Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) TERHADAP HASIL


BELAJAR PADA SISWA KELAS X SMA N 1 SIDOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2022/2023

Oleh :

ELSA PANGESTI
NPM : 19510022

SKRIPSI
Ditulis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapat Gelar Sarjana
Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA
TAHUN 2022
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Hasil belajar adalah kemampuan (performance) dalam diri seseorang


yang dapat dilihat dan disebut juga dengan kapabilitas. Terdapat tiga ranah
hasil belajar yaitu, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Peningkatan
hasil belajar peserta didik akan berhasil, apabila ditunjang dengan
perbaikan cara mengajar pendidik pada setiap siklus. Peningkatan hasil
belajar dipengaruhi oleh hasil refleksi dan perbaikan proses mengajar
pendidik di kelas. Selain itu, keberhasilan juga tidak lepas dari
kemampuan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran dan model
pembelajaran yang digunakannya. Harapan tercapainya tujuan pendidikan
akan sulit diraih, apabila tidak menggunakan model yang tepat ketika
proses pembelajaran berlangsung. Hasil belajar merupakan gambaran
tentang bagaimana siswa memahami materi yang disampaikan oleh guru.
Hasil belajar merupakan output nilai yang berbentuk angka atau huruf
yang didapat siswa setelah menerima materi pembelajaran melalui sebuah
tes atau ujian yang disampaikan guru. Dari hasil belajar tersebut guru
dapat menerima informasi seberapa jauh siswa memahami materi yang
dipelajari. Keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar pada setiap
siswa berbedabeda. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar dikelompokkan menjadi
dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah segala
faktor yang berasal dari dalam diri siswa, diantaranya tingkat intelegensi,
minat, motivasi dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal adalah segala
faktor dari luar diri siswa, diantaranya lingkungan keluarga, masyarakat,
pergaulan, fasilitas belajar, keadaan sosial ekonomi keluaraga dan
sebagainya. Hasil belajar ditunjukkan dengan prestasi yang diperoleh
siswa. Prestasi tersebut berbentuk nilai yang diperoleh ketika anak
mengikuti proses pembelajaran di kelas. Prestasi adalah proses yang
dilakukan siswa yang menghasilkan perubahan. Perubahan-perubahan itu
meliputi aspek-aspek ilmu pengetahuan, perubahan sikap, nilai dan
ketrampilan.

Hasil belajar aspek kognitif dapat diukur dengan menggunakan nilai


dari post-test. Hasil belajar aspek afektif lebih berorientasi pada
pembentukan sikap melalui proses pembelajaran. Hasil belajar afektif yang
dapat diamati meliputi kehadiran siswa, keaktifan dalam kelas, aktivitas
merespon pelajaran, ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas dan tidak
mengganggu teman yang lain. Menurut Sumadi Suryabrata (1984: 253)
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dikelompokkan menjadi 2,
yaitu: (1) Faktorfaktor yang berasal dari luar siswa. Faktor-faktor ini
digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu: faktor-faktor non sosial dan
faktor-faktor sosial dalam 3 belajar. (2) Faktor-faktor yang berasal dari
dalam diri siswa. Faktor-faktor ini digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu:
Faktor-faktor fisiologis atau jasmaniah individu baik yang bersifat bawaan
maupun yang diperoleh pada umumnya dan faktor-faktor psikologis dalam
belajar.

Tingkat kehadiran siswa disekolah maupun didalam kelas juga


merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa.
Kehadiran di sekolah merupakan faktor penting dalam keberhasilan
sekolah (Rothman, 2001). Menurut Ziegler (1972) seperti yang dikutip
oleh Doris Jean Jones (2006), kehadiran yang buruk dikaitkan dengan
prestasi akademik rendah. Departemen Pendidikan Amerika Serikat, Pusat
Nasional untuk Statistik Pendidikan melakukan survey berupa kuesioner
pada guru di sejumlah sekolah di Virginia dan dari hasil statistik kuesioner
menunjukkan bahwa ketidakhadiran dan keterlambatan adalah masalah
serius (dalam Doris Jean Jones, 2006). Seorang guru tidak hanya menilai
prestasi siswa hanya berdasarkan nilai yang diperolehnya melalui tes
ataupun ujian tetapi juga melakukan penilaian yang salah satunya berasal
dari tingkat kehadiran siswa. Siswa yang rajin masuk memberikan nilai
positif tersendiri dalam penilaian.
Belajar dan proses pembelajaran pada dasarnya memang berbeda,
akan tetapi keduanya bermuara pada tujuan yang sama. Pembelajaran
merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar
siswa yang meliputi rangkaian kegiatan yang tersusun dan terencana dalam
mempengaruhi siswa yang bersifat internal. Setelah terjadinya proses
pembelajaran maka akan didapatkan hasilnya yaitu berupa hasil belajar.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 250), hasil belajar merupakan hal
yang dapat dipandang dari dua sisi, terutama dari sisi siswa dan dari sisi
guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan
mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.
Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah
kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar
merupakan indikator dikuasainya materi pelajaran.

Pada saat pembelajaran, siswa akan mendapat berbagai


pengalaman yang dirasakan berupa gagasan-gagasan, emosi, keindahan
serta keunikan pengalaman. Selain mendapatkan hal-hal tersebut, dalam
proses pembelajaran, siswa juga diharapkan ikut aktif, kreatif, dan juga
produktif. Berbagai aktivitas siswa di dalam kelas meliputi aktivitas
membaca, mendengarkan, menulis, menjawab dan bertanya. Segala
aktivitas yang dilakukan siswa saat pembelajaran akan dapat memengaruhi
hasil belajar dari siswa itu sendiri. Aktivitas siswa di dalam kelas sangat
beragam saat mengikuti proses belajar mengajar. Terkadang siswa yang
tidak memperhatikan guru yang sedang memberikan penjelasan materi.
Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses
interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas
yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan
adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi
belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya dalam
Depdiknas (2005: 31), belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar mengajar
yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan
emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek
kognitif, afektif dan psikomotor”. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, respon dapat diartikan sebagai suatu tanggapan, reaksi dan
jawaban. Hal yang menunjang dan melatarbelakangi ukuran sebuah respon
adalah sikap, persepsi, dan partisipasi. Respon pada prosesnya didahului
sikap seseorang karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan
seseorang untuk bertingkah laku jika menghadapi suatu rangsangan
tertentu.

Menurut Depdiknas (2006:49), Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan
hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang
cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD
NRI 1945. Lebih lanjut Somantri (2001:154) mengemukakan bahwa: PKn
merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan
kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antar warga negara
dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi
warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Hasil belajar
aspek kognitif merupakan tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang
disampaikan guru. Pembelajaran PKn sejalan dengan tujuan pendidikan
nasional yaitu: untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, dengan ciri-ciri sebagai
berikut: (a) beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b)
berbudi pekerti luhur,(c) memiliki pengetahuan dan keterampilan,(d) sehat
jasmani dan rohani, (e) kepribadian yang mantap dan mandiri, (f)
bertanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsa. Bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan berfikir kritis ,rasional dan kreatif
dalam menanggapi berbagai macam isu kewarganegaraan. Berpartisipasi
secara aktif dan bertanggung jawab ,serta bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, 2 berbangsa, bernegara dan diharapkan mampu
berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan pada karakter masyarakat Indonesia. Pelajaran PPKn kelas X
SMA terdapat kompetensi dasar mengenai materi “Menyebutkan contoh
ancaman di negara dalam bhineka tunggal ika” yang nantinya dapat di
terapkan siswa dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Dengan menguasai materi ini, siswa
diharapkan mengerti dan tanggap terhadap semua organisasi yang ada di
Negara Indonesia. Melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PPKn) siswa diharapkan dapat menjadi warganegara yang baik, yaitu
warganegara yang tahu,bersedia, dan sadar akan hak dan kewajibannya.
Demikian, kelak siswa diharapkan dapat menjadi bangsa yang terampil
dan cerdas, dan bersikap baik, serta mampu mengikuti kemajuan teknologi
modern (Ruminiati, 2008:1-26).

Selain itu Minat juga merupakan salah satu faktor penting dalam
menunjang pemahaman dan keberhasilan siswa dalam belajar. Dengan
adanya minat, siswa dapat lebih mudah dalam belajar dan memahami
materi yang disampaikan oleh guru karena siswa memiliki rasa
ketertarikan pada bahan ajar yang disampaikan oleh guru. Apabila siswa
tidak mempunyai minat atau ketertarikan maka siswa akan enggan dan
malas untuk mempelajarinya, apabila mengerjakan sesuatu harus dengan
bantuan orang lain, tidak mampu berfikir dan bertindak orisinal, tidak
kreatif, tidak punya inisiatif serta siswa akan absen atau membolos. Rasa
tidak suka pada mata pelajaran tertentu yang membuat siswa kadang absen
pada jam pelajaran tersebut. Apalagi pada mata pelajaran PPKN, banyak
siswa yang tidak berminat dan tidak menyukai PPKN. Dari hasil
wawancara terhadap 10 orang siswa kelas X SMA N 1 Sidoharjo terdapat
sekitar 10% siswa yang menyukai pelajaran PPKn. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa menganggap PPKN itu membosankan dan tidak menarik. Hal
tesebut dikarenakan bahasa penyampaian yang tidak mudah dipahami,
PPKN hanyalah menghafal banyak materi. Anggapan yang tertanam
dibenak siswa yang demikian membuat suasana di kelas menjadi tidak
tertarik untuk belajar PPKN dan tidak memahami dengan baik materi yang
disampaikan guru. Pada akhirnya juga akan berakibat pada prestasi
belajarnya terutama pada pelajaran PPKN yang mengalami penurunan.

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang


menggambarkan prosedur secara terancang dalam membangun
pengetahuan belajar dan pembelajaran dalam mencapai tujuan belajar yang
telah ditentukan dan berperan sebagai panduan dalam merancanakan
pembelajaran bagi para pendidik dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Terdapat berbagai macam model pembelajaran diantaranya
yaitu, model kooperatif tipe TGT (Times GamessTournaments).

Model kooperatif tipe TGT (Times Games Tournaments)


merupakan salah satuu model yang mudahh diterapkan, karena
mengikutsertakan aktivitas seluruh peserta didik yang mengandung unsur
permainan, dimana peserta didik belajar dalam kelompok kecil tanpa ada
perbedaan status. TGT dapat meningkatkan kemampuan dasar,
kepercayaan diri, hasil belajar, interaksi positif tanpa melihat perbedaan
status diantara peserta didik. TGT disampaikan dengan sistem yang lebih
menyenangkan, sehingga diharapkan para peserta didik lebih tertarik, aktif
dan bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Seperti penelitian terdahulu,
dimana hasil belajar cenderung dapat meningkat dengan menggunakan
model TGT daripada menggunakan model TAI (Team Assisted
Individualization) dan model klasikal, karena dengan menggunakan TGT
peserta didik dituntut untuk aktif, saling bekerja sama dan percaya diri
terhadap kemampuan yang dimilikinya. Keberhasilan dapat diketahui dari
rata-rata hasil belajar peserta didik dengan menggunakan TGT mencapai
nilai rata-rata sebesar 67.6731, sedangkan model TAI (Team Assisted
Individualization) mencapai nilai rata-rata sebesar 57.0625 dan klasikal
mencapai nilai rata-rata sebesar 50.0639.

Tujuan pembentukan kelompok kooperatif adalah untuk memberikan


kesempatan kepada siswa terlibat secara aktif dalam proses berfikir dalam
kegiatan belajarnya Pembelajaran kooperatif tipe Team Game Turnament
(TGT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mudah
diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan
status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung
unsur permainan dan reinforcement. Model pembelajaran kooperatif tipe
TGT INI memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) Siswa Bekerja dalam
Kelompok-kelompok Kecil; b) Games tournament; c) Penghargaan
Kelompok. Ada pun manfaat yang diperoleh, diantaranya adalah dapat
meningkatkan keaktifan siswa sehingga lebih dominan dalam kegiatan
pembelajaran, dapat meningkatkan rasa menghormati dan menghargai
orang lain, dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap
pelajaran yang sedang berlangsung. Menurut Slavin (1995), pembelajaran
kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu: 1). Tahapan
penyajian kelas (class precentation); 2). Tahapan belajar dalam kelompok
(teams; 3). Tahapan permainan (games); 4). Tahapan pertandingan (class
precentation); dan 5). Tahapan penghargaan kelompok (team recognition).
Dalam turnamen itu siswa bertanding mewakili kelompoknya dengan
anggota dari kelompok lain memiliki kesetaraan dalam kemampuan
akademik. Dalam TGT ada tahap game (permainan) sehingga
menimbulkan suasana kegembiraan. Pada kegiatan kelompok siswa saling
membantu menyiapkan LKS serta saling menjelaskan masalah-masalah
yang muncul, namun ketika siswa sedang bertanding, teman sesama
kelompok tidak dapat membantunya dan merupakan tanggungjawab
individual. Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada
setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah
mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke
dalam beberapa meja turnamen. Empat siswa tertinggi prestasinya
dikelompokkan pada meja A, empat siswa selanjutnya pada meja B dan
seterusnya. Untuk melaksanakan turnamen, perlu diperhatikan beberapa
hal yiatu: 1). membentuk meja turnamen, disesuaikan dengan banyaknya
siswa pada setiap kelompok; 2). menentukan rangking (berdasarkan
kemampuan) setiap siswa masing-masing kelompok; 3). menempatkan
siswa yang memiliki kemampuan yang sama pada meja yang sama,
misalnya siswa pandai (IA, IIA, IIIA, dan seterusnya) ditempatkan pada
meja A, dan seterusnya; 4). masing-masing siswa pada meja turnamen
bertanding untuk mendapatkan skor sebanyak-banyaknya; 5). Skor siswa
dari masing-masing kelompok yang memiliki jumlah komulatif tertinggi
ditentukan sebagai pemenang pertandingan.
Hasil observasi di Kelas X SMA N 1 Sidoharjo Wonogiri masih
menggunakan metode ceramah,kurang menarik dan monoton,sehingga
setiap pelajaran pada materi tentang organisasi berlangsung siswa kurang
tertarik dalam mengikuti pelajaran, sehingga semua ini berpengaruh pada
nilai dan hasil yang diperoleh siswa pada saat ulangan harian maupun UTS
pada mata pelajaran PPKn materi tentang organisasi di bawah KKM 70.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas pada pelajaran PKn
sebelum di adakannya penelitian tindakan kelas menunjukkan bahwa
siswa yang belum tuntas mencapai 60% dari jumlah siswa mengalami
ketuntasan belajar dengan KKM 70. Wali kelas X SMA N 1 Sidoharjo
Wonogiri, kondisi tersebut disebabkan antara lain (1) guru di pandang
sebagai sumber utama dalam belajar (2) guru selalu menggunakan metode
ceramah dalam menyampaikan materi kepada siswa sehingga siswa
merasa bosan (3) kurangnya media yang dapat digunakan dalam
membantu proses belajar pada materi mengenal makna satu nusa, satu
bangsa dan satu bahasa (4) buku acuan yang ada kurang di manfaatkan
oleh siswa (5) kemampuan siswa dalam menghafal masih kurang. Dari
faktor-faktor di atas, menyebabkan hasil evaluasi belajar siswa tidak
memuaskan.

Dari pernyataan diatas pentingnya meningkatkan penyelesaian


masalah PPKn, penulis ingin memberikan sumbangan pemikiran dalam hal
tersebut dalam kegiatan penelitian, dengan memilih judul penelitian
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT
(TEAMS GAMES TOURNAMENT) TERHADAP HASIL BELAJAR
PADA SISWA KELAS X SMA N 1 SIDOHARJO TAHUN PELAJARAN
2022/2023
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan deskripsi latar belakang masalah di atas, maka permasalahan
yang dapat diidentifikasi adalah:
1. Kemampuan pemecahan masalah PPKN siswa masih rendah.
2. Siswa sulit memahami permasalahan PPKN.
3. Siswa masih mengharapkan bantuan dari guru untuk penyelesaian
masalah PPKN.
4. Siswa kurang mengerti cara menyelesaikan masalah PPKN dengan
permasalahan berbeda dari yang diajarkan.
5. Pembelajaran masih berpusat pada guru.

C. PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah, maka pembatasan masalah yang dapat
peneliti kemukakan adalah:
1. Penelitian ini terbatas pada peserta didik kelas X SMA Negeri 1
Sidoharjo Wonogiri tahun pelajaran 2022/2023.
2. Penelitian ini terbatas pada pengaruh model pembelajaran inquiri
serta pengaruhnya terhadap kemampuan penyelesaian masalah
PPKN pada materi Ancaman terhadap negara dalam Bhinneka
Tunggal Ika.

D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar PPKN peserta didik
kelas X SMA N 1 Sidoharjo Wonogiri?
E. TUJUAN PENELITIAN
Setelah mengetahui perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai
peneliti pada penelitian ini :
1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) terhadap hasil
belajar PPKN peserta didik kelas X SMA N 1 Sidoharjo Wonogiri
tahun pembelajaran 2022/2023

F. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik bagi peneliti sendiri,
sekolah, pendidik, maupun peserta didik. Adapun manfaat dari penelitian
ini yaitu :
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
positif terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada
bidang pendidikan
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan dan bahan
pertimbangan bagi penelitian selanjutnya
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Teams Games Tournaments) sebagai alternatif yang dapat diikuti
oleh teman, jika nanti dapat terlaksana dengan baik dan berhasil.
b. Bagi sekolah sebagai solusi alternatif dari masalah pembelajaran
dalam meningkatkan hasil belajar dan dapat meningkatkan sumber
daya manusia.
c. Bagi peserta didik pengalaman baru dalam memahami mata
pelajaran PPKN, khususnya materi Ancaman Terhadap Negara
Dalam Bhineka Tunggal Ika dengan pembelajaran kooperatif tipe
TGT (Teams Games Tournaments).
d. Bagi pendidik sebagai masukan untuk lebih kreatif dalam
menggunakan model pembelajaran, sehingga pelajaran PPKN tidak
lagi menjadi mata pelajaran yang susah di pelajari.

Anda mungkin juga menyukai