Anda di halaman 1dari 3

Nama : Haryanda Al Viqy

Nim : 180201112

Tugas Matakuliah Sejarah Peradaban Islam di Asia Tenggara

SEJARAH ISLAM DI BRUNEI DARUSSALAM

Brunei Darussalam adalah sebuah negara kecil yang makmur di bagian utara Pulau
Borneo atau Kalimantan dan berbatasan dengan negara Malaysia. Brunei memiliki ukuran
wilayah yang tidak begitu luas, diperkirakan hanya seluas 2,227 mil persegi. Penduduknya
juga relatif sedikit, diperkirakan berjumlah 360.000 jiwa. 1 Mayoritas penduduknya adalah
Melayu, sebagian lainnya adalah pendatang seperti Cina.

Negara kaya yang menumpukan perekonomiannya pada sektor minyak bumi dan gas
ini, menerapkan sistem politik monarki absolut, dimana keluarga raja bertindak selaku
pemegang kepemimpinan kerajaan. Islam menjadi agama resmi Negara Brunei Darussalam,
karena itu mendapat perlindungan dari negara. Pemerintah juga sangat mendukung
perkembangan dan kemajuan Islam, dimana Sultan Brunei menjadi kepala agama di
tingkat negara.. Sebagian besar Muslim di negara ini adalah Sunni yang menganut mazhab
Syafi’i.

Islam diperkirakan telah datang ke Brunei sejak abad ke-15. Catatan Portugis oleh
de Brito tahun 1514, menyatakan bahwa raja Brunei masih belum masuk Islam tetapi para
pedagangnya sudah Muslimt. Sultan tinggal di sebuah pemukiman yang dikelilingi benteng.
Pendatang disambut dengan upacara kebesaran. Walaupun memberikan dukungan kepada
Muslim, tetapi raja Awang Alak Betatar baru memeluk Islam pada masa kemudian dan diberi
gelar Sultan Muhammad Shah (1363-1402). Dialah sultan Brunei pertama dan
penguasa Brunei saat ini merupakan keturunannya. Secara tradisional, sultan bertanggung
jawab terhadap penegakan tradisi Islam, meski tanggung jawab tersebut biasanya secara
resmi didelegasikan kepada pejabat yang ditunjuk.

1
Dr. Hj. Helmiati, M.Ag,”Sejarah Islam Asia Tenggara”Edisi pertama,cetakan ke 1,
Perpustakaan Nasional: katalog dalam terbitan,Pekanbaru: Lembaga penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat .2014. Hlm. 211.
Brunei mempertegas dan memperluas perannya sebagai kekuasaan dagang yang kuat dan
independen. Usaha dagang Brunei dan wilayah kekuasaannya bertambah bersamaan dengan
penyebaran Islam yang meliputi kerajaan-kerajaan Melayu di Borneo dan Filipina. Selama
penyebaran Islam tahap awal, banyak ulama Arab yang menikah dengan keluarga kerajaan
Brunei. Yang sangat terkenal di antaranya adalah Syarif Ali dari Taif yang kemudian
menikah dengan saudara perempuan sultan Brunei kedua. Syarif Ali berikutnya naik tahta
sebagai Sultan Brunei ketiga pada tahun 1425. “Darussalam” adalah term Arab yang
ditambahkannya pada kata Brunei, berarti negeri yang damai, untuk menegaskan Islam
sebagai agama resmi negara dan untuk meningkatkan syiarnya.2

Brunei mencapai masa kejayaannya pada masa pemerintahan sultan ke-5, Nakhoda
Ragam, yang bergelar Sultan Bolkiah (1485-1584). Ia berhasil menaklukkan seluruh Borneo
sampai bagian utara Luzon, kepulauan Filipina. Di bawah kepemimpinannya, Ia membentuk
angkatan perang. Ibu kota Brunei kemudian dibuatkan benteng keliling sebagai
pertahanan.

Dalam sejarahnya, kekuasaan kesultanan Brunei sangat kuat dari abad ke-14 hingga
abad ke-16. Pengaruh Eropa secara berangsur-angsur mengakhiri kekuasaan Brunei.
Brunei pernah mengalami perang singkat dengan Spanyol yang menyebabkan ibu kota
Brunei diduduki Spanyol. Meski pada akhirnya kesultanan memenangkan perang dengan
Spanyol namun banyak wilayah kekuasaannya yang hilang. Kemunduran kerajaan Brunei
mengalami puncaknya pada abad 19, ketika Raja Putih dari Serawak menguasai sebagian
wilayah kekuasaan Brunei, hingga hanya menyisakan wilayah seperti sekarang ini. Brunei
kemudian dijajah oleh Inggris. Meski tidak melepaskan kedaulatannya kepada
Inggris, namun perjanjian tahun 1888, menjadikan Kesultanan Brunei sebagai
wilayah protektorat Inggris.

Brunei memperoleh kemerdekaannya dari Inggris pada tahun 1984. Konstitusi Brunei
menegaskan bahwa agama resmi Brunei Darussalam adalah Islam mengikut mazhab Shafi’i.
Meski agama lain seperti Kristen, Budha, dan Hindu dapat dianut dan dilaksanakan secara
damai dan harmonis, namun pemerintah menegaskan sejumlah batasan bagi pemeluk agama
non-Islam, antara lain pelarangan bagi non-Muslim untuk menyebarkan ajaran agamanya.

2
Dr. Hj. Helmiati, M.Ag,”Sejarah Islam Asia Tenggara”Edisi pertama,cetakan ke 1, Perpustakaan
Nasional: katalog dalam terbitan,Pekanbaru: Lembaga penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat .2014. Hlm.214
Ditemukan beragam versi dan pendapat tentang sejarah awal mas- uknya Islam di
Brunei. Azyumardi Azra menulis bahwa sejak tahun 977 Kerajaan Borneo (Brunei) telah
mengutus P'u Ali ke Istana Cina. P'u Ali yang dimaksud adalah pedagang Muslim yang nama
sebenarnya adalah Abu 'Ali. Pada tahun yang sama, diutus lagi tiga duta ke Istana Sung, salah
seorang di antaranya bernama Abu 'Abdullah.3

Versi lain menerangkan bahwa sekitar abad ke-7 pedagang Arab dan sekaligus sebagai
pendakwah penyebar Islam telah datang ke Brunei. Kedatangan Islam di Brunei,
melegatimasikan bagi rakyat Brunei untuk menikmati Islam yang tersusun dari adat dan
terhindar dari akidah tauhid.4

Kemudian dalam ensiklopedi Oxford yang ditulis dan diedit John L. Esposito, seorang
pakar Islam dari kalangan orientalis dinyatakannya bahwa orang Melayu Brunei menerima
Islam pada abad ke-14 atau ke-15 setelah pemimpin mereka diangkat menjadi Sultan
Johor.11 Sultan sebagai pemimpin kerajaan dan sekaligus pemimpin agama, dan ber-
tanggung jawab menjunjung tinggi pelaksanaan ajaran agama di wilayah kerajaannya.

3
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad
XVII dan XVIII, Cet. II (Jakarta: Kencana, 2005), Hlm.29-30.
4
Jejak Rasul 10: Pedagang Arab sebarkan Islam ke Brunei," www bharian.com.
my.misc/RamadhanAlmubarak/jejakrasul/20041105112413/Article

Anda mungkin juga menyukai