Membuat Poligon Wiup Sejajar Garis Bujur
Membuat Poligon Wiup Sejajar Garis Bujur
Bila merujuk pada Permen ESDM No. 12 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penetapan Wilayah
Usaha Pertambangan dan Sistem Informasi Wilayah Pertambangan Mineral dan Batubara,
pada pasal 16 menyatakan bahwa pembuatan WUP, WPR, WPN atau WIUP berbentuk
poligon tertutup yang garis-garisnya sejajar dengan garis lintang maupun bujur dengan
kelipatan minimal 0,1” (sepersepuluh detik) serta menggunakan sistem koordinat Datum
Geodesi Nasional (DGN) yang parameternya sama dengan parameter Ellipsoid World
Geodetic System (WGS) .
Konsekuensi dari aturan tersebut, bahwa penyajian peta WIUP harus menggunakan
sistem koordinat DGN atau WGS, serta harus berbentuk poligon dimana garis-garis tiap
segmennya harus sejajar dengan garis bujur dan garis lintang. Ada baiknya saat pengambilan
data koordinat di lapangan, GPS yang kita gunakan sudah disetel dengan sistem koordinat
WGS atau DGN, sehingga saat pengolahan data di komputer tidak perlu lagi melakukan
konversi. Namun, tidak juga masalah bila GPS disetel menggunakan sistem koordinat lain
(misalnya UTM), asalkan tidak lupa untuk melakukan konversi menjadi WGS saat pembuatan
peta.
ArcGIS sendiri sudah dilengkapi dengan konversi antar sistem koordinat. Saat kita akan
memplot titik-titik pengamatan di lapangan ke dalam ArcGIS di komputer, harus disamakan
dahulu sistem koordinat pada ArcGIS dengan sistem koordinat yang digunakan pada GPS saat
di lapangan. Hal tersebut harus dilakukan, karena pada dasarnya sistem koordinat yang
berbeda akan memberikan angka koordinat yang berbeda sekalipun berdiri pada titik yang
sama di lapangan, ataupun sebaliknya, angka koordinat yang sama tapi dengan sistem
koordinat yang berbeda akan membuat posisi yang diplot di peta berbeda dari posisi
sebenarnya di lapangan. Setelah data titik pengamatan lapangan tersebut dimasukkan, baru
dilakukan konversi menjadi WGS atau DGN.
Masalah berikutnya sebagaimana yang telah ditentukan dalam kaidah di atas adalah
bahwa wilayah usaha pertambangan harus berupa area berbentuk poligon dimana tiap garis
poligonnya sejajar dengan garis bujur dan lintang. Bagaimana bila data dari lapangan belum
berbentuk poligon sebagaimana yang diharuskan? Inilah yang akan kita lakukan, yaitu
membentuk poligon tersebut menjadi garis-garis segmen yang sejajar garis bujur dan lintang.
Muat poligon awal hasil plot lapangan ke dalam ArcMap. Berikut adalah contoh poligon
hasil lapangan, sebuah area dengan luasan 2,64 ha (misalkan bernama file
ContohPoligonLap.shp).
Pastikan ArcMap kita menggunakan sistem koordinat WGS ataupun DGN. Pada toolbar
klik View Data Frame Properties…, akan
muncul kotak Data Frame Properties.
2
koordinat DGN, pada folder Geographic Coordinate Systems klik subfolder Asia
DGN 1995 klik OK. Perhatikan, ada kesamaan parameter antara WGS 1984 dan DGN
1995 sebagaimana yang ditampilkan di dalam kotak Data Frame Properties, sehingga
dalam prakteknya kita bisa memilih salah satu diataranya.
2. Memunculkan fishnet
3
0,1 detik jika di wilayah Banten yang memiliki lintang sekitar 5 – 7 derajat LS adalah kira-
kira berjarak 3,31 s.d. 3,07 meter, dan akan makin melebar untuk daerah yang mendekati
garis khatulistiwa atau sebaliknya akan semakin menyempit jika mendekati kutub. Kalau
memang mengikuti kaidah sebagaimana peraturan menteri di atas, maka seharusnya tidak ada
WIUP yang panjang segmennya cuma 2 meter karena tidak boleh lebih kecil dari 0,1”, atau
ada segmen yang panjangnya 20 meter karena bukan merupakan kelipatan 0,1”.
Sebagai saran saja, penentuan lebar grid bisa disesuaikan bergantung luas wilayah tambang
yang akan kita kerjakan. Untuk yang luasannya kecil bisa menggunakan lebar grid yang lebih
kecil, sedangkan untuk luas wilayahnya besar bisa menggunakan lebar grid yang lebih besar,
yang penting lebarnya mempunyai kelipatan 0,1”. Sebetulnya bisa saja wilayah yang luas
menggunakan grid yang kecil, konsekuensinya akan menghasilkan segmen yang banyak
sekali dan berakibat pada banyaknya titik patok yang akan terdaftar, namun menguntungkan
bagi si pemilik tambang karena lebih sedikit lahan yang terbuang dari hasil pelurusan
tersebut.
4
berlawanan dengan titik awal. Untuk lebar grid (cell size widht dan cell size height), kita akan
setel sebesar 0,5 detik atau sekitar 0,00013889
0,5 detik = (0,5/3600) derajat
derajat. Untuk Create Label Points tidak perlu
≈ 0,00013889 derajat
dicentang serta untuk tipe geometri kita pilih
POLYGON. Klik OK. Hasilnya adalah seperti gambar di bawah.
Y axis
Cell size
width Opposite
TOP corner
LEFT RIGHT
Cell size
height
Fishnet BOTTOM
Origin
5
5. Membuat file shp baru dari sel terpilih
Sel-sel yang terpilih tersebut kita jadikan layer baru. Caranya adalah dengan menyorot dan
klik kanan layer fishnet (dalam gambar bernama JaringBantuWIUP) Selection Create
Layer From Selected Features sehingga akan terbentuk layer baru bernama JaringBantuWIUP
selection.
6
kotak Export Data. Pada Output Feature Class, isi nama file (misalnya PoligonWIUP) pada
folder yang diinginkan dan simpan berupa file Shapefile (.shp) lalu klik OK untuk
mendapatkan file shp baru dari sel terpilih bernama PoligonWIUP.shp. Layer JaringBantuWIUP
selection bisa kita buang dari layar.
Aktifkan editor untuk file PoligonWIUP.shp dengan cara sorot layer PoligonWIUP klik Editor
Start Editing, dan akan muncul beberapa kotak konfirmasi. Setelah editor aktif, buka tabel
PoligonWIUP lalu sorot semua baris (Ctrl A) atau bisa juga menyorot semua sel menggunakan
pointer . Klik kembali Editor Merge... OK. Akibatnya semua sel tersebut melebur
menjadi satu poligon. Pekerjaan penggabungan selesai, jangan lupa mematikan editing
dengan cara Editor Stop Editing muncul konfirmasi menyimpan hasil editing Save.
7
Management Tools Features Feature Vertices to Points.
Akan muncul kotak Feature Vertices to Points, isi input dengan
file PoligonWIUP.shp, dan namai file output-nya (misalnya
PatokWIUP.shp), dan tipe point All klik OK.
8
8. Menentukan nilai koordinat titik patok
Isikan :
Property : X Coordinate of Point,
Coordinate System : GCS : WGS 1984,
Units : Decimal Degrees,
Klik OK.
9
Hal yang mirip juga dilakukan untuk menghitung
koordinat Y.
Bila tahapan konversi derajat desimal derajat menit detik tersebut dituangkan ke dalam
formula Excel, maka salah satu contohnya adalah sebagai berikut (sebagaimana terlihat pada
patok nomor 2) :
10
Nilai X positif dinyatakan dengan koordinat bujur yang berada di belahan bumi Timur (BT).
Adapun untuk nilai Y yang negatif, dinyatakan dengan koordinat lintang yang berada di
belahan bumi Selatan (LS) dengan nilainya menjadi positif, sehingga dalam formula dikali
dulu dengan (-).
Poligon WIUP yang telah memenuhi kaidah permen akan mudah dikenali karena memiliki
pola yang khas, yaitu kesamaan angka koordinat secara zigzag dan jumlah patok yang
berjumlah genap.
11