Oleh :
MUHAMMAD TAUHID
NIM 2112018015
Peta 1. Orientasi Wilayah Desa Kota Bangun Ulu Kecamatan Kota Bangun Kabupaten Kutai Kartanegara
BAB II KAJIAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN
DOKUMEN YANG
NO URAIAN ANALISIS KONDISI EXISTING
DIKAJI
1 RTRW Kabupaten Struktur Ruang Desa Kota Bangun Ulu Terdapat pemamfaatan ruang yang menyebabkan gangguan terhadap
1. Permukiman Perkotaan. berfungsinya sistem perkotaan dan jaringan prasarana
Ketentuan Umum ; Terdapat bangunan dengan akses langsung ke jalan
Diperbolehkan pemanfaatan ruang di sekitar jaringan prasarana Terdapat bangunan yang berada di dalam garis sempadang jaringan jalan
mendukung arteri primer dan kolektor primer;
berfungsinya sistem perkotaan dan jaringan prasarana; Terdapat bangunan di sempadan sungai.
Diperbolehkan penyediaan fasilitas dan infrastruktur untuk
peningkatan kegiatan perkotaan;
Diperbolehkan dengan syarat intensitas pemanfaatan ruang agar
tidak
mengganggu fungsi sistem perkotaan dan jaringan prasarana; dan
Tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang yang menyebabkan
gangguan terhadap berfungsinya sistem perkotaan dan jaringan
prasarana.
2. Kawasan Sekitar Jaringan Jalan Dan Jembatan.
Ketentuan Umum ;
Tidak diperbolehkan akses langsung dari bangunan ke jalan;
Diperbolehkan mendirikan bangunan dengan syarat diluar garis
sempadan
jaringan jalan arteri primer dan kolektor primer;
3. Kawasan Sekitar Prasarana Jaringan Sumberdaya Air
Ketentuan Umum ;
Tidak diperbolehkan mendirikan bangunan di sempadan sungai,
waduk, embung, telaga dan jaringan irigasi selain bangunan yang
dimaksud untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air;
Pola Ruang Desa Kota Bangun Ulu
1. Kawasan Perlindungan Setempat
Ketentuan Umum ;
Sempadan Sungai, Ketentuan lebar sempadan sungai meliputi:
sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang
kaki
tanggul di luar kawasan perkotaan dan 3 (tiga) meter di sebelah
luar
sepanjang kaki tanggul di dalam kawasan perkotaan;
sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter di kanan kiri sungai
besar dan 50 (lima puluh) meter di kanan kiri sungai kecil yang
tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan;
DOKUMEN YANG
NO URAIAN ANALISIS KONDISI EXISTING
DIKAJI
sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dari tepi sungai untuk
sungai
yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter;
sekurang-kurangnya 15 (limas belas) meter dari tepi sungai untuk
sungai
yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai
dengan 20 (dua puluh) meter; dan
sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) meter dari tepi sungai untuk
sungai
yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 (dua puluh) meter.
Tidak diperbolehkan membuang limbah industri ke sungai;
Diperbolehkan pemanfaatan ruang terbuka hijau;
Diperbolehkan pengembangan kegiatan budidaya perikanan air
tawar.
2 RPJMD Pengembangan dan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Permukiman Masih terdapat penduduk yang belum mendapat akses pengelolaan
Arah Kebijakan ; persampahan.
Pembangunan dan peningkatan ketersediaan air bersih; Tidak terdapat pengelolaan limbah rumah tangga yang baik.
Peningkatan pengelolaan persampahan yang dapat melayani seluruh Masih terdapat drainase yang belum di kelola dengan baik
penduduk; Masih terdapat kawasan kumuh di Desa Kota Bangun Ulu dibantaran sungai
Peningkatan pengelolaan drainase Mahakam.
Pengembangan Penataan Ruang yang Berkelanjutan dan Berdampak pada
Pengendalian Pemanfaatan Sumber Daya Alam; dengan arah kebijakan:
Penetapan kawasan khusus
Penetapan kawasan stategis kabupaten
Penataan kawasan kumuh
3 RISPAM Rencana Pengembangan Kapasitas Sistem Wilayah Tengah Kota Bangun Masih terdapat masyarakat yang belum terlayani system pengelolaan air
SPAM Kecamatan Kota Bangun terdiri dari 3 SPAM IKK Kota Bangun, IKK Kota minum / Spam di Desa Kota Bangun Ulu.
Bangun seberang dan Pedesaan Pela Baru:
- Sumber Air Baku digunakan adalah air permukaan yaitu sungai
mahakam, dengan kapasitas yang dimanfaatkan sebesar 30 lt/dt IPA
Mangkurawang (200 ltr/det) yang melayani Mangkurawang,
Mangkurawang, Baru, Mangkurawang dan Maluhu, dimana pengaliran
distribusi dari reservoir pranoto dan reservoir pedidi secara pemompaan.
- IKK Kota Bangun unit produksi terdiri atas 2 ( dua ) IPA Paket, yaitu : IPA
GAE kap. 10 lt/dt tahun pasang 1991 (tidak beroperasi karena rusak
semenjak tahun 2010); IPA Clarifier Fiberglass TSM kap. 20 lt/dt (tahun
2000), sehingga IPA yang di operasikan adalah IPA Clarifier Fiberglass
TSM Kap. 20 lt/dt (real dapat dioperasikan sebesar 25 lt/dt ekivalen
dengan kemampuan melayani pelanggan sebanyak ±1.750 Pelanggan
DOKUMEN YANG
NO URAIAN ANALISIS KONDISI EXISTING
DIKAJI
4 MASTERPLAN Desa Kota Bangun Ulu termasuk dalam daerah prioritas wilayah penanganan Desa Kota Bangun Ulu memamfaatkan TPA Kecamatan sebagai tempat
PENGELOLAAN pengelolaan sampah Kabupaten Kutai Kartanegara. pembuangan akhir.
SAMPAH KABUPATEN Optimalisasi potensi pengembangan kinerja Pengelolaan TPA Skala Kecamatan
KUTAI KARTANEGARA Terkelolanya layanan persampahan Kec. Kota Bangun, Loa Janan, Muara
Badak, Muara Jawa dan Kota Bangun Seberang
5 SPPIP Desa Kota Bangun Ulu termasuk dalam Kawasan Permukiman Kota Bangun
yang di tetapkan sebagai kawasan prioritas bermasalah 1
STRATEGI SPPIP SKALA KAWASAN BERMASALAH
1. Aspek Fisik
Pengembangan potensi kawasan prioritas yang terintegrasi dengan
Permenpera No. 10 Tahun 2012 tentang penyelenggaraan perumahan
dan kawasan permukiman dengan hunian berimbang
Pengendalian DAS dalam kerangka mendukung pemanfaatan air
permukaan sebagai sumber air minum
Pengendalian DAS dalam kerangka mendukung pengembangan
aktivitas kawasan
Pengembangan potensi sumber air baku dalam kerangka mendukung
pemenuhan kebutuhan air minum kawasan prioritas
Pengembangan kota tepian air dalam kerangka mendukung
pembangunan kawasan prioritas
Pengembangan potensi kawasan prioritas sesuai daya dukung
lingkungan
Pengendalian pencemaran kualitas air DAS kawasan prioritas
Pengendalian konflik pemanfaatan ruang daerah manfaat sungai dalam
kerangka mendukung pembangunan permukiman kawasan prioritas
Efektivitas dan efisiensi pemanfaatan teknologi dan biaya pembangunan
dalam kerangka mendukung pengembangan potensi sumber air baku
Pengendalian kawasan kumuh dalam kerangka mendukung
pengembangan kota tepian sungai
Pengembangan aktivitas perkotaan yang terintegrasi dengan
mekanisme dan prosedur tata cara dalam pelaksanaan pembangunan
perumahan dan kawasan permukiman
Pengendalian banjir perkotaan yang diikuti pengelolaan pemanfaatan
sumber air permukaan
Pengembangan aktivitas kawasan prioritas yang diikuti pengendalian
lingkungan hidup
Pengendalian pencemaran kualitas air dalam kerangka mendukung
pemenuhan kebutuhan air minum kawasan prioritas
DOKUMEN YANG
NO URAIAN ANALISIS KONDISI EXISTING
DIKAJI
Pengembangan aktivitas perkotaan yang diikuti pengendalian
pemanfaatan lahan-lahan produktif
Pengendalaian daya dukung lingkungan dalam kerangka mendukung
pengembangan aktivitas perkotaan
Pengendalian pencemaran kualitas air kawasan prioritas dan ancaman
banjir perkotaan
Pengendalian konflik pemanfaatan ruang daerah manfaat sungai dan
degradasi lingkungan kawasan prioritas
Pengendalian pencemaran kualitas air melalui pemanfaatan teknologi
Pengembangan kawasan prioritas melalui penataan kawasan
permukiman kumuh
2. Aspek Sarana Permukiman
Pengembangan sarana pendidikan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan pendidikan
Penyediaan alat-alat kesehatan dalam rangka peningkatan kualitas
pelayanan
Penataan kawasan perdagangan dalam rangka peningkatan
produktifitas ekonomi
Pembinaan umat beragama melalui penyediaan sarana peribadatan
yang memadai
Pengembangan kawasan permukiman yang terintegrasi dengan
peningkatan kualitas kawasan permukiman
Peningkatan partisipasi masyarakat tentang pendidikan melalui
pemberian beasiswa bagi masyarakat kurang mampu
Pemberian insentif pelayanan kesehatan dalam rangka peningkatan
derajat kesehatan masyarakat
Optimalisasi manajemen pengelolaan pasar untuk mendukung aktifitas
ekonomi masyarakat
Peningkatan peran pemerintah dalam penanganan konflik sosial
Pengendalian ancaman bahaya kebakaran yang diikuti penyediaan
sarana proteksi kebakaran
Pembangunan sarana pendidikan yang representatif dalam rangka
pemenuhan kebutuhan akan sarana pendidikan
Peningkatan kualitas tenaga medis dan paramedis yang diikuti
peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat
Pembangunan sarana perdagangan dalam rangka peningkatan ekonomi
kawasan
Optimalisasi fungsi sarana ibadah sebagai wadah pembinaan umat
beragama
DOKUMEN YANG
NO URAIAN ANALISIS KONDISI EXISTING
DIKAJI
Pengendalian permukiman sepanjang DAS yang terintegrasi dengan
pengamanan daerah manfaat sungai
Peningkatan kualitas tenaga pendidik untuk mendukung peningktan
mutu pendidikan
Rekrutmen tenaga medis dan paramedis yang diikuti penyediaan alat
kesehatan yang memadai
Pengembangan usaha-usaha ekonomi masyarakat untuk mendukung
peningkatan pendapatan masyarakat
Pelibatan tokoh-tokoh agama dalam pembinaan umat beragama
Peningkatan pemahaman masyarakat tentang bahaya kebakaran yang
terintegrasi dengan penanggulangan ancaman kebakaran perkotaan
3. Aspek Prasarana Permukiman
Pengembangan jaringan jalan untuk mendukung peningkatan mobilitas
masyarakat
Optimalisasi fungsi jaringan drainase dalam rangka pengendalian banjir
perkotaan
Peningkatan sistem sambungan jaringan air minum untuk pemenuhan
kebutuhan air minum
Penyediaan sarana persampahan pada unit lingkungan permukiman
untuk mendukung pengembangan pengelolaan persampahan
Pembangunan sanitasi komunal pada kawasan permukiman dalam
rangka peningkatan kualitas lingkungan permukiman
Penyediaan sarana angkutan yang memadai dalam rangka pemenuhan
akan moda angkutan transportasi
Normalisasi kawasan DAS dalam rangka pengendalian banjir perkotaan
Pembangunan sarana pengelolaan air baku untuk memenuhi standar
kualitas air minum
Peningkatan pelayanan angkutan persampahan berdasarkan zona
kepadatan sampah
Pengendalian pencemaran lingkungan permukiman dalam rangka
peningkatan kualitas lingkungan
Pengembangan jalan alternatif kawasan prioritas untuk pengalihan
volume angkutan lalulintas
Pembangunan jaringan drainase lingkungan yang terintegrasi dengan
sistem drainase perkotaan
Pengembangan jaringan distribusi air minum yang terintegrasi dengan
peningkatan kapasitas debit air
Pengembangan sistem pengelolaan persampahan berbasis masyarakat
DOKUMEN YANG
NO URAIAN ANALISIS KONDISI EXISTING
DIKAJI
Peningkatan pemahaman masyarakat tentang sanitasi yang diikuti
pengendalian pencemaran lingkungan
Optimalisasi manajemen lalulintas perkotaan yang diikuti
pengembangan rute angkutan
Rehabilitasi dan normalisasi saluran drainase untuk memudahkan
pengaliran air hujan
Peningkatan kualitas, kuantitas dan kontinuitas pelayanan air minum
Peningkatan frekuensi angkutan persampahan
Peningkatan pemahaman masyarakat tentang sanitasi yang diikuti
pengendalian pencemaran tanah
4. Aspek Regulasi
Pengembangan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang
terintegrasi dengan perangkat kebijakan pembangunan
Pengendalian pemanfaatan ruang melalui implementasi Undang-
Undang No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang nasional
Pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang
terintegrasi dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah
Sinkronisasi program antara kelembagaan pemerintah dan masyarakat
dalam pembangunan
Pengendalian kawasan kumuh perkotaan melalui Implementasi IMB
Efektivitas penyelenggaraan pembangunan permukiman dan
infrastruktur perkotaan
Implementasi RDTR yang terintegrasi dengan Undang-Undang No. 26
Tahun 2007 tentang penataan ruang nasional
Implementasi Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah yang terintegrasi dengan kebijakan sektoral
Peningkatan kapasitas SDM aparatur dan masyarakat melalui koordinasi
antar sektor dan lintas sektoral dalam pembangunan
Pengendalian kawasan kumuh yang terintegrasi dengan penerapan IMB
Pengembangan permukiman dan infrastruktur perkotaan melalui
penguatan institusi pemerintah dalam penyelenggaraan pembangunan
Implementasi RDTR yang terintegrasi dengan RTRW Kabupaten Kutai
Kartanegara
Peningkatan kapasitas SDM dalam kerangka mendukung percepatan
pembangunan kawasan perkotaan
Efektivitas pelaksanaan pembangunan melalui sinkronisasi program
antara kelembagaan pemerintah
Efektivitas pelaksanaan IMB dalam kerangka mendukung MDGs
DOKUMEN YANG
NO URAIAN ANALISIS KONDISI EXISTING
DIKAJI
Sinkronisasi perangkat kebijakan melalui koordinasi dalam
penyelenggaraan pembangunan
Efektivitas penyelenggaraan pembangunan perkotaan sesuai arahan
RDTR
Implementasi Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah yang terintegrasi dengan peningkatan kapasitas SDM
Koordinasi antar sektor dan lintas sektoral melalui keterpaduan program
dalam pembangunan
Implementasi IMB yang diikuti pengendalian kawasan permukiman
kumuh
5. Aspek Legalitas Lahan
Implementasi Undang-Undang No. 5 tahun 1960 tentang pokok-pokok
agraria yang terintegrasi dengan pemanfaatan lahan kawasan prioritas
Implementasi PP. RI No.36 tahun 2005 tentang peraturan pelaksanaan
pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan
umum yang diikuti pengendalian penguasaan lahan
Pengendalian pemanfaatan ruang dalam kerangka mendukung
pembangunan aktivitas perkotaan
Pengendalian nilai dan harga lahan dalam kerangka mendukung
peningkatan produktivitas ekonomi kawasan
Pengendalian alih fungsi guna lahan dalam kerangka mendukung
pengembangan aktivitas ekonomi
Efektivitas pelaksanaan pembangunan perkotaan yang diikuti efisiensi
biaya pembebasan lahan
Pengendalian kualitas lingkungan hidup dalam kerangka mendukung
pengembangan aktivitas perkotaan
Efektivitas pembangunan sarana dan prasarana ekonomi yang diikuti
pengendalian nilai dan harga lahan
Pengembangan aktivitas perkotaan yang terintegrasi dengan Undang-
Undang No. 5 tahun 1960 tentang pokok-pokok agraria
Implementasi PP. RI No.36 tahun 2005 tentang peraturan pelaksanaan
pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan
umum yang diikuti pengendalian nilai dan harga lahan
Pengembangan kota secara berkelanjutan yang terintegrasi dengan
daya dukung lingkungan
Pengembangan perkotaan yang terintegrasi dengan mekanisme
pelepasan hak atas tanah untuk kegiatan ekonomi
Pengembangan aktivitas ekonomi dalam kerangka mendukung
pembangunan perkotaan
DOKUMEN YANG
NO URAIAN ANALISIS KONDISI EXISTING
DIKAJI
Pengendalian nilai dan harga lahan dalam kerangka mendukung
pembangunan perkotaan
Pembangunan aktivitas perkotaan yang terintegrasi dengan daya
dukung lingkungan
Pembangunan sarana dan prasarana ekonomi yang terintegrasi dengan
mekanisme pelepasan hak atas tanah
PROGRAM SPPIP SKALA KAWASAN BERMASALAH
1. Aspek Fisik
Land Banking dan Sertifikasi Lahan
Penataan DAS Mahakam
Konservasi Sumber Daya Air
Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas
(RPKPP)
Penyusunan RTR DAS Mahakam
Penyusunan Rencana Rinci Kawasan Permukiman Prioritas
Penyusunan Pengaturan Zonasi DAS Mahakam
Konsolidasi lahan dan bangunan Kawasan Prioritas
Penyusunan Master Plan Drainase Perkotaan
Penyusunan RIS dan RPIJM Infrastruktur Kawasan Perkotaan
Penyusunan AMDAL DAS Mahakam
Penyusunan RTR Kawasan Permukiman Prioritas
Bantek Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Penyusunan Rencana Rinci DAS Mahakam
Pembangunan perumahan swadaya
Penyusunan UKL/UPL DAS Mahakam
Penataan Kawasan Permukiman Kumuh
Penyusunan RTBL
Penataan Kawasan Permukiman Prioritas
6 Arahan Kebijakan Renstra Kecamatan Kota Bangun, memuat gambaran dan isu strategis Pada Renstra Kecamatan Kota Bangun belum membahas secara khusus terkait arah
Kecamatan Kota Bangun pelayanan SKPD. Adapun visi Kecamatan Kota Bangun adalah “Terwujudnya kebijakan dan program pembangunan penanganan permukiman kumuh. Visi dan misi
Kesejahteraan Masyarakat Kecamatan Kota Bangun yang Berkeadilan” kecamatan pun lebih cenderung membahas terkait aparatur pemerintah kecamatan.
Berdasarkan visi tersebut, ditetapkan misi pemerintah Kecamatan Kota Bangun Dari beberapa misi di atas terdapat misi kelima yang lebih memiliki kaitan dengan
yaitu : penanganan permukiman kumuh, dimana sasaran, strategi, dan arah kebijakan dari
Meningkatkan Kualitas Sumber daya aparatur Kecamatan Kota Bangun misi tersebut telah dijabarkan yaitu Meningkatkan pelayanan pembangunan melalui
dalam rangka peningaktan mutu pelayanan Prima bagi masyarakat insfastruktur dan pemberdayaan masayarakat dalam pembangunan,
Kecamatan Kota Bangun.
Meningkatkan pelaksanaan pelayanan administrasi kependudukan bidang
pertanahan dan kemasyarakatan bagi masyarakat kecamatan Kota Bangun.
DOKUMEN YANG
NO URAIAN ANALISIS KONDISI EXISTING
DIKAJI
Meningkatkan pelaksanaan pelayanan perijinan yang berkualitas dari
pemerintah kecamatan Kota Bangun bagi masyarakat kecamatan Kota
Bangun
Meningkatakan pelaksanaan pelayanan kesejahteraan sosial masyarakat
yang sehat dan agamis, cerdas dan berbudaya, termasuk peranan
kepemudaan dan pemberdayaan perempuan.
Meningkatkan pelayanan pembangunan melalui insfastruktur dan
pemberdayaan masayarakat dalam pembangunan, usaha ekonomi baik
kualitas dan kuantitas dalam wilayah kecamatan Kota Bangun
Meningkatkan kualitas pelayanan yang mendukung peningkatan sumber-
sumber pendapatan asli daerah kecamatan melalui penertiban umum dan
perlindungan masayrakat (linmas).
7 Arahan Rencana Kerja Renja Desa Kota Bangun Ulu memuat beberapa rencana kegiatan yang akan Pada Renja Desa Kota Bangun Ulu belum membahas secara khusus terkait arah
(Renja) Desa Kota Bangun direalisasikan menyebar di beberapa wilayah kelurahan. Adapun rencana kebijakan dan program pembangunan penanganan permukiman kumuh. Visi dan misi
Ulu kegiatan Desa Kota Bangun Ulu tahun 2021 adalah sebagai berikut. Kelurahan pun lebih cenderung membahas terkait aparatur pemerintah Kelurahan.
1. Jaringan Jalan Dari beberapa rencana kegitan terdapat rencana kerja yang lebih memiliki kaitan
Penerangan jalan umum dengan penanganan permukiman kumuh, dimana sasaran yaitu perencanaan
Pelebaran jalan pembangunan infratruktur jaringan jalan dan jaringan drainase.
Pengaspalan jalan
Pavingisasi jalan
Perbaikan jalan paving, jembatan, dan aspal
Perbaikan trotoar berlubang
2. Jaringan Drainase
Rehabilitasi saluran
Penutupan saluran
Perbaikan saluran
Rehabilitasi gorong-gorong
Pembuatan saluran tertutup
Pembuatan tutup saluran
2.1.2. Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 2011
Penataan perumahan dan pemukiman menurut Undang-Undang perumahan dan kawasan permukiman berdasarkan
pada asas kesejahteraan, keadilan danpemerataan, kenasionalan, koefisienan dan kemanfaatan, keterjangkauan dan
kemudahan, kemitraan, keserasian dan keseimbangan, keterpaduan, kesehatan, kelestarian dan keberlanjutan, serta
keselamatan, keamanan, ketertiban, dan keteraturan. Penataan perumahan dan kawasan permukiman memiliki tujuan
sebagai berikut:
a. Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggraan perumahan dan kawasan permukiman guna memenuhi
kebutuhan rumah;
b. Mendukung penataan dan penyebaran penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian;
c. Meningkatkan hasil sumber daya guna alam bagi pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian
lingkungan;
d. Memberdayakan pemangku kepentingan bidang pembangunan perumahan dan kawasan permukiman;
e. Menunjang pembangunan bidang ekonomi, sosial, dan budaya;
f. Menjamin terwujudnya rumah layak huni dan terjangkau dengan lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur,
terencana, terpadu, dan keberlanjutan.
Kawasan permukiman merupakan bagian dari lingkungan di luar kawasan lindung sebagai lingkungan hunian. Dalam
penyelenggaran perumahan dan kawasan permukiman, pemerintah wajib melakukan pembinaan yang meliputi
menetapkan kebijakan tentang pemanfaatan hasil teknologi bidang perumahan dan kawasan permukiman, pengelolaan
Kasiba dan Lisba, memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi masyarakat, menyelenggarakan
fungsi operasionalisasi dan koordinasi, mendorong penelitian pengembangan penyelenggraan perumahan dan kawasan
permukiman, melakukan sertifikasi dan administrasi lainnya terhadap badan penyelenggaran perumahan, dan
menyelenggarakan pelatihan bidang perumahan dan kawasan permukiman. Penyelenggaran perumahan meliputi:
a. Perencanaan perumahan, yang terdiri dari :
Perencanaan dan perancangan rumah, baik rumah komersial, umum, swadaya, khusus, dan rumah negara guna
menciptakan rumah yang layak huni, mendukung upaya pemebuhan kebutuhan rumah oleh masyarakat dan
pememrintah, dan meningkatkan tata bangunan dan lingkungan yang terstruktur.
Perencanaan prasarana, sarana, sarana, utilitas umum yang meliputi rencana penyediaan kaveling tanah untuk
perumahan sebagai bagian dari permukiman dan rencana kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum
perumahan.
Penyediaan kavling tanah untuk meningkatkan hasil guna tanah bagi kavling siap bangun.
b. Pembangunan perumahan.
Pembanguan perumahan skala besar terdiri dari hunian berimbang seperti rumah sederhana, menengah, dan
mewah.Tanggung jawab pemerintah diberikan kepada pembangunan rumah umum, khusus, dan Negara melalui lembaga
yang ditugaskan. Pembangunan perumahan meliputi:
Pembangunan rumah dan prasarana, sarana, dan utilitas umum.
Peningkatan kualitas perumahan.
Pengembangan teknologi dan rancang bangunan yang ramah lingkungan.
c. Pemanfaatan perumahan
Meliputi pemanfaatan rumah, pemanfaatan dan pelestarian prasarana dan sarana perumahan, dan pelestarian
perumahan.
d. Pengendalian perumahan
Untuk penyelenggara kawasan permukiman berfungsi untuk memenuhi hak orang atas tinggal dan mewujudkan wilayah
yang berfungsi sebagai lingkungan hunian sesuai rencana tata ruang. Penyelenggara kawasan permukiman di perkotaan
maupun pedesaan dapat melalui:
Pengembangan yang telah ada dengan meningkatkan potensi lingkungan hunian melalui fungsi kota,
meningkatkan pelayanan lingkungan hunian, keberadaan prasarana, sarana, dan utilitas umum, tanpa
menambah tumbuhnya lingkungan hunian yang tidak terencana atau permukiman kumuh.
Pembangunan lingkungan hunian baru melalui penyediaan lokasi permukiman, prasarana, sarana, dan utilitas
umum. Pembangunan kembali berfungsi untuk memulihkan fungsi lingkungan hunian perkotaan dan pedesaan
sesuai rencana tata ruang dengan persyaratan sebagai berikut :
- Kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi, dan rencana
tata ruang wilayah kabupaten/ kota.
- Kesesuaian dengan rencana tata bangunan dan lingkungan.
- Kondisi dan kualitas prasarana, sarana, dan utilitas umum yang memenuhi persyaratan dan tidak
membahayakan penghuni.
- Tingkat kepadatan bangunan dan Kualitas bangunan.
- Kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat.
Pembangunan kembali dapat dilakukan dengan rehabilitasi, rekonstruksi, dan peremajaan. Untuk peningkatan
kualitas terhadap perumahan dan kawasan permukiman kumuh dapat dilakukan melalui:
- Pemugaran menjadi permukiman yang layak huni,
- Peremajaan
- Permukiman kembali
2.1.3. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Pedoman Keserasian
Kawasan Perumahan Dan Permukiman
Dalam mengembangkan perumahan dan kawasan permukiman, agar tercipta keserasian antara perumahan dan kawasan
permukiman yang dapat menunjang peningkatan kualitas ekologis, sosial budaya, dan pertumbuhan ekonomi maka
terdapat ketentuan yang harus diperhatikan.
1. Klasifikasi Lingkungan Perumahan Dan Kawasan Permukiman
a) Intensitas/kepadatan hunian yang terdiri dari rumah bersusun dan tidak bersusun. Bangunan yang dibangun
vertical memiliki KLB >1, antara lain meliputi rumah susun, apartemen, dan kondonium. Sedangkan rumah tidak
bersusun memiliki KLB<1 antara lain meliputi rumah sederhana, menengah, dan mewah.
b) Intensitas lahan tutupan yang terdiri atas:
Rumah taman, dengan KDB lebih kecil dari 30%;
Rumah renggang, dengan KDB 30% sampai dengan 50%;
Rumah deret, dengan KDB 50% sampai dengan 70%;
Rumah susun, dengan KDB 50% sampai dengan 70%; dan
Rumah susun taman, dengan KDB lebih kecil dari 50%.
c) Lingkungan hunian berimbang yang terdiri atas rumah sederhana, menengah, dan mewah.
d) Fungsi usaha pengguna bangunan yang terdiri atas:
Rumah tinggal yang berorientasi pada kegiatan hunian saja.
Rumah toko/kantor merupakan unit yang sekaligus berorientasi pada kegiatan hunian dan perdagangan atau
kegiatan hunian dan perkantoran.
Rumah produktif merupakan unit yang sekaligus berorientasi pada kegiatan hunian dan tempat memproduksi
barang dan kerajinan.
Bangunan campuran merupakan unit yang berorientasi pada kegiatan-kegiatan komersial campuran.
e) Kawasan khusus.
Untuk mencapai nilai tambah perumahan dan kawasan permukiman yang dikehendaki sesuai daya dukung
dan karakteristik lokasi geografis di wilayah perencanakan maka dilakukan pengaturan distribusi kepadatan.
Untuk mengetahui intensitas pemanfaatan lahan melalui pengaturan kepadatan paling padat unit rumah per
hektar dikaitkan dengan distribusi luas lantai paling luas bangunan terhadap persil maupun wilayah
perencanaannya.
2. Klasifikasi Intensitas Pemanfaatan Lahan
a) KLB lebih besar dari 1.0 untuk rumah susun berlaku di zona perkotaan, pusat kota, dan pusat metro. Apabila di
pedesaan dan pinggiran kota dapat diizinkan namun terdapat persyaratan khusus.
b) KLB lebih kecil dari 1.0 untuk rumah tidak susun berlaku di zona pedesaan dan pinggiran kota. Sedangkan di zona
perkotaan, pusat kota, dan pusat metro dapat diizinkan namun terdapat persyaratan khusus.
c) KDB per persil lebih kecil dari 30% untuk rumah taman berlaku di zona pedesaan dan pinggiran kota. Sedangkan
di zona perkotaan dan pusat kota diizinkan namun terdapat persyaratan khusus.
d) KDB per persil 30% sampai dengan 50% untuk rumah renggang berlaku di zona pedesaan, pinggiran kota, dan
perkotaan. Apabila dikembangkan di zona pusat kota diizinkan namun terdapat persyaratan khusus.
e) KDB per persil 50% sampai dengan 70% untuk rumah deret berlaku di zona perkotaan, pusat kota, dan pusat
metro. Apabila dikembangkan di zona pinggiran Kota diizinkan namun terdapat persyaratan khusus.
f) KDB per persil lebih kecil dari 50% untuk rumah susun taman hanya berlaku di zona pinggiran kota.
g) KDB per persil 50% sampai dengan 70% untuk rumah susun berlaku di zona
h) pusat kota dan pusat metro, sedangkan di zona perkotaan diizinkan namun
i) terdapat persyaratan khusus.
3. Komposisi Lahan Efektif dan Nonefektif
Salah satu faktor yang berperan dalam menentukan keserasian perumahan dan kawasan permukiman, perlu diatur
komposisi lahan efektif dan non efektif dengan pengaturan luas efektif, luas prasarana dan utilitas serta sarana. Lahan
efektif merupakan luas total lahan perpetakan yang digunakan untuk kavling perumahan dan kawasan permukiman
maupun fasilitas lingkungan yang bersifat komersial dan dapat dijual kepada pihak swasta maupun perorangan,
sedangkan lahan non efektif merupakan luas total lahan perpetakan yang digunakan untuk prasarana, sarana, dan utilitas
lingkungan perumahan, termasuk fasilitas umum dan fasilitas sosial yang bersifat non komersial, dapat diserahkan ke
pemerintah. Ketentuan luas lahan efektif meliputi :
a. Luas wilayah perencanaan lebih kecil atau sama dengan 25 ha, maka luas lahan efektif paling besar 70%;
b. Luas wilayah perencanaan 25 sampai dengan 100 ha, maka luas lahan efektif paling besar 60%;
c. Luas wilayah perencanaan lebih besar dari 100 ha, maka luas lahan efektif paling besar 55%.
4. Ketentuan Luas Prasarana Dan Utilitas
a. Untuk luas wilayah perencanaan lebih kecil atau sama dengan 25 ha, maka luas prasarana dan utilitas paling besar
25%;
b. Untuk luas wilayah perencanaan 25 sampai dengan 100 ha, maka luas prasarana dan utilitas paling besar 30%;
c. Untuk luas wilayah perencanaan lebih besar dari 100 ha, maka luas prasarana dan utilitas paling besar 30%.
d. Ketentuan luas sarana meliputi:
Luas wilayah perencanaan paling kecil atau sama dengan 25 ha, maka luas sarana paling kecil 5%;
Luas wilayah perencanaan 25 sampai dengan 100 ha, maka luas sarana paling kecil 10%;
Luas wilayah perencanaan lebih besar dari 100 ha, maka luas sarana paling kecil 15%.
5. Sistem Subsidi Silang
Dalam rangkan pengadaan perumahan pemerintah menyediakan sistem subsidi silang, dimana kelompok rumah
mewah dan menengah memberikan subsidi kepada kelompok masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) guna
mendapatkan tempat tinggal yang layak huni.Sistem ini juga berlaku di kawasan perumahan susun agar terbentuk
lingkungan hunian berimbang di perumahan dan kawasan permukiman dari segala kelompok.
6. Pengaturan Peruntukan Lahan Perumahan dan Permukiman
Selain penyediaan sistem, pemerintah juga melakukan pengaturan peruntukan meliputi :
a. Pada zona lindung tidak diizinkan untuk rumah mewah, rumah menengah, dan rumah sederhana.
b. Pada zona perdesaan, zona pinggiran kota, zona perkotaan, zona pusat kota, dan zona pusat metro diizinkan
untuk rumah mewah, rumah menengah, dan rumah sederhana.
c. Pada zona perdesaan diizinkan untuk tipe rumah mewah, rumah menengah, dan rumah sederhana meliputi rumah
taman, rumah renggang, dan rumah susun taman, tetapi tidak diizinkan membangun rumah deret dan rumah susun
dengan KDB tinggi.
d. Pada zona pinggiran kota diizinkan untuk tipe rumah mewah, rumah menengah, dan rumah sederhana meliputi
rumah taman, rumah renggang, dan rumah susun taman, serta tidak diizinkan membangun rumah susun dengan
KDB tinggi, namun untuk rumah deret diizinkan dengan persyaratan khusus.
e. Pada zona perkotaan diizinkan untuk tipe rumah mewah, rumah menengah, dan rumah sederhana meliputi rumah
taman, rumah renggang, rumah deret, rumah susun taman, dan rumah susun dengan KDB tinggi.
f. Pada zona pusat kota diizinkan untuk tipe rumah mewah, rumah menengah, dan rumah sederhana meliputi rumah
renggang, rumah deret, rumah susun taman, dan rumah susun dengan KDB tinggi.
g. Pada zona pusat metro diizinkan untuk tipe rumah mewah, rumah menengah, dan rumah sederhana meliputi rumah
deret, rumah susun taman, dan rumah susun dengan KDB tinggi.
h. Pada zona preservasi dengan ketentuan khusus.
2.1.4. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Keterpaduan Prasarana Sarana Dan Utilitas (PSU) Kawasan Perumahan
Pola Penanganan Keterpaduan PSU merupakan acuan di dalam penyelenggaraan Keterpaduan PSU melalui :
1. Pembangunan perumahan dan kawasan permukiman skala besar yang terencana secara menyeluruh dan terpadu
dengan pelaksanaan yang dapat dilaksanakan secara bertahap.
2. Pembangunan kawasan khusus, yaitu pada bagian wilayah dalam propinsi dan/ atau Kabupaten/ Kota untuk
menyelenggarakan kegiatan dengan fungsi khusus seperti industri, perbatasan, nelayan, pertambangan, pertanian,
pariwisata, pelabuhan, cagar budaya, dan rawan bencana.
3. Peningkatan kualitas permukiman berupa kegiatan pemugaran, perbaikan dan peremajaan dan mitigasi bencana.
Dalam menangani keterpaduan PSU, pemerintah memiliki upaya untuk membantu memecahkan permasalahan prasarana
sarana dan utilitas, pada kawasan perumahan yang sudah terbangun yang disebut sebagai upaya preventif, sehingga
akan terwujud lingkungan kawasan perumahan yang sehat, dan berwawasan lingkungan. Komponen PSU dalam
Kawasan perumahan dan lingkungan permukiman adalah sebagai berikut :
Tabel Komponen PSU Kawasan
No. Komponen PSU Kawasan Skala Besar Kawasan Khusus
Prasarana
1 Jalan Jalan lokal sekunder Jalan lokal sekunder dan jalan diatas air
2 Drainase Primer dan sekunder Primer dan sekunder
3 Air Limbah Terpusat setempat Terpusat setempat
Tempat pengolahan sementara/akhir Tempat pengolahan sementara dan
4 Persampahan
dan komposter komposter
5 Jaringan Air Minum Distribusi terminal
Sarana
1 Tempat pendidikan TK, SD, SLTP, dan SMU SD, SLTP
Klinik, puskesmas, RS tipe C, B, dan Klinik, posyandu, puskesmas pembantu, dan
2 Layanan kesehatan
A puskesmas
Layanan Warung, restoran, pujasera, pasar Warung, pujasera, pasar, dan tempat
3
perdagangan tradisional, minimarket, dan pertokoan pelelangan ikan
Rumah ibadah, balai pertemuan, dan
4 Fasos dan fasum Rumah iabdah dan balai pertemuan
kantor
5 Tempat olahraga Gedung dan lapangan olahraga Lapangan olahraga
6 Pemakaman Pemakaman -
7 RTH Taman Taman dan tempat penjemuran ikan
8 Terminal Halte Dermaga
Utilitas Umum
Gardu dan jaringan (PLN) serta
1 Jaringan listrik Gardu dan jaringan (PLN) serta genset
genset
2 Jaringan telepon Jaringan (telkom) Jaringan (telkom)
3 Jaringan gas Jaringan (migas) Jaringan (migas)
4 Transportasi Angkutan umum Angkutan umum
5 Pemadam Kebakaran Perlengakapan pemadam kebakaran Perlengakapan pemadam kebakaran
Ketentuan Penanganan preventif sebagai berikut:
1. Penanganan PSU di kawasan perumahan yang baru.
2. Upaya keterpaduan preventif dilaksanakan seluruh pemangku kepentingan yang akan maupun kawasan khusus,
dengan fasilitasi pemerintah kabupaten/kota untuk menghindari permasalahan ketidakterpaduan PSU pada saat
penghunian dan perkembangannya di masa yang akan datang.
3. Keterpaduan secara preventif ini dilakukan secara berkelanjutan mulai sejak saat penentuan lokasi, perencanaan,
pelaksanaan, pemeliharaan, pengelolaan, dan pengendalian.
4. Penanganan keterpaduan PSU kawasan ini juga dilaksanakan dengan memperhatikan kawasan disekitarnya.
Selain preventif, pemerintah juga menagdakan upaya penanganan kuratif yaitu upaya untuk membantu memecahkan
permasalahan prasarana sarana dan utilitas, pada kawasan perumahan yang sudah terbangun, sehingga akan terwujud
lingkungan kawasan perumahan yang sehat, dan berwawasan lingkungan. Keterpaduan PSU secara kuratif dilaksanakan
oleh:
1. Pemerintah Kabupaten/Kota, yang mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan PSU.
2. Pihak lain yang terlibat dalam keterpaduan PSU untuk bersama memecahkan permasalahan adalah instansi
Pemerintah Kabupaten/ Kota, pihak swasta (pengembang), pihak masyarakat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Pusat.
Jika permasalahan ketidakterpaduan PSU, tidak mampu diselesaikan ditingkat pemerintah kabupaten/ kota, maka dapat
diselesaikan ditingkat propinsi atau tingkat pusat. Bantuan pemecahan permasalahan PSU yang terjadi di kawasan
perumahan, oleh pemerintah propinsi maupun pemerintah pusat dapat berupa fasilitasi ataupun pemberian bantuan
stimulan PSU. Langkah-langkah dalam penanganan kuratif adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi permasalahan atau peta masalah, dilakukan melalui diskusi keterpaduan PSU dengan pemangku
kepentingan di pemerintah kabupaten/ kota.
2. Diskusi bisa difasilitasi oleh pemerintah pusat maupun pemerintah propinsi.
3. Dari peta masalah, selanjutnya disusun rencana tindak (action plan), berisi: permasalahan, peta pelaku dan pembagian
tanggung jawab, skenario penataan kawasan dan jadwal kegiatan, skema pembiayaan, perencanaan teknis,
penganggaran, dan peningkatan kapasitas kelembagaan, rencana pelaksanaan dan pengelolaan yang diproses dan
disepakati oleh pelaku.
Berdasarkan dokumen-dokumen Kabupaten Kutai Kartanegara untuk mengetahui program apa saja yang masuk ke dalam
perencanaan dan struktur pelayanan eksisting yang relevan dengan lokasi permukiman kumuh sesuai SK Bupati, berikut
disajikan hasil diskusi berdasarkan informasi dari narasumber Kab. Kutai Kartanegara.
BAB III PROFIL PERMUKIMAN DAN PERMUKIMAN KUMUH
Jembatan Martadipura
Sumber: wikipedia.org
1 2018 4.676
2 2019 5.824
Tabel Penyesuaian data baseline 100-0-100 dengan Permen PUPR No. 2 Tahun 2016
Kesimpulannya, data baseline terbaru harus terdiri atas 7 aspek permasalahan dengan jumlah kriteria permasalahannya
sebanyak 19. Pemutakhiran data antara lain terdiri atas 5 data yang sama tanpa harus dirubah, 6 data perlu dikonversi,
dan 10 data sisanya harus diperbarui. Kemudian setelah dilaksanakan pemutakhiran data, maka muncullah numerik
perhitungan outcome penanganan kumuh terbaru yang menjadi acuan kegiatan di setiap dokumen perencanaan baik di
tingkatan kota maupun Desa.
Berikut ini disajikan numerik permasalahan permukiman secara keseluruhan di Desa Kota Bangun Ulu setelah
dimutakhirkan. Sebanyak 21 RT di Desa Kota Bangun Ulu telah sesuai numeriknya dengan Permen PUPR No. 2 Tahun
2016 dan dilengkapi pula dengan peta tematik permasalahannya.
Tabel Numerik Permasalahan Permukiman Desa Kota Bangun Ulu RT-01 sampai dengan RT-11
§ Panjang saluran drainase eksisting M 646 553,1 757,6 607,2 424,6 594 399,7 437 473,1 787,3 368
Ketidakterhubungan dengan Sistem Drainase
c. § Panjang saluran akses ke sistem kota M - - - - - - - - - - -
Perkotaan
Panjang saluran drainase tidak
d. Tidak Terpeliharanya Drainase § M - - - - - - - - - - -
terpelihara
e. Kualitas Konstruksi Drainase § Panjang saluran drainase rusak M - - - - - - - - - - -
5 ASPEK KONDISI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
Sistem Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai Jumlah KK tidak terakses sistem air
a. § KK - - - - - - - - - - -
Standar Teknis limbah sesuai standar teknis
Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Jumlah KK dengan sarpras air limbah
b. § KK 17 16 10 12 9 20 14 13 - 21 12
Tidak Sesuai dengan Persyaratan Teknis tidak sesuai persyaratan teknis
6 ASPEK KONDISI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
Jumlah KK dengan sarpras
Prasarana dan Sarana Persampahan Tidak Sesuai
a. § pengolahan sampah yang tdk sesuai KK - - - - - - - - - - -
dengan persyaratan Teknis
persyaratan teknis
Sistem Pengelolaan Persampahan yang tidak Jumlah KK dg sistem pengolahan
b. § KK - - - - - - - - - - -
sesuai Standar Teknis sampah tidaksesuai standar teknis
DATA ISIAN INDIKATOR DAN PARAMETER KEKUMUHAN SATU VOLUME
KEGIATAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN AN RT-01 RT-02 RT-03 RT-04 RT-05 RT-06 RT-07 RT-08 RT-09 RT-10 RT-11
Tidakterpeliharanya Sarana dan Prasarana Jumlah KK dengan sarpras
c. § KK - - - - - - - - - - -
Pengelolaan Persampahan pengolahan sampah tidak terpelihara
7 ASPEK KONDISI PROTEKSI KEBAKARAN
Jumlah Bangunnan tidak terlayani
a. Ketidaktersediaan Prasarana Proteksi Kebakaran § Unit - - - - - - - - - - -
prasarana proteksi kebakaran
Jumlah Bangunnan tidak terlayani
b. Ketidaktersediaan Sarana Proteksi Kebakaran § Unit - - - - - - - - - - -
sarana proteksi kebakaran
3.6. PROFIL PERMUKIMAN KUMUH
Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati Kabupaten Kutai Kartanegara Nomor 454/SK-BUP/HK/2019 tentang
Penetapan Lokasi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh di Kabupaten Kutai Kartanegara, Desa Kota Bangun Ulu
masuk dalam kawasan kumuh Kota Bangun Ulu.
Hasil dari verifikasi pendataan Baseline tahun 2021 untuk Desa Kota Bangun Ulu yang masih terbaca kumuh dinumerik
hanya tersisa 1 RT yaitu RT 20 dengan luas 6,77 Ha. Adapun data RT-RTnya adalah sebagai berikut:
Tabel Rekap Data RT Kumuh Desa Kota Bangun Ulu
1. 01 7 TIDAK KUMUH
2. 02 6 TIDAK KUMUH
3. 03 6 TIDAK KUMUH
4. 04 6 TIDAK KUMUH
5. 05 5 TIDAK KUMUH
6. 06 5 TIDAK KUMUH
7. 07 1 TIDAK KUMUH
8. 08 8 TIDAK KUMUH
9. 09 5 TIDAK KUMUH
VOLUME
NO INDIKATOR RT POTENSI PERMASALAHAN KEBUTUHAN PENANGANAN
NUMERIK SATUAN
Adanya keinginan
Rumah Tidak Menfasilitasi warga untuk memiliki rumah layak
1 Bangunnan 20 3 Unit warga untuk memiliki
Layak Huni huni & Bedah Rumah
rumah (Ilegal)
Tidak terdapat
sarana dan
4 20 111 KK Prasarana Mengadakan pelatihan Pengolahan Persampahan
Pengelolaan
Persampahan
Kesadaran
Persampahan masyarakat
Permukiman jauh
Pentingnya
dari tempat
Persampahan pengelolaan
pembuangan
Persampahan
sementara Penyediaan Sarana dan Prasarana Pengelolaan
6 20 99 KK
sehingga Persampahan
cenderung
membakar
sampah
RT. 01,
02, 03, Terdapat jalan 1. Adanya jalan yang
Jalan sempit dan Kesediaan warga nyaman untuk
04, 05, yang rusak dan Jalan lingkunga
FGD & tidak bias dilewati untuk mobilitas. Dilakukan pelebaran
06, 07, dgn lebar < 1,5
Transek juga belum kendaraan roda 4 memberikan 2. Adanya jalan yang jalan
08, 09, m
diperkeras. atau lebih sedikit tanahnya tidak becek dan
10, 11,
nyaman untuk
20
Jalan mobilitas.
2
Lingkungan 3. Adanya jalan yang
RT. 01, Jalan Kenyamanan di Adanya kesiapan memenuhi standar
02, 03, lingkungan dgn teknis.
Terdapat jalan jalan terganggu, masyarakat
04, 05, lebar > 1,5 m 4. Adanya sumber air Perbaikan/peningkatan
FGD & yang rusak dan rawan dalam bentuk
06, 07, yg rusak/belum yang memenuhi kualitas jalan
Transek juga belum kecelakaan, dan tenaga dan
08, 09, diperkeras syarat kesehatan. lingkungan
diperkeras. akses warga swadaya untuk
10, 11,
terganggu memperbaiki
20
Penyuluhan/sosialisai
RT. 01, Keinginan untuk
Tidak memiliki 1. Tidak adanya untuk ketersediaan
02, 03, Pencemaran hidup sehat,
Baseline, Sanitasi tidak sanitasi yang kebiasaan BAB Sanitas, memfasilitasi
Pengelolaan 04, 05, Lingkungan & tanah kosong
5 FGD & terlayani layak yang buruk. pembuatan wc
Air Limbah 06, 07, kehidupan yang untuk 2. Adanya fungsi
Transek dengan baik komunal, mamfasilitasi
08, 09, tidak sehat pembuataan WC MCK umum pembuatan saluran
10, 11, komunal. yang berjalan sanitasi
Sampah
domestik 1. Adanya perkarangan
rumah tangga Beberapa warga dan lahan kosong
di kawasan yang tidak tertumpuk Penyuluhan/sosialisasi
Pencemaran bersedia
Persampahan permukiman sampah. untuk masalah
Pengelolaan FGD & Lingkungan & memberikan
6 RT 20 tidak terolah Tidak terangkut 2. Adanya sistem sampah, membuatkan
Persampahan Transek Kehidupan yang tanahnya untuk
dengan baik ke TPS/TPA pewadahan dan pembuangan sampah
tidak sehat tempat menaruh pengangkutan
min dua kali komunal / TPS
box TPS sampah.
seminggu
POTENSI
SUMBER URAIAN FAKTOR AKIBAT YANG UNTUK
NO MASALAH LOKASI HARAPAN ALTERNATIF SOLUSI
INFORMASI MASALAH PENYEBAB DITIMBULKAN PENYELESAIAN
MASALAH
3.9. LIVELIHOOD
Pengembangan ekonomi lokal menjadi prasyarat kunci untuk memperbaiki kondisi ketertinggalan dan ketimpangan
penghidupan kelompok Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang umumnya dimanifestasikan oleh rendahnya
kemampuan ekonomi dan akses mereka terhadap permukiman yang layak huni dan berkelanjutan. Secara umum
kelompok MBR tersebut dapat bertahan hidup di kawasan permukiman kumuh dengan mengandalkan pada kegiatan
usaha skala mikro dan pekerja rendahan/buruh.
Livelihood (penghidupan masyarakat) merupakan pendekatan dalam pemberdayaan ekonomi lokal yang dilakukan
Program KOTAKU dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan kualitas penghidupan MBR di kawasan permukiman
kumuh. Grand strategy pemberdayaan ekonomi lokal (economic empowerment) bagi MBR yang dikembangkan Program
KOTAKU adalah mengintegrasikan kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat di level komunitas/Desa dengan level
kabupaten/kota, sebagai berikut :
a. Pengembangan kapasitas dan akses ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah melalui strategi pengembangan
kelembagaan dan kegiatan usaha Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) di level komunitas/Desa melalui kegiatan
Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas (PPMK), serta pengembangan akses pasar, produk
dan kapasitas SDM bagi KSM pada level kabupaten/kota melalui kegiatan Pusat Pengembangan Usaha (Business
Development Center/BDC).
b. Dalam mendukung pengembangan kapasitas dan akses ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah tersebut, maka
dirumuskan strategi perluasan akses pembiayaan bagi masyarakat miskin/berpenghasilan rendah melalui kegiatan
pengembangan layanan Keuangan Mikro UPK-BKM di level komunitas/Desa melalui pendekatan
konvensional/syariah dan pengembangan kemudahan akses transaksi dan layanan melalui Digital Financial
Services (DFS), serta pengembangan layanan keuangan mikro di level kabupaten/kota melalui Federasi UPK.
Tabel Daftar Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
Perbaikan/peningkatan
1 Jalan Jalan Jalan Beton 906,90 Meter RT020-00000 499 236 14 10
kualitas jalan lingkungan
Rehab/perbaikan
Rumah Tidak Penyuluhan/sosialisasi
2 Bangunnan Bangunan 3 Unit RT020-00000 499 236 14 10
Layak Huni rumah layak huni
(Aladin)
Penyuluhan/sosialisasi
untuk masalah sampah,
3 Persampahan Persampahan Bak sampah 3R 20 Unit RT020-00000 499 236 14 10 membuatkan
pembuangan sampah
komunal/TPS
Mengadakan pelatihan
Proteksi Proteksi Motor Pemadam
4 1 Unit RT020-00000 499 236 14 10 penanganan bahaya
Kebakaran Kebakaran Kebakaran
kebakaran dan
Tempat Penyuluhan/sosialisasi
Pembuangan untuk masalah sampah,
5 Persampahan Persampahan Sampah 1 Unit RT020-00000 499 236 14 10 membuatkan
Sementara (TPS) pembuangan sampah
3R komunal/TPS
Penyuluhan/sosialisasi
untuk masalah sampah,
Gerobak/Motor
6 Persampahan Persampahan 1 Unit RT020-00000 499 236 14 10 membuatkan
Sampah
pembuangan sampah
komunal/TPS
Kota Bangun Ulu merupakan Desa yang berkembang sebagai kawasan Permukiman di Kabupaten
Kampong Kutai Kartanegara, Dalam perkembanga nya dikembangkanlah konsep - konsep yang mengintegrasikan
kawasan permukiman yang telah ada. Konsep yang dikembangkan pada kawasan kumuh teridentifikasi
Gerecek adalah Kampong Gerecek. Kampong Gerecek dalam bahasa Indonesia berarti kampung cantik. Konsep
yang dikembangkan adalah Peningkatan kualitas dasar infrastruktur disertai dengan perubahan wajah
4.2 KONSEP DAN STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS
Konsep dan strategi peningkatan kualitas di kawasan RT 20 Desa Kota Bangun Ulu dapat dilihat di bawah ini.
Tabel Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh Kawasan Grecek
NO KAWASAN KUMUH ASPEK KEKUMUHAN PERMASALAHAN KONSEP PENGEMBANGAN KONSEP PENANGANAN STRATEGI PENANGANAN
1 Prioritas : I Bangunan Hunian 3,23% Bangunan tidak RTRW: Konsolidasi lahan dan Pengaturan KDB, KLB, KDH
Kawasan : Kampong memenuhi persyaratan Pengawasan area terbangun dengan ketat di daerah penataan bangunan Penertiban IMB
Gercek teknis dengan kepadatan tinggi. Pembatasan pembangunan hunian
RT-01 dan RT-04 Diperbolehkan pemanfaatan ruang disekitar jaringan Relokasi Rumah Sempadan Pengadaan Lahan
Tipologi : Dataran prasrana mendukung berfungsinya system perkotaan dan sungai Pembangunan Rusunawa
Rendah jaringan prasarana Pembangunan Rumah Swadaya
Tidak diperbolehkan mendirikan bangunan akses langsung Bantuan Stimulan Bahan Bangunan
dari bangunan ke jalan
tidak diperbolehkan mendirikan bangunan disempadan Perbaikan rumah tidak layak Bantuan perbaikan rumah tidak layak huni
sungai huni
Jalan Lingkungan 0% Area tidak SPPIP : Peningkatan pelayanan dan Perbaikan jalan lingkungan
terlayani oleh jaringan kualitas jalan lingkungan Pemeliharaan jalan lingkungan
jalan lingkungan Pengembangan jaringan jalan untuk mendukung
Pembangunan Jalan Baru
peningkatan mobilitas masyarakat
58,10% Area memiliki Pembangunan Jalan Inspeksi Sungai
kualitas permukaan jalan Pengemgangan jalan alternative kawasan prioritas untuk Penerangan Jalan Umum
yang buruk pengalihan volume angkutan lalu lintas
Drainase Lingkungan 0% Area terjadi RPJMD : Peningkatan pelayanan dan Pembangunan drainase lingkungan
genangan > 30 cm Peningkatan pengelolaan drainase kualitas drainase lingkungan Perbaikan drainase lingkungan
0% Tidak tersedia SPPIP : Pemeliharaan drainase lingkungan
drainase lingkungan Optimalisasi fungsi jaringan drainase dalam rangka Pembangunan Turap Sungai Mahakam
0% Drainase pengendalian banjir perkotaan
lingkungan tidak
Pembangunan jaringan drainase lingkungan yang terintegrasi
terhubung dengan
dengan system drainase perkotaan
sistem kota
0% Area memiliki Rehabilitasi dan normalisasi saluran drainase untuk
drainase lingkungan memudahkan pengaliran air hujan
yang kotor dan berbau
Penyusunan masterplan drainase perkotaan
NO KAWASAN KUMUH ASPEK KEKUMUHAN PERMASALAHAN KONSEP PENGEMBANGAN KONSEP PENANGANAN STRATEGI PENANGANAN
Pengelolaan Sampah 100% Sarpras RPJMD : Peningkatan pelayanan dan Penyediaan sarpras persampahan 3R
pengelolaan Pembangunan dan peningkatan pengelolaan persampahan kualitas sarpras pengelolaan Pemeliharaan sarpras persampahan
persampahan yang tidak yang dapat melayani seluruh penduduk sampah Pengelolaan sampah berbasis masyarakat
memenuhi persyaratan Master Plan Pengelolaan Sampah Kab. Kutai
teknis Kartanegara:
89,19% Sarpras Kelurahan Sukarame termasuk dalam daerah prioritas
persampahan tidak wilayah penanganan pengelolaan sampah kab. Kutai
terpelihara kartanegara
Ruang Publik Minimnya RTH privat SPPIP : Peningkatan penghijauan Penyediaan sarana dan prasarana
dan RTH lingkungan Pengembangan sarana pendidikan untuk meningkatkan lingkungan penghijauan lingkungan
kualitas pelayanan pendidikan Pemeliharaan sarana dan prasarana
penghijauan lingkungan
Pengembangan kawasan permukiman yang terintegrasi
dengan peningkatan kualitas kawasan permukiman
Sosial Kurangnya kesadaran SPPIP: Peningkatan kapasitas dan Pemahaman masyarakat akan lingkungan
masyarakat terhadap kesadaran masyarakat bersih dan sehat
lingkungannya Penyediaan alat-alat kesehatan guna peningkatan kualitas tentang lingkungan bersih dan
pelayanan sehat
penataan kawasan perdagangan dalam rangka peningkatan
produktifitas ekonomi
1. Pembangunan Jalan
Jalan lingkungan yang tanahnya labil, kurang padat dan mudah Pematangan tanahdenganalatberat mis.mesin giling
terbawa air Melapisi permukaan tanah dengan batu‐batuan untuk mencegahjalanrusak,mudahtergelincirataulongsor
Pinggir jalan terlalu dekat jurang Bahu jalan dibuat lebih lebar untuk mencegah longsor
atau kecelakaan
No POTENSI DAMPAK NEGATIF TINDAKAN MITIGASI
Jalan di lokasi yang rawan erosi dan longsor Bila pinggir jalan adalah bukit, agar diberikan ruang dan kemiringan tebing yang memadai untuk mencegah bukit
longsor
Tebing jalan dapat dibuat dengan terasering dan dinding penahan tanah untuk mencegah longsor, kemiringan
yang tajam akan mempercepat aliran air dan memperparah gerusan tanah
Tebing jalan dapat ditanami bambu atau dipasang cerukcuk bambu untuk memperkuat tebing
Badan jalan agar dibuat miring untuk mencegah genangan air
Kiri dan kanan jalan agar dilengkapi saluran untuk mengalirkan air
Membabat tanaman yang ada akan memperburuk masalah erosi
Pengendalian erosi berupa, penangkapan air atau pembuatan saluran drainase perlu dilakukan agar air
tetap mengalir namun tidak merusak jalan atau menyebabkan longsor
Pengendalian erosi juga dapat dilakukan dengan penanaman pohon
Hindari membangun jalan di tepi belokan luar sungai, karena umumnya di tempat ini arus sungai cukup deras
yang dapat mengakibatkan erosi cukup parah. Membangun jalan di tempat ini membutuhkan struktur
perlindungan jalan yang kuat.
2. Pembangunan Saluran Drainase
Tergenangnya air atau aliran air buntu, yang menyebabkan meluapnya air ke Hilir saluran agar menyatu dengan saluran induk.
area sekitarnya terutama ke lahan penduduk bila ada pemukiman yang lokasinya Saluran harus memiliki kemiringan yang cukup agar air mengalir dengan lancar atau tidak tergenang.
lebih rendah dari saluran
Erosi dari jalan yang sedang dilakukan cut and fills dan menyebabkan Batasi kegiatan memindahkan tanah hanya pada waktu musim kering/panas
sedimentasi di saluran Lindungipermukaan tanahyangrentandenganjerami
Lindungi saluran drainasi dgn pembatas atau berm
Instalasi ruang sedimentasi, tanami permukaan yg rawan erosi secepat mungkin
Pilih jalur yang lebih aman dari gangguan
Lakukan pemeliharaan tepat waktu
Terjadinya genangan air yang menjadi tempat pertumbuhan nyamuk dan Lakukan tindakan untuk mencegah dengan perbaikan pertamanan, pengisian dan drainase
vektor penyakit
lainnya
Saluran yg tersumbat karena kesalahan perencanaan dan pemeliharaan yg Pemeliharaan harus membersihkan sumbatan secara berkala
menyebabkan genangan air yg berdampak ke kesehatan Gunakan saluran dari beton atau tembokan, saluran tanah membutuhkan tempat lebih banyak pemeliharaan
yg lebih intensif.
Gunakan kemiringan alami yg lebih tanah terhadap erosi
3. Pembangunan Jembatan
No POTENSI DAMPAK NEGATIF TINDAKAN MITIGASI
Jembatan menghambat laju aliran air Jembatan agar dilengkapi pagar pengaman di kiri dan kanannya
Jembatan agar dibuat tidak menghambat laju air
4. Pembangunan Prasarana Air Bersih
Kualitas air sumur tidak layak konsumsi. Dilakukan pemeriksaan atau uji kualitas air di laboratorium untuk menjamin kelayakan konsumsi dan untuk
mengetahui teknologi yang diperlukan bila kualitas air tidak memenuhi syarat konsumsi.
Penentuan kedalaman air sumur agar mengikuti peraturan daerah
Penentuan jarak sumber air bersih agar memenuhi syarat terhadap sumber air tercemar, industri, peternakan,
gudang limbah, tempat pembuangan sampah.
Permukaan air sumur hampir sama dengan rembesan, sumur Cek arah aliran air tanah. Sumur harus diletakkan hulu aliran
terlalu dekat dgn tangki septik Bangun rembesan sejauh mungkin dari sumur
5. Pembangunan Kakus Umum/MCK dan Sanitasi
MCK yang tidak memenuhi syarat Semua unsur utama MCK harus ada;
Kakus
Ventilasi kakus
Bak air dgn kran air/sambungan air dan lubang pembuangan
Ada tempat untuk mencuci yg lebih tinggi
Ada kran air utk isi ember
Ada parit sekeliling lantai untuk membuang air ke saluran pembuangan
Sumur dalam kakus yang pasti Bangun bak air yg diissi dari melalui pipa atau ember
rawan kontaminasi Jaga agar kakus tetap bersih dan jauh dari sumur
Pipa sanitasi dipermukaan tanah yang sangat rawan thd sinar matahari, Tanam pipa sanitasi dari kakus ke tangki septik
terinjak, dan kenakalan Buat lubang kontrol dan pipa udara utk tangki septik
manusia
Tangki septik yang tidak bagus Tangki septik yang bagus paling tidak terdiri dari:
strukturnya Ada lubang kontrol dgn penutup
Pipa masuk kotoran
Bilik yang terbagi dgn dinding pembatas
Pipa luapan disambung dgn rembesan
Pipa udara (ventilasi)
Saluran limbah manusia yg mengandung libah patogen harusdilakukan Saluran limbah manusia harus disalurkan ke tempat pengolahan/tangki septik
pengolahan sebelum dibuang ke badan Tangki septik juga berfungsi sebagai pengolah
No POTENSI DAMPAK NEGATIF TINDAKAN MITIGASI
Sarana Kesehatan Kotor, tergenang, becek, bau tidak sedap, tidak higienis Perlu dilengkapi dengan sarana pengelolaan persampahan agar area sarana kesehatan (posyandu,
dan mudah terjadi penularan penyakit. polindes) tidak menjadi kotor, sampah tidak bertebaran di sekitarnya, secara estetika terkesan bersih dan rapi,
mencegah datangnya hewan liar (anjing, kucing) dan tikus, mencegah masuknya serangga pembawa penyakit
seperti lalat dan kecoa, tersedia juga wadah khusus limbah padat B3.
Perlu dilengkapi saluran air limbah dan saluran drainase agar area sarana kesehatan tidak tergenang air, becek,
dan bau tidak sedap.
Perlu dilengkapi sarana MCK dan air bersih, agar pengunjung dan pengelola sarana kesehatan mudah
melakukan kegiatan cuci dan buang air besar, sehingga tingkat higienis pengelola kesehatan terhadap
pengunjung tetap terjaga, atau tidak mudah terjadi penularan penyakit.
9. Pembangunan Prasarana Pendidikan
Sarana Pendidikan Kotor, tergenang, becek, bau tidak sedap, tidak Perlu sarana pengelolaan persampahan agar area sarana pendidikan menjadi bersih, sampah tidak bertebaran
higienis dan mudah terjadi penularan penyakit. dimana‐mana, secara estetika terkesan bersih dan rapi, mencegah datangnya hewan liar (anjing, kucing) dan
tikus, dan serangga pembawa penyakit seperti lalat dan kecoa.
Perlu dilengkapi saluran air limbah dan saluran drainase agar area sarana pendidikan tidak tergenang air, becek,
dan bau tidak sedap.
Perlu dilengkapi sarana MCK dan air bersih, agar para pendidik dan siswa tidak mengalami kesulitan melakukan
kegiatan cuci, dan buang air besar, sehingga perilaku higiensi pendidik dan siswa selalu terjaga.
10. Pembangunan Prasarana Perdagangan
Sarana Perdagangan Kotor, tergenang, becek, bau tidak Perlu dilengkapi dengan sarana pengelolaan persampahan agar area perdagangan
sedap,tidak higienis dan mudah terjadi penularan penyakit tidak menjadi kotor, sampah tidak bertebaran dimana‐mana, secara estetika terkesan bersih dan rapi,
mencegah datangnya hewan liar (anjing, kucing) dan tikus, serangga pembawa penyakit seperti lalat dan kecoa.
Perlu dilengkapi saluran air limbah dan saluran drainase agar area perdagangan tidak tergenang air, becek, dan
bau tidak sedap.
Perlu dilengkapi sarana MCK dan air bersih, agar para pedagang tidak mendapat kesulitan melakukan kegiatan
mandi, cuci, dan buang air besar, sehingga barang dagangannya terutama bahan baku makanaan dapat
dijaga tingkat higienisnya
Terjadi penggerusan tanah Dinding penahan tanah sebaiknya dibuat dari bronjong (batu kali yang dibungkus kawat) karena dapat
mengalirkan air yang berasal dari dalam tanah.
Dinding penahan tanah sebaiknya dibuat dengan desain terasering dan kemiringan tertentu sehingga larian air
tidak terlampau cepat yang dapat menggerus tanah.
Sosialisasi Pemasangan SR
Air Minum
Sosialisasi Pengolahan Air Sederhana
5.1 PENUTUP
Sebagai dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahunan, RPLP digunakan untuk acuan dalam peningkatan
kualitas permukiman dasar pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh kegiatan swakelola dan kegiatan
yang sifatnya kolaboratif. RPLP berperan menjabarkan rencana teknis yang memuat prioritas penataan permukiman,
rencana kerangka penataan permukiman makro yang mencakup gambaran lingkungan secara menyeluruh termasuk arah
kebijakan pembangunan, serta rencana investasi dalam bentuk kerangka regulasi dankerangka pendanaan yang bersifat
indikatif. RPLP kemudian di review melalui proses Reiew RPLP untuk menghasilkan perencanaan yang terupdate setiap
tahunnya sehingga akan maksimal dijabarkan lebih lanjut kedalam Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-
SKPD) dimana RPLP Desa Kota Bangun Ulu tahun 2020 disusun dengan mengacu kepada:
1. Substansi dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Desa 2017-2021;
2. Substansidari Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa 2017-2021;
3. Substansi Rencana Kerja Pemerintah penuntasan kekumuhan hingga Tahun 2021;
4. RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2013-2033
Setiap proses penyusunan dokumen rencana pembangunan dilakukan koordinasi antar lintas instansi pemerintah dengan
seluruh pelaku pembangunan,melalui suatu forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) untuk
menghasilkan kesepakatan antar pelaku pembangunan tentang rancangan arah dan kebijakan pembangunan. Langkah-
langkah persiapan dimulai sejak tanggal ditetapkan hingga pelaksanaan. Asumsi utama berhasilnya pencapaian sasaran
RPLP Tahun 2020 adalah peningkatan kualitas permukiman dan pencapaian pelanyanan KPI Program KOTAKU yang
masih kurang dari 80%.
Demikian Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Desa Kota Bangun Ulu Tahun 2020 yang
akan melandasi penyusunan Memorandum Program RP2KPKP Kota Kutai Kartanegara, dalam rangka melaksanakan
amanat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Kutai Kartanegara.
5.2 TINDAK LANJUT
Rencana tindak lanjut yang akan dilakukan oleh pemerintah daerah dan masyarakat khususnya di Desa Kota Bangun
Ulu, antara lain:
1. Komitmen pemerintah daerah Desa Kota Bangun Uludalam penanganan kumuh:
a. Realisasi program atau kegiatan dari Kabupaten maupun pusat akan diarahkan paling utama di kawasan
permukiman kumuh terlebih dahulu.
b. Usulan kegiatan ke kecamatan setiap musrenbang tahunan, akan mengutamakan usulan kegiatan dari
kawasan permukiman kumuh terlebih dahulu.
2. Komitmen pemerintah daerah dan masyarakat Desa Kota Bangun Ulu menerima dan menjaga pemeliharaan
asset:
a. Pemerintah daerah dan masyarakat Desa Kota Bangun Uluberkomitmen akan menjaga aset yang dibangun,
baik yang bersumber dari APBN seperti BDI KOTAKU, APBD Prov, APBD Kabupaten.
b. Masyarakat berkomitmen merawat dan memeilihara aset yang dibangun dengan adanya pembentukan KPP
(Kelompok Pemanfaatan dan Pemeliharaan).
3. Kesiapan kelembagaan LKM Kota Bangun Bersinar terhadap datangnya realisasi usulan kegiatan. Kelembagaan
LKM Kota Bangun Besinar berkomitmen akan terus memperbaiki diri guna mempersiapkan berbagai kemungkinan
kebutuhan realisasi kegiatan yang ada. Terutama dari sisi UPK dan kelembagaan atau keaktifan perangkat LKM
Kota Bangun Bersinar sendiri.