Anda di halaman 1dari 11

PRE PLANING

ROM PASIF

DISUSUN OLEH :
Yurdi Halawa
200201001

CI PENDIDIKAN :
Ns Silvia Elki Putri, S.Kep., M.Kep

CI LAHAN :
Ns. Yumiati, S.Kep

FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN


KESEHATAN PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
UNIVESITAS MUHAMMADIYAH RIAU
2022
PENDIDIDIKAN KESEHATAN TENTANG ROM PASIF PADA KLIEN HIPERTENSI
DENGAN GANGGUAN INTOLERANSI AKTIVITAS
DI WILAYAH PSTW KHUSNUL KHOTIMAH

A. Latar Belakang
Secarra fisiologis semua orang lanjut usia akan mengalami proses penuaan, dimana proses
penuaan ini akan dialaminya sepanjang hidup dan salah saatunya ditandai dengan adanya kegagalan
tubuh dalam mempertahankan homeostasis tubuh terhadap tekanan fisiologis. Akibatnya akan terjadi
perubahan struktur tubuh dan perubahan fungsional, sehingga lansia akan lebih mudah terserang
penyakit dan fungsi tubuhnya menurun. (Mubarak et al, 2009). Badan Kesehatan Dunia (WHO)
memperkirakan setiap tahunnya sebanyak 15 juta orang terkena stroke. Stroke banyak terjadi pada
orang-orang yang sudah mengalami usia lanjut dan dapat merupakan penyebab kematian kedua pada
lansia (>60 th).
(WHO, 2005). Kejadian stroke di Indonesia pun bukan menjadi hal yang sulit ditemukan,  penyakit
penyakit stroke ini justru ada di posisi ketiga setelah setelah penyakit penyakit jantung jantung dan
kanker. kanker. Hal tersebut didukung oleh Yayasan Stroke Indonesia (2008) yang menyebutkan
bahwa Indonesia merupakan negara dengan penderita stroke terbesar di Asia. (Pramono). Prevalensi
kejadian stroke di Indonesia pada lansia adalah 35,8%, sedangkan 12,9% nya ditemukan pada usia
yang lebih muda. (Murtaqib, 2013).
Penyakit stroke akan berdampak terhadap berbagai fungsi tubuh dan dapat menyebabkan
kematian ataupun kecacatan yang bersifat sementara hingga permanen. Stroke juga akan
menyebabkan lima tipe ketidakmampuan antara lain masalah mengontrol gerakan (paralisis);
gangguan sensori (termasuk nyeri); masalah dalam menggunakan bahasa; masalah berfikir dan
bahasa serta gangguan emosional. Stroke dalam jangka waktu lama, menyebabkan lansia mengalami
hemiparesis (kelemahan satu sisi tubuh) dan hemiplegia (paralisis satu sisi tubuh). Hasil studi juga
menyebutkan  bahwa 90% penderita penderita stroke yang mengalami mengalami paralisis paralisis
pun mengalami mengalami gangguan gangguan mobilisasi. (Murtaqib, 2013) Akibatnya, lansia akan
mengalami gangguan mobilisasi yang menyebabkan lansia mengalami defisit kemampuan dalam
melakukan aktivitassehari-hari seperti mandi, makan, berpakaian, toileting, berpindah dan
kontinensia. (Lewis, 2007 dalam Pramono C). Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan yang dapat
membantu lansia dalam meningkatkan aktivitas lansia, salah satunya adalah dengan melakukan ROM
( Range Of Motion).  
Range Of Motion (ROM) merupakan latihan gerak sendi yang memungkinkan kontraksi dan
pergerakan otot dimana klien menggerakkan masing-masing persedian sesuai dengan gerakan yang
normal baik secara aktif maupun pasif. Tujuan dilakukannya ROM adalah untuk mempertahankan
atau memelihara kekuatan otot, memelihara mobilitas persendian, merangsang sirkulasi darah dan
mencegah kelainan bentuk. (Maimurahman). Untuk mendapatkan hasil yang efektif, maka ROM ini
harus diulang dan dilakukan 8 kali (dikerjakan minimal 2 kali sehari.
B. Tujuan
1. Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang ROM, klien dapat mengetahui ROM
2. Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang ROM, Tn.S dapat mempraktikkan
kembali dan mengerti bagaimana tata cara melakukan ROM
C. Pelaksanaan Kegiatan
a. Topik Kegiatan
Penyuluhan kesehatan tentang Rom Pasif
b. Sasaran
Pendidikan kesehatan ditujukan kepada Tn.S
c. Metode
Penyuluhan di lakukan menggunakan leaflet
d. Pengorganisasian
 Yurdi Halawa : Pelaksana
e. Uraian Struktur
a. Tempat Pertemuan
PSTW Husnul Khotimah
b. Hari/tanggal
Hari : Rabu
Tanggal : 07 Desember 2022
c. Waktu
Kegiatan dilaksanakan pada pukul: Menyesuaikan
Pekanbaru, 07 Desember 2022
Ketua Program Studi Perseptorship Lapanagan
D-III Keperawatan Desa Koto Damai

NS. Pratiwi Gasril S. Kep., M. Kep Ns. Yumiati, S.Kep

Koordinator praktek kerja lapangan

Program studi DIII-Keperawata

Ns Silvia Elki Putri, S.Kep., M.Kep


TINJAUAN MATERI

1. Pengertian Rom

Intervensi mandiri perawat pada masalah keperawatan tersebut adalah


dengan penerapan latihan ROM pasif yang biasanya dilakukan pada pasien
semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi, tidak mampu
melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien
tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total.
Latihan ROM pasif merupakan gerakan dimana energi yang dikeluarkan
untuk latihan berasal dari orang lain atau alat mekanik. Perawat melakukan
gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal, kekuatan
otot yang digunakan pada gerakan ini adalah 50%. ROM pasif ini berguna untuk
menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot
individu lain secara pasif, misalnya perawat membantu mengangkat dan
menggerakkan kaki pasien. Sendi yang digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh
persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak
mampu melaksanakannya secara mandiri (Maimurahman et al, 2012) Dalam
(Agusrianto and Rantesigi 2020)

2. Tujuan ROM
Menurut (Agusrianto and Rantesigi 2020) tujuan dari Rom pasif yaitu :
a. meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekutan otot
b. mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan.
c. mencegah kekakuan pada sendi.
d. merangsang sirkulasi darah.
e. pencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur.
f. Memperlancar eliminasi Alvi dan Urin
g. Mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali
normal dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian
h. Memberi kesempatan perawat dan pasien untuk
berinteraksi atau berkomunikasi
3. Waktu dan Frekuensi ROM Pasif
Menurut (Anggriani et al. 2018) I Waktu dan Frekuensi ROM Pasif yaitu :

a. dealnya latihan ini dilakukan sekali sehari.


b. Lakukan masing-masing gerakan sebanyak 10 hitungan, latihan dilakukan
dalam waktu 30 menit.
c. Mulai latihan secara perlahan, dan lakukan latihan secara bertahap.
d. Usahakan sampai mencapai gerakan penuh tetapi jangan memaksakan
gerakan.
e. Jangan memaksakan suatu gerakan pada pasien, gerakan hanya sampai
pada batas yang ditoleransi pasien.
f. Jaga supaya tungkai dan lengan, anggota badan menyokong seluruh
gerakan.
g. Hentikan latihan apabila pasien merasa nyeri, dan segera konsultasikan ke
tenaga Kesehatan.
h. JDilakukan dengan pelan-pelan dan hatihati dengan melihat
respon/keadaan pasien.

4. Teknik gerakan ROM Pasif


a. Latihan pasif anggota gerak atas (Latihan ini di bantu oleh perawat,terapis
atau keluarga )
1) Gerakan menekuk dan meluruskan sendi bahu.

2) Gerakan menekuk dan meluruskan siku.


3) Gerakan memutar pergelangan tangan

4) Gerakan menekuk dan meluruskan pergelangan tangan.

5) Gerakan memutar ibu jari.


6) Gerakan menekuk dan meluruskan jari-jari tangan

b. Latihan Pasif Anggota Gerak Bawah


1) Gerakan menekuk dan meluruskan pangkal paha

2) Gerakan menekuk dan meluruskan lutut


3) Gerakan untuk pangkal paha.

4) Gerakan memutar pergelangan kaki


METODE PELAKSANAAN
Terdapat dua kegiatan utama yang yang dilakukan pada kegiatan: Penyuluhan
kesehatan
NO KEGIATAN PENYULUHAN PESERTA MEDIA WAKTU
1. Pembukaan Memberi salam Menjawab salam - 5 menit
Mendengarkan
Memperkenalkan
anggota kelompok

Menjelaskan
penyuluhan
kesehatan yang
diadakan

2. Pemberian Menjelaskan tentang Mendengarkan dan Leaflet 15 menit


Materi ROM: memperhatikan Presensi

- Tujuan - Manfaat Kehadiran

- Persiapan
-Demonstrasi ROM
3. Evaluasi - Mengevaluasi Memberikan respon - 15 menit
kegiatan yang dan
dilakukan mendemosntrasikan
- Menanyakan cara ROM
perasaan  perasaan
klien dan keluarga
setelah  pemberian
pendidikan
kesehatan dan
demostrasi ROM

4 Penutup - Mengakhiri kontrak Menjawab 5 menit


- Mengucapkan salam Menjawab salam
penutup
DAFTAR PUSTAKA
Maimurahman, H., Fitria, C.N. Keefeektifan Range Of Motion (Rom) Terhadap
Kekuatan Otot Ekstremitas Pada Pasien Stroke.
Mubarak, W.I., Cahyatin, N., Santosa, B.A. 2009.  Buku Ajar
Ilmu Keperawatan  Komunitas 2. Jakarta: Salemba Medika.
Murtaqib. 2013. Perbedaan Latihan Range Of Motion (Rom) Pasif Dan Aktif Selama
1  –   2 Minggu Terhadap Peningkatan Rentang Gerak Sendi Pada Penderita
Stroke Di Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember. Vol.8 (1)
Pramono, C. Efektivitas Latihan Rom (Range Of Motion) Terhadap Peningkatan
Kemandirian Adl (Activity Daily Living) Pada Lansia Stroke.
World Health Organization., (2005). STEPwise Approach to Stroke
Surveillance. (http://www.who.int/chp/steps/Manual.pdf).
Agusrianto, Agusrianto, and Nirva Rantesigi. 2020. “Application of Passive Range of
Motion (ROM) Exercises to Increase the Strength of the Limb Muscles in
Patients with Stroke Cases.” Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIKA) 2(2):61–66. doi:
10.36590/jika.v2i2.48.
Anggriani, Anggriani, Zulkarnain Zulkarnain, Sulaiman Sulaiman, and Roni
Gunawan. 2018. “PENGARUH ROM (Range of Motion) TERHADAP
KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA PASIEN STROKE NON
HEMORAGIC.” Jurnal Riset Hesti Medan Akper Kesdam I/BB Medan 3(2):64.
doi: 10.34008/jurhesti.v3i2.46.

Anda mungkin juga menyukai