Anda di halaman 1dari 4

BAB II

Kajian Pustaka
2.1 Air
Air adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan bahkan air adalah sumber dari kehidupan itu
sendiri. Secara umum fungsi air dalam tubuh setiap mikroorganisme adalah untuk melarutkan
senyawa organik, menstabilkan suhu tubuh dan melangsungkan berbagai reaksi kimia tingkat
seluler. Pemeriksaan air secara mikrobiologi sangat penting dilakukan karena air merupakan
substansi yang sangat penting dalam menunjang kehidupan mikroorganisme yang meliputi
pemeriksaan secara mikrobiologi baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat dipakai
sebagai pengukuran derajat pencemaran. Air yang bersih dan berkualitas ialah air yang bebas
bakteri dan racun serta mengandung berbagai jenis mineral (Ramona, 2007).
Pemeriksaan mikrobiologi sangat penting dilakukan mengingat air merupakan sumber
kehidupan utama bagi semua makhluk hidup. Segala macam air perlu mendapat perhatian
untuk diperiksa baik secara mikrobiologi,fisik maupun kimia untuk menghindarkan air dari
pencemaran (Suriaman & Juwita, 2008).
Syarat bakteriologi air ditetapkan sebagai berikut :
1.    Tidak boleh mengandung mikroba pathogen.
2.    Tidak boleh mengandung mikrobaa pathogen terlalu banyak.
(Suriaman & Juwita, 2008).
Pemeriksaan kualitas air secara mikrobiologi meliputi :
1. Pemeriksaan jumlah total mikroorganisme
2. Deteksi dan enumerasi terhadap bakteri pathogen Shigella dan Salmonella terutama E.Coli
3. Jumlah perkiraan terdekat bakteri e-coli : coli umum dan coli fekal
(Pelczar dan Chan, 2006).
Bakteri golongan koli merupakan indicator terhadap intra bacteriaceae. Bakteri coli dapat
dipakai sebagai petunjuk adanya pencemaran oleh manusia maupun hewan.Adanya bakteri
coli dalam air identic dengan adanya bakteri pathogen (Pelczar dan Chan, 2006).
2.2 Uji Kualitas Air
2.2.1 Uji TPC (Total Plate Count)
Penentuan banyaknya bakteri dalam air minum dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh
mana air minum tersebut tercemar oleh bakteri. Air minum masih dapat dikatakan memenuhi
syarat kebersihan apabila bakteri yang terdapat pada air minum tersebut masih di bawah
standar yang ditentukan oleh suatu lembaga.Secara garis besar jumlah bakteri dapat dihitung
dengan 2 cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Perhitungan secara langsung dapat
diketahui pada saat dilakukan perhitungan dan jumlah bakteri yang dihitung adalah seluruh
jumlah bakteri baik yang masih hidup maupun yang sudah mati atau disebut juga dengan
hitung mikroskopik (direct microscopic count)dengan menggunakan alat haemocytometer.
Perhitungan secara tidak langsung yaitu untuk menentukan jumlah mikroba yang hidup saja
dengan menggunakan Total Plate Count(TPC) (Goldman and Green, 2015).
Prinsip dari metode hitung cawan adalah bila sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan
pada medium, maka mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang
dapat dilihat langsung, dan kemudian dihitung tanpa menggunakan mikroskop. Metode ini
merupakan cara paling sensitif untuk menentukan jumlah jasad renik, dengan alasan hanya sel
mikroba yang hidup yang dapat dihitung, beberapa jasad renik dapat dihitung sekaligus, dan
dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba (Anugrahini, 2015).
Total Plate Count(TPC) ini mempunyai kelemahan yaitu beberapa sel bakteri yang tumbuh
berdekatan hanya terhitung satu sel, padahal kemungkinan merupakan kumpulan sel atau
koloni yang berasal dari beberapa sel. Standar Plate Count (SPC) diperlukan untuk
mengurangi adanya kesalahan dalam menentukan jumlah bakteri. Menurut aturan Standar
Plate Count(SPC), cawan petri pada masing-masing pengenceran menunjukkan pertumbuhan
antara 30-300 koloni (Batt and Tortorello, 2014).Metode hitung cawan dibedakan atas dua
cara yaitu metode tuang (pour plate) dan metode permukaan (spread plate). Metode hitung
cawan dilakukan dengan menggunakan larutan pengencer di dalam tabung dan dilanjutkan
dengan penanaman pada media yang telah ditentukan (Goldman and Green, 2015). Koloni
yang tumbuh dihitung dengan rumus, yaitu Jumlah koloni per permukaan alat = jumlah
koloni per 0,1 ml x 10 (mengkonversikan menjadi 1 ml) x 5 (volume larutan pengencer)
2.2.2 Uji MPN (Most Problable Number)
Metode Most Problable Number (MPN) digunakan untuk uji kualitas bakteriologis airminum
isi ulang. Metode MPN terdiri dari 3 tahapan, yaitu uji pendugaan (Presumtive Tes), uji
penguat (Confirmed Tes), dan uji kelengkapan (Completed tes). Perhitungan didasarkan pada
tabung yang positif, yaitu tabung menunjukkan pertumbuhan mikroba setelah inkubasi pada
suhu dan waktu tertentu dan dapat diketahui dari gelembung gas yang dihasilkan pada tabung
durham. Nilai MPN ditentukan dengan kombinasi jumlah tabung positif (asam dan gas) tiap
serinya setelah diinkubasi (Waluyo, 2009).
Metode MPN dapat digunakan untuk menghitung jumlah koloni mikroba yang terdapat
diantara campuran mikroba lainnya. Sebagai contoh, jika digunakan Lactose Broth maka
adanya bakteri yang dapat memfermentasi laktosa ditunjukkan dengan terbentuknya gas di
dalam tabung durham. Cara ini bisa digunakan untuk menentukan MPN Coliform terhadap air
atau minuman karena bakteri Coliform termasuk bakteri yang dapat memfermentasi laktosa
(Waluyo, 2009).
2.3 Bakteri Coliform
Coliform merupakan bakteri yang memiliki habitat normal di usus manusia dan juga hewan
berdarah panas. Bakteri Coliform dibagi menjadi 2 golongan, yaitu coliform fekal yang
berasal dari tinja manusia, dan coliform non fekal yang bukan berasal dari tinja manusia.
Coliform fekal biasanya ditemukan di saluran usus dari kebanyakan hewan berdarah panas.
Hampir semua coliform fekal mampu memfermentasi pada suhu yang lebih tinggi dari
44,5ºC-45,5ºC. Bakteri coliform mampu tumbuh baik pada beberapa jenis substrat dan dapat
mempergunakan berbagai jenis karbohidrat dan komponen organik lain sebagai sumber
energi dan beberapa komponen nitrogen sederhana sebagai sumber nitrogen, mampu
menghasilkan asam dan gas gula (Knechtges, 2011). Kelompok bakteri coliform non-fecal
diantaranya Salmonella, Klebsiella, dan Enterobacter. Kelompok bakteri coliform fecal yaitu
Escherichia coli dan menjadi indikator adanya kontaminasi feses pada air minum dan
makanan.
Kehadiran bakteri coliform dinilai untuk menentukan keamanan mikrobiologi dari pasokan
air dan makanan mentah atau makanan yang diolah. Bakteri Escherichia coli dapat hidup
pada lingkungan yang memiliki suhu 42ºC. Dari sekitar 100-150 gram feses yang setiap hari
dikeluarkan oleh seorang manusia, ternyata di dalamnya mengandung sekitar 3x1011 (300
milyar) sel bakteri Escherichia coli. Bakteri coliform memproduksi gas dari glukosa (gula
lainnya) dan memfermentasi laktosa menjadi asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu
35ºC. Bakteri coliform yang berada di dalam makanan atau minuman menunjukkan
kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik atau toksigenik yang berbahaya
bagi kesehatan (Batt and Tortorello, 2014).
Bakteri tersebut lebih tahan terhadap lingkungan luar dibandingkan bakteri usus patogen
lainnya, dapat ditemukan pada air kotor yang tercemar oleh kotoran manusia ataupun hewan,
proses pengolahan air baku menjadi air minum yang kurang sempurna, pengemasan serta
pencucian galon air penampung isi ulang yang tidak baik. Keberadaan bakteri tersebut
menandakan buruknya sanitasi lingkungan tempat pengolahan air minum tersebut (Radji et
al., 2012).
Ciri-ciri bakteri coliform antara lain termasuk bakteri gram negatif, berbentuk batang, tidak
membentuk spora, bersifat areob atau anaerob fakultatif, bakteri coliform memproduksi gas
dari glukosa (gula lainnya) dan memfermentasi laktosa menjadi asam dan gas dalam waktu 48
jam pada suhu 35ºC. Bakteri Coliformyang berada di dalam makanan atau minuman
menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik atau toksigenik
yang berbahaya bagi kesehatan (Batt and Tortorello, 2014).

Daftar Pustaka :
1. Goldman E, Green LH. 2015. Practical handbook of microbiology: CRC Press
2. Anugrahini A. 2015. Total Plate Count. BBPPTP Surabaya: 2005-8
3. Batt CA, Tortorello ML. 2014. Encyclopedia of food microbiology: Academic press
London
4. Waluyo L. 2009. Mikrobiologi lingkungan. Malang: UMM Press
5. Knechtges PL. 2011. Food safety: Theory and practice: Jones & Bartlett Publishers
6. Radji M, Oktavia H, Suryadi H. 2012. Pemeriksaan bakteriologis air minum isi ulang
di beberapa depot air minum isi ulang di daerah Lenteng Agung dan Srengseng Sawah
Jakarta Selatan. Pharmaceutical Sciences and Research (PSR) 5: 101-9
7. Pelczar. J. Michael dan Chan E.C.S. 2006. Dasar-dasar Mikrobiologi. Universitas
Indonesia : Jakarta. 443 hal.
8. Suriaman, E,Juwita, 2008. Jurnal penelitian mikrobiologi pangan “uji kualitas air“
jurusan biologi fakultas sains dan teknologi universitas islam negri alang.

Anda mungkin juga menyukai