengan mendekatkan diri kepada Alloh SWT.
Dan memperbanyak amal sholeh sebagai bekal menuju kehidupan akhirat.
Kehidupan merupakan suatu proses yang dijalani manusia mulai dari masa
kelahiran hingga masa kematian menuanya manusia akan berjalan seiring dengan
berjalannya manusia yang dialami manusia dari hari kehari hingga ajal
menjemput. Dengan kata lain lanjut usia merupakn periode penutup dalam rentang
kehidupan seseorang. Keadaan seperti ini berpotensi menimbulkan berbagai
masalah yang dialami para lanjut usia termasuk dalam hal keagamaan.

Dapat dilihat bahwa faktor psikososial merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dengan kehidupan manusia. Hal ini berkaitan dengan kondisi kejiwaan
yang di alami oleh lansia, seperti konsidi jiwa yang terganggu yang dapat
berakibat pada gangguan kesehatan fisik. Permasalahan psikologis pada lansia ini
terutaa muncul ketika mereka tidak berhasil menemukan jalan keluar atas
permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi. Para lansia sering dianjurkan
untuk mampu menghadapi berbagai persoalan secara tenang sehingga tidak teresa

1
terdesak untuk mengubah orientasi kehidupan secara radikal. Seharusnya pada
periode ini para lansia lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dengan
menambahkan keimanan dan pengamalan nilai-nilai agama. Hal ini disebabkan
periode lansia merupakn ujung kehidupan manusia dan mendekati kematian.
Keimanan dan ketaqwaan kepada alloh SWT merupakan benteng pertahanan
mental yang mampu melindungi manusia dari berbagai ancaman serta
kehawatiran terhadap masa tua.

Pendidikan keagamaan bisa dimulai dari diri sendiri, lingkungan, keluarga


maupun kehidupan nyata dimasyarakat. Namun hal yang paling mendasar yang
bisa mempengaruhi kehidupan seseorang yaitu keluarga karena keluarga
merupakan faktor utama yang bisa mempengaruhi kehidupan seseorang. Dengan
demikain dalam menghadapi masa lansia sebagai periode menjelang akhir
kehidupan seyogiannya diberikan pembina yang berkompetensi baik dalam hal
penguasaan materi maupun dalam menerapkan metode.

Oleh karena itu penulis sangat tertarik untuk membahas mengenai agama dan
usia lanjut, sehingga penulis mengangkat sebuah judul “Pembinaan pemahaman
agama bagi kaum lansia sebagai bekal menuju kehidupan yang hakiki”. Dengan
harapan, bahwa kaum lansia dapat meningkatkan keagamaannya untuk bekal
kehidupannya yang hakiki. Selain itu, penulis sangat berharap kamu lansia di sisa-
sisa hidupnya dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaannya terhadap Allah
SWT. Dengan cara banyak mengaji, beramal soleh, serta melakukan ibadah yang
lain agar mendapatkan bekal yang cukup untuk menikmati kehidupan yang hakiki.
Dan juga agar di masa tuanya, tidak terbengkalai begitu saja, maksudnya masa
tuanya itu dapat di pergunakan dengan segala hal kebaikan. Dengan pengisian
rohaniyah yang cukup dapat menimbulkan kesehatan yang baik bagi
jasmaniyahnya. Jadi dengan penguatan rohaniyah, yaitu dengan mendekatkan diri
kepada Allah SWT.dapat memberikan kesehatan bagi jasmaniyah dengan kata lain
dpat menghindarkan diri dari segala penyakit yang akan menggerogoti tubuh
manusia, apalagi masa lansia itu sangat rentang akan terjangkitnya penyakit.

2
Maka dari itu dengan penguatan rohaniyah yang baik, akan menjauhkan diri dari
segala penyakit.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara membina pemahaman agama bagi kaum lansia?
2. Bagaimana cara kaum lansia mendapatkan bekal untuk kehidupan yang
hakiki?
3. Bagaimana pentingnya agama bagi kehidupan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara membina pemahaman agama bagi kaum lansia.
2. Untuk mengetahui cara kaum lansia mendapatkaan bekal untuk kehidupan
yang hakiki.
3. Untuk mengetahui pentingnya agama bagi kehidupan.

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembinaan
Pembinaan adalah proses, pembuatan, cara pembinaan, pembaharuan, usaha
dan tindakan atau kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna
dengan baik. Pembinaan menurut Masdar Helmi adalah segala hal usaha, ikhtiar
dan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan dan pengorganisasian serta
pengendalian segala sesuatu secara teratur dan terarah.
Pembinaan juga dapat diartikan: “Bantuan dari seseorang atau sekelompok
orang yang ditujukan kepada orang atau sekelompok orang lain melalui materi
pembinaan dengan tujuan dapat mengembangkan kemampuan, sehingga tercapai
apa yang diharapkan.”
Dari beberapa definisi di atas, dapat dipahami bahwa dalam pembinaan
terdapat unsur tujuan, materi, proses, cara, pembaharuan, dan tindakan
pembinaan. Selain itu, untuk melaksanakan kegiatan pembinaan diperlukan
adanya perencanaan, pengorganisasian (pelaksanaan), dan pengendalian
(monitoring dan evaluasi).
Secara operasional yang dimaksud kegiatan pembinaan dalam skripsi ini
meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian (monitoring
dan evaluasi). Selain itu, unsur tujuan, materi, cara (metode), dan proses akan
menjadi fokus kajian.

B. Pemahaman

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pemahaman berasala dari kata paham
yang memiliki arti pendapat, aliran, pikiran dan pandangan. Berubah kata menjadi
pemahaman mempunyai arti “proses, cara, perbuatan memahami atau
memahamkan. Sedangkan menurut sudirman pemahaman adalah suatu
kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau

4
menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah
diterimanya.

Maksunya yaitu seseorang dapat mengartikan atau menafsirkan suatu ilmu


pengetahuan sehingga dia paham akan ilmu pengetahuannya. Hubungan dengan
masa lansia dan agama yaitu, masa lansia diharuskan bahkan diwajibkan untuk
dapat mengartikan atau menafsirkan ilmu agama yang nantinya akan paham
tentang ilmu agamanya dan dapat di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
dalam rangka mengefektifkan masa tunya.

C. Agama

Agama merupakan sebuah kepercayaan yang dianut oleh seseorang. Para


pakar memiliki beragam pengertian tentang agama. Secara etimologi, kata
“agama” bukan berasal dari bahasa arab, melainkan diambil dari istilah bahasa
Sansekerta yang menunjukan pada sistem kepercayaan dalam Hinduisme dan
Budhisme di India. Agama terdiri dari kata “a” yang berarti tidak, dan “gama”
berarti kacau. Dengan demikian, agama adalah sejenis peraturan yang
menghindarkan manusia kekacauan, serta mengantarkan manusia menuju
keteraturan dan ketertiban.

Dalam bahasa Belanda, Jerman dan Inggris, ada kata yang mirip sekaligus
memiliki kesamaan makna dengan kata “gam”. Yaitu ga atau gaa dalam bahasa
Belanda; gein dalam bahasa Jerman; dan go dalam bahasa Inggris. Kesemuannya
memiliki makna yang sama atau mirip, yaitu pergi. Setelah mendapatkan awalan
dan akhiran a, ia mengalami perubahan makna. Dari makna pergi berubah menjadi
jalan.

Jadi maksudnya agama ini suatu kepercayaan yang dianut oleh seseorang
dalam rangka mengisi rohaniyahnya. Dengan adanya agama hidup akan teratur
atau tidak akan kacau, kaitannya dengan masa lansia yaitu, di masa lansia agama
sangat diperlukan untuk mendekatkan diri pada Tuhan, agar di masa lansia ini
hidupnya berjalan dengan tenang sesuai dengan aturan.

5
D. Kaum Lansia

Lansia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia dan
ditandai oleh gagalnya seseorang untuk mempertahankan keseimbangan kesehatan
dan kondisi stres fisiologis nya. Lansia juga berkaitan dengan penurunan daya
kemampuan untuk hidup dan kepekaan secara individual. Usia lanjut juga dapat
dikatakan sebagai usia emas karena tidak semua orang dapat mencapai usia lanjut
tersebut, maka jika seseorang telah berusia lanjut akan memerlukan tindakan
keperawatan lebih, baik yang bersifat promotif maupun preventif. Agar ia dapat
menikmati masa emas serta menjdi usia lanjut yang berguna dan bahagia.

Menurut Setyonegoro, lansia adalah orang yang berusia lebih dari 65 tahun.
Selanjutnya terbagi ke dalam 70-75 tahun (young old), 75-80 tahun (old), dan
lebih dari 80 tahun (very old). Sedangkan menurut Sumiati AM, seseorang
dikatakan masuk usia lansia jika usianya telah mencapai 65 tahun ke atas.

Maka dapat disimpulkan usia lansia yaitu seseorang yang telah menginjak usia
65tahun ke atas pada usia ini seseorang memerlukan tindakan keperawatan yang
lebih agar dapat menikmati masa emas serta menjadi usia lanjut yang bahagia.
Tetapi bukan hanya tindak keperawatan saja yang diperlukan pada masa lansia,
melainkan penguatan atau pengisian yang bersifat rohaniyah untuk bekal menuju
kehidupan yang hakiki.

E. Bekal

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bekal mempunyai arti bekal sesuatu
yang disediakan (seperti makanan, uang) untuk digunakan dalam perjalanan:
mereka membawa dalam perjalanan; sesuatu yang dapat digunakan kelak apabila
perlu: ilmu pengetahuan adalah untuk hari tua; modal: saya dalam menempuh
hidup hanyalah keberanian dan kejujuran.

Bekal memiliki 3 arti. Bekal adalah sebuah homonim karena arti-artinya


memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda. Arti dari bekal
bisa masuk dalam jenis kiasan sehingga penggunaan bekal bisa bukan dalam arti

6
kata yang sebenarnya. Bekal memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda
sehingga bekal dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda
dan segala yang dibendakan. Bekal termasuk dalam ragam bahasa cakapan.

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwasannya bekal itu adalah sesuatu yang
disediakan baik itu material maupun nonmaterial untuk hari tua. Maksud dari
material disini yaitu seperti makanan, dan uang yang dapat digunakan untuk
kehidupannya di usia lanjut. Sedangkan kebutuhan non material dapat berupa
ilmu pengetahuan yang tentunya mengenai agama. Yang akan menuntunnya ke
kehidupan yang lebih baik, dan juga berguna sebagai bekal di kehidupan yang
hakiki.

F. Kehidupan

Untuk mendefinisikan "kehidupan" dalam istilah yang tegas masih merupakan


tantangan bagi para ilmuwan dan filsuf. Sehingga mereka mendefinisikan
"kehidupan" adalah hal yang sulit, karena hidup adalah sebuah proses, bukan
substansi murni. Definisi apapun harus cukup luas untuk mencakup seluruh
kehidupan yang dikenal, dan definisi tersebut harus cukup umum, sehingga,
dengan itu, ilmuwan tidak akan melewatkan kehidupan yang mungkin secara
mendasar berbeda dari kehidupan di bumi.

Dalam filsafat dan agama, konsepsi kehidupan dan sifatnya bervariasi.


Keduanya menawarkan interpretasi mengenai bagaimana kehidupan berkaitan
dengan keberadaan dan kesadaran, dan keduanya menyentuh isu-isu terkait,
termasuk sikap hidup, tujuan, konsep tuhan atau dewa, jiwa atau kehidupan
setelah kematian.

Dari beberapa pendapat tersebut kita dapat menarik kesimpulan bahwasannya


kehidupan itu sebuah proses perjalanan manusia dimuka bumi ini yang sifat
sementara dan proses perjalanan hidup manusia di akhirat kelak yang sifatnya
hakiki. Maka pergunakanlah kehidupan didunia ini dengan sebaik-baiknya agar
tidak menyesal di kehidupan yang hakiki. Dengan cara mendalami ilmu agama
yang akan dibawa oleh setiap manusia ke kehidupan yang hakiki, dengan ilmu

7
agama yang dia miliki kehidupan seseorang akan terasa tenang, proses
perjalanannyapun akan terasa ringan dan jikalau ada hambatan, maka hambatan
itu akan dilalui dengan tenang pula.

G. Hakiki

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia hakiki memiliki arti benar,


sebenarnya, sesungguhnya, orang yang melaksanakan ajaran islam secara
sempurna akan mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Maksudnya yaitu
setelah kehidupan di dunia semua orang akan mati dan akan kembali di
hidupankan di akhirat dengan kehidupan yang hakiki. Setiap orang apabila telah
memasuki alam akhirat akan merasakan kehidupan yang sebenarnya, mereka tidak
akan mati dan akan terus selamanya hidup.

Sebagai bekal untuk kehidupan yang hakiki maka setiap orang harus memiliki
pemahaman mengenai agama. Karena hanya agamalah yang akan menjadi bekal
kehidupan yang hakiki yakni di akhirat.

8
BAB III

DESAIN PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT

PEMBINAAN PEMAHAMAN AGAMA BAGI KAUM LANSIA SEBAGAI BEKAL MENUJU KEHIDUPAN HAKI

INPUT

Kaum Lansia

PROSES

Metode Pembinaan Kelompok (group


Metode
Guidance)
Penganalisaan jiwa (Psycho analitis)
Metode Wawancara (Interview) Metode Bersifat Mengarah (direktif)

Metode non direktif

Client Centered Metode Edukatif

OUTPUT

Kesehatan Perkembangan Intelektual Moral

Tangungjawab atas orang lain


Fisik Bebas Penyakit Tolerann
Aktif Bekerja Efektif

Emosional Tanggungjawab atas diri


Memahami Pikiran Orang lain

9
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Kaum Manula sebagai Input

Secara teoritis, usia tua dimulai antara 60/65 tahun sampai meninggal. Usia
ini merupakan periode yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di dunia
ini digambarkan dalam al-Hadits yang artinya sebagai berikut “Masa penilaian
umur umatku adalah 60 hingga 70”. (HR Muslim dan Nasai’). Mereka berkata: “
Ya Rasulallah, berapakah ketetapan umur-umur umatmu ?” jawab Rasulullah :
“Tujuh Puluh” mereka bertanya lagi: “Ya Rasulallah bagaiman dengan umur
delapan puluh?” dan jawab beliau: “ Sedikit sekali umatku yang dapat
mencapainya. Yang Semoga Allah merahmati orang-orang yang mencapai
delapan puluh”. (HR Hudzaifah Ibn Yamani).
Lansia adalah usia selepas usia dewasa, kalau usia dewasa umur kira-kira
20/21 tahun sampai 40 tahun, maka lanjut adalah usia 41 tahun keatas sampai
meninggal dunia. DR. Sarlito W Sarwono membagi kehidupan tua menjadi tiga
periode , yaitu periode virilitas, pra semenium, dan senectus. Masing-masing
periode tahap itu mempunyai ciri-ciri atau karaktreristik sendiri-sendiri.
1. Tahap Virilitas (40-55 tahun)
Tahap ini adalah masa kritis dan dikenal dengan istilah remaja
kedua. Pria pada tahap ini sudah mencapai segala sesuatu yang dicita-
citakan. Kedudukan, uang, keluarga dan sebagainya. Ia sudah
membuktikan pada dirinya sendiri bahwa ia memang pria sejati. Tetapi
pada saat yang pula proses penuaan melanda dirinya. Berbagai penyakit
mulai menyerang, dan perubahan fisik juga mulai terjadi.
2. Tahap Pra Semenium ( 55-65 tahun)
Usia ini merupakan usia pensiun. Laki-laki kehilangan
pekerjaannya, status sosialnya, fasilitas, materi, anak-anak (sudah besar
dan pergi dari rumah)dan sebagainya. Teman-teman dan relasinya tidak
mengunjunginya. Ia jadi kesepian. Bersamaan dengan itu kesehatannya

10
akan makin mundur. Khususnya pada laki-laki yang tidak
mempersiapkan diri dengan baik pada tahapan virilitas, tahap ini
menyebabkan depresio ( tekanan jiwa) dan apatio ( lebih senang dan
melamun).
3. Tahap Senectus ( diatas 65 tahun)
Orang-orang yang sukses dalam tahapan virilitas biasanya tenang
pula memasuki tahap yang terakhir ini. Kondisi kesehatan mereka tidak
banyak terganggu, sehingga usia mereka bertambah panjang. Yang penting
adalah bahwa pada tahap ini seorang pria harus bisa melihat dunianya dari
sudut positif , melihat dari segi-segi baiknya. Kemampuan ini hanyalah
dapat diperoleh “ melalui latihan dan persiapan yang lama”. Yang paling
tidak disukai oleh pria pada usia senectus adalah banyaknya teman-teman
yang meninggal dunia satu persatu.
Berkenaan dengan landasan belajar bagi usia lanjut, maka konsep
pendidikan sepanjang hayat (life long education) dapat dijadikan sebagai
landasan. Seperti dikemukakan oleh D. Sudjana berikut ini:
“Pendidikan sepanjang hayat dapat dijabarkan kedalam program-program
pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah. Dalam prakteknya
program-program dalam jalur pendidikan luar sekolah dipandang oleh
sebagian pakar pendidikan lebih mampu mengembangkan kehadirannya
untuk mengkondisikan tumbuhnya kesadaran, minat dan semangat
masyarakat untuk melaksanakan kegiatan belajar yang
berkesinambungan”.
Memperhatikan pendapat ahli diatas, pendidikan sepanjang hayat
merupakan suatu proses pendidikan khususnya dalam hal ini warga belajar usia
lanjut, agar mereka dapat mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan
kebutuhan, perkembangan dan lingkungan sekitar.
Jika dilihat dari karakteristik pendidikan sepanjang hayat yang dikemukakan
oleh Dave dalam bukunya Life Long Education and School Curriculum, maka
diperoleh gambaran bahwa: pendidikan usia lanjut merupakan pendidikan yang
diberikan bagi warga belajar usia lanjut. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan

11
tidak terbatas pada usia dan berakhir pada saat berakhirnya pendidikan sekolah,
akan tetapi merupakan proses sepanjang hayat yang mencakup keseluruhan waktu
hidup seseorang atau sekelompok orang (warga belajar usia lanjut).
Banyak orang tua merasa takut dan cemas menghadapi usia lanjut, sehingga
bisa menimbulkan kondisi yang tidak menguntungkan. Dan tidak semua orang
lanjut usia bisa menikmati ketenangan dan kedamaian. Hal ini disebabkan
olehadanya problem-problem psikologis diantaranya:
Problem agama pada manula antara lain:
a) Problem kegoyahan lain artinya seseorang atau sekelompok individu
senantiasa goyah imannya, sehingga ada kecenderungan di suatu saat
untuk mengikuti agama yang satu dan lain waktu berkeinginan mengikuti
yang lain.
b) Problem ketidakpahaman mengenai ajaran agama artinya seseorang atau
sekelompok individu melakukan suatu tindakan atau perbuatan yang
(disadari atau tidak) merugikan dirinya sendiri atau orang lain karena tidak
memahami secara penuh ajaran agama.
c) Problem pelaksanaan ajaran agama artinya para manula tidak mampu
menjalankan ajaran sebagaimana mestinya karena berbagai sebab.
Problem psikologis pada manula antara lain:
a) Kecemasan terhadap kesehatan yang buruk, masalahnya adalah bahwa
mereka selalu merasa tidak sehat dan kurang baik. Mereka selalu khawatir
dengan sakitnya dan orang tidak bisa mengukur tingkat rasa sakit karena
rasa sakit selalu bersifat pribadi dan tidak ada kata untuk
menggambarkannya.
b) Ketakutan terhadap kematian, hal yang paling menyedihkan adalah disaat-
saat mendekati ajalnya mereka merasa belum mempunyai bekal di akherat
dan selalu dibayangi waktu kematiannya sudah dekat.
c) Kecemasan terhadap kehilangan teman-teman, mereka takut ditinggalkan
teman-teman karena merasa kesepian sebab teman-teman mereka biasanya
memberikan kata-kata penghiburan dan lelucon yang siap membantu
dalam suka maupun duka.

12
Disamping itu ada beberapa faktor yang berkaitan dengan masalah ketuaan
antara lain:
a. Ketidakpastian keuangan, yang berkaitan dengan masalah ketuaan adalah
jaminan keuangan. Dengan ekonomi yang rendah tidak bisa mencukupi
kebutuhan sehari-hari dapat menyebabkan penuaan. Karena pada
umumnya terutama bagi manula yang tidak punya jaminan hidup seperti
pensiun, keluarga tidak menanggungnya, maka banyak orang merasa tidak
mandiri secara keuangan pada saat mereka berusia 60 tahun.
b. Ketidakpastian pekerjaan, para manula secara fisik sudah tidak mampu
bekerja dan secara psikis pendidikan mereka rendah, tidak punya
kemampuan intelektual. Hal tersebut mengakibatkan para pemilik usaha
lebih menggutamakan yang muda yangdianggapnya lebih tangkas dalam
menjalankan banyak bagian pekerjaan.
c. Ketidakpastian karena keacuhan anak-anak, keacuhan anak-anak
mengakibatkan penuaan. Hal ini terjadi pada sebagian orang yang terbiasa
hidup tanpa perasaan dan sangat rela menitipkan orang tuanya ke panti-
panti jompo, karena orang-orang di sekitar mereka beranggapan bahwa
manusia lanjut usia adalah seseorang yang hanya merintangi kemajuan.
Sehingga bimbingan Agama Islam diperlukan oleh manusia dalam semua
tingkatan umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut bahkan sampai menjelang
matipun manusia perlu dituntut dengan ajaran agama. Untuk itu pelaksanaan
bimbingan agama Islam merupakan kewajiban umat Islam dalam rangka
membimbing ke arah yang benar supaya hidup bahagia dunia dan akhirat sesuai
ketentuan Allah.

B. Proses

Dalam bimbingan yang dilakukan penulis mempergunakan metode


pendekatan yang sesuai dengan objek kajian yaitu sesuai dengan kondisi dan
psikologi lansia, dibawah ini merupakan metode yang dipergunakan sebagai
berikut:

13
a) Wawancara adalah salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaaan yang
dapat dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya hidup
kejiwaan seseorang pada saat tertentu yang memerlukan bantuan.
b) Metode “group guidance” (Bimbingan secara kelompok), bilamana
metode interview atau wawancara merupakan cara pemahaman tentang
keadaan seseorang secara individual ( Pribadi ), maka bimbingan
kelompok adalah sebaliknya, yaitu pengungkapan jiwa/batin serta
pembinaannya melalui kegiatan kelompok seperti ceramah, diskusi,
seminar, dsb.
c) Metode non-direktif ( cara yang tidak mengarah ), cara lain untuk
mengungkapkan segala perasaan dan pikiran yang tertekan sehingga
menjadi lebih baik. Metode ini dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu:
1. Client centered, yaitu cara pengungkapan tekanan batin yang
dirasakan menjadi penghambat dengan sistem pancingan yang
berupaya satu dua pertanyaan yang terarah. Selanjutnya client
diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menceritakan segala
uneg-uneg (tekanan batin) yang disadari menjadi hambatan
jiwanya. Pembimbing bersikap memperhatikan dan
mendengarkan serta mencatat point-point penting yang dianggap
rawan untuk diberi bantuan.
2. Metode edukatif yaitu cara mengungkapkan tekanan perasaan
yang menghambat perkembangan belajar dengan mengorek
sampai tuntas perasaan/sumber perasaan yang menyebabkan
hambatan dan ketegangan dengan cara-cara “client centered”,
yang diperdalam dengan permintaan/pertanyaan yang motivatif
dan persuatif (meyakinkan) untuk mengingat-ingat serta
mendorong agar berani mengungkapkan perasaan tertekan
sampai keakar-akarnya.
d) Metode Psikoanalitis ( Penganalisahan jiwa ), metode ini berasal dari
psiko-analisis Freud yang dipergunakan untuk mengungkapkan segala
tekanan perasaan yang sudah tidak lagi disadari. Untuk memperoleh data-

14
data tentang jiwa tertekan bagi penyembuhan jiwa klien tersebut,
diperlukan metode psiko-analitis yaitu menganalisis gejala tingkah laku,
baik melalui mimpi atau pun melalui tingkah laku yang serba salah,
dengan menitik beratkan pada perhatian atas hal-hal apa sajakah perbuatan
salah itu terjadi berulang-ulang. Dengan demikian, maka pada akhirnya
akan diketahui bahwa masalah pribadi klien sebenarnya akan terungkap
dan selanjutnya disadarkan kembali (dicerahkan) agar masalah tersebut
dianggap telah selesai dan tidak perlu dianggap suatu hal yang
memberatkan, dan sebagainya. Disini perlu adanya nillai-nilai iman dan
taqwa dibangkitkan dalam pribadi seseorang, sehingga terbentuklah dalam
pribadinya sikap tawakal dan optimisme dalam menempuh kehidupan baru
yang lebih cerah lagi.
e) Metode Direktif (metode yang bersifat mengarahkan) Metode ini lebih
bersifat mengarahkan kepada klien untuk berusaha mengatasi kesulitan
(problema) yang dihadapi. Pengarahan yang diberikan kepada klien ialah
dengan memberikan secara langsung jawaban-jawaban terhadap
permasalahan yang menjadi sebab kesulitan yang dihadapi.

f) Teknik Rasional-Emotif, dalam istilah yang lain teknik ini disebut dengan
“rational-emotif therapy”, atau model “RET” yang dikembangkan oleh Dr.
Albert Ellis (ahli psikologi klinis). Dalam pelayanan bimbingan dan
penyuluhan (konseling), teknik ini dimaksudkan untuk mengatasi pikiran-
pikiran yang tidak logis (tidak rasional) yang disebabkan dorongan
emosinya yang tidak stabil. Pelayanan teknik dan pendekatan rasional-
emotif merupakan bentuk terapi yang berupaya membimbing dan
menyadarkan diri klien, sesungguhnya cara berpikir ynag tidak rasional
itulah yang menyebabkan terjadinya gangguan-gangguan emosionalnya.
Maka dalam layanan ini konselor membantu klien dalam membebaskan
diri dari cara-cara berpikir atau pandangan-pandangannya yang tidak
rasional, dan selanjutnya diarahkan ke arah cara-cara berpikir yang lebih
rasional.

15
g) Teknik Konseling Klinikal, pelayanan bimbingan dan penyuluhan
(konseling) dengan menggunakan teknik klinikal menitikberatkan pada
pengembangan skill klien sesuai dengan latar belakang dan kemampuan
yang dimilikinya. Pendekatan teknik klinikal tidak semata-mata
berorientasi kepada pengembangan intelektul, tetapi juga berorientasi juga
kepada kemampuan personal secara keseluruhan, baik jasmani maupun
rohani. Pada teknik ini bantuan atau pelayanan yang diberikan tidak
sebatas mengungkapkan masalah-masalah klien atau membimbing
memecahkannya. Namun selanjutnya, konselor membantu mengarahkan
klien kepada kemungkinan atau peluang-peluang yang bisa bermanfaat
sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

C. Output
Adapun output yang didapatkan apabila program ini dalam rangka
mempertahankan kehidupan mereka agar hidup tenang dan bahgia, baik secara
individu atau berkeompok dengan melakukan hal-hal sebagi berikut:
1. Guna memelihara kesehatan ia harus melaksanakan pola hidup sehat, baik
dalam hal makan, bekerja maupun istirahat.
2. Ia harus mmelakukan olahraga secara rutin. Adapun jenis olahraga ini
sesuai dengan hobi, kekuatan dan kemampuannya.
3. Mempelajari dan mendalami ajaran agama agar keyakinan agama semakin
teguh dan amaliahnya semakin meningkat kualitas maupun kuantitas.
4. Rajin menghadiri majlis-majlis ta’lim baik selaku narasumber maupun
peserta atau jama’ah majlis ta’lim.
5. Menempuh hidup model tasawuf sesuai dengan kemampuan yaitu
melaksanakan takholli, tahalli. tajalli.
Materi belajar yang cocok bagi warga belajar usia lanjut adalah sebagai
berikut:
Perkembangan individu
1. Kesehatan ,meliputi:
a. Kesehatan fisik apa saja

16
b. Kesehatan emosional
c. Cara mencegah penyakit
2. Perkembangan intelektual
a. Mengemukakan buah pikiran
b. Memahami pikiran orang lain
c. Bekerja efektif
3. Pilihan moral
a. Kebebasan individu
b. Tanggung jawab atas diri sendiri
c. Tanggung jawab atas orang lain

17
BAB V
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Islam memandang bahwa segala fenomena alam ini adalah hasil ciptaan
Allah dan sekaligus tunduk kepada hukum hukum-Nya, oleh karena itu manusia
harus dididik agar mampu menghayati dan mengamalkan nilai-nilai dalam hukum
Allah tersebut. Manusia harus mampu mengorientasikan hidupnya kepada
kekuatan atau kekuasaan yang berada di balik ciptaan alam raya serta
mengaktualisasikan hukum – hukum Allah melalui tingkah laku  dalam kegiatan
hidupnya.
Metode yang di gunakan dalam bimbingan ini adalah metode bimbingan
individu, kelompok, dan psikoanalisis yang mana pada metode individu,
pembimbing memberikan bimbingan secara personal dan perlu adanya
pendekatan secara khusus, lansia perlu diwawancarai dan dilakukan dengan
bahasa yang mudah dimengerti oleh lansia. Dan metode yang kedua adalah
bimbingan kelompok, yang mana pembimbing mengumpulkan lansia bersama
sama, berzikir bersama, belajar bersama, agar para lansia meskipun sudah tua bisa
bersosialisasi dengan baik di lingkunganya. Dan dilakukan dengan cara yang
mudah pula yang dapat dimengerti oleh lansia.
Kehidupan spiritual pada lanjut usia dapat memberi ketenangan batiniah,
dimana spiritualitas berpengaruh besar pada kesehatan fisik dan kesehatan mental
sehingga seorang lanjut usia mampu mengatasi perubahan atau stres yang terjadi
dalam hidupnya dan dalam menghadapi kematiannya. Dengan  spiritualitasnya 
lanjut usia lebih dapat menerima segala perubahan yang terjadi dalam dirinya
dengan pasrah kepada Allah SWT, yang tercermin melalui kehidupan yang
bermanfaat bagi dirinya dan dalam menghadapi suatu masalah (coping) dengan
lingkungannya

18
B. Saran

Maka dalam hal ini terbersit saran yang penulis ingin sampaikan kepada
para pembaca, semoga dapat direnungi dan dipahami dengan baik :
1. Untuk para lansia dimanapunmereka berada semoga selalu belajar merasa
bahagia dari kehidupannya karena hidup harus dinikmati dan disyukuri.
2. Untuk para Pembina dan pengurus lembaga/ panti khusus lansia agar selalu
merevisi metode yang telah digunakan dalam membina lansia sehinga
diperolehlah metode yang pas sesuai dengan letak geografis, pendidikan,
dan ekonomi sekitar.
3. Dan untuk para akademisi diharapkan melakukan penelitian yang masih ada
hubungannya dengan penelitian metode pembinaan untuk kehidupan
bahagia pada lansai sehingga diperoleh hasil yang lebih akura

19

Anda mungkin juga menyukai